Anda di halaman 1dari 109

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN PASAL 48 KITAB UNDANG UNDANG

HUKUM PIDANA TENTANG KEADAAN DARURAT DALAM PUTUSAN

NOMOR 111/PID.SUS/2017/PN SAG TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh:

Gonggo Iswahyudi
E1A113090

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2018

i
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN PASAL 48 KITAB UNDANG UNDANG

HUKUM PIDANA TENTANG KEADAAN DARURAT DALAM PUTUSAN

NOMOR 111/PID.SUS/2017/PN SAG TAHUN 2017

Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Gonggo Iswahyudi
E1A113090

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2018

ii
iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : GONGGO ISWAHYUDI


Nim : E1A113090
Sks : 146
Judul SkripsI : Kajian Yuridis Terhadap Penerapan Pasal 48 Kitab Undang

Undang Hukum Pidana Tentang Keadaan Darurat Dalam

Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn Sag Tahun 2017

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya

saya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan

oleh orang lain.

Dan apabila ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana

tersebut diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas.

Purwokerto, November 2018

GONGGO ISWAHYUDI
E1A113090

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya

dengan seluruh rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “KAJIAN YURIDIS TERHADAP


PENERAPAN PASAL 48 KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PIDANA
TENTANG KEADAAN DARURAT DALAM PUTUSAN
NOMOR 111/PID.SUS/2017/PN SAG TAHUN 2017“. Skripsi ini merupakan
salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Berbagai kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan


skripsi ini. Namun berkat bimbingan, bantuan dan moril serta pengarahan
dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang tidak terhingga atas motivasi dan dukungan, baik langsung maupun
tidak langsung yaitu kepada :

1. Allah SWT atas bimbingan hidup yang diberikanNya kepada Penulis.

2. Prof. Dr. Ade Maman Suherman S.H., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto beserta para
Pembantu Dekan dan seluruh jajarannya.

3. Dr. Noor Aziz Said S.H., M.S. selaku Dosen Pembimbing I Skripsi,
atas segala bantuan, arahan, dukungan dan masukan yang telah
diberikan selama penulisan skripsi ini.

4. Haryanto Dwi Admodjo S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II


Skripsi, atas segala bantuan, arahan, dukungan dan masukan yang
telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

v
5. Dr. Setya Wahyudi S.H., M.H. selaku Dosen Penguji Skripsi, atas
segala bantuan, arahan, dukungan masukan dan kebaikan yang telah
diberikan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bambang Heryanto S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang


memberikan bimbingan sejak awal perkuliahan.

7. Kedua orang tua Welas Budiyanto S.pd dan Habibah yang dengan
kasih sayang dan dukungannya memberikan semangat dan dorongan
yang tak terhingga pada penulis.

8. Kakakku dan adekku tersayang Fajar Dedi Isnanto, Neni Fajri Hastuti
dan Woro Yanuarti yang selama ini selalu memberikan dukungan dan
kebahagiaan.

9. Teruntuk Suci Syaftina yang telah memberikan warna tersendiri dalam


hidup Penulis serta memberikan dukungan, doa, kasih sayang dan
motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ;

10. Sahabat terbaikku Rizal Budi Santoso, Zulfikar Van Tando,


Andreanto Pratama Putra, Tito Hanif Islamy, Kresna Ady Pratama,
Mario Ikada, Yudit Satria Nugraha, Faiz Rahmanto, Dian Ario
Yudanto, Yudha Sakti Pangestu, Dwicky dzulian Semoga impian kita
untuk sukses bersama bisa terwujud.

11. Teman teman LPPPSLH , Mba mulyani kusumawati, Mas aji, Mba
diyah .

12. Teman-teman Fakultas Hukum , kalian memberikan pengalaman yang


tidak terlupakan dalam berproses di Kampus Merah.

Purwokerto, November 2018

Penulis

vi
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN PASAL 48 KITAB UNDANG UNDANG
HUKUM PIDANA TENTANG KEADAAN DARURAT DALAM PUTUSAN NOMOR
111/PID.SUS/2017/PN SAG TAHUN 2017

STUDY OF JURIDISTS ON APPLICATION ARTICLE 48 BOARD OF CRIMINAL LAW


INVITATIONS ON EMERGENCY CONDITIONS IN DECISION NUMBER 111 / PID. SUS
/ 2017 / PN SAG YEAR 2017

Gonggo Iswahyudi, Noor Aziz Said, Haryanto Dwiatmodjo


Program Sarjana Ilmu Hukum, Universitas Jenderal Soedirman
Email: gonggoiswahyudi@gmail.com

ABSTRAK
Dalam kasus Fidelis yang ditangkap sebab kedapatan menanam ganja dibelakang
rumahnya untuk pengobatan penyakit Syringomyelia yang diderita sang istri Yeni Riawati ,
Hakim seolah menganggap hukum positif sebagai satu-satunya sumber hukum yang sah dan
paling benar dengan menafikan fakta lain atau fakta non hukum yang tersembunyi di
baliknya. Padahal tujuan dicipataknnya hukum itu sendiri adalah untuk menciptakan
kedamaian, tidak hanya ketertiban tetapi juga kesebandingan. cita-cita hukum sebagaimana
yang diinginkan hanya menyentuh pada taraf ketertiban, namun mengesampingkan
kesebandingan, sehingga tujuan diselenggarakannya hukum itu belum terwujud.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan unsur-unsur Pasal 48 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana tentang keadaann darurat dalam perkara pidana
Nomor111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag dan untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum hakim
dalam penjatuhan pidana pada putusan perkara pidana Nomor: 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag.
Metode penelitian menggunakan pendekatan yuridis normatif. Data yang diperoleh akan
dianalisa dengan menggunakan metode normatif kualitatif.
Kesimpulan hasil penelitian Hakim dalam mengadili dan menjatuhkan hukuman
pada Putusan Nomor : /Pid.Sus/2017/PN Sag terlalu mengedepankan penerapan Pasal
116 Undang-Undang No 35 tahun 2009 tanpa mempertimbangkan Pasal 48 KUHP sebagai
alasan pemaaf atau alasan pembenar sehingga membuat putusan seolah olah tidak
mempertimbangkan rasa kemanusiaan. Kemudian Unsur-unsur Pasal 48 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang telah dibuktikan dalam putusan Nomor
111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag adalah adanya suatu peristiwa konkret, yaitu adanya pertentangan-
pertentangan antara kepentingan hukum dengan kewajiban hukum , dari kepentingan dan
kewajiban hukum tersebut dihadapkan dengan mana diantara kewajiban dan kepentingan
hukum yang dihadapi yang dalam keadaan darurat apabila tanpa suatu pengorbanan maka
akan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa .

Kata kunci : Ganja, Alasan Pemaaf, Alasan Pembenar, Overmacht

vii
ABSTRACT

Fidelis got caught because he plant canabis in his backyard for his wive, Yeni Riawati’s
medicine that has Syringomyelia ill. The judges assume positive law as the only legitimate and
most correct source law source. They ignored the other fact or non-law fact behind. Even though
the purpose of the law is to create peace, not just public order but also the public balance. The
purpose of law here just has public order, but ignored the public balance, so the purpose has not
fully materialized.
The purpose of this research is to know the implementation of Article 48 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana’s elements about exigency in criminal case Number
111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag and to know the judges’s law base consideration in giving decision on
in criminal case Number 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag. The research method is using yuridicial
normative approach. The obtained data would analized with using normative kualitative
methode.
The the judges in adjudicate decision number: /Pid.Sus/2017/PN.Sag were too put
forward the implementation of Article 116 Undang-Undang No 35 tahun 2009 without
consider Article number 48 KUHP as forgiving reason or justifier reason. It makes the judges’s
decision were not consider the humanity. Then, the elements of Article number 48 KUHP in
judges’s decision number: 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag, there is a concrete events that is conflicts
between law interest and law responsibility, this conflicts should facing the exigency when if
without the medicine, it will get fatalities.

Keywords: Marijuana, Forgiving Reason, Justifier Reason, Overmacht

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. ii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………… iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iv

ABSTRAK …………………………………………………………………… vi

ABSTRACT ………………………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 5

C. Kerangka Teori ....................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ………………………………………….... 13

E. Kegunaan Penelitian ………………………………………... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Narkotika ......…………………… 14

1. Pengertian Narkotika dan Psikotropika ...…......………... 14

2. Sejarah Narkotika ...............…………………………….. 15

3. Pengaturan Narkotika .....……………………………….. 16

ix
B. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim …………………... 20

1. Pengertian Putusan Hakim ………………………………. 20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ………………………………………….. 23

B. Spesifikasi Penelitian …………………………………...…… 24

C. Lokasi Penelitian ……………..………………….….……….. 24

D. Sumber Data ............................................................................. 24

E. Metode Pengumpulan Data ……………………………..…… 25

F. Metode Penyajian Data……..…………………………..…..... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................... 27

B. Pembahasan................................................................................ 80

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................... 92

B. Saran ......................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Kamus Sejarah Indonesia, cannabis sativa atau ganja berasal dari Laut

Kaspia, tetapi dilaporkan berasal dari Jawa pada abad ke-10.1 Kamus tersebut

mengemukakan bahwa ganja digunakan sebagai sumber serat dan minuman keras, meskipun

penggunaannya tidak seumum konsumsi tembakau, opium atau betel. Sebagaimana dicatat

oleh sejumlah penulis Belanda selama masa penjajahan di wilayah Aceh, ganja atau bang

dijadikan sebagai agen pemabukan yang daunnya dicampur dan dibakar dengan tembakau.

Ganja sering kali dikenal sebagai zat yang bisa menambah nafsu makan dan secara

bersamaan juga berfungsi sebagai pengganti opium, terdapat juga laporan bahwa daun ganja

yang dicincang terkadang direndam dalam air, dikeringkan, dilinting di dalam daun palem

nipa dan dibakar seperti rokok. Konon, daun ganja kering yang dibungkus dengan daun

jagung atau daun pisang dapat menghasilkan efek yang lebih kuat.2

Terdapat tiga kali perubahan undang-undang yang mengatur tentang permasalahan

narkotika sejak Indonesia meratifikasi the United Nations Single Convention on Narcotics

Drugs tahun 1961 oleh Indonesia pada tahun 1967, yakni Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1976, Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 1997, dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan karena undang-undang yang

lama dianggap sudah tidak lagi memadai untuk mengahadapi berbagai perkembangan terkait

persoalan Narkotika yang semakin lama semakin kompleks. Sebagai contoh, dua undang-

undang yang terdahulu, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 dan Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1997, menempatkan para pengguna narkotika sebagai para pelaku tindak

1
R. and Kahin dalam Transnasional Institute. A Historical Dictionary of Indonesia. hlm.
2.https://www.tni.org/files/publication-downloads/dpb_44_web_def_bahasaindonesia.pdf., diakses tanggal 24 Agustus2017.
2
Boorsma, W. G. dalam ibid.,
1
kejahatan. Sebagai kriminal, secara otomatis sanksi hukum yang dijatuhkan oleh pengadilan

adalah vonis pidana, artinya hukuman badan atau penjara.

Adanya berbagai perkembangan baru yang terjadi di dalam kebijakandan cara

pandang PBB atau United Nations seputar narkotika, maupun berbagai perkembangan

pemahaman tentang narkotika yang terjadi dalam perspektif Hak Asasi Manusia, maka

mulai dirasakan bahwa mengkriminalkan dan kemudian memenjarakan para pengguna

narkotika adalah tindakan yang keliru. Perubahan atau perkembangan inilah yang kemudian

menempatkan para pengguna dalam perspektif korban. Perpektif ini dengan demikian

memandang para korban tersebut harus direhabilitasi, sedangkan rehabilitasi tersebut harus

diberikan yang baik secara medis atau sosial.3

Berbeda dengan apa yang terjadi pada Fidelis Arie Sudewarto, laki-laki yang berasal

dari Sanggau, Kalimantan Barat ini ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten

untuk selanjutnya disebut BNKK Sanggau karena menanam pohon ganja di kebun miliknya

untuk pengobatan sang istri Yeni Riawati, yang didiagnosa mengidap penyakit di sum-sum

tulang belakang (Syringomyelia). Fidelis yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di

Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat itu telah melakukan segala cara demi untuk

kesembuhan istrinya dari mulai pengobatan alternatif hingga melakukan upaya operasi di

berbagai rumah sakit, namun penyakit sang isteri tak kunjung sembuh dan justru semakin

bertambah parah.

Tidak menyerah sampai disitu Fidelis tidak berhenti berusaha mencari solusi guna

kesembuhan isterinya. Fidelis mencari cara melalui situs media asing, setelah dilakukan

beberapa pencarian ia menemukan di situs web blogger yang ditulis oleh Christina Evans

seorang ibu dengan dua orang anak yang tinggal di Delta British Colombia, Kanada. Sejak

tahun 2013, Christina Evans telah didiagnosa menderita penyakit Syringomyelia. Selama

beberapa tahun, dia menderita karena Syringomyelia yang dideritanya. Bahkan, obat-obatan

3
Tim Lingkar Ganja Nusantara, Sekarang Aku Besok Kamu!, Lingkar Ganja Nusantara , Tanggerang , 2014 , hlm 9.
2
dari dokter dengan dosis maksimum yang dikonsumsinya tidak mampu menyembuhkan

penyakitnya. Christina Evans kemudian beralih pada pengobatan menggunakan ekstrak

ganja. Semenjak menggunakan ekstrak ganja, hidupnya kembali normal. Ia bisa mengurusi

keluarga dan dapat bekerja di salah satu studio yoga. Apa yang dilakukan oleh Christina

Evans dilakukan atas rekomendasi dari dokter pribadinya di Fraser Medical Clinic di

Kanada.

Dari informasi yang diperoleh Fidelis melalui Christina Evans bahwa ekstrak daun

cannabis sativa atau ganja yang bisa meringankan sakit nyeri yang dirasakan sang istri,

Fidelis berharap ada keajaiban setelah mengkonsumsi ganja tersebut. Mengetahui bahwa

daun ganja bukan merupakan hal yang legal di konsumsi di Indonesia Fidelis pun

menyakinkan dirinya dengan mencari tahu lebih banyak informasi mengenai khasiat dari

ekstrak ganja, dari pertemuanya dengan Christina Evans membuatnya bisa mengenal

beberapa ilmuan yang meneliti khasiat daun ganja seperti Dr. Raphael Mechoulam dari

Hebrew University of Jerusalem, Israel, Dr. Vincenzo Di Marzo dari Endocannabinoid

Research Group Italy, Dr. Christina Sanchez dari Compultense University di Madrid,

Spanyol, Dr. Kirsten Müller-Vahl, MD dari Hannover Medical School (MHH), Jerman, Dr.

Donald P. Tashkin dari University of California, Amerika Serikat, Dr Aymen I Idris, MSc,

PhD dari University of Edinburgh, Inggris, dan masih banyak peneliti lain.

Setelah memperoleh informasi yang cukup kuat dari beberapa ilmuan Fidelis pun

memutuskan untuk memulai menanam ganja di pekarangan rumahnya dengan di pandu oleh

Emily Grand, seorang botanical steel di Kanada yang memilihkan lampu agar klorofil A dan

klorofil B pada tanaman dapat bekerja secara maksimal, kemudian Rick Simpson yang

memberikan panduan mengenai mengekstrak ganja dengan proses moserasi yang sangat

sederhana dan dapat dilakukan sendiri di rumah, melakukan proses dekarbolisasi untuk

mengubah tetrahydrocannabivorin menjadi tetrahydrocannabinoid sebagai zat psikoaktif

3
yang berfungsi sebagai obat analgesik, antibakteri, antikanker, antispasmodic, appetit

stimulant, bronchodilator, neuroprotective, dan bone stimulant.4

Sebelum sempat menyembuhkan sang istri, Fedelis tertangkap tangan oleh Badan

Narkotika Nasional Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat dengan barang bukti 39 batang

ganja yang ia tanam. Setelah 32 hari di tahan polisi, karena tak mendapatkan pengobatan

dan perawatan akhirnya Yeni Riawati (isteri Fidelis) meninggal dunia.

Fidelis ditahan oleh pihak Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Sanggau

sejak 19 Februari 2017 hingga akhirnya diputuskan bersalah melanggar Pasal 111 dan Pasal

116 Undang-Undang Nomor 35 tentang Narkotika oleh hakim Pengadilan Negeri Sanggau

pada dua Agustus 2017 dengan jatuhi hukuman delapan bulan penjara , denda sebesar satu

miliar rupiah atau subsider satu bulan penjara.

Guna menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks terhadap kekeliruan atas

penafsiran yang dilakukan oleh Hakim terhadap Pasal 48 KUHP diperlukan pengetahuan

dan pemahaman yang sejalan dengan ketentuan yang tertuang dalam KUHP. Hal ini

dikarenakan masalah tindak pidana yang beragam tersebut dipahami melalui sudut pandang

yang tertentu, yang meliputi pengertian, ruang lingkup, unsur-unsur serta sanksi yang perlu

diketahui dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hukum pidana yang

berupa aturan tertulis itu disusun, dibuat dan diundangkan untuk diberlakukan sebagai

hukum positif (ius constitutum), namun akan menjadi lebih efektif dan dirasakan dapat

mencapai rasa keadilan serta kepastian hukum apabila penerapannya sesuai dengan yang

dimaksud oleh pembentuk undang-undang, mengenai apa yang tertulis dalam kalimat-

kalimat itu. Hukum pidana hendaknya dipertahankan sebagai sarana untuk “social defence”

dalam arti melindungi masyarakat terhadap kejahatan5 dengan memperbaiki atau

4
http://regional.kompas.com/read/2017/07/24/07120771/ini-isi-nota-pembelaan-fidelis-yang-membuat-haru-
pengunjung-sidang?page=all, , diakses pada tanggal 24 Januari 2018
5
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Prenada Media Group, Jakarta,
2014, hal 11.
4
memulihkan kembali (rehabilitatie) si pembuat tanpa mengurangi keseimbangan

kepentingan perorangan (pembuat) dan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam penerapan Pasal 48 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana pada putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag ?

2. Apa unsur-unsur Pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang telah dibuktikan

dalam putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag ?

C. KERANGKA TEORI

1. TEORI KEADILAN, KEPASTIAN DAN KEMANFAATAN SEBAGAI

PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PENERAPAN PASAL 48 KUHP.

a. Teori Keadilan

Keadilan adalah perekat tatanan kehidupan bermasyarakat yang beradab. Hukum

diciptakan agar setiap individu anggota masyarakat dan penyelenggara negara

melakukan sesuatu tidakan yang diperlukan untuk menjaga ikatan sosial dan mencapai

tujuan kehidupan bersama atau sebaliknya agar tidak melakukan suatu tindakan yang

dapat merusak tatanan keadilan. Jika tindakan yang diperintahkan tidak dilakukan atau

suatu larangan dilanggar, tatanan sosial akan terganggu karena terciderainya keadilan.

Untuk mengembalikan tertib kehidupan bermasyarakat, keadilan harus ditegakkan.

Setiap pelanggaran akan mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran itu

sendiri.6

Keadilan memang merupakan konsepsi yang abstrak. Namun demikian di dalam

konsep keadilan terkandung makna perlindungan hak, persamaan derajat dan kedudukan

6
Moh. Mahfud MD, Penegakan Hukum DanTata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Bahan pada Acara Seminar
Nasional, Saatnya Hati Nurani Bicara yang diselenggarakan oleh DPP Partai HANURA. Mahkamah Konstitusi Jakarta, 8
Januari 2009.
5
di hadapan hukum, serta asas proporsionalitas antara kepentingan individu dan

kepentingan sosial. Sifat abstrak dari keadilan adalah karena keadilan tidak selalu dapat

dilahirkan dari rasionalitas, tetapi juga ditentukan oleh atmosfir sosial yang dipengaruhi

oleh tata nilai dan norma lain dalam masyarakat. Oleh karena itu keadilan juga memiliki

sifat dinamis yang kadang-kadang tidak dapat diwadahi dalam hukum positif.7

b. Teori Kepastian

Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan sebagai

bagian dari upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian hukum adalah

pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa

yang melakukan. Dengan adanya kepastian hukum setiap orang dapat memperkirakakan

apa yang akan dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu. Kepastian diperlukan

untuk mewujudkan prinsip persamaan dihadapan hukum tanpa diskriminasi.8

Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama

untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna

karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang.

Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari hukum sebagai pedoman

perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari

hukum.9

Kata ”kepastian” berkaitan erat dengan asas kebenaran, yaitu sesuatu yang secara

ketat dapat disilogismekan secara legal-formal. Melalui logika deduktif, aturan-aturan

hukum positif ditempatkan sebagai premis mayor, sedangkan peristiwa konkret menjadi

premis minor. Melalui sistem logika tertutup akan serta merta dapat diperoleh

konklusinya. Konklusi itu harus sesuatu yang dapat diprediksi, sehingga semua orang

7
Moh. Mahfud MD, Ibid.,
8
Bolmer Hutasoit, Artikel Politik Hukum : Tujuan Hukum Menurut Gustav Radbruch,
htps://bolmerhutasoit.wordpress.com /, diakses pada tanggal 14 Desember 2017
9
Memahami Kepastian (Dalam) Hukum https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/02/05/memahamikepastian,
diakses pada tanggal 14 Desember 2017
6
wajib berpegang kepadanya. Dengan pegangan inilah masyarakat menjadi tertib. Oleh

sebab itu, kepastian akan mengarahkan masyarakat kepada ketertiban.10

Kepastian hukum akan menjamin seseorang melakukan perilaku sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku, sebaliknya tanpa ada kepastian hukum maka seseorang

tidak memiliki ketentuan bakudalam menjalankan perilaku. Dengan demikian, tidak

salah apabila Gustav Radbruch mengemukakan kepastian sebagai salah satu tujuan dari

hukum. Dalam tata kehidupan masyarakat berkaitan erat dengankepastian dalam

hukum. Kepastian hukum merupakan sesuai yang bersifat normatif baik ketentuan

maupun keputusan hakim. Kepastian hukum merujuk pada pelaksanaan tata kehidupan

yang dalam pelaksanaannya jelas, teratur, konsisten, dan konsekuen serta tidak dapat

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif dalam kehidupan

masyarakat.11

c. Teori Kemanfaatan

Kemanfaatan adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijakan sosial

politik, ekonomi, dan legal secara moral, dengan kata lain bagimana menilai suatu

kebijakan publik yang mempunyai dampak kepada banyak orang secara moral. Dasar

yang paling objektif adalah dengan melihat apakah suatu kebijakan atau tindakan

tertentu membawa manfaat atau hasil yang berguna atau, sebaliknya kerugian bagi

orang-orang yang terkait.12

Bila dikaitkan baik buruknya hukum harus diukur dari baik buruknya akibat

yang dihasilkan oleh penerapan hukum itu. Suatu ketentuan hukum baru bisa di nilai

baik, jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan,

kebahagiaan sebesar-besarnya, dan berkurangnya penderitaan. Sebaliknya, dinilai buruk

jika penerapannya menghasilkan akibat-akibat yang tidak adil, kerugian, dan hanya
10
Sidharta Arief, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, PT
Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm. 8
11
Nur Agus Susanto, Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian Putusan Peninjauan Kembali Nomor 97
PK/Pid.Sus/2012, Jurnal Yudisial Vol. 7 Nomor 3 Desember 2014.
12
Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal. 93-94
7
memperbesar penderitaan. Sehingga tidak salah tidak ada para ahli menyatakan bahwa

teori kemanfaatan ini sebagai dasar-dasar ekonomi bagi pemikiran hukum. Prinsip

utama dari teori ini adalah mengenai tujuan dan evaluasi hukum. Tujuan hukum adalah

kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi sebagian terbesar rakyat atau bagi seluruh

rakyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang dihasilkan dari

proses penerapan hukum. Berdasarkan orientasi itu, maka isi hukum adalah ketentuan

tentang pengaturan penciptaan kesejahteraan Negara. 13

2. TEORI-TEORI TENTANG PEMIDANAAN DAN SYARAT PEMIDANAAN

Pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap

pemberian sanksi dalam hukum pidana. Kata pidana pada umumnya diartikan sebagai

hukum, sedangkan pemidanaan diartikan sebagai penghukuman. Pidana dijatuhkan bukan

karena telah berbuat jahat tetapi agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang

lain takut melakukan kejahatan serupa.Pemidanaan itu sama sekali bukan dimaksudkan

sebagai upaya balas dendam melainkan sebagai upaya pembinaan bagi seorang pelaku

kejahatan sekaligus sebagai upaya preventif terhadap terjadinya kejahatan serupa. 14

Terdapat tiga golongan besar mengenai pemidanaan yakni:

a. Teori absolut atau teori pembalasan (vergeldings theorien).

Aliran ini yang menganggap sebagai dasar dari hukum pidana adalah alam

pikiran untuk pembalasan (vergelding atau vergeltung). Teori ini dikenal pada akhir

abad 18 yang mempunyai pengikut-pengikut seperti Immanuel Kant , Hegel, Herbart,

Stahl, dan Leo polak.Menurut Kant, pembalasan atau suatu perbuatan melawan

hukum adalah suatu syarat mutlak menurut hukum dan keadilan, hukuman mati

terhadap penjahat yang melakukan pembunuhan berencana mutlak diljatuhkan. 15

Immanuel Kant yang mengatakan “fiat justitia ruat coelum” (walupun besok dunia

13
Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, Hukum sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 79-80.
14
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat
Pemidanaan,hlm. 95 dalam http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/7180, diakses tanggal 18 Januari 2018, hlm. 95
15
Ahmad Nindra Ferry dalam ibid, hlm. 98.
8
akan kiamat, namun penjahat terakhir harus menjalankan pidananya). Immanuel

Kant mendasarkan teorinya berdasarkan pada prinsip moral atau etika.

Doktrin lain dari teori pembalasan ini yaitu Hegel yang mengatakan bahwa

hukum adalah perwujudan kemerdekaan, sedangkan kejahatan adalah merupakan

tantangan kepada hukum dan keadilan. Karena itu, menurutnya penjahat harus

dilenyapkan. Menurut Thomas Aquinas pembalasan sesuai dengan ajaran Tuhan

karena itu harus dilakukan pembalasan kepada penjahat.16Stahl mengemukakan

bahwa :17

Hukum adalah suatu aturan yang bersumber pada aturan Tuhan yang diturunkan
melalui pemerintahan negara sebagai abdi atau wakil Tuhan di dunia ini, karena
itu negara wajib memelihara dan melaksanakan hukum dengan dengan cara
setiap pelanggaran terhadap hukum wajib dibalas setimpal dengan pidana
terhadap pelanggarnya.

b. Teori relatif atau teori tujuan (doel theorien)

Teori Tujuan ini mendasarkan pandangan kepada maksud dari pemidanaan,

yaitu untuk perlindungan masyarakat atau pencegahan terjadinya. Artinya,

dipertimbangkan juga pencegahan untuk masa mendatang. Teori ini mengemukakan

bahwa hanya dengan mengadakan ancaman pidana saja tidak akan memadai,

melainkan diperlukan penjatuhan pidana kepada si penjahat.18

Mengenai cara mencapai tujuan itu ada beberapa paham yang merupakan

aliran-aliran dari teori tujuan yaitu prevensi khusus dan prevensi umum. Prevensi

khusus adalah bahwa pencegahan kejahatan melalui pemidanaan dengan maksud

mempengaruhi tingkah laku terpidana untuk tidak melakukan tindak pidana lagi.

Pengaruhnya ada pada diri terpidana itu sendiri dengan harapan agar siterpidana

dapat berubah menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat.Menurut

Anslm Fuerbach ancaman hukuman itu harus harus dapat mencegah niat orang untuk
16
Sanusi, Teori Pemidanaan-Teori Pembalasan, dalam http://www.pengantarhukum.com/teori-pemidanaan-teori-
pembalasan.html, diakses tanggal 18 Januari 2018.
17
Adami Chazawi, dalam loc.cit.,
18
Sanusi, Teori Pemidanaan-Teori Tujuan, dalam http://www.pengantarhukum.com/teori-pemidanaan-teori-tujuan.html,
diakses tanggal 18 Januari 2018.
9
melakukan tindak pidana, dalam arti apabila bahwa orang melakukan kejahatan

mereka pasti dikenakan sanksi pidana, maka mereka pasti akan mengurungkan niat

mereka untuk melakukan kejahatan.

Prevensi umum bahwa pengaruh pidana adalah untuk mempengaruhi tingkah

laku anggota masyarakat untuk tidak melakukan tindak pidana. Menurut Van Hamel

bahwa teori pencegahan umum ini ialah pidana yang ditujukan agar orang-orang

(umum) menjadi takut untuk berbuat jahat.19

c. Teori Gabungan (verenigingstheorien)

Disamping teori absolut dan teori relatif tentang pemidanaan, muncul teori

ketiga yang di satu pihak mengakui adanya unsur pembalasan dalam hukum pidana,

akan tetapi di pihak lain juga mengakui pula unsur prevensi dan unsur memperbaiki

penjahat yang melekat pada tiap pidana.20 Dasar pemikiran teori gabungan adalah

bahwa pemidanaan bukan saja untuk masa lalu tetapi juga untuk masa yang akan

datang, karenanya pemidanaan harus dapat memberi kepuasan bagi hakim, penjahat

itu sendiri maupun kepada masyarakat.21

Grotius mengembangkan teori gabungan yang menitikberatkan keadilan

mutlak yang diwujudkan dalam pembalasan, tetapi yang berguna bagi masyarkat.

Dasar tiap-tiap pidana ialah penderitaan yang berat sesuai dengan beratnyaperbuatan

yang dilakukan oleh terpidana. Tetapi sampai batas mana beratnya pidana dan

beratnya perbuatan yang dilakukan oleh terpidana dapat diukur, ditentukan oleh apa

yang berguna bagi masyarakat.22

Selain teori absolut, teori relatif, dan teori gabungan dalam pemidanaan, dikenal

juga 1D+ 3R pada tujuan Pemidanaan, yakni:23

19
Amir Ilyas, op.cit., hlm. 100
20
Ibid., hlm. 101
21
Sanusi, Teori Pemidanaan-Teori Gabungan, dalamhttp://www.pengantarhukum.com/teori-pemidanaan-teori-
gabungan.html, diakses pada tanggal 18 Januari 2018.
22
Amir Ilyas, op.cit., hlm. 103
23
Ibid., hlm. 104-105
10
a. Deterrence, yakni menjera atau mencegah sehingga baik terdakwa sebagai

individual maupun orang lain yang potensial menjadi penjahat akan jera atau takut

untuk melakukan kejahatan, melihat pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa,

bagi yang mengritik teori ini mengatakan bahwa sangat kurang adil jika untuk

tujuan mencegah orang lain melakukan kejahatan terpidana dikorbankan untuk

menerima pidana itu.

b. Reformation, berarti memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang

baik dan berguna bagi masyarakat. Masyarakat akan memperoleh keuntungan dan

tiada seorangpun yang merugi jika penjahat menjadi baik. Reformasi perlu

digabung dengan dengan tujuan yang lain seperti pencegahan.

c. Restraint berarti mengasingkan pelanggar dari masyarakat. Dengan tersingkirnya

pelanggar hukum dari masyarakat berarti masyarakat itu akan menjadi lebih aman.

Jadi ada juga kaitannya dengan sistem reformasi, jika dipertanyakan berapa lama

terpidana harus diperbaiki dalam penjara yang bersamaan dengan itu ia tidak

berada di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat memerlukan perlindungan fisik

dari perampok bersenjata dan pendorong dari pada orang yang melakukan

penggelapan. Bagi terpidana seumur hidup dan pidana mati, berarti ia harus

disingkirkan dari masyarakat selamanya.

Menurut Hebert L.Packer terdapat tiga macam teori pemidanaan yaitu:24

a. Teori Retribution, yaitu terdiri dari dua versi. Versi pertama yaitu revenge theory

yaitu teori balas dendam. Pemidanaan dilakukan sebagai pembalasan semata.

Sedangkan yang kedua expiation theory di mana hanya dengan pidana penderitaan

seorang pelaku akan kejahatan dapat menebus dosanya, teori ini sering disebut

dengan teori insyaf.

24
Sanusi, op.cit.,
11
b. Teori Utilitarian Prevention yang terdiri dari dua macam yaitu utilitarian

prevention detterrence dan special detterrence or intimidation.

c. Bahavioral Prevention yang terdiri dari dua macam : a) Behavioral prevention:

incapacition; b) Behavioral Preventon: Rehabilitation.

3. OVERMACHT ATAU KEADAAN MEMAKSA

Apa yang disebut Overmacht itu oleh pembentuk undang-undang telah diatur alam

Pasal 48 KUHP yang merumuskan:

Niet van strafbaar is hij die een feit begaat wartoe hij door overmachtis gedrongen

Artinya, tidaklah dapat dihukum barangsiapa yang telah melakukan sesuatu

perbuatan dibawah pengaruh dari suatu keadaan yang memaksa.25Menurut Memorie van

Toelichting mengenai pembentukan Pasal 48 KUHP tersebut, overmacht itu disebut

sebagai suatu uiwendige oorzaak van ontoerekenbaarheid atau sebagai suatu penyebab

yang datang dari luar yang membuat suatu perbuatan itu menjadi tidak dapat

dipertanggungjawabkan kepada pelakunya dan telah dirumuskan sebagai elke kracht,elke

dwang, elke drang,waaraan men geen weerstand kan bieden atau setiap kekuatan, setiap

paksaan, setiap tekanan, dimana terhadap kekuatan, paksaan atau tekanan tersebut orang

tidak dapat memberikan perlawanan.

Berdasarkan rumusan mengenai overmacht yang terdapat didalam memorie van

toelichting tersebut, didalam perkembangan selanjutnya pembentuk undang-undang telah

mengakui tentang adanya tiga macam peristiwa pokok, dimana suatu overmacht dapat

terjadi. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah:26

a. Peristiwa-peristiwa dimana ada pemaksaan fisik;

b. Peristiwa-peristiwa dimana ada pemaksaan psikis;

25
P.A.F Lamintang, F.T Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 433
26
Ibid, hlm 434
12
c. Peristiwa-peristiwa dimana ada suatu keadaan yang biasanya disebut sebagai

nothstand, noodtoestad, atau sebagai ettat de necessite, yaitu suatu keadaan dimana

terdapat :

1) Suatu pertentangan antara kewajiban hukum yang satu dengan kewajiban hukum

yang lain;

2) Suatu pertentangan antara suatu kewajiban hukum dengan suatu kepentingan

hukum;

3) Suatu pertentangan antara kepentingan hukum yang satu dengan kepentingan

hukum yang lain.

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dalampenerapan Pasal 48 Kitab Undang

Undang Hukum Pidana pada putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur Pasal 48 Kitab Undang Undang Hukum Pidana yang telah

dibuktikan pada putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan

ilmu hukum terutama terhadap masalah yang berkaitan dengan putusan nomor Nomor

111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag.

2. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada khalayak umum sesuai dengan penerapan di masyarakat

mengenai penerapan Pasal 48 Kitab Undang Undang Hukum Pidana.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

1. Pengertian Narkotika dan Psikotropika

Dari literatur lama dapat kita ketahui bahwa pada saat itu tidak dibedakan secara

jelas antara narkotika an psikotropika. Setidak tidaknya pada saat itu kedua masalah

tersebut dikelompokan menjadi satu. Di Inggris dan Amerika Serikat misalnya

mempergunakan istilah Narcotic and Dangerous Drug (Narkotika dan obat obatan

berbahaya).27

Dalam buku Narkotika Masalah dan Bahayanya oleh M. Ridha Ma’roef (1976:14-15)

mengutip beberapa pendapat Smith Klien dan French Clinical Staff dan Biro dan Bea

Cukai Amerika Serikat menyangkut pengertian narkotika. Menurut Smith Kline dan

French Clinical Staff (1968) membuat definisi sebagai berikut :

“Narcotic are drugs which produce insesibility or stupor due to their depresent effect

on the central nervous system. Iclued in this definition are opium, opium derivaties

(morphine, codein, heroin) and synthetic opiates (meperidine, methadone)”.

Defenisi tersebut berarti Narkotika adalah zat zat (obat) yang dapat mengakibatkan

ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat zat tersebut bekerja mempengaruhi

27
Sasangka Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung,2003, hal 33
14
susunan syaraf sentral. dalam definisi narkotika ini sudah termasuk jenis candu dan

turunan candu ( morphin, codein) dan candu sintetis (meperidine dan methadone).28

Narkotika memiliki arti yang sama dengan narcosis yang berarti membius. Ada yang

mengatakan bahwa kata narkotika berasal dari bahasamYunani “narke” yang berarti

terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.29 Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa

kata narkotika berasal dari kata narcissus, sejenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai

bunga yang dapat membuat orang menjadi tidak sadar.30 Pengertian narkotika secara

yuridis diatur dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika yang menyebutkan bahwa :

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini”.

2. Sejarah Narkotika

Sejak dahulu kita telah mengenal candu sebagai salah satu jenis narkotika yang ada

dan dipergunakan oleh sebagian kecil masyarakat.31 Candu diperkirakan berasal dari

daerah timur Pegunungan Mediterania. Candu tersebut terbuat dari buah tanaman Papaver

Somniferum L., yaitu sejenis tanaman perdu liar yang tumbuh dengan subur di daerah

pegunungan tersebut. Pada mulanya dari tanaman tersebut diambil bijinya untuk dipakai

sebagai campuran minuman teh.32

Kebiasaan mengisap candu yang menjadi ciri khas di kawasan Timur Jauh belum

dikenal orang sampai penemuan Benua Amerika oleh Columbus tahun 1492, sebab

kebiasaan merokok juga tidak dikenal oleh penduduk Dunia Lama di Daratan Asia dan

Afrika. Kesukaan mengisap candu baru menjadi masalah besar di Cina setelah Cina

28
Ibid.,
29
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : PT. Alumni, 1981, hlm. 36.
30
Ibid., hlm. 35.
31
Rachman Hermawan S., Penyalahgunaan Narkotika Oleh Para Remaja, Bandung : Eresco, 1987, hlm. 7
32
Loc.Cit.,
15
menjadi sasaran utama perdagangan candu oleh maskapai Inggris, British East India

Company /BEIC dan Belanda.

Tahun 1790, BEIC berhasil menjual candu ke Cina. Pada tahun 1838 terjadi perang

candu I setelah candu gelap Inggris dibatalkan oleh Cina. Perang antara Cina dan Inggris

berlangsung kembali antara tahun 1856-1858 dengan kekalahan di pihak Cina. Akibat

kekalahan tersebut, Cina terpaksa membuka pintu dan memasukkan candu melalui

beberapa pelabuhan.

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Seminar Internasional Antar-Regional II

tentang Pencegahan dan Penyembuhan Ketergantungan Kepada Obat di Bangkok pada

bulan November tahun 1979, dijelaskan kisah migrasi orang-orang Cina dari daerah selatan

ke negara-negara Asia Tenggara pada akhir abad ke-18 karena musim kering dan bahaya

kelaparan yang mengancam. Dengan migrasi ini kebiasaan jelek mengisap candu juga

dibawa mereka ke tempat baru. Hal ini kembali menjadi makanan empuk bagi para

penjajah dari Eropa. Akibatnya, hingga akhir abad ke-19 perdagangan candu menjadi

objek yang sangat menguntungkan di Asia Tenggara. 33

Bangsa mana yang pertama membawa candu ke Indonesia tidak dapat diketahui

secara pasti. Namun, diduga diperkenalkan oleh orang India, Arab, dan Cina secara

sendiri-sendiri.

3. Pengaturan Narkotika

Dalam sejarah perundang-undangan yang mengatur tentang narkotika, dapat dibagi

dalam 5 (lima) tahap yang dijabarkan sebagai berikut :

a. Masa berlakunya berbagai Ordonantie Regie.

Pada masa ini pengaturan narkotika tidak seragam. Setiap wilayah mempunyai

ordonantie regie sendiri-sendiri. Dari berbagai Macam regie ordonantie, yang

33
Rachman Hermawan S, op.cit., hlm 8-9.
16
paling tua adalah Bali Regie Ordonantie yang dimuat dalam Stbl 1872 Nomor 76.

Di samping itu, masalah narkotika juga diatur dalam : 26

1) Morphine Regie Ordonantie (Stbl 1911 Nomor 373, Stbl 1911 Nomor 484, dan

Stbl 1911 Nomor 485);

2) Ooskust Regie Ordonantie (Stbl 1911 Nomor 494 dan 644, Stbl 1915 Nomor

255);

3) Westkust Regie Ordonantie (Stbl 1914 Nomor 562, Stbl 1915 Nomor 245);

4) Bepalingen Opium Premien (Stbl 1916 Nomor 630) dan sebagainya.

b. Masa berlakunya Verdovende Midellen Ordonantie Stbl 1927 Nomor 278 jo

Nomor 536.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 131 I.S., peraturan tentang obat bius Nederland

Indie disesuaikan dengan peraturan obat bius yang berlaku di Belanda (azas

konkordasi). Gubernur Jenderal dengan persetujuan Raad van Indie mengeluarkan

Stbl 1927 Nomor 278 jo Nomor 536 tentang Verdovende Midellen Ordonantie yang

diterjemahkan dengan Undang-Undang Obat Bius. Dengan ketentuan tersebut telah

ditarik 44 perundang-undangan sebelumnya. Jadi, maksud utama dikeluarkannya

Undang-Undang Obat Bius tersebut adalah untuk mendapatkan unifikasi hukum

ketentuan-ketentuan mengenai candu dan obat-obat bius lainnya yang sebelumnya

tersebar dalam berbagai ordonantie.

c. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika.

Latar belakang digantinya Verdovende Midellen Ordonantie menjadi Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Narkotika adalah sehubungan dengan

perkembangan lalu lintas dan alat-alat perhubungan serta pengangkutan modern yang

menyebabkan cepatnya penyebaran/ pemasukan narkotika ke Indonesia. Ditambah

lagi dengan kemajuan di bidang pembuatan obat-obatan ternyata tidak cukup

17
memadai bila tetap memakai ketentuan-ketentuan dalam Verdovende Midellen

Ordonantie. Dalam Verdovende Midellen Ordonantie hanya mengatur tentang

perdagangan dan penggunaan narkotika. Hal-hal yang diatur dalam undang-undang

ini adalah : 34

1) mengatur jenis-jenis narkotika yang lebih terperinci;pidananya juga sepadan


dengan jenis-jenis narkotika tersebut; mengatur pelayanan tentang kesehatan
untuk pecandu dan rehabilitasinya;
2) mengatur semua kegiatan yang menyangkut narkotika yakni penanaman,
peracikan, produksi, perdagangan, lalu lintas pengangkutan serta penggunaan
narkotika;
3) acara pidananya bersifat khusus;
4) pemberian premi bagi mereka yang berjasa dalam pembongkaran kejahatan
narkotika;
5) mengatur kerjasama internasional dalam penanggulangan narkotika;
6) materi pidananya banyak yang menyimpang dari KUHP; ancaman pidananya
lebih berat.

d. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Undang-undang ini diberlakukan pada tanggal 1 September 1997 dan dimuat

dalam Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 67 serta Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3698. Latar belakang diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 tentang Narkotika yakni peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai

upaya mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran narkotika. Hal

tersebut dikarenakan kejahatan narkotika bersifat transnasional dilakukan dengan

menggunakan modus operandi dan teknologi canggih termasuk pengamanan hasil-

hasil kejahatan narkotika.

Selain itu, lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

mengingat adanya ketentuan baru dalam beberapa konvensi internasional, yaitu :

1) Konvensi Tunggal Narkotika Tahun 1961 yang telah diratifikasi dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tunggal

Narkotika,

34
Hari Sasangka, dalam ibid., hlm. 164-165

18
2) Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan

Psikotropika Tahun 1988 (United Nations Convention Againts Illicit Traffic in

Narcotic Drugs and Psychotropic Substances) yang telah diratifikasi melalui

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan United Nations

Convention Againts Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic

Substances.

e. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Tahun 2002 melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia Nomor

VI/ MPR/ 2002 telah merekomendasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia untuk melakukan penggantian

atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Latar belakang pemikiran yang melandasi penggantian Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1997 tentang Narkotika menjadi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika ialah sebagai berikut : 35

1) Perlu dilakukan upaya penegakan dan penindakan secara efektif terhadap

penyalahgunaan narkotika karena selain merusak masa depan bangsa juga

dapat mempercepat meluasnya penyebaran HIV/ Aids dan telah menimbulkan

keresahan masyarakat.

2) Kejahatan peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika merupakan

kejahatan transnasional terorganisasi dengan modus operandi yang terus

berkembang yang perlu diperangi secara bersama-sama baik pada tingkat

nasional, regional, maupun global.

3) adanya perubahan dalam struktur kelembagaan yang erat kaitannya dengan

pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika

35
Keterangan Presiden Republik Indonesia Mengenai Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Narkotika, http://www.legalitas.org, diakses pada tanggal 20 maret 2018.
19
perlu diberikan dasar hukum yang jelas agar lembaga-lembaga tersebut

berfungsi secara efektif dalam melakukan pengawasan, pencegahan, dan

pemberantasan peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika.

4) Secara sosiologis, sudah semakin banyak korban penyalahgunaan narkotika

berjatuhan khususnya di kalangan generasi muda.

5) Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Narkotika berdasarkan Program

Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun 2005 merupakan RUU yang menjadi

prioritas untuk dibahas bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat dan

Presiden.

Dalam rangka melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkotika,

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga mengatur mengenai

prekursor narkotika serta sanksi pidana bagi penyalahgunaan prekursor narkotika

yang merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan

dalam pembuatan narkotika Selain itu, untuk lebih mengefektifkan upaya

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika maka

dalam Undang-Undang Narkotika ini diatur mengenai penguatan kelembagaan yang

sudah ada yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN).

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II sebagaimana tercantum

dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika telah

dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I menurut Undang-Undang Narkotika

Nomor 35 Tahun 2009 dan Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan

Golongan II dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN HAKIM

1. Pengertian Putusan Hakim

20
Putusan adalah hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan dan

dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat berbentuk tertulis maupun lisan.

Demikian dimuat dalam buku Peristilahan dalam Praktik yang dikeluarkan Kejaksaan

Agung RI 1985 Halaman 221.36 Sedangkan pengertian putusan sebagaimana dimaksud

didalam Pasal 1 angka 11 KUHAP, yaitu :

“Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas dari segala

tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”

Ada juga yang mengartikan Putusan (vonnis) sebagai Vonnis tetap (definitief)

(Kamus istilah Hukum Fockema Andreae). Rumusan-rumusan yang kurang tepat terjadi

sebagai akibat penerjemahan ahli bahasa yang bukan ahli hukum. Sebaliknya, dalam

pembangunan hukum yang sedang berlangsung diiperlukan kecermatan dalam

penggunaan istilah-istilah. Mengenai kata Putusan yang diterjemahkan dari vonis adalah

hasil akhir dari pemeriksaan perkara di sidang pengadilan. Ada juga yang disebut

interlocutoire yang diterjemahkan dengan Keputusan antara atau keputusan sela dan

preparatoire yang diterjemahkan dengan keputusan pendahuluan/ keputusan persiapan

serta keputusan provisionele yang diterjemahkan dengan keputusan untuk sementara.37

Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis hakim merupakan hasil permufakatan

bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat

dicapai, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Putusan diambil dengan suara terbanyak;

b. Jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh putusan yang dipilih

adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi Terdakwa”.

36
Leiden Marpaung, Proses Penanganan Perkaara Pidana (Di Kejaksaan & Pengadilan Negeri, Upaya Hukum &
Upaya Eksekusi), Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm. 129.
37
Ibid., hlm. 129-130.
21
Secara khusus ketentuan sebagaimana disebutkan di atas juga diatur didalam Pasal

14 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang

menyatakan bahwa :

(1) Putusan diambil berdasarkan sidang permusyawaratan hakim yang bersifat

rahasia.

(2) Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan

atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari putusan.

(3) Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat dicapaimufakat bulat, pendapat

hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sidang permusyawaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung

Sebelum majelis hakim menjatuhkan putusan, majelis hakim harus terlebih

dahulu dapat memahami secara mantap semua unsur tindak pidana yang didakwakan,

memahami unsur-unsur dari kesalahan beserta kemampuan pertanggungjawaban pidana

yang melekat pada diri pelaku. M. H. Tirtaamidjaja, mengutarakan sebagai berikut : 38

Sebagai hakim, ia harus berusaha untuk menetapkan suatu hukuman, yang dirasakan
oleh masyarakat dan si tersakwa sebagai suatu hukuman yang setimpal dan adil.
Untuk mencapai usaha ini, ia harus memperhatikan :
a. Sifat pelanggaran pidana itu (apakah itu suatu pelanggaran pidana yang berat
atau ringan);
b. Ancaman hukuman terhadap tindak pidana itu;
c. Keadaan dan suasana waktu melakukan pelanggaran pidana itu (yang
memberatkan dan meringankan);
d. Pribadi Terdakwa apakah ia seorang penajahat tulen atau seorang penajahat
yang telah berulang-ulang dihukum (recidivist) atau seorang penjahat untuk
satu kali ini saja;
e. Sebab-sebab untuk melakukan pelanggaran pidana itu;
f. Sikap Terdakwa dalam pemeriksaan perkara itu (apakah ia menyesal tentang
kesalahannya ataukah dengan keras menyangkal meskipun telah ada bukti
yang cukup akan kesalahannya);
g. Kepentingan umum.

38
Ibid., hlm. 139-140.

22
h. hukum pidana diadakan untuk melindungi kepentingan umum, yang dalam
keadaan-keadaan tertentu menurut suatu penghukuman berat pelanggaran
pidana, misalnya penyelundupan, membuat uang palsu pada waktu negara
dalam keadaan ekonomi yang buruk, merampok pada waktu banyak
terjadinya perampokan).

Andy Hamzah mengatakan, setiap keputusan hakim adalah salah satu dari tiga

kemungkinan :

a. Pemidanaan atau penjatuhan pidana dan/ atau tata tertib;

b. Putusan bebas;

c. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

BAB III
METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan
Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, penelitian yang dilakukan termasuk

dalam kategori metode pendekatan Yuridis Normatif. Yuridis berarti penelitian yang

dilakukan oleh penulis berada dalam ranah hukum. Sedangkan Normatif karena penelitian

yang dilakukan oleh penulis mengenai penerapan Pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana oleh hakim dalam putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn Sag Tahun 2017.

Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penelitian normatif adalah penelitian hukum

yang hanya meneliti bahan pustaka sehingga disebut juga penelitian hukum

kepustakaan.39Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada

penelitian hukum sejenis ini, mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis dalam

39
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, CV Rajawali, Jakarta, 1996, hlm.15
23
peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau

norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang dianggap pantas dengan pendekatan

perundang-undangan.40 Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif,

mencakup:41

a. penelitian terhadap azas-azas hukum;


b. penelitian terhadap sistematika hukum;
c. penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum;
d. penelitian sejarah hukum; dan
e. penelitian perbandingan hukum.

Pada penelitian ini penulis lebih fokus kepada tahap sinkronisasi hukum pidana

khususnya Pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada putusan Nomor

111/Pid.Sus/2017/PnSag Tahun 2017 selain itu, penelitian ini juga melihat dari azas-azas

hukum pidana dan pendapat-pendapat dari para ahli hukum pidana.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif-analitis sesuai

dengan masalah dan tujuan dalam penelitian ini. Di dalam bukunya, Ronny Hanitijo

Soemitro menyebutkan bahwa:42

Deskriptif analitis adalah menggambarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dari praktek pelaksanaan hukum positif

yang menyangkut permasalahan dalam penelitian ini.

3. Lokasi Penelitian

a. UPT Perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman Jalan Prof. Dr. HR. Boenjamin

708 Grendeng – Purwokerto.

40
Ibid.,
41
Ibid., hlm. 18
42
Ronny Hanintijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1999, hlm. 97.
24
b. Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Jalan

Prof. Dr. HR. Boenjamin 708 Grendeng – Purwokerto.

4. Sumber Data

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari sumbernya.43

Penelitian ini juga menggunakan data primer dari Pengadilan Negeri Kabupaten

Sanggau, data ini berupa hasil putusan dari siding kasus narkotika yang dijatuhkan

kepada Fidelis Arie Suedewarto pada tanggal 2 Agustus 2017

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari bahan pustaka, yang terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hokum sekunder, dan bahan hukum tersier.44 Pada

penelitian ini, bahan hokum dari data sekunder yang digunakan adalah:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri atas Kitab Undang

Undang Hukum Pidana dan Undang Undang No 35 tahun 2009. Selain itu

peraturan perundang-undangan yang diurutkan berdasarkan hierarki tata

perundang-undangan di Indonesia yakni, Undang-Undang Dasar 1945,

Undang-Undang (UU)/Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perpu),

Peraturan Pemerintah (PP), PeraturanPresiden (Perpres), Peraturan Daerah

(Perda).Bahan hukum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

a) Undang-Undang Dasar 1945;

b) Undang-Undang No 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika, bab XIV,

Pasal 59 hal 24;

43
Ibid.,
44
OS. Yudiono, Metode Penelitian Normatif, digilib.unila.ac.id/525/8/BAB%20III.pdf, diakses pada tanggal 28
November 2017.
25
c) Undang-Undang No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika, bab XII,

Pasal 78-100;

d) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer misalnya Rancangan Undang-Undang, hasil

penelitian, dan hasil karya dari kalangan hukum. Kaitanya dengan penelitian

ini bahan hukum sekunder yang digunakan adalah hasil penelitian dan hasil

pemikiran dari kalangan hukum seperti literatur, jurnal, dan bulletin ilmiah

bidang hukum.

3) Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti

kamus hukum, ensiklopedi, dan lain-lain.

5. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder ini diperoleh dengan cara mempelajari peraturan perundang-

undangan, buku-buku literatur dan putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor

111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag. serta dengan melakukan studi kepustakaan, internet

browsing, telaah artikel ilmiah, telaah karya ilmiah sarjana, dan studi dokumen,

termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah maupun jurnal surat kabar dan dokumen resmi

lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti kemudian diindentifikasi dan

dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh.

6. Metode Penyajian Data

Metode pengolahan data dalam penyusunan penelitian ini akan diolah dalam

bentuk uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Artinya data sekunder

yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya dan disesuaikan dengan

pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan

komprehensif.

26
7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah

metode analisis normatif-kualitatif, yaitu dengan menjabarkan data yang diperoleh

berdasarkan norma-norma hukum dan kemudian disusun secara sistematis untuk

selanjutnya dianalisa secara kualitatif berdasarkan disiplin ilmu hukum pidana untuk

mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. IDENTITAS TERDAKWA

Pengadilan Negeri Sanggau yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada tingkat

pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut

dalam perkara Terdakwa:

Nama lengkap : Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak

Fx Surajiyo

45
http://lp3madilindonesia.blogspot.co.id/2011/01/divinisi-penelitian-metode-dasar.html . diakses tanggal 18 Januari
2018 : Judul dan penulis artikel
27
Tempat lahir : Sanggau

Umur atau tanggal lahir : 36 tahun/24 April 1981

Jenis kelamin : Laki laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jalan Jenderal Sudirman No 28 RT 01 RW 01

Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten

Sanggau

Agama : Katolik

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

2. DUDUK PERKARA

Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX SURAJIYO, pada

hari Minggu tanggal 19 Pebruari 2017 sekira pukul 11.00 Wib atau setidak-tidaknya pada

suatu waktu dalam bulan Pebruari 2017 atau masih termasuk dalam tahun 2017 bertempat

di rumah Terdakwa yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 28 RT.001 RW.001

Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau atau setidak-tidaknya pada suatu

tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau,

“Tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)

kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh

Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut :

Berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang kedua dengan usia

kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri. YENI RIAWATI) jatuh sakit

hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan kemudian dirawat dirumah sakit

umum kabupaten Sanggau, selama kurang lebih 1 (satu) pekan perawatan dirumah sakit

istri Terdakwa kembali sehat kemudian pada tahun 2014 sekira bulan Oktober istri

28
Terdakwa jatuh sakit mengalami lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat dirumah sakit

Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari dan dikarenakan tidak ada kemajuan

Terdakwa bawa istri Terdakwa ke pengobatan alternatif di daerah Dusun Bodok

Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan selama kurang lebih 1 (satu) bulan istri

Terdakwa sudah dapat beraktiftas kembali, namun sekira bulan November tahun 2015 istri

Terdakwa kembali mengalami lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit

Umum Sanggau selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan

dirawat selama kurang lebih 1 (satu) pekan, setelah itu karena tidak mengalami kemajuan

Terdakwa membawa istri Terdakwa pulang ke Kabupaten Sanggau dan membawanya ke

Rumah Sakit Umum Sanggau untuk dirawat kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau

istri Terdakwa dirujuk ke RSUD Soedarso dan dirawat selama kurang lebih 2 (dua pekan

dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa membawa istri Terdakwa pulang Ke

Kabupaten Sanggau untuk di rawat dirumah yang mana pada saat itu istri Terdakwa sudah

mengalami lumpuh pada kedua kaki, badan dan tangan sebelah kiri serta mengalami luka

pada beberapa bagian tubuhnya.

Melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian Terdakwa mencari

berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi dengan cara membaca buku

hingga mencari informasi di internet sebagai upaya untuk mengobati istri Terdakwa, dan

dari beberapa buku dan informasi yang Terdakwa peroleh di internet tentang khasiat ganja

yang bisa digunakan untuk membantu pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai

putus asa lalu Terdakwa mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja

tersebut.

Kemudian sekira bulan April 2016, Terdakwa bertemu dengan seseorang yang

Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi di terminal bis Kabupaten

Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediakan ganja, selanjutnya Terdakwa

meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan Terdakwa ganja sebanyak 1 (satu) ons

29
dan orang tersebut meminta uang kepada Terdakwa sebesar Rp 900.000,- (sembilan ratus

ribu rupiah) yang kemudian Terdakwa berikan sesuai permintaanya dan saat itu setelah

menerima uang dari Terdakwa, orang tersebut meminta nama dan nomor handphone

Terdakwa dan berkata kepada Terdakwa “tunggu saja 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi

mungkin barangnya sudah datang".

Kurang lebih 3 (tiga) hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa menerima

telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bis yang meminta Terdakwa agar segera

ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil peket kiriman dari pontianak,

setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk

mengambil paket tersebut yang setelah Terdakwa terima tidak ada nama dan alamat

pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa bawa pulang kerumah, dan sesampainya

dirumah Terdakwa membuka paket tersebut yang ternyata berisikan daun ganja kering

yang disertai biji bunga ganja.

Bunga ganja kering tersebut Terdakwa olah menjadi cairan, kemudian terhadap biji

bunga ganja Terdakwa semai didalam pot dan Terdakwa pelihara dengan cara memberi

pencahayaan menggunakan rangkaian listrik dan lampu, menggunakan suatu alat pengukur

suhu, serta Terdakwa beri pupuk agar tumbuh sehat.

Setelah batang tanaman ganja tersebut tumbuh, selanjutnya daun ganja tersebut

Terdakwa masak bersama-sama dengan makanan yang Terdakwa masak kemudian

Terdakwa berikan kepada istri Terdakwa sedangkan bunganya Terdakwa keringkan

didalam ruangan selama kurang lebih satu hari kemudian bunga ganja yang sudah kering

tersebut Terdakwa rendam menggunakan alkohol dalam sebuah mangkok sambil

Terdakwa aduk-aduk menggunakan sendok dan setelah 5 (lima) menit dan alkohol berubah

warna menjadi warna hijau bunga ganja tersebut Terdakwa pisahkan dari alkohol dengan

cara diangkat menggunakan sendok kemudian alkohol yang masih didalam mangkok

tersebut Terdakwa kukus menggunakan panci atau alat pemasak nasi hingga yang

30
tertinggal hanya cairan endapan hasil pengukusan kemudian cairan hasil pengukusan

Terdakwa campur dengan madu dan minyak kelapa kemudian setelah dingin Terdakwa

masukan kedalam botol kecil terbuat dari kaca berwarna bening yang mana cairan hasil

olahan tersebut Terdakwa gunakan untuk mengobati luka-luka pada tubuh istri Terdakwa.

Hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira pukul 10.10 Wib, saksi

SUDIJARTO, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang Terdakwa yang

menanam ganja dirumahnya, kemudian saksi SUDIJARTO, SH bersama-sama dengan

saksi EKO WAHYUDI dan saksi SALBANI mendatangi rumah Terdakwa di Jalan

Jenderal Sudirman Nomor 28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau dan melihat beberapa batang pohon diduga narkotika jenis tanaman

ganja serta melihat sdri. YENI RIWATI yang merupakan istri dari Terdakwa dalam

keadaan sakit parah terbaring dikamarnya yang menurut keterangan Terdakwa sdri. YENI

RIAWATI sudah kurang lebih 3 (tahun) sakit tidak dapat bergerak dan mudah shock.

Melihat situasi tersebut saksi SUDIJARTO, SH membawa Terdakwa kekantor BNN

Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogerasi dan pada saat itu Terdakwa mengakui

sengaja menanam tanaman ganja tersebut untuk pengobatan istri Terdakwa yang sakit

parah, selanjutnya saksi SUDIJARTO, SH bersama saksi DIMITRI INDASTRI PUTRA

kembali pergi kerumah Terdakwa dan menemukan 9 (sembilan) batang pohon tanaman

diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja, setelah itu diketemukan juga 30 (tiga

puluh) batang pohon tanaman diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja didalam 1

(satu) unit sepeda motor Honda Vario Warna Putih Nomorpol KB 3235 UY, 2 (dua) buah

botol pupuk organik merk D.I GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah

lampu, 1 (alat) pengukur suhu ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter

warna putih yang masing-masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum

digunakan, 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing-masing

didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) buah sendok makan

31
terbuat dari besi, 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung

gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu)

buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat kukus terbuat

dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green flower, 1(satu) buah buku dengan

judul The Marijuana Grow Bible, 1(satu) buah buku dengan judul Marijuana Plant Care, 1

(satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja Apa Benar

Bermanfaat?, 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1 (satu) buah buku

dengan judul How To Grow Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan judul Canabis Care

Manual, 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy, selajutnya barang-barang

tersebut berikut 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto, 1

(satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7, 1 (satu) Buah motor Honda

Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan

Nomor polisi KB 3235 UY, dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses lebih

lanjut.

Berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP-17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda tangani atas

sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP. 196308031991032001

Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak (selaku Manajer Teknis I), dengan

hasil sebagai berikut : 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga

Narkotika jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon ganja

yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima) gram mengandung Ganja

(termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu) kantongberat Netto 4,4683 (empat koma

empat enam delapan tiga) gram.

32
Berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP-17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda tangani atas

sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP. 196308031991032001

Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak (selaku Manajer Teknis I), dengan

hasil sebagai berikut :

1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja berat Brutto

36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram mengandung Ganja (termasuk

Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label

Sisa Barang Bukti 1 (satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh

tujuh dua) gram. Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional

Kabupaten Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK-Sgu tanggal 20

Pebruari 2017, yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA,

SH MH Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. FIDELIS ARIE

SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada

tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG ONE

STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil NEGATIF.

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sanggau

Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK-Sgu tanggal 20 Pebruari 2017, yang di tanda

tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH Tentang hasil

pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI RIAWATI, yang bersangkutan benar telah

dilakukan Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test

Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah

6 panel dengan hasil Positif THC (+) & MET (+).

Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX SURAJIYO,

telah menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, ataumenyediakan

33
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau

melebihi 5 (lima) batang pohon dan menggunakannnya diluar kepentingan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dilengkapi dengan surat ijin yang sah dari pejabat

yang berwenang.

Perbuatan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 113 Ayat (2) UU RI

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. DAKWAAN

Terdakwa telah didakwa dengan dakwaan yang berbentuk alternatif yakni Pasal 113

Ayat (2) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau kedua : melanggar Pasal

111 ayat (2) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau ketiga : melanggar

Pasal 116 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

4. TUNTUTAN JAKSA PENUNTUT UMUM

a. Menyatakan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO bersalah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “ menanam

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram

atau melebihi 5 (lima) batang pohon “ sesuai dengan dakwaan kedua Penuntut

Umum yakni Pasal 111 ayat (2) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als

NDUK Anak FX SURAJIYO berupa pidana penjara selama 05 (Lima) Bulan

dikurangi selama terdakwa dalam tahanan dengan perintah agar terdakwa tetap

ditahan dan membayar denda sebesar Rp. 800.000.000,00 (Delapan ratus juta

rupiah) subsidair 1 (Satu) Bulan penjara.

c. Menyatakan barang bukti berupa :

34
1. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah bata terbuat
dari plastik.Diberi kode 1.
2. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat
dari plastik.Diberi kode 2.
3. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat
dari plastik.Diberi kode 3.
4. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik.Diberi kode 4.
5. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik.Diberi kode 5.
6. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
7. ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat
dari plastik.Diberi kode 6.
8. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik.Diberi kode 7.
9. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik.Diberi kode 8.
10. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik.Diberi kode 9.
11. 1(satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang didalamnya
terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang didalamnya
terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman diduga narkotika Golongan I jenis
tanaman ganja. Di berik kode 10.
12. 1(satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya
terdapat cairan diduga hasil olahan narkotika jenis tanaman ganja. Diberi kode
11.
13. 2(dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW.
35
14. 1(satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu
15. 1(alat) pengukur suhu ruangan.
16. 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing-
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan.
17. 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing- masing
didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai.
18. 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.
19. 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.
20. 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.
21. 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.
22. 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.
23. 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.
24. 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.
25. 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.
26. 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.
27. 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja Apa
Benar Bermanfaat?.
28. 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.
29. 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.
30. 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.
31. 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.
32. 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.
Dirampas untuk dimusnahkan.

1. 1(satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.

Dikembalikan kepada Terdakwa.


1. 1(satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235
UY.
2. 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY
Dikembalikan kepada saksi TRI RAMAN JAYA.

Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah).
5. PEMERIKSAAN PEMBUKTIAN

 Keterangan Saksi

1. Saksi Sudijarto.,SH dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai

36
berikut:

a) Saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan dengan saksi

telah melakukan penangkapan terhadap terdakwa sehubungan kepemilikan

tanaman pohon ganja;

b) Kejadian penangkapan terjadi pada hari minggu tanggal 19 Februari sekira jam

10.10 wib di rumah terdakwa dijalan Jenderal Sudirman N0.28

Rt.001/Rw.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau;

c) Saksi mengetahui terdakwa ada menanam ganja berdasarkan Informasi dari

masyarakat dan bedasarkan pengembangan yang dilakukan karena yang

bersangkutan adalah pegawai Negeri Sipil di Kesbangpol maka saksi selalu

berkoordinasi dengan kepala kantor tersebut;

d) Pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes urine di Kantor Kesbangpol

atas permintaan Kepala Kesbangpol dan diketahui ada dua orang yang positif

kemudian untuk terdakwa saat itu memang Negatif selanjutnya kedua orang

yang positif berserta terdakwa tersebut di bawa ke Kantor BNN Sanggau untuk

diminta keterangan dan dari situlah terdakwa ada mengatakan bahwa ia ada

memiliki tanaman obat akan tetapi tidak dijelaskan secara sepesifik tanaman

obat yang ditanamnya tersebut adalah ganja;

e) Pihak BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa bersama terdakwa dan

ditemukan tanaman ganja tersebut dirumah terdakwa dan berdasarkan

pengalaman bahwa pohon yang ditanam terdakwa tersebut merupakan pohon

ganja;

f) Setelah melihat tanaman ganja tersebut terdakwa tidak langsung diamankan

karena ketika sampai dirumah terdakwa tersebut ternyata isteri terdakwa dalam

kondisi sakit dan berada disalah satu kamar rumah tersebut berbaring;

g) Saksi mendapatkan penjelasan dari terdakwa bahwa ganja yang ditanam

37
tersebut untuk mengobati isterinya yang sedang sakit sehinga pada saat itu

saksi tidak melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan saksi masih lagi

melaporkan kepada pimpinan bagaimana tindak lanjut dari pada perkara ini

karena di TKP tersebut ada seorang isteri yang sedang sakit keras;

h) Sebelumnya pihak BNN tidak mengetahui bahwa tanaman ganja yang

ditanam oleh terdakwa tersebut untuk mengobati isterinya yang sedang sakit

dan dari pihak BNN tahunya setelah kejadian ini;

i) Setelah mendatangi rumah terdakwa pada tanggal 14 Februari 2017 tersebut

pihak BNN tetap berupaya semaksimal mungkin menyikapi karena secara

kemanusian belum mampu untuk melakukan tindakan karena pihak BNN

memerlukan dukungan moral, dukungan moral ini juga dilaporkan ke kepala

BNNP kemudian BNN Sanggau juga menembuskan laporan tersebut ke BNN

pusat bagaimana menyikapi adanya kasus ini petunjuk dan perintah dari

pimpinan apapun alasanya ini adalah tindakan pidana;

j) Terdakwa belum pernah melaporkan ke pihak BNN Sanggau atau

menyampaikan dalam hubungannya menanam ganja tersebut;

k) Pohon ganja yang ditemukan dirumah terdakwa pada saat penindakan tanggal

19 Feruari 2017 ada 9 pohon/batang dan yang tercabut ada 30 pohon/batang

dan jumlah semuanya ada 39 pohon/batang;

l) Selain pohon ganja, petugas juga menemukan buku-buku mengenai tanaman

ganja dirumah terdakwa tersebut;

m) Pada saat pihak BNN datang ke rumah terdakwa tanggal 19 Februari 2017

terhadap pohon ganja sebanyak 30 (tiga) puluh batang sudah dicabut oleh

saksi Klara yang merupakan adik kandung terdakwa dan dibawa saksi TRI

RAMAN JAYA yang merupakan pacar saksi Klara tersebut;

n) Pohon yang ganja yang disita termasuk cairan yang diamankan dirumah

38
terdakwa yang merupakan ekstrak pohon ganja tersebut sudah dilakukan tes di

Balai Pom;

o) Ekstrak ganja tersebut yang merupakan obat untuk mengobati isterinya

dengan cara dioleskan pada bagian yang luka pada tubuh isterinya

p) Hasil penyelidikan tidak ditemukan bahwa ganja tersebut dijual kepada orang

lain maupun dipakai oleh terdakwa melainkan tanaman ganja tersebut ditaman

oleh terdakwa hanya semata-mata untuk pengobatan isterinya yang sakit;

q) Terdakwa mendapatkan bibit ganja tersebut dengan cara membeli dari

seseorang melalui internet;

2. Saksi Klara Arinta Anak FX Surajiyo dibawah janji pada pokoknya


menerangkan sebagai berikut:
a) Saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan abang kandung

saksi bernama Fidelis ditangkap dan diamankan oleh petugas BNN Sanggau

karena menanam Narkotika Jenis tanaman ganja;

b) Saksi mengetahui terdakwa menanam ganja dirumah setelah petugas BNN

Sanggau datang kerumah dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut adalah

ganja;

c) Pada tanggal 19 Februari 2017 sebelum petugas dari BNN Sanggau datang

kerumah terdakwa saksi sudah disuruh terdakwa melalui telpon untuk

mencabut dan membuang tanaman ganja tersebut

d) Melaui HP abang saksi mengatakan kepada saksi “Dik kamu dimana posisi,

kamu kerumah sekarang, cabut tanaman obat yang dilemari itu terus dibuang

sekarang, kemudian saksi jawab dirumah, emang kenapa dibuang lalu abang

saksi bilang pada saksi dengan nada agak marah “udah jangan banyak tanya

dibuang saja karena saksi merasa takut lalu saksi pergi kerumah abang saksi

yang berjarak 15 meter – 20 meter dari rumah saksi tersebut;

39
e) Tanaman pohon ganja yang saksi cabut dengan cara batangnya saksi patahkan

satu-persatu lalu saksi masukan ke dalam kantong plastik kresek warna hitam

setelah itu saksi masukan lagi ke dalam karung plastik warna putih karena

saksi pikir tanaman tersebut tanaman obat yang untuk dibuang lalu saksi

suruh pacar saksi membawa pergi tanaman yang ada didalam karung

tersebut dan tidak lama kemudian petugas dari BNN Sanggau datang dan

meminta pacar saksi untuk pulang dan membawa pohon ganja yang ada dalam

karung platik yang dibawa tersebut;

f) Saksi tidak pernah melihat orang asing datang atau berkunjung kerumah

terdakwa;

g) Terdakwa tidak pernah cerita pada saksi bahwa tanaman yang ditanamnya

tersebut tanaman ganja hanya dia pernah bilang bahwa tanaman yang

ditanamnya tersebut adalah tanaman obat;

h) Isteri terdakwa kemudian dirawat dirumah sakit Sanggau dan kurang lebih

satu bulan sejak terdakwa ditahan, istri terdakwa tersebut meninggal yaitu

pada tanggal 25 maret 2017;

i) Terdakwa tidak ada meminta izin kepada pihak yang berwenang terkait

perbuatan terdakwa menanam ganja tersebut;

j) Peruntukkan ganja tersebut adalah untuk ilmu pengetahuan bukan untuk

obat/pengobatan;

3. Saksi Tri Raman Jaya Bin Miswar dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
a) Saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan dengan terdakwa

Fidelis ditangkap dan diamankan oleh Petugas dari BNN Sanggau karena

kedapatan menanam pohon ganja;

b) Pada saat terdakwa diamankan saksi sedang berada dijalan menggunakan

40
sepeda motor Vario Putih NomorPol KB. 3235 UY milik saksi;

c) Saksi pernah dimintai tolong oleh saksi Klara untuk membawa karung plastik

warna putih yang berasal dari dalam rumah terdakwa akan tetapi tidak lama

kemudian saksi diminta kembali lagi;

d) Saksi tidak tahu isi karung yang disuruh saksi Klara bawa tersebut dan karung

tersebut saksi masukan dalam jok motor;

e) Saksi tidak ada menanyakan kepada saksi Klara barang tersebut apa dan akan

dibawa kemana;’

f) Saksi mengetahui barang yang saksi bawa tersebut adalah ganja setelah di

Kantor BNN Sanggau;

g) Saksi tahu isteri terdakwa sakit karena saksi pernah menjengguknya namun

terdakwa tidak pernah cerita kalau terdakwa mengobati isterinya dengan

menggunakan ganja;

h) Saksi dengar isteri terdakwa tersebut menderita penyakit sum-sum tulang

belakang dan ada borok dibelakang tubuhnya;

4. Saksi Dimitri Indastri Putra dibacakan dipersidangan pada pokoknya


menerangkan sebagai berikut:
a) Saya diperiksa sekarang ini sehubungan dengan saya telah melakukan

penangkapan terhadap orang kedapatan menanam, memelihara, memiliki,

menyimpan, menguasai, memproduksi Narkotika jenis Tanaman dan

menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain;

b) Dapat saya jelaskan bahwa saya bersama rekan-rekan melakukan

penangkapan terhadap Sdr FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak

FX SURAJIYO saat itu pada hari Minggu sekira jam 10.00 wib. Dirumah Sdr

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX SURAJIYO Jin Jenderal

Sudirman Nomor28 Rt.001 Rw.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas

41
Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.

c) Pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira jam 09.45 wib

Sdr.Sudijarto, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang Sdr.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO yang

menanam ganja dirumahnya. Selanjutnya Sdr.Sudijarto, SH selaku Kasi

Berantas BNN Kabupaten Sanggau mengumpulkan kami selaku anggota BNN

Kabupaten Sanggau dan memberikan arahan kepada kami kemudian Sdr.

Sudijarto, SH bersama-sama dengan Sdr. Eko Wahyudi dan Sdr. salbani pergi

ke rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX

SURAJIYO yang dimaksud namun saya menunggu di kantor BNNK Sanggau

saat itu dan tidak lama kemudian saya melihat Sdr. Sudijarto,SH datang ke

kantor BNNK Sanggau dengan membawa seorang laki-laki yang kemudian

saya ketahui bernama Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak

FX SURAJIYO bersama-sama dengan seorang laki-laki yang bernama Sdr.

YACOB HORHORUW selaku Lurah kemudian saya bertanya kepada Sdr.

Sudijarto,SH dengan mengatakan "Sdr. EKO WAHYUDI DAN SDR.

SALBANI DIMANA PAK?" dan Sdr. Sudijarto,SH menjawab "Sdr. EKO

WAHYUDI DAN SDR. SALBANI SAYA PERINTAHKAN UNTUK

MENGAWASI DAN MEMONITOR RUMAH TERSANGKA setelah itu

kami melakukan Interogasi terhadap Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO

Alias NDUK anak FX SURAJIYO di Kantor BNN Kabupaten Sanggau lalu

pada saat diinterogasi ketika itu Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias

NDUK anak FX SURAJIYO meminta ijin untuk buang air kecil kemudian

saya mengantar Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX

SURAJIYO ke WC kantor BNNK Sanggau dan pada saat Sdr. FIDELIS ARIE

SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO di dalam WC tersebut saya

42
mendengar seperti suara Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK

anak FX SURAJIYO sedang menelpon seseorang dan tidak lama kemudian

Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO keluar

dari WC lalu kami kembali lagi ke ruang pemeriksaan untuk melanjutkan

interogasi yang kemudian sekira Jam 10.53 wib Sdr.Sudijarto, SH menerima

telpon setelah itu Sdr. Sudijarto, SH memberitahukan kepada saya dengan

mengatakan "Sdr. Eko Wahyudi nelpon saya dan dia mengatakan bahwa

melihat ada seorang laki-laki dan seorang perempuan sedang melakukan

aktivitas mencurigakan di rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias

NDUK anak FX SURAJIYO tersebut" yang kemudian Sdr. Sudijarto,SH

mengajak saya dan pak Lurah Sdr. YACOB HORHORUW untuk pergi

menuju ke rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX

SURAJIYO dan sesampainya kami di rumah tersebut sekira jam 11.00 wib

dan saya melihat ada seorang perempuan yang kemudian saya ketahui

bernama Sdri. KLARA ARINTA Alias KLARA Anak FX SURAJIYO yang

merupakan adik kandung Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias

NDUK anak FX SURAJIYO didalam rumah tersebut dan kemudian dengan

disaksikan oleh pak Lurah Sdr. YACOB HORHORUW dan Sdri. KLARA

ARINTA lalu kami melakukan penggeledahan di dalam rumah tersebut dan

menemukan 9 (sembilan) batang pohon tanaman yang ditanam didalam pot

plastic diduga narkotika Golongan I Jenis tanaman ganja di dapur rumah Sdr.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO.

Selanjutnya Sdr.Sudijarto, SH bertanya kepada Sdri. KLARA ARINTA Alias

Klara Anak FX SURAJIYO dengan kata-kata kurang kebih "mana tanaman

ganja lainnya?" kemudian dijawab oleh Sdri. KLARA ARINTA Alias Klara

Anak FX SURAJIYO dengan kata-kata kurang lebih" tanaman ganja apa pak?

43
tidak ada tanaman ganja?" kemudian Sdr.Sudijarto,SH bekata kepada Sdri.

KLARA ARINTA Alias KLARA Anak FX SURAJIYO dengan kata-kata

kurang-lebih "tanaman yang seperti ini, yang memiliki ciri-ciri sama seperti

ini? (sambil memperlihatkan 9 (sembilan) batang tanaman ganja yang

ditanaman dialam pot yang petugas ditemukan di bagian dapur rumah Sdr.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO)"

kemudian Sdri. KLARA ARINTA Alias KLARA Anak FX SURAJIYO

menjawab dengan kata-kata kurang lebih "ada dan tanaman lainnya telah

dibawa teman dari Sdri. KLARA ARINTA Alias KLARA Anak FX

SURAJIYO yang bernama sdr TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin

MISWAR". Selanjutnya Sdr.Sudijarto,SH memerintahkan Sdri. KLARA

ARINTA Alias Klara Anak FX SURAJIYO untuk menghubungi Sdr. TRI

RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR dan memerintahkan membawa

kembali tanaman tersebut. Selanjutnya sdr. TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin

MISWAR datang kerumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO, Alias NDUK

anak FX SURAJIYO dengan mengendari sepeda motor Honda Vario Warna

Putih Nopol KB 3235 UY. Selanjutnya dilakukan penggeledahan terhadap

sepeda motor Honda Vario Warna Putih Nopol KB 3235 UY tersebut dan

didalam jok motor didapatkan 1 (satu) bungkus karung beras warna putih

merk madu tupai yang dialamnya terdapat kantong plastik warna hitam yang

didalamnya terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman diduga narkotika jenis

tanaman ganja. Kemudian saya bersama-sama petugas BNN Kabupaten

Sanggau melanjutkan penggeledahan terhadap rumah tersebut dan meminta

Sdr. TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR dan Sdri. KLARA ARINTA

Alias Klara Anak FX SURAJIYO untuk ikut menyaksikan proses

penggeledahan. Kemudian barang-barang bukti dibawa ke kantor BNN

44
Kabupaten Sanggau untuk dilakukan proses lebih lanjut. Setiba di kantor

BNN Kabupaten Sanggau saya bersama sama dengan Sdr. Sudijarto

memperlihatkan seluruh barang bukti yang saya amankan saat melakukan

penggeledahan dirumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK

anak FX SURAJIYO kepada Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias

NDUK anak FX SURAJIYO dan Sdr.Sudijarto bertanya kepada Sdr. FIDELIS

ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO dengan kata-kata

kurang lebih" milik siapa seluruh barang barang bukti ini? kemudian dijawab

oleh Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO

"KESULURAHAN BARANG YANG BAPAK TUNJUKAN KEPADA SAYA

ADALAH MILIK SAYA, TERKECUALI SEPEDA MOTOR HONDA

VARIO WARNA PUTIH NOPOL KB 3235 UY DAN 1 (SATU) BUAH

STNK DENGAN NOMOR POLISI KB 3235 YANG MERUPAKAN MILIK

SDR. TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR".

 saksi yang meringankan (Ad De Charge) yaitu sebagai berikut:


1. Saksi Antonius, dibawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

a. Saksi adalah atasan terdakwa di Kesbangpol;

b. Selama mengerjakan tugas dikantor terdakwa termasuk baik;

c. Selama bekerja di Kesbangpol terdakwa tidak pernah punya masalah dengan

pegawai yang lain;

d. Pada tahun 2016 kantor saksi pernah melakukan tes urine atas inisiatif

sendiri dan menindaklanjuti program pemerintah, saksi mengharapkan agar

staf saksi semua terbebas dari Narkotika dan tidak ada indikasi lain;

e. Dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua) pegawai dikantor saksi yang positif

narkotika dan terdakwa tidak termasuk yang positif tersebut;

45
f. Kedua orang pegawai yang positif narkoba tersebut tidak ada hubungannya

dengan terdakwa;

g. Terdakwa pernah menyampaikan tentang kondisi isterinya yang tidak sehat

dan saksi juga pernah kerumah terdakwa dan melihat keadaan isteri terdakwa

yang saat itu saksi lihat dalam kedaan sakit dan berbaring didalam kamar;

h. Saksi pernah menyarankan supaya terdakwa mencari pengobatan Alternatif;

i. Terdakwa pernah manyampaikan kepada saksi bahwa penyakit istrinya

tersebut hanya bisa diobati dengan ganja;

2. Saksi Trisna Rizano, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut:

a. Saksi adalah ketua RT dilingkungan terdakwa tinggal;

b. Jarak rumah saksi dengan rumah terdakwa sekitar 50 sampai 60 meter

c. Bahwa saksi mengetahui istri terdakwa menderita sakit namun Persisnya

penyakit yang diderita isteri terdakwa saksi kurang tahu hanya saksi tahu isteri

terdakwa menderita lumpuh dan ada luka pada bagian belakang dan yang

saksi ketahui isteri terdakwa tersebut menderita penyakit sum-sum tulang

belakang;

d. Saksi pernah menjenguknya namun pada saat itu saksi tidak masuk hanya isteri

saksi yang masuk dan melihat isteri terdakwa yang ada didalam kamar dalam

keadaan berbaring serta tidak dapat bergerak;

e. Pada saat penangkapan terhadap terdakwa tersebut saksi sedang sedang diluar

tidak menyaksikannya;

f. Saksi tidak tahu kalau terdakwa ada menanam ganja karena selama kerumah

terdakwa saksi tidak melihat sesuatu yang mencurigakan.

 Terdakwa mengajukan ahli DR. Sy. AsyimAzizurrahman,SH.M.Hum dibawah

sumpah pada pokoknya memberikan pendapat sebagai berikut:


46
1. Tujuan penegakan hukum tersebut ada tiga hal pertama harus dilihat kepada

kepastian hukum, kedua keadilan hukum dan ketiga kemanfaatan hukum dalam

kapasitas kepastian hukum adalah penerapan norma-norma sesuai secara legal

yang memenuhi unsur-unsur dari tindak pidana disisi lain kalau dia ada

pertentangan asas kepastian hukum maka yang harus diutamakan haruslah

keadilan hukum walaupun dalam kepastian hukum adalah norma yang secara

limit maka yang harus diutamakan adalah kepastian hukum berikutnya kalau ada

pertentangan antara kepastian hukum dengan keadilan hukum dan kemanfaatan

hukum maka yang diutamakan adalah kemanfaatan hukum karena dalam

kapasitas tertentu dalam kasus tindak pidana itu pasti ada sifat hukum yang

walaupun ia tidak identik dengan kesamaan yang pasti ada perbuatan hukum dan

sifatnya melawan hukum. Sebagai contoh ada suatu kasus yang sudah berusaha

dalam kapasitas melakukan pengobatan baik secara medis dan non medis berarti

ada jalan terakhir yang kapasitas apakah itu kapasitas sebagai Nostan atau

kapasitas over kobelatif ini yang perlu dicerna tentunya Majelis Hakim harus

dapat melihat dalam posisi Kostan yang dalam hal ini penghapusan atau

kemanfaatan dalam kapsitas kalau dia secara kepastian hukum unsur-unsurnya

tentunya harus melihat apakah perbuatannya sudah sesuai atau tidak.

2. Kita harus melihat unsur tindak pidana dalam unsur tindak pidana ada unsur

objektif dan subjektif, unsur objektif adalah suatu perbuatan yang dalam arti

apakah dia melanggar suatu kewajiban atau larangan yang kedua harus ada unsur

akibat dan keadaan, akibat harus ada dalam delik yang sifatnya Materiil, unsur

kedua dalam posisi tertentu bisa dalam posisi penghapusan pemidanaan atau

penghapusan dalam eksekusi dan azas sifat dalam kategori subjektif ada unsur

pertanggungjawaban pidana atau unsur kaitan dengan unsur kesalahan dengan

kaitan pertanggung jawaban pidana dan kita mengenal ada empat kategori hukum

47
pidana berkaitan dengan pertanggung jawaban pidana dalam kapasitas tertentu

ada beberapa undang-undang yang mengandung Mensbility namun pasal-pasal

yang lain mengandung Sosialbility dan masing-masing dalam sistem

pertanggung jawaban yang berbeda;

3. Terkait dengan tindak pidana Narkotika dan hal ini tergantung mana pasal yang

didakwakan, berikutnya ada sifat menghukum dan kalau kita lihat sifat

menghukum ini ada kaitan dengan formil dan materiil, yang formil adalah secara

korbolatif termuat dalam pasal-pasal tertentu yang memang menyangkut azas

legalitas, paham legalitas ini atau kaitan azas legalitas ini harus termuat dalam

rumusan pasal-pasal tertentu, tetapi sebaliknya ada juga penghukuman secara

materiil yang tidak termuat dalam rumusan pasal dalam hal ini mengandung 2

kategori ada fungsi Negatif dan ada fungsi positif kalau dia fungsi negatif ada

suatu undang- undang baik itu sifatnya larangan ataupun kewajiban yang

dilanggar tapi ini dalam hal azas kepatutan tidak bisa dikenakan tetapi ada yang

positif walaupun tidak ada aturan tertentu dalam suatu undang-undang secara

limitif dan normatif ia dapat dikenakan karena azas kepatutan dalam masyarakat

yang identik dengan nilai-nilai hukum karena hukum itu ada yang tertulis dan

tidak tertulis ia bisa dilakukan penerapan hukum berikutnya harus ada unsur

kesalahan walaupun tidak secara normatif tidak secara tegas jelas ada dalam

rumusan yang regalitas dimasukan dalam rumusan pasal.

4. Adanya Dolus atau kesengajaan terbagi dalam tiga kategori ada yang Dolus

secara tujuan ada Dolus gagal kemungkinan ada Dolus sebagai kepastian tentunya

dalam kapasitas ini tidak bisa ditemukan dalam rumusan pasal karena ini secara

teori Majelis Hakimlah yang dapat menilai apakah perbuatan itu termasuk

sengaja sebagai kepastian, sengaja sebagai kemungkinan atau sengaja sebagai

tujuan masing-masing berbeda dalam taraf atau kadar pemidanaannya haruslah

48
berbarengan terhadap sangsi atau ancaman sengaja sebagai kemungkinan atau

sengaja sebagai tujuan haruslah lebih ringan sebagai kemungkinan dari pada

sengajan sebagai tujuan dalam hal kapasitas tertentu sangsi sengaja sebagai

kemungkinan ini hampir identik dengan Culpa dalam arti lata. Dalam kapasitas

tertentu selain sengaja ada kelalaian atau kealpaan, Culpa terbagi dua katagori

yaitu Lepis atau Lata yang terberat Lata dalam kapasitas ini untuk memenuhi apa

yang telah diungkap secara ilustrasi perbuatan ini masuk tidaknya dalam unsur

pidana kalau dia masuk perlu dipertimbangkan juga sifat menghukumnya apakah

sifat menghukumnya secara formil atau secara materiil selain itu juga menjadi

pertimbangan apakah tujuan hukum hanya semata-mata menghukum atau

mencari keadilan atau mencari kemanfaatan tentunya dalam hal ini dan dalam

kapasitas tertentu dilihat aturan yang menjembatani secara Yuridis atau pilsolofis

kalau kita melihat Undang-undang Narkotika bahwa landasan filsolofis dalam

suatu rumusan. Menimbang adalah untuk pengobatan dalam kapasitas

pengaturan dan tidak ada penyalah gunaan dan dari sini dapat dicerna ada hal-hal

dan tujuan mulia dari undang-undang tidak hanya dalam arti kapasitas

pemidanaan tapi juga melihat bagaimana penyalahgunaan dalam kapasitas

tertentu karena kalau dilihat Undang- undang Narkotika pada prinsipnya

dibolehkan asal tidak disalah gunakan dalam hal ini kalau kita melihat

rumusan-rumusan yang ada dalam Undang-undang Narkotika ada pertanggung

jawaban, gambaran sepenuhnya itu dinilai kepada modus operandi yang

dilakukan tentunya ada suatu perbuatan yang memang sudah dilakukan yang

dilarang oleh Undang-undang ada usaha secara medis atau non medis dan

dilakukan bukan untuk menguntungkan diri sendiri;

5. Pasal 3 Undang-undang Narkotika dari huruf a sampai huruf h suatu posisi adalah

azas keadilan disamping itu juga ada azas kepastian hukum kalau dilihat dari sisi

49
dalam suatu penelusuran perbuatan dari suatu norma hukum pidana pengaturan

tentang letak kata ada tujuannya,sehingga tujuan Narkotika tersebut tujuan

utamanya adalah azas keadilan makannya makna utamanya adalah untuk

melaksanakan fungsi keadilan;

6. Setiap perbuatan yang dikatagorikan perbuatan hukum pasti ada unsurnya niat

yang dikatagorikan niat jahat disini karena untuk suatu tindak pidana kejahatan

pasti ada niat dan kesempatan dalam kapasita niat ini tidak bisa kita tanyakan

kepada sesorang apakah momennya pencurian dan tidak bisa dinilai atau kita

percaya saja dengan niat tertentu tetapi harus dilihat pada modus operandinya

bagaimana sih perbuatanya sehingga tergambar niat yang ada maka diilustrasikan

bahwa sudah dilakukan secara medis dan non medis nah niat terakhirnya apa sih

untuk menggunakan kaitan dengan Narkotika apakah ada niat jahatnya atau tidak

walaupun dalam kapasitas tertentu perbuatannya sudah ada dan sudah terjadi niat

ini sebagaimana diungkapkan tadi ada perbuatan menanam ada perbuatan

menggunakan dan tujuan apa dibalik perbuatan tersebut pasti ada niat dan tujuan,

tujuan jahat inilah yang dikemukakan yang di aplikasikan secara normatif yang

diaplikasikan dengan penjabaran niat. Kausalitas di Indonesia yang

menggunakan teori Relevansi dalam kapasitas tertentu ada niat yang dijelmakan

dalam suatu perbuatan, tidak mungkin suatu perbuatan tanpa ada niat walaupun

itu dalam kapasitas adanya suatu perbuatan yang dikatagorikan kelalaian atau

kealpaan/kurva, sehingga kalau dalam kapasitas tertentu apakah niat jahat ini

bisa mengakomodir kesemua perbuatan dalam suatu tindak pidana sehingga

harus digambarkan selain niat ada tempus dan lopus delekti dalam kapasitas

tertentu unsur-unsur tindak pidana harus juga meliputi niat tempus dan lopus

sehingga ada suatu rumusan secara komulatif yang harus di penuhi suatu unsur

tindak pidana sehingga baru bisa diminta pertanggung jawaban secara pidana;

50
7. Untuk melihat pertanggung jawaban pidana harus dilihat pertama sistem

pertanggung jawaban pidana dalam suatu Undang-undang, dalam suatu

undang-undang juga terdapat berbagai sistem pertanggung jawaban pidana dalam

suatu rumusan pasal-pasalnya yang mana pasal yang didakwakan dan yang mana

pasal itu juga dilakukan itu harus dilihat dulu pasal itu termasuk rumusan sistem

pertanggung jawaban yang mana apakah dia menstrability, rumusan pasal-pasal

inilah baru dicerna barulah bisa menganalisa dan mencermati apakah

pertanggung jawaban kalau tujuan untuk melakukan kejahatan tetapi untuk

tujuan melakukan kemanfaatan sehingga gambaran tersebut harus dicerna kalau

didalam kapasitas menstability harusnya dilihat unsur kesalahannya apakah

kesalahan tersebut dilakukan dengan sengaja atau kelalaian kalau dilakukan

dengan sengaja dan kesalahan yang disengaja baggaimana kalau dalam kapasitas

tertentu di Indonesia memang ada dua ketentuan tapi kalau dilihat sejarah di

Inggris dalam kapasitas tertentu ada kesempurnaan ini maknanya dari niat apa

yang ingin dilakukan suatu perbuatan orang berjalan keluar maksudnya untuk

apa disini haruslah diinplementasikan dengan perbuatan, khususnya dalam

kapasitas Narkotika walaupun dalam keadaan tertentu, Narkotika dalam Pasal 1

huruf a dijelaskan bahwa itu adalah fungsinya untuk pelayanan kesehatan atau

untuk pengobatan dan untuk ketertiban dan sebagainya, sehingga yang berlaku

adalah undang-undang Narkotika bukan tindak pidana Narkotika maka yang

dikaitkan penyalahgunaaan Narkotikalah maka itulah tindak pidana Narkotika

gambaran seperti itu kalau dipertanyakan kepada saya apakah bisa dipertanggung

jawabkan maka harus ditemukan dulu unsur dan sistim tindak pidana terhadap

pasal yang didakwakan tersebut;

8. Penyalahgunaan Narkotika itu berkaitan dengan perbuatan jadi kata-kata dalam

rumusan pasal-pasalnya adalah rumusan normatifnya dalam rumusan normatif

51
pasti ada dengan subjek hukumnya dan objek hukumnya, pasti ada sifat

hukumnya, pasti ada unsur perbuatannya, pasti ada ancaman pidananya kalau

dalam katagori ada spekasi tertentu yang siapa subjek hukumnya yang diancam

dengan pasal tertentu, ini tentunya ada rumusan normatifnya rumusan pasal itu

apakah ada perbuatan, siapa yang sebagai subjek hukumnya kalau tidak salah

kaitan subjek hukum bisa berkaitan dengan orang, bisa berkaitan orang,

persorangan sehingga dari sini kita dapat melihat ada sistim pertanggung jawaban

kaborasi, kalau kita lanjut dengan sistim rumusan pasal, itu tanpa hak dan

melawan hukum disini maknnanya kita lihat pencernaan rumusan atau kata ini

sistim pertanggung jawaban menstrialbriti sehingga rumusan dalam pasal ini

dilihat didasari kepada sistim pertanggung jawaban pidana yang menstribility

dalam kapasitas ini haruslah ada unsur kesalahan, unsur kesalahan itu dilihat

apakah dia itu sengaja atau lalai selain itu ada sifat hukum formil atau materiil

kalau dia formil tentunya harus dilihat/ tergambar dalam rumusan pasal itu kalau

dia materiil bagaimana rumusan apakah rumusan azas kepatutan yang bisa

memposisikan atau menegatifkan disinilah letak dalam menganalisa

masing-masing aparat hukum termasuk Advokat, Penuntut umum dan Hakim

untuk mencermati apakah sistem pertanggung jawaban dalam sistim sifat

melawan hukum dari suatu perbuatan ini termasuk dalam rumusan sifat melawan

hukum yang mana sehingga rumusannya harus secara komulatif untuk

mempertimbangkan serta untuk menentukan sifat keadilan;

9. Azas kepatutan dapat dinilai dari norma-norma hukum yang tidak tertulis karena

hukum itu ada yang tertulis dan tidak tertulis dalam kapasitas tertentu untuk

melihat sesuatu perbuatan dari pada niat atau tujuan apakah niat tersebut ada niat

jahat atau tidak ini akan mempunyai korilasi dengan perbuatan yang dilakukan

apakah niat tadi menanam atau melakukan suatu pengobatan dan berkaitan

52
dengan niat jahat atau tidak tujuan utamanya adalah untuk melakukan suatu

pemanfaatan bahwa sudah ada suatu upaya yang secara medis maupun non

medis sudah dilakukan tinggal jalan terakhir upaya yang sifatnya dalam keadaan

tertentu akan memaksa ia mencermati adanya suatu informasi yang berkaitan

dengan melakukan suatu perbuatan yang memang secara normatif dalam kapasitas

ini apakah yang niatnya yang bisa dikatagorikan sebagai kondisi mendesak

dalam kaitan itu ita bisa nilai ada konstan yang bertentangan dengan hukum,

kalau kita lihat ini ada pertentangan antara kewajiban hukum dan kepentingan

hukum yang mana harus diutamakan, tentunya untuk mengutamakan berbalik

lagi dengan tujuan hukum tentunya melihat tentang kapasitas hukum apabila ada

aturan disinilah letaknya kepastian hukum itu;

10. Tujuan hukum ada tiga yaitu kemanfaatan, keadilan dan kepastian dan Kalau

melihat dari ketiga tujuan tersebut yang diutamakan azas kemanfaatan karena

dalam kapasitas tertentu ketertiban suatu hukum dia tidak bisa terbangun tanpa

adanya suatu kesamaan pemikiran dalam artiupaya tujuan sosial hukum adalah

bagian dari masyarakat sosial dalam hukum itu ada konteks sosial, konteks sosial

terbagi adanya wan pastaen dalam arti konteks kesejahteraan masyarakat adanya

kaitan politik atau kebijakan dan kaitan perlindungan masyarakat, kaitan dengan

kesejahteraan masyarakat disini dan ini diutamakan untuk ketertiban dan

membangun masyarakat supaya nyaman dan tentram terkait dengan

perlindungan masyarakat ini adanya suatu upaya penal dan non penal dalam

kapasitas tertentu hukum pidana ini adalah salah satu sarana untuk melaksanakan

upaya penal tetapi dalam kapasitas lain ada upaya non penal sehingga dalam

kaitan dengan suatu upaya hukum. Contoh ada larangan membunuh ini

maknanya bukan dalam arti mengancam seseorang untuk dia menderita

walaupun dalam prinsifnya dalam tujuan hukum itu paling tidak ada unsur

53
penderitaan tetapi kalau kita lihat dalam azas hukum itu adalah pengayoman

walaupun kenyataannya masih berbantahan orang yang dipidana tersebut pada

dasarnya menderita tetapi disana ada masalah pengayoman kaitan dengan itu

maka dalam kapasitas orang dilarang misal dalam Pasal 338 pada prinsipnya

adalah prinsif pengayoman perlindungan terhadap jiwa seseorang karena

kepentingan hukum itu ada kepentingan Negara, ada kepentingan umum

masyarakat dan ada kepentingan individu kapasitas orang dilarang tidak boleh

mencuri untuk perlindungan harta benda orang lain sehingga untuk rumusan

larangan itu untuk perlindungan yang berkaitan dalam masyarakat kapasitas

tertentu bahwa kalau dia dilindungi dengan upaya non penal tentunya harus

didahulukan upaya non penal tapi kalau tidak bisa upaya non penal harus

dilakukan dengan upaya penal sehingga dalam kapasitas tertentu upaya penal

inilah sebagai suatu penjelmaan dari proses propentifnya diupayakan supaya ini

tidak terjadi dalam suatu masalah tindak pidana karena apa dalam kasus

pembunuhan seseorang sudah dibunuh dan negara sudah menghukum tapi paling

tidak orang yang didekatnya pasti ada balas dendam dan kebencian tidak

mungkin itu tidak ada karena manusia itu mahluk sosial tidak mungkin dalam

kapasitas ini walaupun dari salah satu keluarga korban mungkin hukuman

tersebut terlalu ringan tapi dari sisi pelaku, hukuman tersebut terlalu berat disini

ada suatu pertentangan yang mana sih tentunya masalah keadilan dan kontrabusi,

makanya ada beberapa pendapat terkait dengan bagaimana tujuan keadilan itu

sehingga dipertemukanlah kalau dia bergaul inilah tujuan keadilan yang

sebenarnya, makanya sekarang keskoratif diutamakan dalam arti bagaimana

mengarahkan penjelmaan masalah keadilan itu sendiri kaitan dengan itu kalau

dipertanyakan kepada saya kalau ada pertentangan antara kepastian hukum

dengan kemanfaatan hukum maka yang harus didahulukan adalah kemanfaatan

54
hukum, kalau ada pertentangan antara keadilan hukum dengan kemanfaatan

hukum maka yang diutamakan adalah kemanfaatan hukum, kalau ada

pertentangan antara keadilan dengan kepastian hukum harus dimenangkan

keadilan hukum makanya pengadilan itu namanya keadilan/pengadilan bukan

memastikan kalau dia dalam kapasitas tujuannya hanya kepastian hukum dia

hanya tunduk pada Undang-undang makanya Hakim diberi wewenang untuk

mengali, mencermati, menganalisis sehingga walaupun dalam kapasitas Pasal 1

ayat 1 azas legalitas masih mengartikan itu azas legal secara formil tapi dibalik

itu ada azas legal sifatnya materiil dalam kaitan ini karena hukum itu ada yang

tertulis dan tidak tertulis tentunya masalah keadilan ini berkaitan dengan

masyarakat, masalah kepastian hukum berkaitan dengan Negara. Hukum berlaku

dalam ruang lingkup masyarakat disitulah letaknya walaupun dalam kepastian

hukum ada tujuan untuk ketentraman tapi kita harus melihat kepada konstan

kaitan dengan pemberlakuan karena dalam kaitan dengan rumusan Undang-

undang harus dia terpenuhi 3 unsur tersebut yaitu ada Filosopis, sosiologis dan

yuridis tidak musti dia hanya berkaitan dengan yuridis karena dalam hal ini

Undang-undang itu saja bisa berubah dalam suatu keadaan tertentu karena

perubahan tersebut didasari nilai-nilai fisiologis dan sosiologis makanya

mungkin hari ini Undang-undang dilarang, besok hari sudah dirubah itu juga

terbukti dalam Pasal 1 ayat 2 kalau misal ada perubahan maka yang lebih

diutamakan adalah yang menguntungkan terdakwa;

11. Hukum itu berkaitan dengan fungsi atau kebijakan politik ia terbagi dalam

kebijakan ada kebijakan politik ada kaitan dengan unsur kesejahteraan

masyarakat dan kapasitas ini tentunya yang diutamakan antara masyarakat mana

unsur pertama dengan perlindugan adalah yang pertama dan yang kedua baru

perlindunggan masyarakat dan yang ketiga perlindungan individu kaitan dengan

55
itu maka dalam kapasitas tertentu tidak hanya dalam kapasitas pelayanan Negara

terhadap masyarakat sehingga upaya pelayanan itu bisa dari Undang-Undang,

bisa dari Fasilitas baik dari fisik maupun mental dan dalam kapasitas tertentu

nilai-nilai yang diutamakan adalah kesejahteraan masyarakat;

12. Kalau dilihat dari Undang-undang Narkotika sebagaimana konsiliasinya

Narkotika adalah untuk pelayanan kesehatan untuk obat dan untuk ketertiban

supaya jangan ada penyalah gunakan. Undang-undang Narkotika tidak seperti

Undang-undang lainnya ia adalah tentang pengaturan, maka ada kaitan dengan

pelakunya bukan tindak pidana Narkotika maka di aturlah Narkotika itu apa,

baru ia dikatakan dengan tindak pidana Narkotika apabila penyalah gunaan dari

pengaturan Narkotika tadi maka dalam kaitan ini niat apa sih yang berkaitan

dengan suatu upaya penanaman tandi niat ini yang di akumulasikan masuk tidak

dia dengan kausalitas sistem terori Relafansi tadi dengan perbuatan jahat. Dalam

kapasitas tertentu tujuan untuk apa karena dalam perbuatan pasti ada tujuan tidak

mungkin orang melakukan sesuatu tanpa tujuan dan pasti ada tujuan apakah

tujuan itu disadari atau tanpa disadari, tujuan inilah yang melakukan suatu

perbuatan sehingga tujuan inilah membuat suatu keadilan tapi kalau untuk

keadilan harus dilihat dari unsur dan niat yang diniat atau modus operandinya

dan hasilnya apa sehingga dia harus komulatif melihat dari niatnya tersebut tadi;

13. Tujuan suatu pempidanaan adalah Pertama untuk menjerakan seseorang. Kedua

untuk supaya menanggulagi kejahatan dan yang ketiga dalam jangka panjang

untuk mensejahterakan masyarakat;

 Keterangan terdakwa dipersidangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Terdakwa mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan dengan

terdakwa menanam ganja sebanyak 39 batang pohon;

2. Terdakwa menanam pohon ganja tersebut kurang lebih pada bulan Mei tahun
56
2016;

3. Terdakwa menanam ganja karena isteri terdakwa menderita sakit semenjak

tahun 2013 bulan oktober saat itu isteri terdakwa sedang hamil kurang lebih 5

bulan dan awalnya isteri terdakwa seperti demam biasa dan tubuhnya sering

mengeluarkan keringat, kaki sering kram jadi terdakwa bawa kerumah sakit

sanggau yang ditangani oleh Dokter kandungan dan kemudian Dokter bilang itu

hanya bawaan hamil saja dan dirawat kurang lebih satu minggu dan dikasih

vitamin akhirnya diperbolehkan pulang;

4. Dari diaknosa dokter juga tidak berani memastikan apa penyakitnya kemudian

terdakwa mengobati isteri terdakwa dengan seseorang yang namanya Mak Ngah

yang bisa membantu orang yang melahirkan lalu istri terdakwa diurut kalau dia

capek-capek sampai isteri terdakwa bisa beraktifitas kembali walaupun tidak

begitu terlalu baik dan sampai akhirnya normal kembali, kemudian pada umur

anak terdakwa yang kedua kurang lebih 5 bulan isteri terdakwa kembali

mengalami gangguan dan tubuhnya yang sebelah kanan sering berkeringat dan

kesemutan sampai akhirnya tidak bisa buang air kecil lalu terdakwa bawa ke

Rumah sakit Sanggau dan dari hasil pemeriksaan dokter tersebut juga tidak

berani memastikan dengan jelas apa penyakit yang diderita isteri terdakwa

tersebut;

5. Kemudian sampai tahun 2014 kondisi isteri terdakwa tersebut kembali dan tidak

bisa buang air kecil lagi, karena di Sanggau sebelumnya tidak menemukan apa

masalah penyakit isteri terdakwa, kemudian istri terdakwa dirujuk berobat ke

Pontianak dan dirumah sakit tersebut isteri terdakwa mulai diperiksa namun

Dokter yang menanganinya tersebut juga tidak berani memantikan apa

sebenarnya penyakit yang diderita isteri terdakwa tersebut akan tetapi dugaan

Dokter isteri terdakwa menderita penyakit Syringomyelia waktu itu kondisi

57
kondisi separuh tubuhnya tidak bisa digerakan lalu terdakwa usul sama Dokter

untuk membawa isteri terdakwa berobat ke Jawa karena isteri terdakwa tersebut

sering juga mengalami sesak napas dan Dokter memberitahukan kepada

terdakwa kalau diterbangkan, khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

karena dipesawat tidak ada fasititas kesehatan, sedangkan dirumah sakit tidak ada

lagi tindakan yang bisa dilakukan Dokter;

6. Akhirnya terdakwa dan istri diijinkan pulang namun sebelum pulang ke Sanggau

terdakwa singgah ke Bodok dan membawa isteri terdakwa berobat Alternatif dan

disana berobat kurang lebih dua minggu dan terdakwa lihat kondisi isteri

terdakwa mulai membaik dan sudah bisa menggerakan kakinya namun yang

mengobati isteri terdakwa tersebut bilang pada terdakwa belum tahu apa

penyebabnya;

7. Kondisi isteri terdakwa tersebut sudah mulai membaik akhirnya terdakwa bawa

pulang ke rumah ternyata setelah dirumah kurang lebih satu bulan yang

mengobati isteri terdakwa tersebut meninggal jadi penggobatan Alternatif

tersebut terhenti;

8. Kemudian terdakwa menemui Nenek Anjeli dan Nenek Anjeli ini biasa

mengobati orang dan isteri terdakwa sempat beberapa kali berobat dengannya

akan tetapi tidak ada perubahan akhirnya terdakwa beralih lagi berobat ke tempat

panti pijat (repleksi) yang setiap seminggu sekali terdakwa panggil kerumah

namun mereka juga tidak tahu penyakit apa yang dialami isteri terdakwa dan

kondisi isteri terdakwa juga tidak membaik;

9. Pada bulan Desember 2015 isteri terdakwa kembali tidak bisa buang air kecil

lagi kemudian terdakwa bawa ke rumah Sakit Umum Sanggau dan juga tidak

ditemukan apa masalahnya dan nafsu makannya berkurang kadang-kadang

muntah, dengan ada sesuatu yang mengagetkan ia lalu mengalami kram, melihat

58
kondisi tersebut lalu Dokter menyarankan untuk memeriksa kondisi piskiologis

dan sempat di rujuk ke Singkawang namun karena disana tidak ada ruang untuk

rawat inap jadi isteri terdakwa dialihkan ke rumah sakit lain yang ada dikota

Singkawang kemudian isteri terdakwa diperiksa namun dokter tersebut juga tidak

ada menemukan masalah kejiwaan isteri terdakwa tersebut;

10. Terdakwa disarankan untuk mengembalikan kondisi kejiwaannya lebih baik

dirumah saja, kemudian terdakwa bawa lagi isteri terdakwa pulang ke Sanggau

namun baru satu hari kembali lagi isteri terdakwa tidak dapat bisa buang air kecil

kemudian terdakwa bawa lagi kerumah sakit Umum Sanggau dan setelah

dirawat beberapa hari dari Kotektor yang dipasang tersebut terjadi pendarahan

lalu Dokter bilang ada dugaan isteri terdakwa terkena Syringomyelia lalu

disarankan untuk di bawa ke Pontianak (Rumah sakit Sudarso) pada saat itu

terdakwa ada melihat luka kecil dipunggung isteri terdakwa, dan setelah

diperiksa dan di USG tidak ditemukan apa penyakitnya kemudian dilakukan

pemeriksaan lebih dalam dari situ barulah Dokter menyatakan bahwa isteri

terdakwa tersebut terkena penyakit Syringomyelia dan Dokter bilang kalau

kondisi fisiknya sudah menurun dan solusi penyakit tersebut sebenarnya harus

dioperasi akan tetapi kondisi isteri terdakwa tidak memungkinkan untuk

dioperasi karena terlalu berisiko sementara dari rumah sakit sendiri sudah tidak

ada lagi penanganan medis jadi terdakwa disarankan untuk menistirahatkan isteri

dirumah, dan semenjak saat itulah terdakwa lalu mencari tahu dan informasi

tentang penyakit tersebut, sementara luka yang dipinggang isteri terdakwa

semakin membesar;

11. Pada tahun 2014 terdakwa juga pernah membawa istri terdakwa ke Rumah Sakit

Antonius di Pontianak dan dilakukan tes urine, darah dan ronsen dan Dokter

bilang dari kondisi fisik tidak ada kelainan dan bagus hanya kenapa tidak

59
mampu menggerakan dan Dokter juga tidak berani memastikan apakah itu

Syringomyelia;

12. Pertama kali terdakwa mendapat informasi Syringomyelia itu dari internet dan

terdakwa kenal dengan seseorang bernama Bet Muyen dia Warga Negara

Amerika kebetulan dia sendiri menderita Syringomyelia dan dia mempunyai

organisasi tentang perawatan penyakit tersebut;

13. Bet Muyen mengatakan sebenarnya penyakit tersebut belum ada obatnya

kalaupun dioperasi hanya untuk meringankan saja dan sangat berisiko kemudian

terdakwa mencari lagi informasi dan menemukan satu halaman yang ditulis Asna

Evan dari Kanada dia juga penderita Syringomyelia dan sudah tiga tahun

menggunakan pengobatan secara medis namun tidak ada hasil kemudian ternyata

ia menggunakan ganja dan dia bisa bertahan dan merasa lebih baik;

14. Kemudian terdakwa mencari tahu lagi dan menemukan artikel salah satu hasil

penelitian dari seorang Dokter yang berasal dari Israel dia sendiri adalah orang

pertama yang berhasil meisolasikan salah satu kandungan dari ganja dan

dikatakan bahwa kandungan yang ada pada ganja tersebut mampu untuk

mengobati beberapa penyakit kanker, efilepsi dan lain-lain. Kemudian terdakwa

mencari lagi ternyata banyak penelitian tentang ganja tersebut dan terdakwa

merasa yakin bahwa ganja tersebut bisa digunakan untuk obat;

15. Setelah terdakwa merasa yakin bahwa ganja tersebut bisa untuk obat lalu

terdakwa mencari informasi bagaimana cara mendapatkan ganja tersebut, namun

terdakwa masih kebingunan karena setiap kawan yang terdakwa tanyakan

mereka mempunyai pandangan Negartif tentang ganja tersebut;

16. Terdakwa sempat menghubungi kawan terdakwa bernama Erwin yang seorang

anggota Polisi dan terdakwa minta tolong kepada dia untuk mendapatkan ganja

tersebut dan bagaimana prosedurnya karena ganja tersebut untuk obat isteri

60
terdakwa namun teman terdakwa tersebut tidak bisa membantu;

17. Kemudian terdakwa juga pernah datang ke Dokter Puskesmas dan berkonsultasi

bagaimana tentang ganja dan dokter tersebut menyatakan dalam dunia medis

tidak mengetahui bahwa ganja tersebut bisa untuk obat/ pengobatan dan dokter

juga tidak mengetahui bagaimana terdakwa bisa mendapatkan ganja tersebut;

18. Kondisi isteri terdakwa semakin parah dan terdakwa merasa frustrasi, obatnya

tidak ketemu, ganjanya tidak dapat, bahkan untuk makan saja isteri terdakwa tidak

bisa;

19. Pada saat terdakwa diterminal untuk membeli gado-gado untuk isteri terdakwa

sambil menunggu pesanan tersebut terdakwa duduk lalu ada orang nanya kepada

terdakwa kenapa muka terdakwa sedih kemudian terdakwa bercerita bahwa

isteri terdakwa sakit tidak bisa sembuh dan sudah dibawa berobat

kemana-mana lalu terdakwa bilang dari informasi yang terdakwa dapatkan yang

bisa mengobati isteri terdakwa itu ganja dan ganja ini bisa membantu untuk

menambah nafsu makan, membuat bisa tidur lalu terdakwa bilang tidak tahu

harus mencari kemana ganja tersebut;

20. Kemudian orang tersebut bersedia membantu terdakwa mencarikan bibit ganja

tersebut dan mengatakan harga 1 ons ganja tersebut Rp.900,000,- (sembilan ratus

ribu) lalu terdakwa memberikan uang kepada orang tersebut kemudian terdakwa

memberikan nomor HP dan orang berpesan kepada terdakwa untuk menunggu

selama 2 atau 3 hari mengenai kabar Ganja tersebut;

21. 3 (tiga) hari kemudian ada yang menghubungi terdakwa lewat HP dan terdakwa

disuruh datang ke terminal Bus Sanggau untuk mengambil paket, dan setelah

terdakwa datang lalu dikasih kotak kecil dan dikotak tersebut ada nomor HP

terdakwa kemudian paket tersebut terdakwa ambil dan bawa pulang kerumah

setelah dibuka ternyata didalamnya terdapat ganja kering lengkap dengan, daun,

61
batang dan bunganya;

22. Bagian dari ganja yang digunakan adalah bunganya jadi terdakwa pisahkan

bunganya, lalu disitu ada bijinya kemudian bunganya tersebut terdakwa olah dan

bijinya disimpan terlebih dahulu;

23. Terdakwa langsung membuat exstrak ganja tersebut dan diberikan kepada isteri

terdakwa dan hal yang pertama terdakwa lihat isteri terdakwa langsung mau minta

makan kurang lebih 30 menit setelah terdakwa memberikan ekstrak ganja

tersebut walaupun tidak banyak akan tetapi lebih banyak makan dari biasanya;

24. Setelah melihat ada perubahan pada istri terdakwa tersebut baru terdakwa terpikir

dengan biji ganja tersebut, dari buku yang terdakwa baca dari seorang ahli

Akupuntur dari Amerika serikat yang mengatakan kalau ganja itu untuk

pengobatan tidak seperti ganja pada umumnya dan ganja tersebut ditanam secara

khusus untuk mendapatkan kandungan untuk pengobatan dan ganja tersebut

ditanam secara organik tidak mempergunakan pupuk;

25. Kemudian terdakwa berpikir bagaimana terdakwa bisa mendapatkan ganja lagi

serta tidak tahu kualitas ganja tersebut serta darimanja asal ganja tersebut lalu

terdakwa berpikir untuk mencoba menanam biji ganja tersebut;

26. Dari beberapa biji yang terdakwa tanam tidak semuanya tumbuh ada sekitar

empat pohon yang tumbuh dan dari empat pohon yang tumbuh tersebut terdakwa

pergunakan untuk bibit lagi sampailah menjadi 39 (tiga puluh sembilan) batang

tersebut;

27. Untuk dipakai sebagai pengolahan obat terdakwa pakai bunganya sebagai obat

intinya namun ada juga daunnya terdakwa gunakan untuk dicampurkan dalam

makanan sedangkan bunganya terdakwa olah menjadi Exstrak/minyak;

28. Untuk exstrak/minyak sebenarnya ada dua hasil yang salah satunya itu untuk obat

luar/obat luka jadi bunga ganja yang sudah terdakwa keringkan tersebut

62
kemudian dilarutkan dengan menggunakan Alkohol kemudian ampasnya

diangkat dan Alkohol tersebut diuapkan dengan menggunakan kompor kemudian

dari hasil uap tersebut itulah yang menjadi minyak/Exstrak kemudian kalau

untuk pengobatan luar terdakwa campurkan dengan madu dan minyak kelapa;

29. Minyak/exstrak itu ada dua satu untuk obat luka sedangkan minyak murni untuk

dicampur dalam makanan dan kalau daun ganjanya banyak saja jadikan jus untuk

dibuatkan minuman untuk isteri terdakwa;

30. Untuk mendapatkan ektstrak ganja sebanyak 3 ml dibutuhkan kurang lebih 4

(empat) batang pohon dan ektsrak ganja sebanyak 3 ml dapat digunakan selama

seminggu untuk dioleskan diluka istri terdakwa;

31. Terdakwa menanam ganja tersebut didalam rumah terdakwa dan didalam lemari

tujuan terdakwa supaya ganja tersebut agar mudah untuk perawatannya terutama

masalah pencahayaan, pengaturan suhu dan mudah untuk mengendalikan hama;

32. Terdakwa mengetahui tentang penggolahan ganja tersebut dari buku-buku yang

pernah terdakwa baca dan buku-buku tersebut adalah buku tentang Marijuana;

33. BNN Sanggau mengetahui tamanan ganja yang terdakwa tanam tersebut pada

tanggal 14 Pebruari 2017 karena kebetulan saat itu dikantor terdakwa ada

dilakukan tes Urine secara mendadak kemudian setelah selesai tes urine tersebut,

kebetulan ada salah satu petugas BNN tersebut yang sudah terdakwa kenal

bernama Heri kemudian terdakwa tanyakan namun sebelumnya terdakwa

ceritakan dulu masalah penyakit isteri terdakwa dan hanya bisa diobati dengan

menggunakan ganja kemudian terdakwa juga tanyakan bagaimana cara supaya

terdakwa dapat ijin menggunakan ganja tersebut untuk obat namun teman

terdakwa tersebut belum bisa memberikan jawaban bisa atau tidak akan tetapi

akan mengkonsultasikan dulu sama atasannya di Kantor lalu teman terdakwa

minta nomor HP terdakwa dan setelah itu terdakwa pulang ke Kantor BNN

63
Sanggau;

34. Setelah satu jam kemudian terdakwa mendapat telpon dari Kantor BNN agar

datang ke sana, setelah terdakwa datang ke Kantor BNN terdakwa bertemu

dengan Heri lalu dirinya menjelaskan kepada terdakwa kalau untuk ganja tidak

ada istilah inin atau dispensasi yang ada kalau orang menggunakan ganja

diproses hukum atau direhap lalu terdakwa cerita kalau penyakit yang diderita

isteri terdakwa tersebut adalah penyakit langka dan tidak ada obatnya walaupun

terdakwa sudah berusaha sana kemari tapi tidak ada kesembuhan dan penyakit

isteri terdakwa tersebut hanya bisa diobati dengan menggunakan ganja dan hal

tersebut terdakwa sudah mencobanya pada isteri terdakwa dan terdakwa bilang

terdakwa dirumah ada menanam ganja itu;

35. Terdakwa kemudian minta ijin untuk pulang guna memberi makan isteri

terdakwa dan saat itu sdr Sudijarto mengatakan pada terdakwa bahwa ia mau

melihat tanaman ganja tersebut kerumah dan terdakwa memperbolehkannya

setelah terdakwa sampai dirumah tidak lama kemudian sdr Sudijarto datang

bersama 2 orang dari BNN Sanggau dan mereka ada melihat tanaman ganja

tersebut serta melihat keadaan isteri terdakwa yang sedang sakit berbaring

didalam kamar;

36. Pada tanggal 18 Pebruari 2017 sore hari Sdr Sudijarto datang lagi kerumah

terdakwa dan menanyakan kondisi penyakit isteri terdakwa dan terdakwa

jelaskan setelah itu sdr Sudijarto pulang lagi, kemudian pada tanggal 19 Pebruari

2017 saksi Sudijarto datang lagi dan mengajak terdakwa ngomong-ngomong di

kantor, setelah sampai di Kantor BNN Sanggau ternyata pak Sudijarto

mengatakan kepada terdakwa akan mengajukan proses hukum pada terdakwa

kemudian sdr Sudijarto menjelaskan mengenai pasal-pasal yang akan dikenakan

kepada terdakwa;

64
37. Terdakwa teringat pada isteri terdakwa dan menanyakan bagaimana nanti namun

pihak BNN Sanggau tidak menjelaskan lebih lanjut untuk penanganan isteri

terdakwa karena hanya terdakwa sendiri lah yang tahu cara mengobati dan

menangani isteri terdakwa tersebut, lalu terdakwa berpikir kalau ditahan dan

ditangkap bagaimana dengan nasib isteri dan anak-anak terdakwa,kemudian

terdakwa menelpon adik terdakwa dan terdakwa menyuruh adik terdakwa

tersebut mencabut semua tanaman obat yang ada didalam lemari rumah terdakwa

tersebut dan kalau ganjanya tidak banyak mungkin hukuman terdakwa tidak

lama;

38. Pihak keluarga dan teman-teman terdakwa tidak ada yang mengetahui kalau

terdakwa ada menanam ganja;

39. Terdakwa menggunakan ganja untuk mengobati isteri terdakwa dikarenakan

obat lain sudah dicoba akan tetapi tidak berhasil;

40. Terdakwa mengetahui kalau tanaman ganja tersebut terlarang dari

Undang-Undang Narkotika;

 Barang bukti

1. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah bata terbuat dari

plastik

2. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat

dari plastik.

3. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat

dari plastik.Diberi kode 3.

4. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
65
yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik.Diberi kode 4.

5. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik.Diberi kode 5.

6. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik.Diberi kode 6.

7. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik.Diberi kode 7.

8. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik.Diberi kode 8.

9. 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik.Diberi kode 9.

10. 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY

11. 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya

terdapat cairan

12. 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY.

13. 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW.

14. 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu.

15. 1 (alat) pengukur suhu ruangan.

16. 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing- masing

didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan.

66
17. 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.

18. 1 (satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.

19. 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.

20. 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.

21. 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.

22. 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.

23. 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.

24. 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.

25. 1 (satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.

26. 1 (satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.

27. 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja Apa

Benar Bermanfaat?.

28. 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.

29. 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.

30. 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.

31. 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.

32. 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.

33. 1 (satu) buah Handphone merk Xiaomi warna hitam berikut simcard dengan

nomor 085228171619.

34. 1 (satu) buah Handphone merk Prine type PC-3 warna hijau berikut Simcard

dengan nomor 081345024241;

6. PERTIMBANGAN HAKIM

Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk

alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut

diatas memilih langsung dakwaan alternatif ketiga sebagaimana diatur Pasal 116 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang unsur-unsurnya

67
adalah sebagai berikut:

1 Setiap orang;

2 Tanpa hak atau melawan hukum;

3 Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan

Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain;

a. Unsur setiap orang:

Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika tidak

memberikan definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan setiap

orang, namun demikian terminologi setiap orang yang dimaksud disini tidak

lain merupakan padanan kata dari barangsiapa yang biasa dipergunakan dalam

rumusan delik dalam KUHP yang merupakan subyek hukum yaitu orang atau

manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam lapangan hukum, subyek

hukum mana dapat dimintai pertanggungjawabannya dalam hal subyek hukum

tersebut melakukan tindak pidana;

Dalam perkara ini Penuntut Umum telah menghadirkan seorang laki-laki

bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx Surajiyo

dengan segala identitasnya sebagaimana yang telah diuraikan diawal putusan

ini sebagai terdakwa ;

Setelah Majelis Hakim memeriksa secara seksama seluruh berkas perkara

ini, ternyata terdakwa tersebut merupakan orang yang dimaksud oleh Penuntut

Umum didalam surat dakwaannya dengan demikian tidaklah terjadi terjadi

kekeliruan mengenai orang (error inpersona) dalam perkara ini, selain itu

selama proses pemeriksaan dipersidangan, terdakwa dapat menjawab dengan

tegas semua pertanyaan yang diajukan kepadanya baik oleh majelis hakim

maupun penuntut umum sehingga berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut majelis hakim berpendapat unsur setiap orang telah terpenuhi dan

68
terbukti menurut hukum;

Sebelum mempertimbangkan unsur tanpa hak atau melawan hukum,

terlebih dahulu majelis hakim akan mempertimbangkan unsur ke-3 dari Pasal

116 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yakni unsur

Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan

Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagai berikut;

Yang dimaksud dengan “tanpa hak” adalah tidak memiliki kewenangan

dalam melakukan suatu perbuatan, sedangkan yang dimaksud dengan

“melawan hukum” dapat diartikan secara formil sebagai suatu perbuatan yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

atau bertentangan dengan hukum positif atau secara materiil yakni suatu

perbuatan tidak diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan namun

karena perbuatan tersebut dirasa bertentangan dengan kepatutan maka

perbuatan tersebut dilarang;

Didalam ketentuan Pasal 7 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika mengatur bahwa Narkotika hanya dapat digunakan untuk

kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Sedangkan dalam Pasal 8 secara khusus disebutkan larangan

penggunaan Narkotika Golongan I yaitu:

1. Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan ;

2. Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk

reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan

persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan.

69
Selanjutnya Pasal 39 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika menyebutkan bahwa “Narkotika hanya dapat disalurkan oleh

Industri Farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai

dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.”;

Dari beberapa pasal perundang-undangan dimaksud, dapat disimpulkan

bahwa Narkotika Golongan I tidak secara mutlak dilarang beredar di wilayah

Republik Indonesia, akan tetapi dalam proses penyaluran maupun

pemanfaatannya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku hal ini dikarenakan adanya bahaya yang ditimbulkan terhadap

penyalahgunaan narkotika tersebut, sehingga setiap orang yang akan

memanfaatkan narkotika golongan I harus mendapatkan persetujuan dari pihak

yang berwenang yakni Menteri atas persetujuan atau rekomendasi dari Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

Berdasarkan uraian dalam pertimbangan unsur sebelumnya dan telah

dinyatakan terbukti bahwa terdakwa Fidelis telah menggunakan Narkotika

Golongan I jenis tanaman yaitu ganja, bahwa ganja tersebut digunakan

terdakwa untuk mengobati istrinya;

Selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah dalam

menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja tersebut dilakukan

terdakwa secara tanpa hak atau melawan hukum atau tidak;

Dipersidangan didapati fakta bahwa Narkotika Golongan I yang

digunakan terdakwa terhadap istrinya tersebut bertujuan untuk mengobati istri

terdakwa yang menderita sakit Syringomyelia, namun walaupun demikian

perbuatan terdakwa tersebut tidak dapat dibenarkan karena sebagaimana telah

dijelaskan diatas bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

70
kepentingan pelayanan kesehatan;

Terdakwa pernah menanyakan masalah Narkotika jenis ganja tersebut

kepada teman terdakwa yang bekerja di Badan Narkotika Nasional (BNN)

Sanggau namun hal tersebut hanya sebatas obrolan dan tidak dilakukan secara

resmi oleh terdakwa tersebut, terdakwa juga dipersidangan tidak dapat

menunjukkan ijin dari pihak yang berwenang terkait perbuatan terdakwa

dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman berupa ganja untuk

istri terdakwa tersebut dan terdakwa menggunakan Narkotika Golongan I

tersebut juga bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium serta

tidak memiliki surat persetujuan dari Menteri atas rekomendasi Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan;

Berdasarkan uraian tersebut diatas didapati kesimpulan bahwa benar

terdakwa dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman berupa

ganja terhadap istri terdakwa tersebut dilakukan secara tanpa hak dan

melawan hukum dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah

terpenuhi dan terbukti menurut hukum;

Oleh karena semua unsur dari Pasal 116 ayat (1) Undang- Undang No

35 tahun 2009 tentang Narkotika telah terpenuhi, maka terdakwa haruslah

dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan ketiga Penuntut

Umum;

Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum yang

membuktikan dakwaan kedua yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 111 ayat (2) Undang-Undang No 35 tahun 2009

tentang Narkotika dan Majelis Hakim memilih membuktikan dakwaan ketiga

71
yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

116 ayat (1) Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan

pertimbangan yaitu tujuan utama dari perbuatan terdakwa tersebut adalah

mempergunakan Narkotika jenis ganja untuk mengobati istrinya yang sedang

sakit sedangkan perbuatan menanam sebagaimana yang dibuktikan dalam

surat tuntutan Penuntut Umum menurut Majelis Hakim adalah merupakan

suatu proses sehingga selanjutnya ganja tersebut dapat dipergunakan untuk

mengobati istri terdakwa;

Majelis Hakim akan mempertimbangkan Nota Pembelaan atau Pledoi

yang disampaikan oleh terdakwa dan Penasihat Hukum terdakwa;

Penasihat hukum terdakwa dipersidangan menyampaikan pembelaan

secara tertulis yang pada pokoknya, mohon kepada Majelis Hakim untuk

membebaskan terdakwa dengan alasan perbuatan terdakwa tidak terbukti

sebagaimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar Pasal 111 ayat

(2) Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika selain itu menurut

penasihat hukum terdakwa, bahwa perbuatan terdakwa menanam ganja

tersebut dilakukan karena adanya daya paksa atau Overmacht sedangkan

terdakwa dalam pembelaannya yang juga dilakukan secara tertulis

menceritakan alasan terdakwa menanam dan menggunakan Narkotika

Golongan I jenis tanaman yaitu ganja kepada istrinya, terdakwa mohon

keadilan kepada Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan

kesalahannya dalam melanggar hukum tersebut;

Terhadap pembelaan Penasihat Hukum terdakwa tersebut Majelis Hakim

akan mempertimbangkannya sebagai berikut dibawah ini;

Penasihat Hukum Terdakwa mohon kepada Majelis Hakim agar

terdakwa dibebaskan karena tidak terbukti secara sah dan meyakinkan terlibat

72
sebagai penyalahguna, pengedar dan perdagangan Narkotika sebagaimana

dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan dakwaan kedua yaitu Pasal

111 ayat (2) Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

Terhadap pembelaan tersebut Majelis Hakim berpendapat karena

dakwaan Penuntut Umum bersifat alternatif dan Majelis Hakim berdasarkan

fakta dipersidangan telah memilih dan membuktikan dakwaan ketiga Penuntut

Umum dan mengenai uraian pertimbangan tersebut telah Majelis Hakim

uraikan dalam pertimbangan diatas dan telah dinyatakan terbukti sedangkan

Penasihat Hukum Terdakwa dalam pembelaannya hanya menguraikan dan

mengupas dakwaan kedua yaitu Pasal 111 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35

Nomor 2009 Tentang Narkotika saja sedangkan dakwaan ketiga yaitu Pasal

116 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Nomor 2009 Tentang Narkotika tidak

dibahas oleh Penasihat Hukum, oleh karena itu terhadap pembelaan Penasihat

Hukum tersebut Majelis Hakim kesampingkan, sedangkan terhadap

pembelaan Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa terdakwa tidak dapat

dipidana karena adanya Overmacht terkait perbuatan terdakwa menggunakan

ganja tersebut, Majelis Hakim juga tidak sependapat karena menurut Majelis

Hakim selama dipersidangan Penasihat hukum terdakwa tidak pernah

menghadirkan Ahli dibidang medis serta membuktikan yang dapat

mendukung pernyataan dari Penasihat Hukum terdakwa maupun terdakwa

sendiri mengenai manfaat tanaman ganja tersebut, sehingga menurut Majelis

Hakim perbuatan terdakwa terkait menggunakan Narkotika jenis ganja

tersebut merupakan perbuatan melawan hukum dan tidak dapat dikategorikan

sebagai Overmacht yang kemudian menjadi alasan pemaaf ataupun alasan

pembenar untuk membebaskan terdakwa namun demikian tujuan terdakwa

tersebut menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan pidana

73
terhadap terdakwa dan akan diuraikan dalam pertimbangan mengenai pidana

yang patut dijatuhkan terhadap terdakwa, oleh karena itu pembelaan Penasihat

Hukum terdakwa tersebut Majelis tolak dan kesampingkan;

Terhadap pembelaan terdakwa yang pokoknya mohon keadilan kepada

Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan kesalahannya karena

melanggar hukum tersebut akan Majelis Hakim pertimbangkan dalam uraian

pertimbangan mengenai pidana yang patut dijatuhkan terhadap terdakwa;

Dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat

menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar

dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya;

Oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab, maka terdakwa harus

dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;

Sebelum penjatuhan pidana Majelis Hakim perlu pula

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

- Terdakwa menggunakan ganja tersebut untuk mengobati istrinya yang

menderita sakit Syringomyelia;

- Istri terdakwa menderita sakit Syringomyelia sejak bulan Oktober tahun

2013;

- Istri terdakwa tersebut sudah pernah menjalani pengobatan medis di

RSUD Sanggau, RS Antonius dan RSUD Sudarso Pontianak;

- Terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah

Sakit di Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu juga terdakwa

pernah mengobati istri terdakwa dengan pengobatan alternatif seperti

tukang urut dan memberikan suplemen vitamin;

- Terdakwa pernah akan membawa istri terdakwa tersebut untuk berobat di

74
Jawa namun niat tersebut urung dilakukan karena Dokter mengatakan

kondisi istri terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh dan

dikhawatirkan akan drop dan membahayakan jiwa istrinya;

- Dokter juga tidak menyarankan istri terdakwa tersebut dilakukan tindakan

operasi karena kondisi istri terdakwa yang tidak memungkinkan;

- Setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut kondisi istri

terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan tidak lagi

bisa makan;

- Terdakwa tidak pernah menjual, mengedarkan atau menggunakan ganja

tersebut untuk digunakan kepada dirinya sendiri;

- Terdakwa pernah dilakukan tes urine dengan hasilnya terdakwa negatif dan

terhadap istri terdakwa juga dilakukan tes urine dengan hasil Positif THC

(+) & MET (+);

- Pada tanggal 25 Maret 2017 istri terdakwa tersebut

meninggal dunia pada saat terdakwa berada dalam tahanan

b. Unsur Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau

memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain;

Unsur diatas bersifat alternatif, artinya bahwa untuk menyatakan

seseorang bersalah melakukan tindak pidana dalam pasal tersebut tidak harus

terbukti semua perbuatan dilakukan oleh si pelaku akan tetapi cukup salah satu

saja perbuatan yang terbukti dilakukan, maka unsur diatas dianggap telah

terpenuhi seluruhnya;

Yang dimaksud dengan menggunakan narkotika dapat diartikan sebagai

memasukkan kedalam tubuh baik secara langsung melalui mulut maupun

melalui alat bantu;

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dipersidangan yang terangkai

75
dari keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti serta petunjuk bahwa

pada hari minggu tanggal 19 Februari sekira jam 10.10 wib di rumah terdakwa

dijalan Jenderal Sudirman N0.28 Rt.001/Rw.001 Kelurahan Bunut Kecamatan

Kapuas Kabupaten Sanggau terdakwa ditangkap Petugas dari BNN (Badan

Narkotika Nasional) Sanggau;

Sebelumnya pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes urine di

Kantor Kesbangpol dan dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua) orang yang

positif namun terdakwa tidak termasuk yang positif kemudian 2 (dua) orang

yang positif dan terdakwa dibawa ke kantor BNN (Badan Narkotika Nasional)

Sanggau untuk dimintai keterangan.

Di kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau terdakwa ada

mengatakan bahwa ia ada memiliki tanaman obat akan tetapi tidak dijelaskan

secara sepesifik tanaman obat yang ditanamnya tersebut adalah ganja

selanjutnya pihak BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa dan mendapati

tanaman ganja yang ditanam oleh terdakwa dan istri terdakwa yang sedang

terbaring sakit;

Ganja yang ditanam oleh terdakwa sebanyak 39 (tiga puluh sembilan)

batang pohon dan terdakwa menanam ganja tersebut sejak bulan Mei tahun

2013;

Ganja tersebut terdakwa dapatkan dengan membeli dengan cara memesan

lewat seseorang yang tidak sengaja terdakwa bertemu di terminal Bus Sanggau

pada saat terdakwa sedang membeli makanan dan ganja tersebut terdakwa beli

dengan harga Rp 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah);

Ganja tersebut terdakwa gunakan untuk mengobati istri terdakwa yang

menderita sakit Syringomyelia yang dideritanya sejak bulan Oktober tahun

2013;

76
Terdakwa sudah melakukan upaya medis untuk mengobati istri terdakwa

yaitu dengan cara membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah Sakit Umum

Sanggau, Rumah Sakit Umum Di Pontianak dan Rumah Sakit Antonius di

Pontianak, terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa tersebut ke

Rumah Sakit di Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu juga

terdakwa pernah mengobati istri terdakwa dengan pengobatan alternatif

seperti tukang urut. terdakwa juga pernah akan membawa istri terdakwa

tersebut untuk berobat di Jawa namun niat tersebut urung dilakukan karena

Dokter mengatakan kondisi terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan

jauh dan dikhawatirkan akan drop dan membahayakan jiwa istri terdakwa

selain itu menurut Dokter yang merawat istri terdakwa tersebut, sebenarnya

istri terdakwa harus dioperasi akan tetapi kondisi isteri terdakwa pada saat itu

tidak memungkinkan untuk dioperasi dikarenakan terlalu berisiko sementara

dari rumah sakit sendiri sudah tidak ada lagi penanganan medis;

Setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut kondisi istri

terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan tidak lagi bisa

makan kemudian terdakwa mendapatkan artikel mengenai ganja di internet;

Ganja yang ditanam oleh terdakwa tersebut kemudian terdakwa olah

untuk mengobati istri terdakwa dengan cara bunga ganja tersebut diolah

menjadi ekstrak atau minyak yang dioleskan di luka istri terdakwa dan ada

juga yang dicampur kedalam makanan istri terdakwa sedangkan daun ganja

tersebut diolah dan dicampurkan ke dalam minuman istri terdakwa dengan cara

dijadikan jus;

Untuk mendapatkan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dibutuhkan 4 batang

pohon dan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dapat digunakan selama seminggu

untuk mengobati istri terdakwa tersebut;

77
Terdakwa tidak pernah terlibat peredaran narkotika jenis ganja tersebut,

terdakwa juga tidak pernah menggunakan narkotika tersebut untuk dirinya

sendiri, ganja tersebut hanya digunakan terdakwa untuk mengobati istrinya

yang sedang sakit;

Berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP-17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda

tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika,

Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di

Pontianak (selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut:

6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika

jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon

ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima) gram

mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UURI Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu)

kantongberat Netto 4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga) gram.

Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM

Nomor : LP-17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan

ditanda tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt

NIP. 196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik,

Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar

POM di Pontianak (selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :

1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja berat

Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram mengandung

Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu) botol berat

78
Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh dua) gram.

Menimbang bahwa berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika

Nasional Kabupaten Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK-Sgu

tanggal 20 Pebruari 2017, yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten

Sanggau NGATIYA, SH MH Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing

An. FIDELIS ARIE SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan

Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test

Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL

Berjumlah 6 panel dengan hasil NEGATIF.

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten

Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK-Sgu tanggal 20 Pebruari

2017, yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA,

SH MH Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI

RIAWATI, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada

tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek

MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6

panel dengan hasil Positif THC (+) & MET (+).

Dari uraian tersebut diatas didapati kesimpulan bahwa benar terdakwa

telah menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja kepada

istrinya dengan cara mengoleskan esktrak atau minyak ganja tersebut ke luka

yang diderita istri terdakwa dan mencampur ganja tersebut kedalam minuman

istri terdakwa, dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah

terpenuhi dan terbukti menurut hukum;

7. KEADAAN YANG MEMBERATKAN

Terdakwa tidak mendukung program Pemerintah dalam

pemberantasan Narkotika;

79
8. KEADAAN YANG MERINGANKAN

a. Terdakwa belum pernah dihukum

b. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya;

c. Terdakwa menggunakan Narkotika tersebut untuk mengobati istrinya;

d. Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga dan tumpuan terakhir anak-anaknya

setelah istrinya meninggal;

9. Putusan Hakim

Memperhatikan, Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

a. Menyatakan Terdakwa Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx Surajiyo

telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Tanpa Hak Dan Melawan Hukum Menggunakan Narkotika Golongan I

Terhadap Orang Lain”;

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 8 (delapan) Bulan dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan

pidana penjara selama 1 (satu) bulan;

c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

d. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan;

e. Menetapkan barang bukti berupa:

1. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah bata terbuat

80
dari plastik;

2. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat

dari plastik;

3. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat

dari plastik;

4. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

5. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

6. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

7. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

8. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

9. 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

10. 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang

81
didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang

didalamnya terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman Narkotika Golongan I

jenis tanaman ganja;

11. 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya

terdapat cairan hasil olahan nNarkotika jenis tanaman ganja;

12. 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW;

13. 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu;

14. 1 (alat) pengukur suhu ruangan;

15. 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing-

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan;

16. 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing-

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai;

17. 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.

18. 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.

19. 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.

20. 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.

21. 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.

22. 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.

23. 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.

24. 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.

25. 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.

26. 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja

Apa Benar Bermanfaat?.

27. 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.

28. 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.

29. 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.-

82
30. 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.-

31. 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.

Dirampas untuk dimusnahkan.

1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.

Dikembalikan kepada Terdakwa.

1. 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY.

2. 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY

Dikembalikan kepada saksi TRI RAMAN JAYA.

Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,- (dua

ribu rupiah)

B. PEMBAHASAN

1. Pertimbangan hukum hakim dalam penerapan Pasal 48 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana pada putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag

Untuk memudahkan pembicaraan mengenai overmacht, dihubungkan dengan

perkembangan dimana baik dunia ilmu pengetahuan maupun badan-badan peradilan telah

menunjuk untuk juga memasukan apa yang disebut “noodtoestand” itu kedalam

pengertian dari overmacht sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 48 KUHP maka

sebagaimana Van Hattum telah membagi ”overmacht” itu kedalam :

a. overmacht dalam arti sempit, yakni keadaan memaksa yang telah ditimbulkan oleh

adanya pemaksaan yang telah dilakukan oleh seorang manusia dan

b. Noodtoestand yakni keadaan memaksa yang telah timbul bukan karena adanya

suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh seorang manusia.46

Pandangan penulis, apa yang dilakukan oleh Fidelis masuk dalam kategori yang

dimaksud dalam Pasal 48 KUHP mengenai Noodtoestand. Oleh karena itu, meskipun apa

yang dilakukan oleh Fidelis telah memenuhi rumusan delik dalam dakwaan, namun yang

46
Van Hattum, dalam P.A.F Lamintang, op.cit hlm. 347
83
dilakukan adalah dalam keadaan darurat. Keadaan darurat tersebutlah yang memunculkan

suatu pertentangan antara kewajiban hukum dengan suatu kepentingan hukum yang di

hadapi Fidelis.

Terhadap perkara yang dihadapi oleh Fidelis, penulis menyatakan menghormati

seluruh proses hukum yang sedang berlangsung. Namun pada saat yang sama penulis

perlu untuk memberikan penjelasan terkait fakta – fakta hukum yang dalam pandangan

penulis perlu diperhatikan oleh Pengadilan Negeri Sanggau.

Menurut pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Pada Putusan Nomor :

111/Pid.Sus/2017/PN Sag terhadap penerapan Pasal 48 KUHP sebagai berikut :

“sedangkan terhadap pembelaan Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa


terdakwa tidak dapat dipidana karena adanya Overmacht terkait perbuatan
terdakwa menggunakan ganja tersebut, Majelis Hakim juga tidak sependapat
karena menurut Majelis Hakim selama dipersidangan Penasihat hukum terdakwa
tidak pernah menghadirkan Ahli dibidang medis serta membuktikan yang dapat
mendukung pernyataan dari Penasihat Hukum terdakwa maupun terdakwa
sendiri mengenai manfaat tanaman ganja tersebut, sehingga menurut Majelis
Hakim perbuatan terdakwa terkait menggunakan Narkotika jenis ganja tersebut
merupakan perbuatan melawan hukum dan tidak dapat dikategorikan sebagai
Overmacht yang kemudian menjadi alasan pemaaf ataupun alasan pembenar
untuk membebaskan terdakwa namun demikian tujuan terdakwa tersebut
menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa dan akan diuraikan dalam pertimbangan mengenai pidana yang patut
dijatuhkan terhadap terdakwa, oleh karena itu pembelaan Penasihat Hukum
terdakwa tersebut Majelis tolak dan kesampingkan”

“Bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat
menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan
atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya”

Menurut penulis apa yang dipertimbangkan dalam kasus ini, hakim seharusnya

berani memutus terdakwa dengan vonis bebas dengan alasan perbuatan tersebut formil

melawan hukum tapi materil dapat dibenarkan, sehingga sejalan dengan rasa keadilan

masyarakat.

Para ahli hukum pidana baik dari kalangan akademisi maupun praktisi hingga kini

sebenarnya sudah sepakat bahwa ajaran perbuatan melawan hukum materil (materiele

84
wederechtelijkheid) dalam fungsi negatif dapat diterapkan dalam kasus aktual. Ajaran

hukum ini pada intinya menggariskan, meskipun suatu perbuatan telah memenuhi unsur

formil suatu pasal undang-undang (perbuatannya formil melawan hukum), maka tidak

selalu pelaku dapat dipidana jika ada perkecualian berdasarkan aturan hukum tidak

tertulis atau materil tidak melawan hukum.47

Dengan kata lain, penerapan ajaran melawan hukum materil dalam fungsi negatif

merupakan alasan penghapus sifat melawan hukum suatu perbuatan (straftuitsluitings-

grond) atau alasan pembenar atau menghalalkan perbuatan yang merupakan suatu tindak

pidana (rechtvaardigings-grond). Sisi materil yang dapat menghapus sifat melawan

hukum suatu perbuatan adalah pandangan hukum atau kesadaran hukum masyarakat

bahwa perbuatan tersebut tidaklah tercela atau dapat dibenarkan. Adapun kriteria dan

syarat penerapan ajaran hukum materil dalam fungsi positif dapat dirujuk pendapat ahli

hukum terkemuka, seperti Th. W. Van Veen, Langemeyer dan J.M. Van Bemmelen.48

Menurut Th. W. Van Veen, kriterianya: pendapat hakim bahwa pembentuk undang-

undang sendiri andai menghadapi persoalan ini sudah pasti dibuatnya perkecualian atau

hakim berpendapat perbuatan terdakwa memiliki tujuan yang baik dan dapat dibenarkan.

Sementara Langemeyer dan Van Bemmelen ajukan kriteria: perbuatan terdakwa lebih

menguntungkan dibanding merugikan.

Pada awalnya, ajaran melawan hukum materil dalam fungsi negatif pertama kali

diterapkan dalam kasus aktual dalam perkara yang dikenal dengan Arrest Dokter Hewan di

kota Huizen, Belanda, berdasarkan putusan Hoge Raad (Mahkamah Agung Belanda)

tanggal 20 Februari 1933.49

Seorang dokter hewan mencampur 7 ekor sapi sehat ke dalam kumpulan sapi yang

telah terjangkit penyakit, dengan pertimbangan supaya ke 7 ekor sapi tersebut tidak

47
https://www.kompasiana.com/sutomo-paguci/fidelis-divonis-bebas-andai-hakim-gunakan-ajaran-hukum-
ini_59928c70b7687c0d6834af52, diakses pada Minggu, 08 April 2018 pukul 00.00
48
Ibid., hlm 2
49
Ibid., hlm 2
85
terjangkiti penyakit saat mengeluarkan susu, sebab jika sampai sapi-sapi itu diserang

penyakit menular itu ketika mengeluarkan susu maka sapi-sapi itu akan mengalami

penderitaan yang amat sangat dan lebih rawan menularkan secara lebih luas lagi. Cuma

itu satu-satunya jalan.

Pemilik sapi menuntut si dokter hewan berdasarkan Pasal 82 Veetwet (undang-

undang tentang Hewan) karena semua sapinya terjangkiti penyakit menular. Di tingkat

pertama dan banding, si dokter hewan dinyatakan bersalah. Namun di tingkat Hoge Raad,

hakim membebaskan dokter hewan tsb.

Alasan Mahkamah Agung Belanda, barang siapa melakukan suatu perbuatan yang

memenuhi rumusan pasal undang-undang tidak selalu harus dijatuhi pidana, meskipun

tidak terdapat pengecualian di dalam undang-undang, apabila perbuatan tersebut secara

materil tidak tercela.

Atas dasar itu, sekalipun perbuatan dokter hewan itu telah jelas-jelas memenuhi

unsur Pasal 82 Veetwet, akan tetapi perbuatan dokter hewan itu dapat dibenarkan

sehingga perbuatannya tidak mengandung sifat melawan hukum secara materil, karena

perbuatan dokter hewan itu telah sesuai dengan pengetahuan keahliannya. Oleh karena

sistem hukum pidana umum Indonesia mengadopsi hukum pidana Belanda, maka ajaran

melawan hukum materil dalam fungsi negatif tersebut, pun, berlaku dalam kasus-kasus

aktual di Indonesia.

Ambil contoh perbuatan petugas kesehatan atau penyuluh yang menyebarluaskan

alat-alat pencegah kehamilan, ini jelas melanggar Pasal 283 Ayat (1) KUHP, sehingga

perbuatan ini formil melawan hukum, akan tetapi secara materil tidaklah tercela atau

tidak melawan hukum atau dapat dibenarkan atau dapat diterima, karena keluarga

berencana (KB) merupakan program Nasional.

Fidelis memang terbukti menggunakan ekstrak ganja untuk mengobati istrinya,

bukan untuk yang lain, perbuatan ini memang secara formil melawan hukum. Kecuali ada

86
bukti bahwa ganja yang ditanam Fidelis tersebut digunakan sendiri oleh yang

bersangkutan untuk kesenangan pribadi atau dijual untuk mendapatkan manfaat

ekonomis, maka dalam kasus ini jelas memenuhi unsur pasal sekaligus tercela secara

materil. Namun yang terjadi tidak demikian.

Perbuatan yang dilakukan Fidelis semata-mata adalah untuk memberikan

pertolongan kepada istrinya yang menderita penyakit Syringomyelia berdasarkan hasil

pemeriksaan dari Rumah Sakit Soedarso Pontianak. Sebelumnya, karena penyakit

tersebut, dokter telah meminta dilakukan perawatan di rumah. Dengan memberikan ganja

sebagai pengobatan, Fidelis telah mampu meningkatkan kualitas hidup dari istrinya

dengan mengurangi rasa sakit akibat penyakit Syringomyelia .

Perlu digaris bawahi bahwa pada dasarnya Narkotika merupakan zat atau obat yang

sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Pernyataan itu

jelas tertulis dalam Keterangan Umum Undang-Undnag Nomor. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika. Tindakan Fidelis juga didorong dari kondisi dimana Negara belum dapat

menjamin pemenuhan kepentingan masayarakat atas pemanfaatan narkotika sebagaimana

diatur dalam Pasal 7 UU No 35 Tahun 2009 yang menyatakan “Narkotika hanya dapat

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi”

Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan izin penelitian ganja pada 2015,

melalui surat yang ditandatangani Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan nomor LB.02.01/III.03/885/2015 tentang Izin Penelitian Menggunakan

Cannabis. Hingga kini penelitian tersebut belum terlaksana. Menteri Kesehatan Nila

Moeloek beralasan biaya penelitian ganja besar dan banyak hal lain untuk diteliti

dibanding ganja.50 Untuk dicatat, medical marijuana (ganja untuk tujuan pengobatan),

bukanlah hal baru di Dunia kesehatan, Musri Musman, ahli kimia dari Universitas Syiah
50
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39780294, diakses pada Kamis, 03 Mei 2018 pukul 12.26.
87
Kuala, Banda Aceh, meneliti khasiat medis ganja terhadap penyakit diabetes. Profesor

Musri sudah melakukan kajian literatur, namun belum meneliti di lapangan. Ada bagian

dalam zat yang terkandung di dalam ganja, terutama minyaknya, yang bisa mereduksi

atau menghambat terjadinya oksidasi. Dengan dia bersifat anti-oksidan, maka

pembentukan gula berlebihan pada darah dan tidak dapat dinetralisir oleh insulin, itu

dihambat olehnya. Dengan demikian terjadi keseimbangan gula dalam darah, dalam

kajian literatur, khasiat medis ganja berasal dari senyawa kimia dalam ganja bernama

cannabinoid atau disingkat CBD. CBD diyakini berdampak pada tubuh sejak 1990-an

ketika sejumlah ilmuwan menemukan keberadaan dua reseptor CBD dalam tubuh

manusia51. Reseptor pertama terhubung dengan rasa nyeri, sedangkan reseptor kedua

terhubung dengan sistem kekebalan tubuh. Kedua reseptor ini akan aktif seiring dengan

masuknya CBD ke dalam tubuh dan memicu reaksi kimia. setidaknya sudah banyak

Negara yang meregulasi bahkan mengembangkan medical marijuana.

Dalam kasus Fidelis Arie Sudewarto (39), yang menanam atau memiliki 39 batang

ganja, jelas memenuhi unsur atau melanggar Pasal 116 Ayat (1) dan (3) UU No 35 Tahun

2009 tentang Narkotika, jadi formil melawan hukum, akan tetapi secara materil tidaklah

tercela atau dapat dibenarkan karena apabila ganja itu dipergunakan sesuai dengan

keahlian dan pengetahuan yang benar maka dapat dipergunakan untuk mengobati

penyakit Syringomyeila yang diderita istrinya.

Hazewingkel-Suringa telah mengatakan bahwa suatu Noodtoestand merupakan

suatu keadaan yang “neteleg” atau yang menyulitkan karena keadaaan-keadaan.52

Dengan melakukan tindak pidana dan memperhitungkan keadaan genting aktual yang ia

hadapi, Fidelis telah melindungi kebendaan hukum (nyawa isterinya) yang jelas lebih

penting. Dapat dikatakan bahwa perbuatan Fidelis justru memenuhi kewajiban sosial

51
Ibid.,
52
Ibid., hal 455
88
yang lebih penting. Dalam hal ini Noodtoestand ditempatkan dalam konteks pertentangan

antara kepentingan hukum dan kewajiban hukum.

Overmacht diatas (Noodtoestand) terutama digambarkan sebagai dorongan

eksternal (keadaan) yang menekan sedemikian rupa sehingga secara nalar tidak mampu

menangkalnya. Dalam hal ini dapat dikatakan tidak ada kemampuan secara bebas

menentukan kehendaknya dari sudut pandang hukum bahkan lebih jauh lagi kerap terjadi

suatu disintegrasi psikis. Yang perlu dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya

overmacht, antara lain adalah mempertimbangkan berbagai kepentingan. Berkenaan

dengan ini dapat dibayangkan adanya pertentangan nurani yang membingungkan yang

dialami Fidelis dan dalam situasi genting harus memilih melakukan delik yang

bersangkutan atau memilih tidak melakukanya dengan resiko ada kepentingan lebih berat

yang dikorbankan yaitu nyawa. 53

Dalam kasus Fidelis yang ditangkap sebab kedapatan menanam ganja dibelakang

rumahnya, Hakim seolah menganggap hukum positif sebagai satu-satunya sumber hukum

yang sah dan paling benar dengan menafikan fakta lain atau fakta non hukum yang

tersembunyi di baliknya. Padahal tujuan dicipataknnya hukum itu sendiri adalah untuk

menciptakan kedamaian, tidak hanya ketertiban tetapi juga kesebandingan. Melihat fakta

sosial yang dialami oleh Fidelis tersebut, cita-cita hukum sebagaimana yang diinginkan

hanya menyentuh pada taraf ketertiban, namun mengesampingkan kesebandingan,

sehingga tujuan diselenggarakannya hukum itu belum terwujud. Jika adanya hukum itu

justru tidak mempertimbangan rasa kemanusiaan dan tidak menyentuh peri kemanusiaan

itu sendiri, maka perlu dipertanyakan lebih jauh lagi tujuan diadakannya hukum tersebut.

Sebagai catatan, tulisan ini tidak dibuat untuk menghambat kinerja pemerintah dalam

53
Jean Remmelink,Hukum Pidana “Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Belanda Dan Padananya Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidanan Indonesia”,PT Gramedia Pustaka Utama ,
Jakarta, 2014, hlm 229-230
89
upaya pemberantasan tindak pidana narkotika, melainkan untuk melihat hukum dari sisi

kemanusian, tidak hanya dari pasal dan ayat semata.

Pasal 5 Ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman berikut

penjelasan pasalnya telah mewanti-wanti agar hakim dalam membuat putusan mengikuti

nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Norma hukum ini

untuk mengantisipasi hakim terjebak menjadi semata-mata corong undang-undang

dengan mengabaikan rasa keadilan masyarakat.

Mengapa penting? Sebab, tujuan tertinggi dari hukum adalah sarana atau alat untuk

menghadirkan keadilan. Hukum bukan untuk hukum itu sendiri. Jadi, adalah tercela jika

hakim semata-mata menjadi mengedepankan undang-undang dengan mengabaikan asas

keadilan dan rasa keadilan masyarakat.

2. Unsur-unsur Pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang telah

dibuktikan dalam putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag

Perlu diketahui bahwa rencana mengenai rumusan Pasal 48 KUHP itu semula

berbunyi “Niet strafbaar is hij die een feit begaat waartoe hij door overmacht is

gedwongen”. Perkataan “gedwongen” itu oleh Menteri Kehakiman Belanda kemudian

telah diganti dengan perkataan “gedrongen”, dengan alasan bahwa penggunaan dari

perkataan “gedwongen” itu dapat memberikan kesan seolah-olah overmacht itu

hanyalah berkenaan dengan adanya pemaksaan-pemaksaan yang bersifat fisik saja,

padahal sebenrnya overmacht itu juga berkenaan dengan adanya pemaksaan-pemaksaan

yang bersifat psikis.54

Mengenai permasalahan yaitu apakah “suatu keadaan memaksa” yang telah

ditimbulkan oleh keadaan-keadaan itu merupakan suatu keadaan yang membuat sesuatu

perbuatan itu menjadi tidak bersifat melanggar hukum, ataukah merupakan suatu keadaan

yang meniadakan unsur shculd pada pelakunya, Profesor Noyon berpendapat bahwa

54
Noyon-Langemeijer, dalam P.A.F Lamintang, hlm. 247
90
suatu overmacht itu haruslah diartikan sebagai suatu keadaan yang membuat sesuatu

perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang yang berada didalam keadaan semacam

itu menjadi tidak bersifat melanggar hukum, dan pada waktu yang sama juga merupakan

suatu keadaan yang meniadakan unsur schuld pada diri pelakunya.55

Berdasarkan rumusan mengenai overmacht yang terdapat didalam memorie van

toelichting tersebut, didalam perkembangan selanjutnya pembentuk undang-undang telah

mengakui tentang adanya tiga macam peristiwa pokok, dimana suatu overmacht dapat

terjadi. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah:56

a. Peristiwa-peristiwa dimana ada pemaksaan fisik;

b. Peristiwa-peristiwa dimana ada pemaksaan psikis;

c. Peristiwa-peristiwa dimana ada suatu keadaan yang biasanya disebut sebagai

nothstand, noodtoestad, atau sebagai ettat de necessite, yaitu suatu keadaan

dimana terdapat :

1) Suatu pertentangan antara kewajiban hukum yang satu dengan kewajiban

hukum yang lain;

2) Suatu pertentangan antara suatu kewajiban hukum dengan suatu kepentingan

hukum;

3) Suatu pertentangan antara kepentingan hukum yang satu dengan kepentingan

hukum yang lain.

Dalam kasus ini Fidelis dihadapkan oleh dua pilihan dilematis, yakni melanggar

hukum positif Indonesia (Kewajiban hukum) atau membiarkan istri tercintanya menderita

(Kepentingan hukum). Sebagai seorang suami, Fidelis tentu bertanggung jawab lahir batin

atas kondisi sang istri. Situasi Fidelis ini gambaran atas keadaan darurat. Sehingga,

keadaan ini terjadi karena seseorang mempunyai kewajiban untuk menaati peraturan atau

untuk menolong sesama dengan menaati kepentingannya sebagai seorang suami yang

55
Ibid., hlm. 252.
56
Ibid., hlm 434
91
berada dalam keadaan dimana istrinya dalam kondisi berbahaya. Untuk itu penulis akan

memaparkan unsur noodtoestand yang terpenuhi dalam perkara putusan Nomor

111/Pid.Sus/2017/PN Sag.

Sebelumnya penulis akan memberikan contoh peristiwa dari noodtoestand yang

pernah terjadi Belanda yang berkaitan dengan adanya suatu pertentangan antara suatu

kewajiban hukum dengan suatu kepentingan hukum , hal ini menyangkut seorang pemilik

toko kacamata yang melanggar peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah kota

praja Amsterdam tentang kewajiban untuk menutup perusahaan pada jam yang telah

ditentukan, oleh karena tepat pada saat pemilik toko kacamata tersebut akan menutup

pintu tokonya telah datang seoran tua, yakni tuan de Grooth yang telah meminta

pertolonganya untuk diperbolehkan untuk membeli sebuah kacamata dengan alasan

bahwa kacamatanya yang sedang ia pakai telah hilang dijalan dan ia telah tidak mampu

untuk menemukan kembali kacamatanya itu, justru karena tanpa menggukan kacamata

tersebut tuan de Grooth tidak dapat melihat sesuatu. Walaupun pemilik toko kacamata itu

menyadari bahwa ia mempunyai kewajiban hukum untuk menaati peraturan-peraturan

yang telah dikeluarkan oleh pemerintahkota praja Amsterdam, akan tetapi ia juga

mempunyai suatu kepentingan hukum, yakni untuk menolong seseorang yang memang

perlu untuk ditolong, oleh karena itu ia tahu secara pasti bahwa tuan de Grooth tidak akan

dapat menolong dirinya sendiri untuk pulang kerumahnya dan mungkin saja tanpa

memakai kacamata ia dapat mendapat kecelakaan dijalan. Atas dasar pertimbangan

tersebutlah maka pemilik toko kacamata tersebut telah membantu tuan de Grooth untuk

memilii kembali sebuah kacamata yang cocok baginya.

Pemilik toko kacamata tersebut kemudian telah diajukan kedepan pengadilan oleh

penuntut umum engan tuduhan telah melanggar peraturan pemerintah kota praja

Amsterdam tentang kewajiban untuk menutup perusahaan pada waktu yang telah

ditentukan. Pengadilan Negeri Amsterdam ternyata telah membebaskan pemilik toko

92
kacamata itu dengan alasan bahwa ia berada dalam suatu keadaan terpaksa atau “in staat

van nood”. Pada tingkat banding ternyata Hof di Amsterdam telah menyatakan pemilik

toko kacamata itu sebagai terbukti bersalah, namun pada tingkat HOGE RAAD telah

membebaskan pemilik toko kacamata tersebut dari segala tuntutan hukum dengan alasan

bahwa terhukum berada dalam suatu noodtoestand.

HOGE RAAD didalam arrestnya tanggal 15 Oktober 1923 N.J. 1923 halaman

1329, W. 111357 yang juga dikenal dengan dengan sebutan “opticienarrest”58 telah

memberikan pertimbanganya yang antara lain :

“dengan mengemukakan alasan “overmacht” pengadilan telah menerima alasan

tersebut, dimana sebenarnya terdapat suatu noodtoestand yang telah terjadi karena

adanya pertentangan antara suatu kewajiban hukum (rechtsplicht) dengan suatu

kepentingan hukum (rechtbelang).”

Kemudian kembali disampaikan oleh Profesor NOYON mengenai hubungan antara suatu

“perbuatan yang dapat dibenarkan” di dalam suatu noodtoestand dengan suatu “perbuatan

yang tidak dapata dipersalahkan kepada pelakunya” didalam suatu overmacht itu oleh

Profesor NOYON telah dijelaskan sebagai berikut59. Apabila dalam suatu peristiwa yang

konkret antar kepentingan-kepentingan hukum (termasuk pula didalamnya suatu

kewajiban-kewajiban hukum) itu terdapat pertentangan-pertentangan demikian rupa,

hingga salah satu dari kepentingan-kepentingan hukum atau salah satu dari kewajiban-

kewajiban hukum itu terpaksa harus dikorbankan, maka perbuatan mengorbankan

kepentingan hukum atau kewajiban hukum seperti halnya dapat dibenarkan yaitu apabila

kepentingan hukum atau kewajiban hukum yang dikorbankan itu dipandang menurut

tertib hukum adalah yang paling ringan apabila orang tidak dapat memutuskan tentang

kepentingan hukum atau kewajiban hukum mana adalah merupakan kepentingan hukum

57
Lamintang-Samosir, Hukum Pidana Indonesia, hlm 29.
58
Ibid., hlm 186
59
Noyon –Langemeijer, dalam P.A.F Lamintang, op cit, hlm 254
93
atau kewajiban hukum terberat, maka ia harus memperhatikan kepentingan hukum atau

kewajiban hukum yang manakah yang telah berada dalam dalam bahaya seandainya ia

telah tidak melakukan sesuatu. pemilihan atas kepentingan hukum atau kewajiban hukum

yang mana yang akan ia korbankan semacam itu sebenarnya merupakan suatu perbuatan

yang tidak dapat dipersalahkan kepadanya karena suatu overmacht dan bukan suatu

perbuatan yang dapat dibenarkan karena suatu noodtoestand.

Hal ini sesuai dengan apa yang dialami Fidelis ketika dihadapkan dengan pilihan

antara harus menaati peraturan hukum namun istrinya kemungkinan tidak tertolong

karena Fidelis mengetahui bahwasanya menanam tanaman ganja bukanlah perbuatan

yang legal indonesia padahal disisi lain Fidelis sudah menemukan cara untuk mengobati

isterinya, atau harus menolong isterinya namun keputusanya bukanlah suatu perbuatan

yang benar dengan menanam ganja karena menurut kacamata hukum indonesia

bertentangan dengan UU No 35 tahun 2009 . pada akhirnya keputusan yang diambil oleh

Fidelis telah sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Profesor NOYON bahwa sanya

antara kepentingan dan kewajiban hukum mana yang dalam keadaan bahaya jika ia tidak

melakukan sesuatu , tentu dalam hal ini nyawa isterinya lah yang berada dalam keadaan

bahaya jika fidelis tidak berbuat atau melakukan sesuatu .

94
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis menari kesimpulan sebagai berikut:

1. Hakim dalam mengadili dan menjatuhkan hukuman pada Putusan Nomor :

/Pid.Sus/2017/PN Sag terlalu mengedepankan penerapan undang undang No 35 tahun

2009 tanpa mempertimbangkan Pasal 48 KUHP sebagai alasan pemaaf atau alasan

pembenar sehingga membuat putusan seolah olah tidak mempertimbangkan rasa

kemanusiaan.

2. Unsur-unsur Pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang telah dibuktikan dalam

putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag adalah adanya suatu peristiwa konkret, yaitu

adanya pertentangan-pertentangan antara kepentingan hukum dengan kewajiban hukum

yang dialami oleh Fidelis, dari kepentingan dan kewajiban hukum tersebut Fidelis

dihadapkan dengan mana diantara kewajiban dan kepentingan hukum yang dihadapi yang

dalam keadaan darurat apabila tanpa suatu pengorbanan maka akan mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa .

B. SARAN

1. Pada Hakim:

Sebaiknya Pengadilan Negeri Sanggau memutuskan Fidelis Arie Suderwato lepas

dari seluruh tuntutan hukum. Karena meskipun apa yang dilakukannya adalah

perbuatan yang melanggar hukum yang berlaku, namun perbuatan tersebut didorong

oleh keadaan darurat. Seharusnya hakim tidak menyalah-artikannya dengan

95
mengidentikkan hukum sebagai norma yang bersifat memaksa dan mengandung

sanksi. Jika hukum hanya mengandung paksaan saja, sudah dapat dipastikan jika

seseorang melakukan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan kaidah hukum maka

ia akan langsung mendapatkan sanksi tanpa mempertimbangkan hal-hal lain yang

ada pada dirinya. Akibatnya, hukum hanya akan dianggap sebagai sesuatu yang

menakutkan, bahkan akan dianggap tidak melindungi dan tidak menghormati harkat

dan martabat manusia.

2. Pada Pemerintah:

Pemerintah Indonesia seharusnya dapat meninjau kembali regulasi mengenai

pengaturan dan pemanfaatan Narkotika Golongan I yang tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 serta mendorong agar dapat ditelitinya manfaat

ganja sebagai pengobatan. Dengan dilakukan penelitian tentunya akan diketahui

apakah ganja memamng memiliki manfaat bagi kesehatan atau tidak, sehingga tidak

perlu terulang kembali kejadian yang serupa menimpa Fidelis. Pemerintah Indonesia

dan juga aparat penegak hukum jangan terkesan mengedepankan upaya penindakan

yang punitif terhadap warganya yang kedapatan melanggar norma hukum yang ada.

para pencari keadilan kerap mengalami kesulitan untuk memahami jalan pikiran para

penegak hukum dalam penyelesaian masalah-masalah hukum yang diajukan kepada

mereka. Hal ini disebabkan, penyelesaian masalah-masalah hukum masih

mengesampingkan segala fakta-fakta yang dinilai ekstra legal yang tidak masuk

dalam skema aturan hukum. Artinya, dari semua fakta-fakta yang mengiringi

peristiwa hukum, oleh penegak hukum akan disaring untuk kemudian diidentifikasi

mana yang merupakan fakta-fakta hukum dan mana pula yang bukan fakta hukum.

Dalam hal ini, hanya yang merupakan fakta hukum lah yang menjadi pegangan para

penegak hukum.

96
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arief Sidharta. 2007. Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum dan Filsafat Hukum, Jakarta: PT Refika Aditama.
Gunadi Ismu dan Efendi Jonaedi. 2014. Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Jakarta:
Prenadamedia Group,
Jean Remmelink. 2014. Hukum Pidana “Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda Dan Padananya Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidanan Indonesia”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lamintang P.A.F. 2014. Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
Leiden Marpaung. 2010. Proses Penanganan Perkaara Pidana (Di Kejaksaan & Pengadilan
Negeri, Upaya Hukum & Upaya Eksekusi), Jakarta: Sinar Grafika.
Moeljatno. 2000. Asas – Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rieneka Cipta.
Mustafa, Abdullah, Ruben Achmad. 1983. Intisari Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Rasjidi Lili dan Wyasa Putra I.B. 1993. Hukum sebagai Suatu Sistem, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Soemitro, Ronny Hanintijo. 1999. Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Sonny Keraf. 1998. Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius.

Soekanto Soerjono, 1996. Sri Mamudji.Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: CV. Rajawali.
Tim Lingkar Ganja Nusantara, 2014. Sekarang Aku Besok Kamu!, Tanggerang: Lingkar Ganja
Nusantara.

Sumber lain
Jurnal
Nur Agus Susanto, Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian Putusan Peninjauan
Kembali Nomor 97 PK/Pid.Sus/2012, Jurnal Yudisial Vol. 7 Nomor 3 Desember 2014.
Internet
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban
Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan, hlm. 95 dalam
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/7180, diakses tanggal 18 Januari 2018.

97
Boorsma, W. G. (1917). Pharmacologisch laboratorium. 1915, Batavia: Landsdrukkerij,hlm.21-
29. Dalam
https://www.tni.org/files/publicationdownloads/dpb_44_web_def_bahasaindonesia.pdf.,d
iakses pada tanggal 24 Agustus 17.
Http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39780294, diakses pada tanggal 03 Mei 2018
Http://lp3madilindonesia.blogspot.co.id/2011/01/divinisi-penelitian-metode-dasar.html .
diakses tanggal 18 Januari 2018
Http://regional.kompas.com/read/2017/07/24/07120771/ini-isi-nota-pembelaan-fidelis-yang-
membuat-haru-pengunjung-sidang?page=all, diakses pada tanggal 24 Januari 2018
Https://www.kompasiana.com/sutomo-paguci/fidelis-divonis-bebas-andai-hakim-gunakan-
ajaran-hukum-ini_59928c70b7687c0d6834af52, diakses pada Minggu, 08 April 2018
pukul 00.00
Hutasoit Bolmer, Artikel Politik Hukum : Tujuan Hukum Menurut Gustav Radbruch,
https://bolmerhutasoit.wordpress.com/2011/10/07/artikel- politik-hukum-tujuan-
hukummenurut-gustav-radbruch/, diakses pada tanggal 14 Desember 2017.
Kahin and R. dalam Transnasional Institute. A Historical Dictionary of Indonesia.hlm.2
dalam https://www.tni.org/files/publication.downloads/.pdf,di akses tanggal 24 Agustus
17.
Keterangan Presiden Republik Indonesia Mengenai Rancangan Undang- Undang Republik
Indonesia Tentang Narkotika, http://www.legalitas.org, diakses pada tanggal 20 maret 2018.
Memahami Kepastian (Dalam) Hukum
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/02/05/memahamikepastian,diakses pada
tanggal 14 Desember 2017
Yudio Nomor OS, Metode Penelitian Normatif, digilib.unila.ac.id/525/8/BAB%20III.pdf,
diakses pada tanggal 28 November 2017.
Sanusi, Teori Pemidanaan-Teori Pembalasan, dalam http://www.pengantarhukum.com/teori-
pemidanaan-teori-pembalasan.html, diakses tanggal 18 Januari 2018.

98

Anda mungkin juga menyukai