LAPORAN HASIL
OLEH :
KAHARUDDIN
181130950
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
Nama : Kaharuddin
NIM : 181130950
Program Studi : Ilmu Hukum
Peminatan : Hukum Pidana
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada Seminar Hasil di hadapan tim
penguji Fakultas Hukum Universitas Sembilanbelas November.
Kolaka, 2022
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta
alam dan sumber segala pengetahuan, karena berkat rahmat, nikmatnya dan
pertolongan kepada hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian
yang berjudul “Sanksi Pidana Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia”.
Penulisan Laporan ini dibuat sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan
untuk memenuhi salah satu syarat Akademik guna memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S-1) Program Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Sembilanbelas November Kolaka. Dalam penyelesaian Laporan ini tidak sedikit
ditemukan rintangan-rintangan namun karena adanya tekat yang besar sehingga
penyusunan Laporan ini dapat terselesaikan. Penulis juga menyadari bahwa
proposal ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan dan bimbingan
serta dorongan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil, untuk itu
dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Nur Ihsan HL, M.Hum. Selaku Rektor Universitas
Sembilanbelas November Kolaka.
2. Bapak Yahyanto, S.H., M.H., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
PolitikUniversitas Sembilanbelas November Kolaka.
3. Ibu Riezka Ekah Mayasari, SH., MH., Selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
4. Bapak Yahyanto, S.H., M.H., Selaku pembimbing I yang banyak
meluangkan waktunya serta memberikan petunjuk kepada penulis demi
kesempurnaan penulisan proposal ini.
5. Bapak Basrawi, S.H., M.H. Selaku pembimbing II yang banyak meluangkan
waktunya serta memberikan petunjuk kepada penulis demi kesempurnaan
penulisan proposal ini.
6. Bapak/ibu dosen dan segenap pegawai Universitas Sembilanbelas
November Kolaka.
7. Ayahanda, Ibunda, serta saudara/saudariku yang telah memberikan doa restu
dan dukungan, semangat, harapan serta fasilitas kepada penulis untuk maju
dalam meraih cita-cita.
iii
8. Serta seluruh teman-teman yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih.
Meskipun dalam penyusunan Laporan ini penulis telah mencurahkan semua
kemampuan, namun penulis sangat menyadari bahwa hasil penyusunan tugas ini
masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang sifatya
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan proposal ini.
Kaharuddin
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang
dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak
asasi ini menjadi dasar dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain. Menjadi
kewajiban dari Pemerintah atau negara hukum untuk mengatur pelaksanaan hak-
karena yang penting dalam hal ini ialah negara tidak akan ikut campur dalam hal
Di dalam suatu negara hukum yang dinamis, negara ikut aktif dalam usaha
fungsi negara dengan penyelenggara hak dan kewajiban asasi manusia itu.
kesejahteraan masyarakat namun hak asasi manusia itu harus tetap di lindungi. 1
dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya
1
C.S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000
1
2
terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan
bentuk yaitu, pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida, salah satunya
politik apartheid atau politik perbedaan warna kulit di Afrika Selatan dan juga
HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu (genosida dan
seperti yang tertuang dalan Piagam PBB 2 dan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia. Pemajuan HAM berarti bahwa aparat pemerintah kita, baik sipil di di
lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun aparat militer serta masyarakat
2
UN Charter, article 55
3
pada umumnya perlu dibuat mengerti, paham, dan menerima serta melindungi
Sipil dan Politik ICCPR) serta Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi,
universal oleh masyarakat dan aparat pemerintah tersebut akan menjadikan tugas
berdasarkan realitas yang ada di Indonesia pada saat ini, upaya Komnas HAM
untuk memajukan dan melindungi ham bukanlah pekerjaan yang ringan dan tanpa
rintangan. Rintangan yang menghadang Komnas HAM bisa berasal dari faktor
budaya, kendala politik maupun rintangan yang berasal dari aparat penegak
yang berkaitan dengan HAM, maupun sikap dari lembaga peradilan kita yang
membudaya dan sudah terlalu sering dilanggar. Tidaklah sedikit ketentuan yang
3
Indonesia hanya mengakui enam “agama resmi” dalam UU No.1/PNPS/1965. Keberadaan
agama lain diluar “agama resmi” ini tidak ditolerir.Pasal 28 (e) UUD 1945 dan Pasal 22 UU
No.22/1999 menyentuh soal kebebasan beragama, tetapi tidak memberikan jaminan yang kuat
sesuai dengan standar internasional.
4
Komnas HAM serta NGOs untuk mensinkronkan antara norma lokal dengan
memperlihatkan komitmen politik yang kuat dan serius untuk memajukan dan
melindungi HAM di negeri ini. Penangan perkara hak asasi manusia (HAM)
selama tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo masih buruk. 4 Berbagai
HAM menjadi lebih kuat. UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM perlu
Pengadilan HAM agar mencakup pelanggaran atas ketentuan ICCPR yang telah
Komnas HAM sebagai Penyidik kasus-kasus pelanggaran HAM berat dan ringan.
Pada saat ini fungsi Komnas HAM barulah pada taraf penyelidikan saja.
dipegang oleh Kejaksaan Agung. Perlu banyak pelaku pelanggaran HAM yang
impunitas dan bukanlah tempat yang aman dan bersahabat bagi para pelaku
pelanggaran HAM.
4
Koran Tempo, Catatan HAM Pemerintahan Jokowi Masih Buruk: Akses 01 Desember
2022
5
lebih jauh tentang kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak. maka penulis
B. Rumusan Masalah
Ringan?
HAMRingan?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sanksi Pidana
Allah pada hambanya. Allah mengancam orang yang melanggar syariat dengan
balasan sanksi. Sanksi yang diberikan Allah tidak lain semata-mata hanya untuk
mendidik hambanya agar senantiasa mematuhi hukum yang telah ditetapkan, demi
1. Pengertian Sanksi
Suatu langkah hukuman yang dijatuhkan oleh negara atau kelompok tertentu
karena terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok.5 Sistem
hukum pidana ada dua jenis sanksi yang mempunyai kedudukan yang sama, yaitu
sanksi pidana dan sanksi tindakan. Sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang
tindakan merupakan jenis sanksi yang lebih banyak diluar KUHP, bentuk-
bentuknya yaitu berupa perawatan di rumah sakit dan dikembalikan pada orang
tuanya atau walinya bagi orang yang tidak mampu bertanggung jawab dan anak
5
www.pengertianmenurutparaahli.com.
6
Mahrus Ali, “ Dasar-Dasar Hukum Pidana ”, Jaakarta, 2015, hlm 193
7
I bid, hlm 202.
8
Mahrus Ali, “ Dasar-Dasar Hukum Pidana ”, Jaakarta, 2015, hlm 193.
7
8
kepada seseorang yang bersalah melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum
pidana, dengan adanya sanksi tersebut diharapkan orang tidak akan melakukan
tindak pidana.9
Sanksi tindakan adalah suatu sanksi yang bersifat antisipatif bukan reaktif
terhadap pelaku tindak pidana yang berbasis pada filsafat determinisme dalam
ragam bentuk sanksi yang dinamis (open system) dan spesifiksi non penderitaaan
bagi pelaku maupun korban bagi perseorangan, badan hukum publik maupun
perdata.
penyakit, Hakim memerintahkan supaya dimasukan dalam rumah sakit jiwa, paling
2. Pengertian Pidana
Pidana berasal kata straf (Belanda), sering disebut dengan istilah hukuman.
Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum sudah lazim
merupakan terjemahan dari recht. Dapat dikatakan istilah pidana dalam arti sempit
akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan
9
Mahrus Ali, “ Dasar-Dasar Hukum Pidana ”, Jaakarta, 2015, hlm 193.
10
Ibid, Hlm 202
9
hukum pidana. Secara khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai
kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak
a. Pidana pokok
1) Pidana mati
2) Pidana penjara
3) Pidana kurungan
4) Pidana denda
b. Pidana tambahan
keadaan yang tertib agar dapat menjalani hidup dengan tenteram, damai, dan
11
Pasal 10 KUHP
10
itu sendiri merupakan tujuan yang paling pokok dan pertama dari segala hukum. 12
B. Tindak Pidana
mempunyai 2 (dua) arti yakni recht dalam arti objektif jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi “hukum” dan recht dalam arti subjektif
(hukum pidana) dalam arti subjektif adalah hak Negara untuk memidana atu
bertingka laku dilanggar. Sedangkan strafrecht dalam arti objektif adalah segala
oleh undang-undang, selain itu juga diatur tentang syarat-syarat kapan pidana itu
dapat dijatuhkan.13
Setelah mengetahui definisi dan pengertian yang lebih mendalam dari tindak
pidana, maka di dalam tindak pidana tersebut terdapat unsur-unsur tindak pidana,
yaitu:
a. Unsur Objektif, unsur yang terdapat di luar sipelaku. Unsur yang ada
12
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Cet. k-2,
(Bandung: Alumni, 2006), hlm 3.
13
H. M. Rasyid Ariman & Fahmi Raghib. 2016. Hukum Pidana. Cetakan Kedua
Malang: Setara Press, halaman 1 -2
11
b. Unsur Subjektif, unusr yang terdapat atau melekat pada diri sipelaku,
segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur ini terdiri dari:
14
Teguh Prasetyo. 2015. Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Pers, halaman 50-51.
12
bukanlah merupakan unsur tindak pidana, oleh karena itu syarat tersebut terdapat
timbulnya kejadian atau peristiwa. Ada pihak lain yang berpendapat ini
merupakan unsur tindak pidana, oleh karena itu jika syar ini tidak dipenuhi maka
subjektif.
3. Pertanggungjawaban Pidana
hanya menunjuk kepada larangan dan diancamnya perbuatan dengan suatu pidana.
sebagaimana telah diacamkan, ini tergantung dari soal apakah dalam melakukan
15
P. A. F. Lamintang & Francicus Theojunior Lamintang. 2016. Dasar-Dasar Hukum
Pidana di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 192.
13
dipidana jika tidak ada kesalahan (Geen straf zonder schuld; Acus non facit reum
nisi mens sist rea). Asas ini tidak tersebut dalamhukum tertulis tapi dalam hukum
yang tidak tertulis yang juga di indonesia berlaku. Hukum pidana fiskal tidak
memakai kesalahan. Di sana kalau orang telah melanggar ketentuan, dia diberi
pidana denda atau rampas Pertanggungjawaban tanpa adanya kesalahan dari pihak
yang melanggar, dinamakan leer van het materiele feit (fait materielle). Dahulu
dijalankan atas pelanggaran tetapi sejak adanya arrest susu dari HR 1916
Nederland, hal itu ditiadakan. Juga bagi delik-delik jenis overtredingen, berlaku
sentral yang dikenal dengan ajaran kesalahan. Dalam bahasa latin ajaran
kesalahan dikenal dengan sebuatn mens rea. Doktrin mens rea dilandaskan pada
orang itu jahat. Dalam bahas inggris doktrin tersebut dirumuskan dengan an act
does not make a person guility, unless the mind is legally blameworthy. Berdasar
asas tersebut, ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mempidana
objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang ada memnuhi
syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar adanya perbuatan
adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah asas
16
Ibid., halaman 165-166.
17
Mahrus Ali. Op. Cit., halaman 155-156.
14
kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memidana seseorang. Tanpa itu,
pertanggungjawaban pidana tidak akan pernah ada. Maknanya tidak heran jika
dalam hukum pidana dikenal asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (geen straf zonder
schuld). Asas kesalahan ini merupakan asas yang fundamental dalamhukum pidana,
dipenuhinya seluruh unsur tindak pidana tau terbuktinya tindak pidana. Penilaian
ini dilakukan secara objektif berhubungan dengan pembuat dengan norma hukum
yang dilanggarnya, sehingga berkaitan dengan perbuatan dan nilai-nilai moral yang
dilanggarnya. Akhirnya, secara objektif pembuat dinilai sebagai orang yang dapat
dicela atau tidak dicela. Kesalahan ini berorientasi pada nilai-nilai moralitas,
18
Ibid., halaman 156-157.
15
pembuat yang melanggar nilai-nilai moralitas patut untuk dicela. Penilaian secara
mempunyai kaitan yang erat dengan beberapa hal yang cukup luas yang dapat
tidak dapat dipisahkan dengan dua unsur tindak pidana lain. Pertanggungjawaban
yang merupakan inti dari kesalahan yang dimaksu dalam hukum pidana adalah
normal atau sehat dan mempunyai akal seseorang dalam membeda-bedakan halhal
yang baik dan yang buruk, atau dengan kata lain mampu untuk menginsyafi sifat
melawan hukumnya suatu perbuatan dan sesuai dengan keinsyafan itu mampu
Akal yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak
19
Agus Rusianto. 2016. Tindak Pidana & Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan Kritis
Melalui Konsistensi Antara Asas, Teori, dan Penerapannya. Edisi Pertama. Jakarta:Prenadamedia
Group, halaman 14 Group, halaman 14
20
Teguh Prasetyo. Op. Cit., halaman 83.
21
Ibid., halaman 85.
16
diperbolehkan.22
teratur sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka
umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak dasar “yang
seseorang secara inheren berhak karena dia adalah manusia, dan yang melekat
pada semua manusia “terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis
atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti yang
universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang.
pada orang untuk menghormati hak asasi manusia dari orang lain. Mereka tidak
harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses hukum berdasarkan keadaan
tertentu; misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk kebebasan dari penjara
melanggar hukum, penyiksaan, dan eksekusi. Doktrin dari hak asasi manusia telah
Ide HAM menunjukkan bahwa “jika wacana publik dari masyarakat global
22
Mahrus Ali. Op. Cit., halaman 171
17
mengenai perdamaian dapat dikatakan memiliki bahasa moral yang umum, itu
merujuk ke hak asasi manusia.” Klaim yang kuat yang dibuat oleh doktrin hak
asasi manusia terus memprovokasi skeptisisme yang cukup besar dan perdebatan
tentang isi, sifat dan pembenaran hak asasi manusia sampai hari ini.
Arti yang tepat dari hak asasi memicu kontroversial dan merupakan subyek
asasi manusia meliputi berbagai hak seperti hak untuk mendapatkan pengadilan
berbicara, atau hak atas pendidikan, ada ketidaksetujuan tentang mana yang hak
tertentu harus dimasukkan dalam kerangka umum hak asasi manusia; beberapa
Banyak ide-ide dasar yang menggambarkan gerakan hak asasi manusia yang
dikembangkan pada masa setelah Perang Dunia Kedua dan kekejaman dari
Holocaust, berpuncak pada adopsi dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia di
Parisoleh Majelis Umum PBB pada tahun 1948. Masyarakat kuno tidak memiliki
Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi manusia adalah konsep hak alami
yang muncul sebagai bagian dari tradisi hukum alam abad pertengahan yang
wacana politik Revolusi Amerikadan Revolusi Perancis. Dari dasar ini, argumen
18
hak asasi manusia modern muncul selama paruh kedua abad kedua puluh,
kejahatan perang, sebagai realisasi kerentanan manusia yang melekat dan sebagai
sekelompok manusia.
1) Pembunuhan
2) Pembantaian
3) Penyiksaan
4) Penyekapan
5) Penyandraan
lain
kelompok manusia.
4) Bentrok
5) Tawuran
a. Faktor Internal
pelanggaran HAM yang berasal dari dalam diri pelaku pelanggaran HAM.
Ada yang sangat menghargai HAM dan ada juga yang sangat
mena kepada orang lain. Pelanggar tidak mau tahu bahwa orang
lain juga mempunyai hak asasi manusia yang harus dijaga dan
b. Faktor Eksternal
1) Penyalahgunaan kekuasaan
manusia terancam.
munjul di era saat ini. Perbedaan tingkat kekayaan atau jabatan yang
1. Pendidikan Karakter
Tidak dapat kita sangkal bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat vital
bagi tiap diri manusia. Pentingnya pendidikan bagi manusia adalah karena ia juga
dijamin oleh undang-undang. Bukan hanya aspek saintis yang perlu diajarkan
pada peserta didik. Namun yang lebih penting adalah mendidik karakter dari tiap
generasi penerus bangsa. Pentingnya pendidikan karakter bagi kita adalah agar
menjadi pribadi yang lebih baik sesuai norma dan aturan yang berlaku di
masyarakat. Dengan begini, tentunya hak asasi manusia akan lebih mudah
ditegakkan dan pelanggaran HAM dapat dicegah dengan lebih cepat. Pendidikan
karakter paling cepat dan mudah adalah ketika usia dini, namun pendidikan
karakter di sekolah juga tetap penting, karena saat ini waktu siswa lebih banyak
dihabiskan di sekolah.
Sekalipun hak asasi manusia adalah hal yang sangat dekat dengan kita,
namun masih banyak orang-orang yang hak asasinya belum ia peroleh, masih
23
banyak yang diam saja ketika hak asasinya dilanggar, dihalangi, atau dikurangi.
Apa sebabnya? Masih banyak orang-orang yang belum paham tentang HAM,
HAM, bahkan Deklarasi Universal HAM yang dikeluarkan oleh PBB. Semua
produk hukum tersebut ada untuk menjamin penegakkan HAM dan mengadili
mereka yang melanggar HAM. Maka, dengan mempelajari HAM, kita akan lebih
masyarakat.
penegakkan hak asasi manusia dapat tercapai. Perbuatan baik itu misalnya sering
berdiskusi, bersikap jujur, ramah kepada orang lain, toleransi terhadap perbedaan
yang ada di keluarga ataupun masyarakat, menaati hukum dan aturan yang
berlaku, melerai apabila ada yang bertengkar, melaporkan pada pihak yang
pidana mati, pidana penjara seumur hidup, pidana penjara selama 25 tahun, pidana
penjara selama 20 tahun, pidana penjara selama 15 tahun, pidana penjara selama
10 tahun dan paling ringan adalah pidana penjara selama 5 tahun. Pemberian
hukuman mati adalah pelanggaran terhadap hak yang paling mendasar yaitu hak
untuk hidup yang merupakan hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
1. Budaya
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik dan secara nasional pun
telah ada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-Undang
No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM serta dibentuknya Komnas HAM,
bertujuan untuk memajukan dan melindungi HAM, tidaklah berarti bahwa secara
2. Politik
Adanya sistem politik yang demokratis dimana rule of law dihormati dan
HAM. Adapun spirit dari demokrasi adalah adanya pluralisme, toleransi dan
yang boleh atau tidak boleh ada di Indonesia adalah contoh lainnya. Untunglah hal
daerah di Indonesia.
3. Hukum
akhirnya, apakah HAM itu bisa dilindungi atau tidak jika terjadi pelanggaran,
atau tidak. Berbicara tentang hukum maka tidak bisa tidak kita akan melihat
berbagai legal instrument yang tersedia untuk melindungi HAM, Institusi Penegak
HAM yang bisa digunakan untuk mengadili pelanggaran HAM. Komnas HAM
METODE PENELITIAN
pendekatan. Tetapi pada penelitian skripsi ini pendekatan yang dilakukan dalam
berlakunya hukum. 23
B. Lokasi Penelitian
memilih lokasi penelitian di daerah Kab. Kolaka yaitu tepatnya di Kantor Polres
Kolaka.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
1. Data Primer
Data primer adalah data empirik yang diperoleh secara langsung lapangan
atau lokasi penelitian. Melalui teknik wawancara dengan pihak terkait yaitu
23
Dr. Muhaimin, Metode penelitian hukum. (Mataram University Press, 2020) Hal. 83
27
28
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai literatur atau studi
melalui studi kepustakaan (library research) yang dilakukan dengan dua cara:
a. Wawancara
Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face)
b. Observasi
Kolaka.
c. Studi Dokumen
permasalahanyang dibahas.
29
kemungkinan data yang masuk atau terkumpul itu tidak logis dan
meragukan.
urutan masalah.
yang menyangkut mengenai hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,
maupun hubungan manusia dengan manusia. Hal ini terkandung dalam nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila yang terdapat pada pancasila. Dalam Undang-
Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hah Asasi Manusia, pengaturan mengenai
Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada deklarasi Hak Asasi
dalam bab XA pasal 28A sampai dengan 28J yang merupakan hasil amandemen
kedua tahun 2000. Pemerintah dalam hal untuk melaksanakan amanah yang telah
No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada tanggal 23 September 1999
31
32
telah disahkan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
yang mengatur beberapa hal penting yang menyangkut Pengadilan Hak Asasi
Manusia. 24
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (pasal 1 ayat
6).
Kedua, hak untuk hidup, hak untuk tidak dipaksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dan persamaan untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut dapat di kecualikan dalam hal pelanggaran berat terhadap hak asasi
menggunakan semua upaya hukum nasional dan forum internasional atas semua
pelanggaran hak asasi manusia yang di jamin oleh hukum Indonesia oleh negara
Keempat, di dalam Pasal 104 diatur tentang pengadilan Hak Asasi Manusia
sebagai berikut : Untuk mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat di
24
Bambang Heri Supriyanto” Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif di Indonesia” Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA
SOSIAL, Vol . 2, No. 3, Maret 2014
33
bentuk pengadilan dalam ayat (1) di bentuk dengan Undang- Undang dalam
jangka waktu paling lama 4 tahun sebelum terbentuk pengadilan Hak Asasi
Manusia sebagai mana dimaksudkan dalam ayat (2) di adili oleh pengadilan yang
berwenang.
Selanjutnya Pasal 104 ayat (1) Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia yang berat adalah pengadilan Hak Asasi Manusia. Pada
Undang (Perpu) No. 1tahun 1999 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia yang
tentang pengadilan hak asasi manusia yang dinilai tidak memadai, sehingga tidak
tersebut di cabut.
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia sebagai pengganti Perpu No. 1
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dalam hal ini adalah kejahatan
bagian dari serangan yang meluas ataupun sistematik yang diketahuinya bahwa
akibat serangan itu ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin maupun alasan lain yang telah diakui secara Universal sebagai hal yang
apartheid. Dari berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat yang terjadi
Hak Asasi Manusia ad hoc untuk kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
hoc telah disampaikan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
akan lebih baik dan cerah, mengingat pada satu sisi proses institusional Hak Asasi
menunjukkan kemajuan yang berarti, maupun pada sisi lain terbangunnya ruang
publik yang lebih terbuka bagi perjuangan Hak Asasi Manusia dalam kurun waktu
hukum, berarti tiada kebijakan ataupun wewenang dan amanah tanpa berdasarkan
hukum.
yaitu sebagai wadah untuk menegakkan hukum yang ada di negara ini. Lembaga
pengadilan adalah suatu lembaga yang mempunyai peran untuk mengadili dan
25
Karlina Leksono dan Supelli, Tak ada Jalan Pendek Menuju Rekonsiliasi, Jurnal
Demokrasi dan HAM, (Jakarta : ID H-THC, 2001) Vol 1 No. 3. Hal 9.
36
nasional dan fungsi dari pada lembaga pengadilan sebagai wilayah guna
sedang bagitu semarak di wacanakan bukan hanya saja dalam wahana seminar,
diskusi, semiloka bahkan di dalam praktisi pengembala hukum itu sedang menjadi
topik yang sering dibicarakan dan diperdebatkan. Hak Asasi Manusia sekarang di
dunia telah menjadi suatu isu global meskipun perkembangan Hak Asasi Manusia
telah lama.
Indonesia seperti negara lain yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab
tidak dapat diam dengan seribu bahasa berkenaan dengan pelaksanaan Hak Asasi
nilai-nilai yang begitu menghormati dan menghargai arti dasar manusia yang telah
di buktikan oleh historis Indonesia yang panjang, bahwa Indonesia suatu wilayah
pelanggaran, pelecehan, dan kejahatan Hak Asasi Manusia telah ada dan di atur
37
namun hukum yang mengatur tentang pelanggaran ataupun kejahatan Hak Asasi
Manusia masih bersifat umum yaitu terdapat dalam Kitab Undang- Undang
Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen perihal tentang pengadilan yaitu
termasuk dalam kekuasaan kehakiman yang mana kekuasaan itu merdeka terlepas
Pasal 104 bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia
1) Pengadilan Umum.
2) Pengadilan Militer.
3) Pengadilan Agama.
4) Pengadilan Niaga.
Manusia dapat di adili sesuai dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
hukum diatas para pelaku pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia di negara
Indonesia dapat di jatuhkan hukuman dengan tampa pandang bulu dan pilih kasih
karena di mata hukum bagi pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah pelanggaran
hukum yang serius dan harus segera di hukum, supaya manusia tidak mudah
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menegaskan pemerintah sebagai
39
Pengadilan Hak Asasi Manusia diatur dalam Undang- Undang no. 26 tahun 2000
mengadili pelaku pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat, seperti yang
Hak Asasi Manusia yang berat , yang dilakukan sebelum Undang-Undang nomor
26. tahun 2000, hal ini dimungkinkan dengan usul Dewan Perwakilan Rakyat dan
keputusan Presiden. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang retroaktif ini dinamakan
Hak Asasi Manusia belumlah banyak seperti kasus perceraian oleh pengadilan
agama, kasus kriminal oleh pengadilan umum, kasus persengketaan niaga oleh
pengadilan niaga tidak menjadikan di masa depan pengadilan Hak Asasi Manusia
26
Seodjono Dirjdjosisworo, Pengadilan Hak Asasi Manusia,(Bandung: Citra Aditya
Bakti,2002),Cet. I. hal. 145.
40
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Kegiatan kepemerintahan ini
Indonesia mulai digelar untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Maret 2002 yang
pasca jejak pendapat, yang akan disusul dengan kasus terhadap pelanggaran berat
Hak Asasi Manusia lain di tanah air. Terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia
oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) permanen. Penerapan peradilan Hak
Asasi Manusia (HAM) bersifat ad hoc sesuatu yang baru dalam peradilan di
Indonesia, yang tidak saja mendapat perhatian di tanah air bahkan sampai manca
negara.Demi kredibilitas dan jati diri yang berwibawa dan adil dari peradilan
Hak Asasi Manusia Indonesia. Banyak pakar dan ilmuwan yang mendalami
dunia peradilan Hak Asasi Manusia ad hoc di Indonesia yang sangat berharga.
1. Budaya
No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM serta dibentuknya Komnas HAM,
bertujuan untuk memajukan dan melindungi HAM, tidaklah berarti bahwa secara
27
Wawancara, Kepala Satreskrim Kolaka pada tanggal 03 November 2022 Pukul 09.13
wita
42
Budaya dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan hak budaya sekaligus kebebasan
dalam bereskpresi.
mengembangkan kebudayaan.
28
Wawancara, Kepala Satreskrim Kolaka pada tanggal 03 November 2022 Pukul 09.13
wita
29
Wawancara, Staff Reskrim Kolaka pada tanggal 03 November 2022 Pukul 11.20 wita
43
Berdasarkan dari perspektif lainnya menemukan titik temu antara HAM dan
ditingkatkan,"imbuhnya
2. Politik
yang diputus dengan vonis hukuman berat di tingkat pertama (pengadilan negeri)
30
Wawancara, Kepala Unit Polres Kolaka pada tanggal 04 November 2022 Pukul 10.03
wita
44
memberlakukan sistem hukuman maksimal. Oleh sebab itu, dalam perkara yang
sama dimungkinkan terjadinya perbedaan bobot hukuman oleh hakim dari tingkat
3. Hukum
Budaya hukum dan hak asasi manusia yang belum terpadu. Dalam
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh penyebaran tingkat kualitas pendidikan dan
SDM yang belum sesuai dengan harapan masyarakat. Ini disebabkan oleh sifat
Orde Lama) dan sistem tata hukum nasional yang masih memberlakukan hukum
D. Analisis Hukum
keadilan masyarakat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Faktor Budaya
b) Faktor Politik
c) Faktor Hukum
B. Saran
sebagaimana mestinya.
47
48
A. Buku
Abdul Rozak Husein, Hak-hak Anak Dalam Islam, Jakarta: Fikahayati Aneska,
2002.
Ahmad, Yulianti, & Fajar, Mukti, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Yogyakarta: Pustaka Fajar, 2010.
Al Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Bandung: Gema Risalah
Pres, 2011.
Ali, Afandi, HukumWaris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, (Jakara: PT.
Rineka Cipta, 2004.
Arif, Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademika Presindo, 1989.
Arianto, Satya, Dimensi-Dimensi HAM, mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya, Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 2009.
Bagir, Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di
Indonesia, Yayasan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum,
Jakarta: PT. Alumni, 2006.
Barda, Nawawi Arief, Beberapa Aspek kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998.
Bisma, Siregar, Hukum dan Hak-Hak Anak, Jakarta: Rajawali, 1998.
Bob, Franklin, Bagaimana Hukum Memikirkan Tentang Anak (How the Laws
Thinks About Children), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan LBH APIK,
2005.
Bob, Franklin, Bagaimana Hukum Memikirkan Tentang Anak (How the Laws
Thinks About Children), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan LBH APIK,
2005.
Dahliar, Putra, Hak Asasi Manusia Menurut Al-Quran, Jakarta: PT. Al-Husna
Zikra, 1995.
Darwan, Prints, Hukum Anak Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005
Depkes RI, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 1999.
Munif, Ahmad, Perlindungan Hukum bagi Istri & Ancaman Kekerasan Rumah
Tangga dalam Islam, Skripsi, Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2001.
Muammar, Arafat Yusmad, Harmoni Hukum Indonesia, Makassar: Aksara Timur,
2015.
M, Nipan, Abdul Halim, Membahagiakan Suami Sejak Malam Pertama,
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005.
Nasir, M, Paradigma Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, Surabaya:
Nusantara, 200.
Pandan,Wangi Putri, Smart Parent and Happy Child Curvaksara, Yogyakarta: PT.
49
50
B. Peraturan Perundang-Undangan