Anda di halaman 1dari 10

Volume 16. Number 1.

June 2021 Page 45-54

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Pembelaan (Pledoi) Advokat


berdasar Paradigma Critical Theory Guba And Lincoln

Muhammad Helmi1

Sekolah Tinggi Agama Islam Samarinda, Indonesia


DOI: http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v16i1.26457

Article info Abstrak


Article History: Secara umum pembelaan (pledoi) oleh advokat adalah melindungi hak-hak tersang-
Received : January 30td 2021 ka/ terdakwa dari perlakuan sewenang-wenang oleh pihak yang tidak bertanggung
Accepted: March 15td 2021 jawab. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelaan (pledoi) oleh
Published: June 1st 2021 advokat dengan menggunakan paradigma teori kritis Guba dan Lincoln bahwa posisi
tersangka/ terdakwa tidak selalu salah tetapi dalil dakwaannya yang salah. Penggu-
Keywords: naan paradigma didasarkan pada tiga pertanyaan, ontologi, epistemologi, dan me-
defense; advocate;
todologi. Advokat dan aturannya bersifat Interaktif; temuan di ‹mediasi› dengan nilai
yang dipegang. Keduanya saling terkait secara interaktif dan kemudian dimediasi
guba and lincoln;
oleh nilai-nilai yang dianut oleh para advokat. Dengan demikian subjektivitas mela-
critical theory paradigm lui nilai rasa, kreativitas, dan inisiatif advokat berpengaruh pada pembelaan (pledoi).
Metodologinya adalah dialogis / dialektika. Penggunaan paradigma critical theory
bagi para advokat, mereka harus memperjuangkan pihak-pihak yang terdominasi/
terzolimi untuk mengubah ketidakadilan atas berlakunya dalil-dalil dakwaan. Bagi
mereka, aturan didasarkan pada keadilan formil, maka menjadi tugas advokat untuk
menemukan keadilan substantif yang memungkinkannya berada di luar aturan. Hal
inilah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan.

Abstract
In general, defense by advocates is protecting the rights of suspects/defendants from
avoiding arbitrary treatment by irresponsible parties. The purpose of this study is to
describe defense by advocates using the critical theory paradigm of Guba and Lin-
coln that the position of the suspect/defendant does not always wrong but the law is
wrong. The use of paradigms is based on three questions, ontology, epistemology, and
methodology. Advocates and the rules is an Interactive; findings in ‹mediation› by the
value held. Both are interrelated interactively and then mediated by the values held ​​
by advocates. Thus subjectivity through the value of taste, creativity, and the initiative
of advocates affects the defense. The methodology is dialogic / dialectic. Using the
critical theory paradigm for advocates, they must fight for those who are dominated/
tyrannized to change the injustice of the enactment of the arguments of the indict-
ment. For them, the rules are not based on formal justice, the task of advocates to find
substantive justice that allows it to be outside the rules. This will become the basis for
the judge’s consideration in deciding.

 ISSN 1907-8919 (Cetak)


Address : Jl. H. A. M. Rifaddin, Harapan Baru, Kec. Loa Janan Ilir, ISSN 2337-5418 (Online)
Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75251
E-mail : mhelmi354@yahoo.co.id
Pandecta. Volume 16. Number 1. June 2021 Page 45-54

1. Pendahuluan kan penjelasan diantaranya keterangan dan


Negara Indonesia sebagai negara hu- perbuatan hukum kliennya dalam persidan-
kum diatur dalam isi pasal 1 ayat 3 Undang gan baik dari tahap pemeriksaan kepolisian,
Undang Dasar, kemudian dijabarkan lebih tuntutan Jaksa Penuntut Umum, sampai pu-
lanjut dalam a. Pasal 27 ayat (1) bahwa se- tusan Hakim di pengadilan. Kemudian dalam
tiap warga negara mempunyai kedudukan perkara perdata misal melalui surat kuasa ad-
yang sama dan hukum dan pemerintahan vokat mewakili klien yang berperkara terkait
dan wajib menjunjung hukum dan pemerin- hak-hak yang dirugikan.
tahan tersebut tanpa terkecuali, b. Pasal 28 Pencarian keadilan bagi masyarakat
ayat (1) menjamin bahwa setiap orang ber- yang tidak cakap hukum, maka advokat ber-
hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan peran untuk memberikan pembelaan, na-
dan kepastian hukum yang adil serta perlaku- sihat hukum dan pendampingan. Berdasar
an yang sama di hadapan hukum c. Pasal 28 pada Kode Etik dan Undang-Undang Nomor
ayat (2) menjamin hak untuk diakui sebagai 18 Tahun 2003 tentang Advokat, ketentuan
pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tersebut memberikan kebebasan kepada ad-
tidak dituntut atas dan hukum yang berlaku vokat untuk mengembangkan pengetahuan
surut sebagai hak asasi manusia yang tidak dan berpikir kritis. Namun, seluruh kebeba-
dapat dikurangi dalam keadaan apapun. san advokat tersebut berdasar pada kehor-
Ketentuan pasal tersebut menjamin matan dan profesionalitas advokat yang ber-
pengakuan, kepastian, dan perlindungan pegang teguh kejujuran dan keterbukaan.
bagi setiap orang tanpa membedakan aga- Pengaturan sistem dan mekanisme pe-
ma, suku atau derajat seseorang. Dalam hal rekrutan profesi hukum seperti Advokat atau
ini tidak membedakan antara kaya dan mis- Pengacara, terdapat kelemahan, dan perma-
kin untuk mendapatkan akses keadilan dapat salahan. Beberapa organisasi advokat masih
terwujud. Kedudukan dan peran seseorang menerapkan pendidikan profesi advokat se-
di hadapan hukum ini merupakan hal pen- bagai persyaratan bagi para kandidat untuk
ting untuk mewujudkan rasa keadilan bagi mengikuti ujian. Bahwa dalam rekrutment
seluruh rakyat Indonesia. profesional diharapkan bisa melahirkan pro-
Politik hukum merupakan petunjuk fesional hukum yang baik dan berintegritas.
arah kebijakan dalam pembangunan hukum, (Saiful Anam, 2015:10)
hal ini menjadi tolak ukur keberhasilan pem- Dalam memberikan pembelaan, na-
bangunan hukum saat ini. Khususnya pem- sihat hukum dan pendampingan dengan
bangunan hukum dalam bidang penegakan pemikiran idealis dan profesional mengacu
hukum merupakan salah satu tolak bagi ne- pada kemampuan intelektual seorang advo-
gara. Maka peran penegak hukum dalam se- kat. Kemudian ia menjalankan tugasnya me-
tiap konflik yang terjadi harus segera diseles- rujuk pada kode etik. Pemikiran idelis dan
aikan, baik itu konflik antar warga dengan profesional didapat pada saat pendidikan
warga, warga negara dengan negara, atau dan pelatihan baik formal maupun non for-
negara dengan negara lain. Dengan demikian mal serta pengalaman ketika mengikuti persi-
penegakan hukum merupakan syarat mutlak dangan profesi yang dilengkapi dengan ilmu
bagi terciptanya pembangunan hukum yang pengetahuan. Pemikiran idelis dan profesio-
damai dan sejahtera (Wantu, 2012:480). nal tersebut dapat dilihat melalui keuletan,
Usaha mewujudkan prinsip negara hu- kritis dan ketelitian advokat dalam menjalan-
kum, maka disahkan Undang-Undang Nomor kan tugasnya.
18 Tahun 2003 tentang Advokat, berdasar Pada umumnya dalam pikiran setiap
ketentuan tersebut advokat memiliki legiti- advokat untuk menjalankan tugas profesinya
masi untuk menjalankan profesinya. Terkait yaitu memenangkan perkara, namun sesung-
tugas di bidang litigasi misal dalam perkara guhnya adovakat harus diantaranya a. Saat
pidana, melalui surat kuasa seorang advokat menjalankan profesinya, seorang advokat
mewakili kliennya di Pengadilan memberi- telah disumpah menurut kepercayaan atau

46
Muhammad Helmi, Pembelaan (Pledoi) Advokat berdasar Paradigma Critical Theory Guba And Lincoln

agamanya masing-masing untuk bersungguh- difikasi yaitu aliran legisme yang merupakan
sungguh menjalankan profesinya tidak hanya aliran dalam ilmu hukum dan peradilan tidak
mencari keuntungan secara materiil, tetapi mengakui hukum di luar undang-undang.
juga harus menjalankan tanggung jawab- Mereka menyebutkan bahwa hukum adalah
nya sesuai dengan kode etik serta peraturan undang-undang sedangkan hukum kebia-
perundang-undangan yang lainnya. Bukan saan dan ilmu pengetahuan hukum baru dia-
hanya itu profesi advokat juga sebagaimana kui sebagai hukum apabila undang-undang
istilah officium nobile yaitu profesi yang ter- mengaturnya (Siahaan, 2006: 27-28)
hormat. Dengan demikian seorang advokat Aliran legisme mempengaruhi sistem
harus memiliki integritas yang beretika serta hukum Indonesia termasuk dalam kajian ini
moral yang tinggi karena mengemban tang- advokat. Tugas advokat dalam memberikan
gung jawab sebagai penegak hukum dan pembelaan yaitu pada hak-hak tersangka
keadilan (Nugroho, 2016: 15) atau terdakwa dalam perkara pidana yang
Pledoi atau nota pembelaan merupa- diatur Pasal 50 sampai dengan Pasal 68 KU-
kan pembelaan berisikan tangkisan terhadap HAP, meliputi : 1) “Hak untuk segera dipe-
segala tuntutan atau tuduhan Jaksa Penuntut riksa, diajukan ke pengadilan dan diadili
Umum dengan dasar mengemukakan hal- (Pasal 50 ayat (1), (2), dan (3)); 2) Hak un-
hal yang meringankan atau membenarkan tuk mengetahui dengan jelas dalam bahasa
dirinya yang diucapkan oleh terdakwa atau yang dimengerti olehnya tentang apa yang
Penasihat Hukum. Terdapat 3 (tiga) hal disangkakan dan apa yang didakwakan (Pasal
yang dapat menjadi kesimpulan dalam 5 butir a dan b); 3) Hak untuk memberikan
nota pembelaan (pledoi). Pertama, Terdak- keterangan secara bebas kepada penyidik
wa minta dibebaskan dari segala dakwaan atau hakim (Pasal 52); 4) Hak untuk menda-
(bebas murni) karena tidak terbukti. Kedua, pat juru bahasa (Pasal 53 ayat (1)); 5) Hak
terdakwa supaya dilepaskan dari segala tun- untuk mendapat bantuan hukum pada setiap
tutan hukum, karena dakwaan terbukti, te- tingkat pemeriksaan (Pasal 54); 32 6) Hak un-
tapi bukan merupakan suatu tindak pidana. tuk mendapat nasehat hukum dari penasehat
Ketiga, Terdakwa meminta dihukum yang se- hukum yang ditunjuk oleh pejabat yang ber-
ringan-ringannya karena telah terbukti mela- sangkutan pada semua tingkat pemeriksaan
kukan suatu tindak pidana yang didakwakan bagi tersangka atau terdakwa yang diancam
(Djami, 2018: 3) pidana mati atau ancaman pidana lima belas
tahun atau lebih dengan biaya cuma – cuma
Ketiga kesimpulan pledoi di atas me-
(Pasal 56); 7) Hak tersangka atau terdakwa
nunjukan bahwa terbukti atau tidaknya ter- yang berkebangsaan asing untuk menghu-
dakwa melakukan tindak pidana yang diatur bungi dan berbicara dengan perwakilan ne-
dalam ketentuan peraturan perundang-un- garanya (Pasal 57 ayat (2)); 8) Hak untuk di-
dangan. Dengan kata lain bahwa tidak ada beritahu kepada keluarganya atau orang lain
hukum atau keadilan di luar aturan, ini me- yang serumah dengan tersangka atau terdak-
rupakan ajaran dari warisan penjajah di In- wa yang ditahan untuk mendapat bantuan
donsia. Di sisi lain jika pledoi dibuat dengan hukum atau jaminan bagi penangguhannya
berpikir kritis dan mendalam tidak hanya dan hak untuk berhubungan dengan keluar-
terbukti atau tidaknya terdakwa namun perlu ga dengan maksud yang sama diatas (Pasal 59
kajian kritis apakah memungkinkan perbua- dan Pasal 60); 9) Hak untuk dikunjungi sa-
tan pidana tersebut dibenarkan. nak keluarga yang tidak ada hubungan den-
Warisan pemerintah kolonial Belan- gan perkara tersangka atau terdakwa untuk
da semenjak ratusan tahun yang lalu yaitu kepentingan pekerjaan atau kekeluargaan
Indonesia menganut sistem hukum civil law (Pasal 62); 10) Hak untuk berhubungan surat
(Eropa Kontinental). Sistem hukum civil law menyurat dengan penasihat hukum dan sa-
tentang hukum yang tertulis merupakan sa- nak keluarganya (Pasal 62); 11) Hak untuk
tu-satunya sebagai sumber hukum. Hal itu menghubungi dan menerima kunjungan ro-
ditandai oleh munculnya suatu gerakan ko- haniawan (Pasal 63); 12) Hak untuk men-

47

Pandecta. Volume 16. Number 1. June 2021 Page 45-54

gajukan saksi dan ahli yang menguntungkan 2. Metode


bagi dirinya (Pasal 65); 13) Hak untuk minta Metode penelitian dalampenelitian ini
banding terhadap putusan pengadilan tingkat termasuk dalam jenis penelitian hukum nor-
pertama kecuali terhadap putusan bebas, le- matif. Dalam kajian ini menguraikan serta
pas dari segala tuntutan hukum yang meny- menganalisis permasalahan-permasalahan
angkut masalah kurang tepatnya penerapan yang ada, untuk kemudian dianalisis dengan
hukum dan putusan pengadilan dalam acara kajian paradigmatik Guba and Lincoln un-
cepat (Pasal 67); 14) Hak untuk menuntut tuk kemudian dikaitkan dengan peraturan
ganti kerugian dan rehabilitasi (Pasal 68). perundang-undangan yang berlaku dalam
Profesi advokat merupakan profesi praktek khususnya undang-undang Advokat.
yang mulia dengan ilmu dan pengetahuannya Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu meng-
tentang ilmu hukum dalam rangka mewujud- gambarkan perkembangan pola pikir advokat
kan kepastian, keadilan dan kemanfaatan dalam membuat pembelaan (pledoi) dengan
hukum. Berdasarkan pemikiran tersebut pe- berdasarkan paradigma critical theory. Para-
laksanaan profesi advokat selalu didasarkan digma tersebut memandu pola pikir advokat
pada nilai keadilan saat pembelaannya atas dengan tidak menekankan pada apakah ter-
hak dan kepentingan hukum seorang ter- sangka/ terdakwa bersalah atau tidak bersa-
sangka/ terdakwa. Pembelaan advokat me- lah melanggar KUHP atau peraturan perun-
nentukan terdakwa apakah ia bersalah atau dang-undangan lainnya namun menekankan
tidak bersalah mestinya berdasar pada nilai apakah aturan tersebut benar dikenakan ke-
keadilan bukan kesalahan menurut aturan pada tersangka/terdakwa karena memung-
sehingga menjadi pertimbangan bagi hakim kinkan bahwa aturan tersebut tidak tepat di-
untuk memberikan putusan. kenakan kepadanya sehingga yang menjadi
Maka perlu semakin digalakkan kaji- korban adalah tersangka/ terdakwa, maka
an ilmu hukum dengan kajian paradigmatik. hal tersebut bertujuan menemukan keadilan
Paradigma sebagai pedoman diantaranya pa- substantif.
radigma positivisme, pospositivisme, critical
theory et. al., atau konstruktivisme. Dengan 3. Hasil dan Pembahasan
penggunaan paradigma dalam kajian ilmu Pembelaan Advokat
hukum untuk menyelsaikan kasus pidana Asal kata advokat, apabila didasarkan
dapat semakin berwarna dan kaya, serta pe- pada Kamus Latin Indonesia dapat ditelusuri
nuh dengan nuansa dialog yang konstruktif. dari bahasa Latin yaitu advocates yang be-
Dengan demikian, sifat ilmu hukum yang di- rarti yang membantu seseorang dalam per-
katakan multiparadigmatik itu dapat semakin kara, saksi yang meringankan (Sinaga, 2011:
jelas dan nyata (Pranata, 2016: 19). 2) Istilah advokat sesungguhnya telah dikenal
Pergeseran paradigma dalam mengha- semenjak zaman Romawi yang jabatannya
dapi masalah merupakan suatu model pen- atau profesinya disebut dengan nama offici-
dekatan baru, sehingga tidak cukup banyak um nobile (profesi yang mulia), karena men-
literatur yang mengkaji masalah ini. (Nurul gabdikan dirinya kepada kepentingan masya-
Akhmad, 2010:185). rakat dan bukan kepada dirinya sendiri, serta
Berdasarkan uraian di atas, penulis ter- berkewajiban untuk turut menegakkan hak-
tarik mengembangkan pedoman advokat da- hak asasi manusia, serta bergerak di bidang
lam memberikan pembelaan (pledoi) dengan moral, khususnya untuk menolong orang-
menggunakan kajian paradigma critical theo- orang tanpa mengharapkan imbalan dan/atau
ry Guba and Lincoln. Kajian ini perlu diterap- menerima imbalan atau honorarium(Ishak,
kan oleh para advokat dalam memberikan 2012: 12)
pledoi agar menjadi pertimbangan tercipta- Menurut Undang-Undang Nomor 18
nya putusan pengadilan yang memenuhi rasa Tahun 2003 Tentang Advokat Pasal 1 angka
keadilan masyarakat khususnya tersangka/ 1 menyebutkan advokat adalah orang yang
terdakwa. berprofesi memberi jasa hukum, baik di da-

48
Muhammad Helmi, Pembelaan (Pledoi) Advokat berdasar Paradigma Critical Theory Guba And Lincoln

lam maupun di luar pengadilan yang me- bertanggungjawab kepada klien tetapi juga
menuhi persyaratan berdasarkan ketentuan bertanggungjawab kepada bangsa dan nega-
Undang-Undang ini. Terkait jasa hukum yang ra, pengadilan, masyarakat serta pihak lawan
dilakukan oleh advokat disebutkan pada ang- (Lubis, 2016:180-181)
ka 2 yang menyebutkan bahwa Jasa Hukum Selain profesi advokat mulia atau ter-
adalah jasa yang diberikan Advokat berupa hormat, profesi ini juga tidak mencari keun-
memberikan konsultasi hukum, bantuan hu- tungan semata, namun idealisme dan profe-
kum, menjalankan kuasa, mewakili, men- sional seorang advokat dengan menilai suatu
dampingi, membela, dan melakukan tinda- kebenaran dan keadilan serta menjunjung
kan hukum lain untuk kepentingan hukum tinggi nilai moralitas serta ia wajib melakukan
klien. pembelaan bagi kliennya tanpa membeda-
Berdasarkan ketentuan Undang-Un- kan perlakukan atau diskriminasi berdasar-
dang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Ad- kan pada asas equality before the law (Dhara-
vokat Pasal 15 menyebutkan advokat bebas yanti, 2018: 177).
dalam menjalankan tugas profesinya untuk Seorang advokat berdasar pada sum-
membela perkara yang menjadi tanggung ja- pah pengangkatan dinyatakan bahwa: (1) Se-
wabnya dengan tetap berpegang pada kode tiap penasihat hukum adalah warga negara
etik profesi dan peraturan perundangundan- yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
gan.” Kemudian Pasal 16 menyebutkan bah- dan menjalankan praktek profesinya men-
wa advokat tidak dapat dituntut baik secara junjung tinggi hukum berdasarkan Pancasila
perdata maupun pidana dalam menjalankan dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 serta
tugas profesinya dengan iktikad baik untuk sumpah jabatannya. (2) Penasihat hukum di-
kepentingan pembelaan klien dalam sidang larang melakukan sikap-sikap diskriminasi,
pengadilan.” Menurut Penjelasan Pasal 16 karena itu harus bersedia memberi nasehat
yang dimaksud dengan “iktikad baik” ada- dan bantuan hukum kepada yang memer-
lah menjalankan tugas profesi demi tegaknya lukannya tanpa membedakannya suku, aga-
keadilan berdasarkan hukum untuk membe- ma, kepercayaan, keturunan, kedudukan
la kepentingan kliennya. sosial atau keyakinana politiknya dan tidak
Berdasar pada kedua ketentuan terse- semata mencari imbalan materi, tetapi harus
but hubungan antara advokat dengan klien- mengutamakan penegakan hukum, keadilan
nya harus dalam kondisi saling mempercayai, dan kebenaran dengan cara jujur dan ber-
sehingga tidak ada kendala psikologis dalam tanggung jawab. (3) Penasihat hukum da-
proses penyampaian tujuan luhur mencari lam menjalankan praktek profesinya harus
nilai kebenaran dan keadilan hukum. Advo- bebas dan mandiri sertsa tidak dipengaruhi
kat tidak boleh menerima kuasa untuk me- oleh siapa pun dan wajib memeperkuangkan
nyelesaikan perkara dalam suasana terpaksa. setinggi-tingginya hak asasi manusia di da-
Advokat dapat menolak menangani perkara lam negara hukum Indonesia. (4) Penasihat
yang diyakini tidak ada dasar hukumnya. Da- hukum wajib memegang teguh solidaritas se-
lam menjalankan professionalnya advokat sama teman sejawat dan apabila teman seja-
harus dengan kesadaran untuk menjalankan wat diajukan sebagai tersangka dalam suatu
tugas sebagai kuasa hukum yang didalamnya perkara pidana, maka ia wajib dibela oleh
terkandung misi yang luhur yaitu tegaknya teman sejawat lainnya secara Cuma-Cuma.
kebenaran dan keadilan (Artijo, 2010: 74) (5) Penasihat hukum tidfak dibenarkan me-
Profesi advokat sebagai penasehat hu- lakukan pekerjaan yang dapat merugikan
kum merupakan profesi yang mulia karena kebebasan, derajat dan martabat penasihat
advokat saat melakukan pembelaan tidak hukum dan dalam perilaku sehari-harinya se-
membedakan latar belakang klien baik orang nantiasa menjunjung tinggi profesi pensase-
kaya maupun orang yang tidak mampu. hat hukum sebagai profesi yang terhormat
Seorang yang ingin menjadi advokat terle- (officium nobile). (f) Penasihat hukum dalam
bih dahulu disumpah bahwa ia tidak hanya melakukan praktek profesinya harus bersikap

49

Pandecta. Volume 16. Number 1. June 2021 Page 45-54

hati-hati dan menjaga sopan santun terhadap laksanaan profesi Advokat selalu didasarkan
para pejabat penegak hukum, sesama teman pada nilai keadilan, kemanusiaan, kejujuran,
sejawat dan masyarakat, namun berkewa- kepatuhan dan kewajaran, keharusan untuk
jiban mempertahankan hak dan martabat memiliki kualitas keahlian dan keilmuan ser-
penasihat hukum di mana pun ia berada (Ro- ta kesadaran untuk selalu menghormati dan
syadi, 2002: 89) menjaga integritas serta menghormati pro-
Pemahaman hukum yang benar, be- fesinya, dan pelayanannya pada kepentin-
kerja keras, beretika serta moral sesuai nilai- gan publik terutama pembelaannya atas hak
nilai kemasyarakatan, hal tersebut menjadi dan kepentingan hukum seorang terdakwa
ukuran kompetensi yang dimiliki. (Sartono, di depan Persidangan. Pembelaan seorang
2013:222) Advokat memiliki nilai penting bagi seorang
terdakwa dalam membuktikan apakah ia
Seorang advokat dalam berfikir, ber-
bersalah atau tidak bersalah sehingga menja-
tingkah laku, dan berbicara dipersidangan
di bahan bagi hakim dalam mempertimbang-
wajib mematuhi prinsip-prinsip persidangan
kan dan memutuskan (Kevin, 2016: 5).
sebagaimana yang telah ditentukan oleh pe-
raturan perundang-undangan yang berlaku.
Advokat yang mendampingi klien di muka Pembelaan oleh Advokat Melalui Paradig-
pengadilan harus menempatkan diri sebagai ma Critical Theory Guba and Lincoln
agen of service, yakni pelayan yang mengabdi
Profesi advokat merupakan profesi
kepada keadilan, serta berkewajiban untuk
yang sangat dibutuhkan oleh para pihak yang
membela kepentingan klien yang senantiasa
sedang bersengketa untuk mendapatkan pe-
ditimpa dengan nilai-nilai kebenaran dalam
layanan jasa hukum, berupa konsultasi hu-
menegakkan hukum dan hak-hak asasi klien
kum, bantuan hukum, menjalankan kuasa,
(Ishak, 2012: 45)
mewakili, mendampingi, membela dan
Ada tiga hal yang menyebabkan ma- melakukan tindakan hukum untuk kepen-
syarakat memilih untuk menggunakan jasa tingan klien sesuai ketentuan hukum dan
advokat dalam mewakili perkaranya untuk Peraturan Perundang-undangan yang ber-
diselesaikan di Pengadilan, antara lain; (1) laku serta kode etik profesi hukum(Jaidun,
Pada umumnya pengetahuan masyarakat 2019: 195).
sangat lemah atau kurang tentang hukum
Problematikanya adalah keberadaan
dan proses beracara pada persidangan di
profesi advokat sebagai profesi terhormat
muka Pengadilan Agama. (2) Dengan meng-
(officium nobille) dan kedudukannya sebagai
gunakan jasa advokat, maka mempermudah
penegak hukum, senantiasa menghormati
dan memperlancar jalannya persidangan,
hukum dan keadilan yang merupakan tun-
disebabkan karena mereka tahu dan paham
tunan umat manusia. Tidak ada kehidupan
tentang hukum dan proses beracara di muka
bersama yang manusiawi tanpa hukum dan
persidangan. (3) Orang yang menggunakan
keadilan. Advokatlah sebagai salah satu apa-
jasa advokat dalam menyelesaikan perkara di
rat penegak hukum yang ditugaskan mem-
Pengadilan Agama, maka akan memperoleh
pertahankan hukum dan keadilan. Fungsi
hasil yang maksimal dibandingkan dengan
dan tugas advokat, bukan fungsi dan tugas
menyelesaikan perkara sendiri tanpa bantu-
yang biasa, tapi merupakan tugas yang mulia
an jasa advokat (Gunawan, 2012: 15-16).
untuk mempertahankan komunitas manusia
Profesi advokat dipahami dengan pen- yang manusiawi (Solehoddin, 2015: 92).
getahuannya dan keahliannya tentang ilmu
Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa
hukum di Indonesia, yang dilaksanakannnya
“Peran yang diperankan seorang pembela
dalam rangka mewujudkan suatu kepastian
yaitu sebagai penjaga (pengawal) kekuasaan
hukum dan menegakkan ketertiban yang
pengadilan. Dalam hal ini pembela bertugas
berkeadilan. Berdasarkan pemikiran terse-
untuk menjamin agar perangkat hukum tidak
but, maka sudah selayaknya bila di masya-
melakukan penyelewengan-penyelewengan
rakat muncul harapan dan tuntutan agar pe-


50
Muhammad Helmi, Pembelaan (Pledoi) Advokat berdasar Paradigma Critical Theory Guba And Lincoln

sehingga merugikan hak terangka/terdakwa bidang lain seperti bidang politik, hukum, so-
(Rahardjo, 1974: 104). sial dan ekonomi. Paradigma dapat dimaknai
Peran advokat dalam memberikan jasa sebagai kerangka pikir, acuan, tolok ukur, pa-
hukum bagi kepentingan klien diartikan bah- rameter, arah dan tujuan. Oleh karena itu,
wa bagaimana advokat menjalankan profe- paradigma memiliki peran penting dalam
sinya sesuai dengan tugas dan fungsinya se- melaksanakan segala hal.(Erika, 2014:38).
suai kode etik dan sumpah advokat. Selain Peran penting paradigma untuk dite-
itu juga harus mendalami keperanan advokat rapkan karena terdapat dua fungsi pemikiran
dengan kajian paradigmatik, maka untuk mu- kritis. Pertama, sebagai paradigma alterna-
dah mendapat pegangan tentang yang wajib tif selain kajian konvensional. Tujuan peng-
ditaati dan dipenuhi oleh advokat. Paradig- gunaan paradigma alternatif tersebut tidak
ma memberikan lebih jelas kepada advokat seperti kajian konvensional, tidak hanya
tentang praktek dalam profesi yang harus di- sekedar prediksi atau kontrol, namun juga
lakukan. penjelasan dan pemahaman yang lebih men-
Paradigma menurut Guba and Lincoln dalam. Kedua, paradigma alternative mampu
adalah suatu sistem filosofis utama, induk, menciptakan “kognitif ekonomi”. Paradigma
atau ‘payung’ yang terbangun dari ontologi, berfungsi sebagai metafisik dan kerangka ker-
epistemologi, dan metedologi tertentu,yang ja metodologis untuk bersosialisasi praktisi ke
masing-masingnya terdiri datu satu ‘set’ belief disiplin masing-masing, dan akibatnya akan
dasar atau worldview yang tidak dapat diper- memahami paradigma dengan baik dan ba-
tukarkan (dengan belief dasar atau worldview gian-bagian lain tetap ada intuitif (Lincoln &
dari ontologi, epistemologi, dan metodologi Egon, 2007: 1-2).
paradigm lainnya). Paradigma mempresenta- Guba and Lincoln menguraikan para-
sikan suatu sistem atau set belief ‘dasar’ ter- digma kedalam tiga pertanyaan yang melipu-
tentu yang berkenaan dengan prinsip-prinsip ti: ontology, epistemology, dan methodology.
utama atau pertama, yang mengikatkan pen- Ontology berkaitan dengan pertanyaan dasar
ganutnya/ penggunanya pada worldview ter- tentang hakikat suatu realitas. Epistemology
tentu, berikut cara bagaimana ‘dunia’ harus berkaitan dengan pertanyaan tentang bagi-
dipahami dan dipelajari serta senantiasa me- mana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa
mandu setiap pikiran, sikap, kata, dan per- hubungan antara peneliti dengan pengeta-
buatan penganutnya (Indarti, 2010: 16). huan. Methodology berkaitan dengan per-
Perkembangan paradigma tidak hanya tanyaan bagaimana cara kita memperoleh
dalam bidang ilmu pengetahuan, namun juga pengetahuan (Guba & Lincoln, 1994: 108).
Tabel 1. Basic Beliefs (Metaphysics) of Alternative Inquiry Paradigms
Pertanyaan Positivisme Critical Theory et al
Ontologi realisme naif realisme historis-
realitas eksternal, objektif, real realitas ‘virtual’ yang terbentuk oleh fak-
dan dapat dipahami tor sosial. politik, budaya, ekonomi, et-
nis, dan gender
Epistemology dualist/ objectivist; Transactiona/ subjectivist
Peneliti dan objek invstigasi Peneliti dan objek investigasi terkait se-
adalah dua entity independen; cara interaktif; temuan di ‘mediasi’ oleh
bebas nilai nilai yang dipegang semua pihak
Methodology Experimental/ manipulative dialogic/ dialectical
Uji empiris dan verifikasi research Ada dialog antara peneliti dengan ob-
question dan hipotesa; manipu- jek investigasi; bersifat dialektikal men
lasi dan control terhadap kondisi ‘transform’ kemasabodohan dan kes-
berlawanan; utamanya metode alahpahaman menjadi kesadaran untuk
kuantitatif mendobrak
Sumber: (Indarti, 2010: 19)
51

Pandecta. Volume 16. Number 1. June 2021 Page 45-54

Ontologi paradigma positivisme seba- kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari


gaimana tabel diatas sesuai dengan pola pi- Antan (RSA) akan menjadikannya sebagai ter-
kir advokat di Indonesia yang terpengaruh dakwa di ruang pengadilan. Pada hari kamis
ajaran legisme sebagaimana penegak hukum (19/11/2009), majelis hakim yang dipimpin
lainnya polisi, jaksa, dan hakim. Bahwa advo- Muslih Bambang Luqmono memvonisnya 1
kat dalam mewujudkan keadilan saat mela- bulan 15 hari dengan masa percobaan sela-
kukan pembelaan terpaku dengan ketentuan ma 3 bulan. Minah dinilai terbukti secara sah
tertulis atau membaca secara apa adanya. dan meyakinkan melanggar Pasal 362 KUHP
Menghubungkan epistemologi bahwa advo- tentang pencurian. Penggunaan paradigma
kat menempatkan nilai/value di luar, karena critical theory bagi advokat akan diuraikan
advokat dipandang bebas nilai maka advokat sesuai dengan pertanyaan ontologi, episte-
objektif. Menghubungkan metodologi positi- mologi dan metodologi.
visme yaitu verifikasi, advokat secara objektif Ontologi dari paradigma critical theory
menyesuaikan suatu objek sengketa dengan bersifat realisme historis, maksudnya pema-
ketentuan aturan hukum peraturan tertulis haman tntang aturannya kliru, karena diben-
karena sumber keadilan yaitu peraturan pe- tuk oleh berbagai faktor sosial, politik, buda-
rundang-undangan. ya, ekonomi, etnis, dan gender. Maka seorang
Penemuan hukum (rechtsvinding) peneliti mengubah atau mentransformasi
mengadopsi ajaran legisme, berawal dari pemahaman yang salah atau keliru tentang
sejarah Indonesia yang dijajah oleh Belan- aturan (Helmi, 2020b: 17). Dalam kajian
da yang membawa sistem hukum civil law paradigma ini maka seorang advokat bukan
benua Eropa. Ajaran menegakkan keadilan pada posisi membela hak-hak Nenek Minah
dengan menerapkan undang-undang hanya melanggar Pasal 362 KUHP tentang pencuri-
sebagai satu-satunya sumber hukum. Dengan an namun advokat seharusnya menekankan
kata lain hakim merupakan corong undang- bahwa aturan tersebut tidak tepat dikenakan
undang (Helmi et al., 2020: 5889). kepada Nenek Minah karena pemberlaku-
Begitu pula advokat terpengaruh aja- an aturan tersebut tidak bisa disamaratakan
ran positivisme yakni alur pikir cenderung kepada setiap orang termasuk nenek Minah,
melegitimasi hukum dan memverifikasi sua- maka advokat dalam pledoi harus menyadar-
tu objek sengketa terhadap ketentuan aturan kan smua pihak atas kesalahpahaman atau
hukum. Paradigma ini menempatkan nilai kekeliruan pemberlakukan Pasal 362 KUHP.
atau rasa berada di luar pembelaan advokat, Advokat menilai bahwa undang-undang ti-
karena nilai atau rasa harus berada di luar dak sempurna cenderung dominasi kepada
advokat. Sedangkan Paradigma critical theo- pihak lemah, terdapat kekeliruan dan juga
ry berpandangan bahwa nilai tercakup dalam bukan merupakan satu-satunya sumber hu-
pembelaan (pledoi) advokat. Dengan demi- kum yang diakui. Aturan menunjukan keadi-
kian nilai yang dibawa oleh advokat dalam lan formil sedangkan advokat berkewajiban
pembelaan (pledoi) harus benar-benar tertu- untuk menemukan keadilan substantif.
ang. Epistemologi dari paradigma critical
Perkembangan paradigma dan filsa- theory adalah Transactional/ subjectivist. Pen-
fat hukum menjadi suatu grand theory bagi jelasannya adalah peneliti dan objek investi-
ilmu hukum positif dan teori hukum. Suatu gasi terkait secara interaktif; temuan di ‘me-
kajian paradigmatik serta filsafat hukum da- diasi’ oleh nilai yang dipegang semua pihak.
lam suatu penelitian bukan hanya dilakukan Dengan demikian peneliti tersebut adalah
oleh para filsuf melainkan juga para akade- advokat dan objek investigasi yaitu dakwaan
misi dan praktisi hukum dapat melakukannya Pasal 362 KUHP, keduanya saling terkait seca-
(Helmi, 2020a: 123), termasuk dalam kajian ra interaktif untuk kemudian di mediasi oleh
ini oleh advokat. nilai yang dipegang oleh advokat. Dengan
demikian nilai rasa, cipta dan karsa advokat
Seperti kasus Nenek Minah, ia tak per-
mempengaruhi dalam pembelaan (pledoi).
nah menyangka perbuatan memetik 3 buah


52
Muhammad Helmi, Pembelaan (Pledoi) Advokat berdasar Paradigma Critical Theory Guba And Lincoln

Maka advokat dilarang objektif atas dakwaan 4. Penutup


namun sebaliknya advokat harus subjektif. Profesi advokat merupakan profesi
Metodologi dari paradigma critical the- mulia dalam memberikan bantuan hukum
ory adalah dialog/ dialektika. Penjelasannya atau jasa hukum kepada masyarakat atau
adalah ada dialog antara peneliti dengan klien yang menghadapi masalah hukum.
objek investigasi; sedangkan dialektika yaitu Ketidakpahaman masyarakat tentang
merubah kemasabodohan, kesalahpahaman hukum mengakibatkan semakin penting
serta kekeliruan menjadi kesadaran. Dengan peran advokat. Dengan meningkatnya
demikian peneliti yaitu advokat dan objek in- peran advokat diharapkan kajian advokat
vestigasi yaitu dakwaan KUHP Pasal 362 ter- terhadap suatu sengketa lebih filosofis
jadi dialog untuk mentransform kesalahpaha- atau paradigmatik. Paradigma merupakan
man atau kekeliruan akibat kesalahpahaman pedoman yang membimbing pola pikir
atau kekeliruan penerapan, maka dalam hal advokat dalam setiap pembelaan (pledoi).
ini advokat mentransformasi atas ketidakber- Penggunaan paradigma critical theory bagi
pihakan terhadap pihak yang terzolimi kare- advokat diuraikan sesuai dengan pertanyaan
na dakwaan tersebut. ontologi, epistemologi dan metodologi.
Kesimpulannya Pada kasus tersebut Ontologi paradigma critical theory bersifat
nenek minah secara legal dan patut diben- realisme historis, pemahaman atas aturannya
arkan bersalah melanggar Pasal 362 KUHP. tidak benar, karena dibentuk oleh berbagai
Dalam kajian ini jika advokat menggunakan faktor sosial, politik, budaya, ekonomi, etnis,
paradigma critical theory maka advokat mng- dan gender. Maka advokat dalam paradigma
kritisi dakwaan Pasal 362 KUHP yang diber- ini mengkritisi aturan yang mnjadi dalil
lakukan kepada nenek Minah. Dengan kata dakwaan, tidak skdar membela hak-hak
lain dalam paradigma ini menganggap keten- tersangka/terdakwa. Maka melalui pledoi
tuan KUHP bukan kebenaran mutlak. Maka advokat meluruskan kesalahpahaman atau
advokat memposisikan bahwa klien (nenek kekeliruan penerapan dalil dakwaan, hal ini
minah) merupakan seseorang yang terzolimi akan mempengaruhi saat hakim membrikan
atau tertindas. Secara tidak langsung advo- putusan. Epistemologi dari paradigma critical
kat harus merasakan apa yang nenek minah theory adalah Transactional/ subjectivist.
rasakan. Nilai rasa, cipta, dan karsa advo- Penjelasannya adalah peneliti dan objek
kat sangat berperan dalam pembelaan. Dan investigasi terkait secara interaktif; temuan
juga peran advokat dalam persidangan harus di ‘mediasi’ oleh nilai yang dipegang semua
meyakinkan hakim agar tidak terpatok pada pihak. Dengan demikian peneliti tersebut
ketentuan Pasal 362 KUHP karena pember- adalah advokat dan objek investigasi yaitu
lakuannya tidak bisa disamaratakan. dakwaan Pasal 362 KUHP, keduanya saling
Dalam paradigma critical theory ad- terkait secara interaktif untuk kemudian di
vokat sebagai pemegang otoritas atau aktor mediasi oleh nilai yang dipegang oleh advokat.
utama dalam untuk memberikan kesadaran Dengan demikian nilai subjktivitas advokat
bahwa kliennya adalah orang atau sekelom- mempengaruhi dalam pembelaan (pledoi).
pok orang yang terdominasi atau tertindas. Maka advokat dilarang objektif atas dakwaan
Dengan demikian advokat harus lebih idea- namun sebaliknya advokat harus subjektif.
lis dan profesional dalam menegakan dalam Metodologi dari paradigma critical theory
menjalankan profesinya baik dalam persi- adalah dialog/ dialektika. Penjelasannya
dangan maupun di luar persidangan karena adalah ada dialog antara peneliti dengan
peranannya adalah mewujudkan tegaknya objek investigasi; sedangkan dialektika yaitu
hukum dan keadilan dengan mempertahan- merubah kemasabodohan, kesalahpahaman
kan hak-hak kliennya. Hak-hak tersebut bagi serta kekeliruan menjadi kesadaran. Dengan
advokat merupakan suatu kewajiban atau demikian peneliti yaitu advokat dan objek
keharusan untuk diperjuangkan. investigasi yaitu dakwaan KUHP Pasal
362 terjadi dialog untuk mentransform

53

Pandecta. Volume 16. Number 1. June 2021 Page 45-54

kesalahpahaman atau kekeliruan akibat Berdasarkan Paradigma Konstruktivisme. Kanun


Jurnal Ilmu Hukum, 22(1), 111–132. https://doi.
kesalahpahaman atau kekeliruan penerapan, org/10.24815/kanun.v22i1.14792
maka dalam hal ini advokat mentransformasi Helmi, M., Jaya, N. P., & Sularto, R. B. (2020).
atas ketidakberpihakan terhadap pihak Transformation of Legal Discovery in Court
yang terzolimi karena dakwaan tersebut. Decision In Indonesia by using Guba And
Lincoln Paradigm. TEST, 5884, 5884–5889.
Dengan demikian peneliti yaitu advokat
Indarti, E. (2010). Diskresi dan Paradigma Sebuah Telaah
dan objek investigasi yaitu sengketa atau Filsafat Hukum (Pengukuhan). Universitas
aturan yang dipermasalahkan terjadi dialog Diponegoro.
untuk mentransform kesalahpahaman atau Ishak. (2012). Pendidikan Keadvokatan. Grasindo.
kekeliruan dalil dakwaan. Maka dalam Jaidun, J. (2019). Peranan Advokat Dalam Pembelaan
hal ini advokat menjadi penyelamat atas Hukum terhadap Terdakwa Korupsi di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada
ketidakberpihakan terhadap pihak yang Pengadilan Negeri Samarinda (Tinjauan Etika
lemah melalui pembelaan. Dengan demikian Profesi Hukum). Yuriska : Jurnal Ilmiah Hukum,
advokat merubah ketidakadilan sehingga 11(2), 188. https://doi.org/10.24903/yrs.
v11i2.522
mempengaruhi hakim dalam memutus.
Lincoln, Y. S., & Egon, G. (2007). Paradigms. 1–2.
https://doi.org/10.1002/9781405165518.
5. Daftar Pustaka wbeosp001
Akhmad, Nurul. (2010). Tinjauan Regulasi Rencana Lubis, A. (2016). Peran Advokat dalam Penegakan
Tata Ruang Kota Semarang menggunakan Hukum di Organisasi Asosiasi Advokat
Pendekatan Paradigma Pengurangan Resiko Indonesia Cabang Medan. JPPUMA: Jurnal Ilmu
Bencana. Pandecta, 5(2), 183-200 Pemerintahan Dan Sosial Politik UMA (Journal
Anam, Saiful, (2017). System of Recruitment of Legal of Governance and Political Social UMA), 2(2),
Profession In A Nation of Law of Pancasila. 176–192. http://ojs.uma.ac.id/index.php/
Pandecta, 12(1), 10-18 jppuma
Artijo, A. (2010). Peran dan Tantangan advokat dalam Nugroho, F. M. (2016). No Title. Rechtidee, 11(1), 14–
Era Globalisasi. UII Prss. 29.
Dharayant, D. M. P. (2018). Pemberian Bantuan Hukum Pranata, R. & E. I. & T. L. I. (2016). Penemuan Hukum
Dalam Perkara Pidana Oleh Advokat Dilihat Dan Paradigma: Suatu Telaah Filsafat Hukum
Dari Perspektif Hak Asasi Manusia. Kertha Tentang Proses Peradilan Pidana Di Pengadilan
Patrika, 40(3), 175. https://doi.org/10.24843/ Negeri Kota Semarang. Diponegoro Law
kp.2018.v40.i03.p04 Journal, 5(4), 1–20.
Erika,. Dewa Gede Sudika Mangku. (2014). Politik Rahardjo, S. (1974). Hukum Masyarakat dan
Hukum Pancasila dalam Paradigma Nilai-Nilai Pembangunan. Alumni.
Sosial Kultural Masyarakat Indonesia, Pandecta, Rosyadi, R. (2002). Advokat dalam Perspektif Islam dan
9(1), 32-49 Hukum Positif. Ghalia Indonesia.
Djami, J. M. & I. P. S. S. (2018). Eksistensi klemensi Sahlan, Sartono. (2013). Pilihan Profesi Hukum
sebagai implementasi hak terdakwa untuk Mahasiswa dalam Pengembangan Kurikulum
melakukan pembelaan dalam persidangan Fakultas Hukum. Pandecta, 8(2), 213-223
perkara pidana di indonesia. Kertha Negara, Siahaan, L. O. (2006). Hal-Hal Yang Harus Diketahui (
6(2). Proses Bcrfikir ) Hakim Agar Dapat Menghasilkan
Guba, E. G., & Lincoln, T. S. (1994). Competing Putusan Yang Bcrkualitas Pendahuluan. Jurnal
paradigms in qualitative research. In N. K. Hukum Dan Pembangunan, 36(1).
Denzin & Y. S. Lincoln (Eds.), Handbook of Sinaga, V. H. (2011). Dasar-dasar Profesi Advokat.
qualitative research (pp. 105-117). Thousand Erlangga.
Oaks, CA: Sage, 105–117.
Wantu, F. (2012). Mewujudkan Kepastian Hukum,
Helmi, M. (2020a). Ontologi Penelitian Hukum Islam Keadilan Dan Kemanfaatan Dalam Putusan
Berbasis Paradigma Guba dan Lincoln. Jurnal Hakim Di Peradilan Perdata. Jurnal Dinamika
Hukum Islam, 18, 1–20. Hukum, 12(3), 479–490. https://doi.
Helmi, M. (2020b). Penemuan Hukum oleh Hakim org/10.20884/1.jdh.2012.12.3.121


54

Anda mungkin juga menyukai