com/2018/11/06/teknik-pengambilan-
keputusan-oleh-hakim-pada-peradilan/
Nilai yang ada pada seseorang dapat menciptakan hasil yang sesuai pada
orang tersebut, misalnya nilai seseorang ketika berpakaian di Papua berbeda
dengan nilai seseorang yang berpakaian di perkotaan pada umumnya.
Jadi hakim dalam hal ini memiliki hal yang sangat sentral dalam persidangan,
walaupun begitu, hakim juga memiliki tipe-tipe sesuai dengan karakter
kepribadiannya masing-masing, nampkanya hal ini yang membuat masyarakat
1
Tahir, Arifin. Buku Ajar Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2014). hal.
66
2
Ibid.
3
Sulistyowati Irianto, dkk. 2017. Problematika Hakim dalam Ranah Hukum, Pengadilan,
dan Masyarakat di Indonesia : Studi Sosio-Legal (Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi
Yudisial Republik Indonesia). hal. 57.
masih kurang percaya terhadap putusan hakim.
Membicarakan mengenai dasar hukum jelas kita harus merujuk pada hierarki
tertinggi pada dasar hukum yang ada di Indonesia yaitu UUD 1945. Pada UUD 1945
yang terakhir atau amandemen ke-4 tertulis pada BAB IX tentang Kekuasaan
Kehakiman disebutkan mengenai dasar hukum kehakiman. 4
“Pasal 24
4
Republik Indonesia. Undang‐Undang Dasar 1945.
5
Irianto, dkk., op. cit., hal. 4.
6
Aspizain Chaniago. Teknik Pengambilan Keputusan (Jakarta Pusat: Lentera Ilmu Cendekia,
2017). hal. 11.
7
Ibid.
Hakim yang bertindak sendiri menjalankan hukum haruslah bertanggung jawab di
hadapan musyawarah.8 Karena sudah menjadi konsekuensi dari hakim yang
memegang kewenangan untuk memutuskan perkara, sehingga menjadi
kewajibannya pula dalam hal memperjanggung jawabkannya.
1. Teori Keseimbangan
Yang dimaksud dengan keseimbangan disini adalah keseimbangan
antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan
kepentingan pihak- pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan
perkara.
8
Hamka, Prof. Dr. Keadilan Sosial dalam Islam (Jakarta: Gema Insani, 2015). hal. 48
9
Irianto, dkk., op. cit., hal. 2
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat
membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya
sehari-hari.
6. Teori Kebijaksanaan
Aspek teori ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga
dan orang tua ikut bertanggung jawab untuk membimbing, membina,
mendidik dan melindungi terdakwa, agar kelak dapat menjadi manusia
yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya”. 10
Hakim bukanlah sebuah entitas yang tunggal. Bukan juga manusia yang bisa
terhindar dari segala yang bersifat manusiawi. Sebagai manusia, hakim tidak lepas
dari asal- usulnya seperti ras, etnisitas, agama, kelas sosial, pendidikan, atau
ideologi keilmuannya, gender, kepastian masa depan ekonominya, karir sebelum ia
menjadi hakim, dan latar belakang keluarga.11
10
Ahmad Rifai. Penemuan Hukum. Sinar Grafika.Jakarta. 2010. Hal 102. diambil pada
http://digilib.unila.ac.id/5337/8/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 6 Juli 2018, pukul 01.29
Wita
11
Irianto, dkk., op. cit., hal. 207