Anda di halaman 1dari 4

https://hmikomhukumuh.wordpress.

com/2018/11/06/teknik-pengambilan-
keputusan-oleh-hakim-pada-peradilan/

Teknik Pengambilan Keputusan oleh Hakim pada Peradilan


Oleh Muh. Alif Zhafran
(Ketua Umum HmI Komisariat Hukum Unhas Cabang Maktim Periode 1440-1441 H)

Pada umumnya kepemimpinan didefenisikan sebagai suatu proses


mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Dari defenisi ini nampak bahwa kepemimpinan adalah suatu proses,
bukan orang.1

Dari definisi tersebut dapat di tarik bahwa kepemimpinan memiliki minimal


beberapa unsur dalam mempengaruhi aktivitas baik itu dari pemecahan masalah
(problem solving), teknik pengambilan keputusan (decission making), teknik
negosiasi (how to negotiate), hingga teknik lobying.

Diantara keempat unsur diatas kita akan berbicara mengenai teknik


pengambilan keputusan (decission making). Dalam teknik pengambilan keputusan,
ada suatu hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu nilai.

Nilai yang ada pada seseorang dapat menciptakan hasil yang sesuai pada
orang tersebut, misalnya nilai seseorang ketika berpakaian di Papua berbeda
dengan nilai seseorang yang berpakaian di perkotaan pada umumnya.

Nilai yang ada pada seseorang adalah bagian dari kepribadiannya,


merupakan keyakinan (beliefs) yang diperoleh dari pengalaman dan dipertahankan
selama jangka waktu relatif lama, meskipun mungkin dapat berubah secara
perlahan. Nilai-nilai yang ada pada seseorang turut menentukan persepsinya,
sikapnya, motivasinya, dan perilakunya, termasuk perilaku kerjanya. 2

Peran Hakim dalam Persidangan

Dalam persidangan, hakim memegang peran penting. Wibawanya begitu


terjaga hingga dianggap sebagai orang yang mulia. Bahkan untuk perannya, ia
menyandang sebutan “Yang Mulia”.3 Itulah membuat pembahasan menyangkut
hakim menjadi menarik, disamping karena pertanggung jawaban menjadi hakim
yang cukup besar juga.

Jadi hakim dalam hal ini memiliki hal yang sangat sentral dalam persidangan,
walaupun begitu, hakim juga memiliki tipe-tipe sesuai dengan karakter
kepribadiannya masing-masing, nampkanya hal ini yang membuat masyarakat

1
Tahir, Arifin. Buku Ajar Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2014). hal.
66
2
Ibid.
3
Sulistyowati Irianto, dkk. 2017. Problematika Hakim dalam Ranah Hukum, Pengadilan,
dan Masyarakat di Indonesia : Studi Sosio-Legal (Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi
Yudisial Republik Indonesia). hal. 57.
masih kurang percaya terhadap putusan hakim.

Dasar Hukum dalam Pengambilan Keputusan oleh Hakim

Membicarakan mengenai dasar hukum jelas kita harus merujuk pada hierarki
tertinggi pada dasar hukum yang ada di Indonesia yaitu UUD 1945. Pada UUD 1945
yang terakhir atau amandemen ke-4 tertulis pada BAB IX tentang Kekuasaan
Kehakiman disebutkan mengenai dasar hukum kehakiman. 4

“Pasal 24

(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka


untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.*** )

(2)  Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah


Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.***)

(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan


kekuasaan kehakiman diatur dalam undang- undang.****)”.

Meskipun dalam Pasal 24 dan 25 UUD 1945 sudah dirumuskan kekuasaan


kehakiman yang merdeka, namun praktiknya tidak mudah. 5 Sebab, masih banyak
hal yang mesti dipertimbangkan hakim pada saat peradilan agar tidak terjadinya
timpang tindih pada saat memutuskan suatu perkara.

Permasalahan pembuatan keputusan sangat terkait dengan kodrat manusia yang


mempunyai keterbatasan baik dari kemampuan mental maupun dalam membuat
keputusan yang sangat beragam. 6 Hal ini hanya bisa di atasi dengan melihat
bagaimana teknik pengambilan keputusan yang dilakukan hakim sehingga dapat
membuat keputusan yang sesuai.

Dasar-dasar pengambilan keputusan harus jelas, tersedianya informasi atas


permasalahan tersebut dengan lengkap, pemahaman masalah yang sangat konkrit,
penggunaan alat bantu selain kekuatan daya ingat, penempatan profesionalisme diri
diatas kepentingan dan keinginan sendiri, dengan harapan jika hal ini bisa
diterapkan antara lain menjadi dasar terhindarnya keputusan yang bermasalah. 7

4
Republik Indonesia. Undang‐Undang Dasar 1945.
5
Irianto, dkk., op. cit., hal. 4.
6
Aspizain Chaniago. Teknik Pengambilan Keputusan (Jakarta Pusat: Lentera Ilmu Cendekia,
2017). hal. 11.
7
Ibid.
Hakim yang bertindak sendiri menjalankan hukum haruslah bertanggung jawab di
hadapan musyawarah.8 Karena sudah menjadi konsekuensi dari hakim yang
memegang kewenangan untuk memutuskan perkara, sehingga menjadi
kewajibannya pula dalam hal memperjanggung jawabkannya.

Teknik Pengambilan Keputusan oleh Hakim

Hakim sebagai pribadi dengan berbagai latar belakang dan realitas


pengalamannya menjadi penting untuk dipelajari. 9 Di lain sisi, keputusan hakim
merupakan hal yang sangat berarti bagi para orang yang terlibat dengan hakim.

Selanjutnya, ini beberapa teori yang mempengaruhi teknik pengambilan keputusan


oleh hakim:

“Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat


dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan
putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:

1. Teori Keseimbangan
Yang dimaksud dengan keseimbangan disini adalah keseimbangan
antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan
kepentingan pihak- pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan
perkara.

2. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi


Pejatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan
dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan, hakim akan
menyesuaikan dengan keadaan dan hukuman yang wajar bagi setiap
pelaku tindak pidana atau dalam perkara perdata, hakim akan melihat
keadaan pihak yang berperkara, yaitu penggugat dan tergugat, dalam
perkara perdata, pihak terdakwa atau Penuntut Umum dalam perkara
pidana. Penjatuhan putusan, hakim mempergunakan pendekatan seni,
lebih ditentukan oleh instink atau intuisi daripada pengetahuan dari
hakim.

3. Teori Pendekatan Keilmuwan


Titik tolak dari ilmu ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan
pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian
khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam
rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim.

4. Teori Pendekatan Pengalaman

8
Hamka, Prof. Dr. Keadilan Sosial dalam Islam (Jakarta: Gema Insani, 2015). hal. 48
9
Irianto, dkk., op. cit., hal. 2
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat
membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya
sehari-hari.

5. Teori Ratio Decindendi


Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok
perkara yang disengketakan kemudian mencari peraturan perundang-
undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan
sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan serta pertimbangan
hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan
hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.

6. Teori Kebijaksanaan
Aspek teori ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga
dan orang tua ikut bertanggung jawab untuk membimbing, membina,
mendidik dan melindungi terdakwa, agar kelak dapat menjadi manusia
yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya”. 10

Hakim bukanlah sebuah entitas yang tunggal. Bukan juga manusia yang bisa
terhindar dari segala yang bersifat manusiawi. Sebagai manusia, hakim tidak lepas
dari asal- usulnya seperti ras, etnisitas, agama, kelas sosial, pendidikan, atau
ideologi keilmuannya, gender, kepastian masa depan ekonominya, karir sebelum ia
menjadi hakim, dan latar belakang keluarga.11

10
Ahmad Rifai. Penemuan Hukum. Sinar Grafika.Jakarta. 2010. Hal 102. diambil pada
http://digilib.unila.ac.id/5337/8/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 6 Juli 2018, pukul 01.29
Wita
11
Irianto, dkk., op. cit., hal. 207

Anda mungkin juga menyukai