Anda di halaman 1dari 21

TELECONFERENCE DALAM PERSIDANGAN PERKARA PIDANA

DI MASA PANDEMI
(STUDI PADA PENGADILAN NEGERI SINJAI)

OLEH

HERIANTO

2018041124

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAWERIGADING

MAKASSAR

2021
TELECONFERENCE DALAM PERSIDANGAN PERKARA PIDANA
DI MASA PANDEMI
(STUDI PADA PENGADILAN NEGERI SINJAI)

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk mengikuti ujian proposal Fakultas Hukum Universitas sawerigading
Makassar

Disusun dan diajukanoleh :

HERIANTO

2018041124

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAWERIGADING

MAKASSAR

2021

[Type text]
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama Mahasiswa : Herianto
Nomor Induk : 2018041124
Fakultas : Hukum
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul Proposal Skripsi : “Teleconference dalam perisdangan perkara pidana di
masa pandemic studi pada Pengadilan Negeri Sinjai”
Telah diperiksa oleh pembimbing dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan
dihadapan Tim Penguji Seminar Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sawerigading
Makassar.

Makassar,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Ariadin SH.,MH. Jamil Resa, SH.,MH.


NIDN : NIDN :

Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sawerigading Makassar

Dr.Hj.Asmah,S.H.,M.H
NIDN: 0918118001

[Type text]
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawahini :

Nama : Herianto

NIM : 2018041124

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Teleconference dalam prsidangan perkara

pidana di masa pandemic studi Pengadilan Negeri Sinjai “adalah benar merupakan hasil

karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan orang lain. Apabila di

kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan bahwa sebagian atau seluruhnya isi skripsi

ini hasil karya orang lain atau dikutip tanpa menyebut sumbernya, maka saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar,

Yang menyatakan

Herianto

[Type text]
DAFTAR ISI

[Type text]
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi sekarang ini telah membawa kita ke zaman yang
serba canggih di karenakan banyaknya perkembangan-perkembangan
teknologi di berbagai bidang yang semakin hari semakin maju. hal tersebut
membuat kita memanfaatkan teknologi yang ada untuk membantu
memudahkan dalam berkegiatan sehari hari. Perkembangan Teknologi yang
kian lama kian cepat menuntut kita untuk selalu siap dengan kemujuan
teknologi tersebut.

Salah satu teknologi yang melekat dan sering dimanfaatkan yaitu tekologi
di bidang komunikasi dan informasi. Perkembangan teknologi di bidang ini
memungkinkan diterapkannya berbagai cara yang baru yang lebih efisien
untuk memproduksikan, mendistribusikan da komsumsi barang dan jasa
dalam hal ini biasanya disebut dengan masyarakat atau ekonomi informasi.
Dalam era ini jarak fisik ataupun geografis sudah tidak menjadi faktor
pengambat lagi dalam berinteraksi sesama manusia atau antar suatu
lembaga usaha sehingga banyak yang mengatakan bahwa jagad ini sudah
menjadi suatu dusun semesta atau Global Village dimana jarak sudah
dikatakan mati atau Distance is dead.

Berbagai macam alat-alat elektronik yang tercipta yang dapat di


manfaatkan sebagai media untuk saling berinteriksi dengan orang lain.
Apalagi dimasa sekarang, dimana adanya bencana yang berskala
internalsional yaitu adanya wabah covid-19 yang kini tersebar di penjuru
dunia, wabah ini telah menginfeksi banyak masyarakat di berbagai belahan
dunia termasuk di negara kita Indonesia, Maka dari itu membuat pemerintah
bekerja extra untuk menanggulangi dan memutus mata rantai penyebaran
covid-19 ini, dengan menerapkan atau membuat peraturan-peraturan baru.

Salah satu peraturan yang dibuat yaitu dikeluarkannya keputusan menteri


kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang protokol kesehatan
bagi masyarakat yang bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan covid
19.

Wabah virus corona kembali memberikan tugas terbaru pada badan atau
instansi yang bergerak di bidang hukum. Pihak pihak termaksud adalah
kejaksaan, dan pengadilan, instansi tersebut dengan pemerinta bersatu
dalam mengeluarkan sistematika terbaru dalam pengurusan atau

[Type text]
pemberkasan dan penyelesaian perkara dengan mengikuti protokol
kesehatan yang telah diterapkan.

Pengadilan dalam hal ini adalah sebuah forum publik, resmi, di


mana kekuasaan publik ditetapkan oleh otoritas hukum untuk menyelesaikan
perselisihan dan pencarian keadilan dalam hal sipil, buruh, administratif,
dan kriminal di bawah hukum. Dalam negara dengan sistem common law,
pengadilan merupakan cara utama untuk penyelesaian perselisihan, dan
umumnya dimengerti bahwa semua orang memiliki hak untuk membawa
klaimnya ke pengadilan. Dan juga, pihak tertuduh kejahatan memiliki hak
untuk meminta perlindungan di pengadilan. Peradilan dan persidangan
terdahulu sebelum adanya wabah virus corona ialah penyelesaian perkara
secara langsung atau tatap muka pada pengadilan negeri.

Dalam pembahasan atau penjabaran KUHAP “Praperadilan” maksud atau


artinya yang harfiah berbeda. Pra artinya sebelum atau mendahului, berarti
“praperadilan” sama dengan sebelum pemeriksaan di sidang pengadilan 1.
Sebelum mengadakan persidangan perlunya pemeriksaan dan sebagainya
yang menjadi wewenang dari praperadilan . adapun dasar hukum pengajuan
praperadilan kepada pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutuskan
tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas
permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka,
sah atau tidaknya penghentian penyidikan dan penghentian penyidikan atas
permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan. Hal tersebut merupakan
ketentuan yang diatur dalam UU No. 8 tahun 11981 tentang kitab Undang-
Undang hukum acara pidana (KUHAP) pada bab X tentang Wewenang
pengadilan untuk mengadili, yaitu pada pasal 77 sampai dengan pasal 83.

Pengadilan negeri dalam pasal 77 bagian praperadilan berwenang atau


memiliki wewenang untuk memeriksa dan memutuskan sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang tentang sah atau tidaknya
penangkapan, pemahaman, penahanan, penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan. Kemudian, ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi
seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau
penuntutan.

Pasal 78 praperadilan Adapun pihak yang melaksanakan wewenang


pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ada praperadilan.
Praperadilan di pimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua
pengadilan negeri dan dibantu oleh seorang panitera. Kemudian pada pasal
79 praperadilan mengemukakan tentang Pemerintaan pemeriksaan tentang
sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan diajukan oleh

1
Jur. Andi Hamzah. Hukum Pidana Indonesia. (Jakarta: Sinar grafika, 2016), hlm 187

[Type text]
tersangka, keluarga, atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan
menyebutkan alasannya2.

Sebelum wabah virus corona melanda di seluruh dunia, dunia


persidangan menjalankan tugas tugasnya dengan normal. Persidangan tatap
muka, pemeriksaan dengan objektif dan sistematis. Juga terdapat jadwal
persidangan disetiap pertemuan. Pemeriksaan singkat perkara dalam pasal
203 ayat 3 yang menjabarkan terdapat bagian kesatu kedua dan ketiga yakni
kesatu tentang pemanggilan dan dakwaan, kedua memutus sengketa
mengenai wewenang mengadili dan bagian ketiga mengenai pemeriksaan
biasa juga disertai dengan alat bukti meskipun hanya pemeriksaan singkat 3.

Penentuan hari sidang dan pemanggilan juga diatur secara sistematis


pada saat persidangan tata muka atau langsung. Penentuan hari sidang
dilakukan oleh hakim yang ditunjuk oleh ketua pengadilan untuk
menyidangkan perkara pada pasal 152 ayat 1 dalam KUHAP. KUHAP
mengatur dalam pasal 145 tentang syarat sahnya suatu pemanggilan kepada
terdakwa, kuhap menjabarkan bahwa surat pemanggilan kepada terdakwa
disampaikan di alamat tempat tinggalnya atau jika tidak di ketahui maka
dikirimkan pada alamat tempat tinggal terakhirnya. Apabila terdakwa tidak
ada di tempat tinggalnya maka surat panggilan disampaikan melalui kepala
desa yang berdaerah hukum tempat tinggal terdakwa. Dalam hal terdakwa
ada dalam tahanan surat panggilan disampaikan kepadanya melalui pejabat
rumah tahanan negara. Menurut ketentuan pasal 152 ayat 2 pada KUHAP
penuntut umum yang menyampaikan surat panggilan kepada terdakwa pasal
146 ayat 1 menentukan bentuk surat panggilan yang harus memuat tanggal,
hari, serta jam sidang dan untuk perkara apa ia dipanggil yang harus diterima
selambat lambatnya sebelum sidang dimulai 4

Dengan dikeluarkan keputusan tersebut masyarakat ataupun instansi-


instansi harus mulai beradaptasi mengikuti atau berpedoman pada protocol
kesehatan tersebut dalam berkegiatan sehari-hari. Berbagai macam
kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk instansi agar sesuai dengan
protocol kesehatan dalam melaksanakan kegiatan admistrasinya. terobosan
terbaru yang dibuat oleh pemerintah yaitu persidangan yang dilakukan
secara online atau teleconference.

Dalam hal ini penulis akan membahas secara khusus mengenai proses
peradilan perkara pidana. Proses peradilan pidana merupakan suatu
rangkaian acara peradilan mulai dari penindakan adanya suatu tindak pidana

2
O.C. kalagis, Rusdi Nurima. Praperadilan dalam kenyataan. (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1997), Hlm
1-2
3
Jur. Andi Hamzah. Hukum Pidana Indonesia. (Jakarta: Sinar grafika, 2016), hlm 245
4
Ibid, hlm 237-238

[Type text]
(sumber tindakan) sampai pada lahirnya keputusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap. Perkara pidana harus sesegera mungkin
dilaksanakan tanpa harus ditunda sampai masa pandemic selesai.
Persidangan yang biasanya dilakukan secara langsung di pengadilan yang di
mulai dari pembacaan dakwaan hingga putusan yang biasanya dilakukan
secara langsung dengan mempertemukan segala unsur yang terlibat dalam
proses persidangan tersebut kini dilaksanakan secara online.

[Type text]
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal ini ada
dua antara lain sebegai berikut :
1. Landasan hukum persidangan perkara pidana melalui teleconference di
Pengadilan Negeri Sinjai
2. Apa saja yang menjadi kendala dalam persidangan perkara pidana melalui
teleconference di Pengadilan Negeri Sinjai

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui landasan hukum dilaksanakannya persidangan perkara
pidana melelui teleconference di Pengadilan Negeri Sinjai
2. Mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam persidangan perkara
pidana melalui teleconference di Pengadilan Negeri Sinjai

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini anatar lain :

1. Manfaat Akademis
Penelitian ini adalah salah satu persyaratan untuk menyelesaiakan
studi ilmu hukum pada tingkat strata satu (S1) di Fakultsa Hukum
Universitas sawerigading Makassar dan hasil dari penilitian ini diharapkan
mampu menjadi tambahan literature di perpustakaan khususnya di
Fakultas Hukum Universitas Sawerigading

2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penilitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan di bidang ilmu hukum yang lebih konkrit bagi aparat
penegak hukum dan pemerintah dalam bidang hukum acara pidana
khususnya dalam peradilan melalui teleconference

3. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi
hukum polisi, jaksa, pengacara, dan masyarakat dalam lebih memahami
lagi persidangan jarak jauh atau teleconference

[Type text]
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teleconference

Berbicara tentang era transformasi dan kemajuan teknologi yang begitu pesat

saat ini, sangat banyak membawa pengaruh di berbagai bidang, semua orang

dituntut untuk tanggap dan tidak gagap dengan kemajuan teknologi. Hal ini

sangat jauh berbeda pada sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, ketika

teknologi kemunikasi belum berkembang pesat di negara kita.

Arus informasi yang berkesinambungan dari media dan kontak langsung

dengan dunia luar akan mempengaruhi perubahan sosial. Sistem komunikasi

internasional dan nasional yang disajikan melalui media selain berhubungan

dengan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berhubungan dengan masalah

ekonomi, kebudayaan dan Agama. Hal tersebut merupakan kenyataan yang sulit

dihindarkan sebagai akibat membaiknya jaringan transportasi dan komunikasi.

Globalisasi tidak hanya terjadi dalam bentuk kebudayaan yang bersifat material,

tapi juga politik, ekonomi, pedagangan, pertahanan, kesenian, dan bahasa.

Teleconference merupakan hal yang baru yang tentunya hal ini belum diatur

dalam peraturan. Kasus yang memang apabila adanya memerlulukan

teleconference maka hal tersebut memerlukan kreativitas oleh hakim dalam

mengenai hal tersebut agar jangan sampai ada hal-hal yang menyimpang.

Memang pemanfaatan teknologi ini sempat menimbulkan pro dan kontra bagi

masyarakat hukum Indonesia. Disatu pihak menolaknya karena belum ada

ketentuan hukum yang mengaturnya, dipihak lain dapat menerimanya dengan

alasan hakim dibolehkan menemukan penemuan hukum baru (recht finding)

[Type text]
untuk mencapai kebenaran matril.

Teleconference memungkinkan terwujudnya peradilan global, hal ini sudah

menjadi suatu kebutuhab mutlak karena semakin berkembangnya teknologi,

shingga dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam lingkup

peradilan perlu didukung instrumen baru yang mampu mengatasi kendala-

kendala dalam pembuktian yang menggunakan saksi yang memang tidak bisa

dihadirkan kedepan persidangan maupun pemanfaatan dokumen elektronik dan

tanda tangan digital yang saat ini baru saja ada pengaturan dalam peraturan

perundang-undagan. Bahkan untuk tingkat penegakan hukum yang lebih modern

cybertcourt bisa menjawab dalam sistem peradilan yang mengikuti

perkembangan tknologi namun tidak meninggalkan kaedah-kaedah yang ada

bagi para pencari keadilan.

Dalam teori, cybercourt tidak terlalu menuntut perjalanan fisik keruang sidang

Pengadilan untuk mengarsipkan suatu kopian dokumen karena semua itu dapat

diselesaikan dengan cepat secara on-line begitu juga jika seseorang yang

dimimtai keterangan pada sidang pengadilan berhalangan hadir karena sakit

atau sedang berada jauh dari lokasi pengadilan, apakah sidang harus ditunda

sampai yang bersangkutan hadir. Metode wawacara jarak jauh (video

teleconverencing), sidang pengadilan dapat menghadirkan seseorang terdakwa

dari Rumah Sakit atau seseorang saksi ahli yang berada di luar Negeri.

Teknologi teleconference merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan

peradilan sederhana dan cepat, namun perlu juga diperhatikan hambatan yang

akan timbul jika sistem informasi yang dipakai tidak bekerja dengan baik. Ilmu

pengetahuan akan terus berkembang, untuk mencari dan mendapatkan

kebenaran materil, prlu dipertimbangkan pemanfaatan ilmu komputer dan

[Type text]
teknologi informatika sebagai ilmu pembantu dalam hukum acara.

Dilain pihak pemeriksaan saksi yang dilakukan menggunakan teleconfrence

selalu memicu konversi dan perdebatan para pihak. Hal tersebut dikarenakan

pasal 160 ayat 1 butir a KUHAP menyatakan bahwa saksi dipanggil kedalam

ruang persidangan seseorang demi seseorang menurut urutan yang dipandang

sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendengar pendapat penuntut

umum, terdakwa atau penasehat hukum. Selanjutnya dalan pasal 16 ayat (1)

KUHAP disebutkan bahwa setelah saksi memberikan keterangan, ia tetap hadir

disidang kecuali hakim ketua sidang memberi izin untuk meninggalkannya.

Penafsiran pasal tersebut diatas secara tega dan jelas menuntut kehadiran

saksi secara fisik dipersidangan. Hal tersebut senada juga dengan bunyi pasal

185 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa keterangan saksi sebagai alat bukti

adalah apa yang saksi nyatakan disidang pengadilan. Dalam penjelasan ayat ini

dinyatakan bahwa dalam keterangan saksi tidak termaksud dari keterangan

orang lain. Merujuk pada pasal 185 ayat (1) KUHAP, keterangan saksi harus

diberikan di sidang pengadilan, keterangan yang dinyatakan diluar sidang

pengadilan (outside of court) bukan alat bukti, dengan kata lain tidak dapat

dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Disimpulkan bahwa

keterangan saksi mau tidak mau harus dinyatakan di ruang sidang pengadilan

karena keterangan yang dinyatakan diluar sidang pengadilan tidak dapat

dijadikan alat bukti.

Majelis hakim yang sudah pernah memilih sidang menggunakan media

teleconference memiliki argumen sendiri. Hal tersebut disebabkan karena para

saksi yang hendak diperiksa berada diluar wilayah negara Indonesia, dan untuk

mnghadirkan saksi-saksi tersebut bukanlah hal yang mudah. Hal inilah yang

[Type text]
membuat para hakim cukup mantap untuk melanjukan pemeriksaan saksi-saksi

dari jarak jaug melalui media teleconference. Hakim wajib menggali kenyataan

hukum yang hidup dalam masyarakat, dengan kata lain hukim wajib menemukan

hukum. Hal tersebut didukung oleh pernyataan pasal 184 KUHAP yang pada

hakekatnya merupakan arahan untuk mencari kebenaran materil.

Pembuktian dengan teleconference dapat diprgunakan jika kemudian hari

dalam suatu perkara tidak diharuskan lagi kehadiran secara fisik dalam suatu

persidangan pengadilan. Semua pekerjaan, mulai dari pengajuan tuntutan

hingga putusan akhir/vonis dilakukan hanya melalui komputer yang terkoneksi

dengan internet.

[Type text]
B. Pidana

a. Pengertian Pidana

Berbicara tentang pidana, pidana berasal dari kata straf (Belanda) yang biasa

sering disebut sebagai istilah hukuman. Pidana didefinisikan sebagai suatu

penderitaan yang sengaja dijatuhkan/diberikan oleh negara pada seseorang atau

beberapa orang akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah
5
melanggar larangan hukum pidana.

Banyak pengertian yang telah pakar pakar tuliskan untuk mendefinisikan

hukum pidana. Menurut Sudarsono, pengertian hukum pidana adalah hukum

yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum

dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana yang merupakan suatu

penderitaan. Sedangkan menurut WPJ.Pompe, pengertian hukum pidana adalah

keseluruhan dari peraturan-peraturan yang sedikit banyaknya bersifat umum yang

abstrak dari keadaan-keadaan yang bersifat kongkret.

Selain itu, menurut Wirjino Prodjodikor pengertian hukum pidana merupakan

peraturan hukum mengenai pidana. Kata “pidana” diartikan sebagai “dipidanakan

oleh instansi tertentu yang berkuasa kepada seseorang oknum sebagai hal yang

tidak enak dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan”.

Sdangkan pengertian pidana menurut Moeljatno yaitu, bagian daripada

keseluruhan keseluruhan hukum yang berlaku dalam suatu negara, dimana

dasar-dasar dan aturannya untuk :

1. Hukum pidana menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh

dilakukan (dilarang) dengan disertai ancaman pidana bagi siapa yang

melanggarnya.
5
https:id//,wikipedia.org>wiki>pidana

[Type text]
2. Hukum pidana menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka

yang melanggar larangan dapat dikenakan pidana.

3. Hukum pidana menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu

dapat dilaksanakan apabila ada orang yang melanggarnya.

Dari pengertian hukum pidana diatas dapat disimpulkan bahwa, pengertian

hukum pidana adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang menentukan

perbuatan. 6

Dari pengertian hukum pidana diatas dapat disimpulkan bahwa, pngertian

hukum pidana adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang dapat menentukan

perbuatan apa saja yang merupakan sebuah tindak pidana dan hukuman apa

yang dapat dijatuhkan terhadap mereka yang melakukannya.

Negara sebagai suatu organisasi tertinggi adalah otoritas yang berhak dan

berwenang untuk menentukan dan menjalankan hukum pidana. Hal ini berarti

bahwa negara merupakan satu-satunya subjek hukum yang dapat memembentuk

aturan-aturan yang mengikat semua warganya, serta dapat menjalankannya

dengan sebaik-baiknya agar aturan-aturan tersebut ditegakkan dan dilaksanakan

dalam rangka terjaminnya ketertiban umum.

Indonesia sendiri masih belum memiliki kitab undang-undang hukum pidana

nasional belum (terunifikasi) sehingga masih berlaku kitab undang-undang hukum

pidana (wetboek van straftrecht) warisan pemerintah kolonial Hindia-Belanda.

Selain itu, ketentuan-ketentuan hukum pidana juga termuat dalam peraturan


7
perundang-undangan lainnya ataupun peraturan perundang-undangan khusus.

6
Moljatno, S.H.,M.H., Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2018, hlm.1.
7
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2006,hlm.11-13.

[Type text]
b. Pertanggung jawaban pidana dan sanksi pidana

1. Pertanggung jawaban pidana

Kemampuan brtanggung jawab merupakan salah satu unsur kesalahan

yang tidak dapat dipisahkan dengan dua unsur tindak pidana lain.

Kemampuan bertanggung jawab dalam istilah bahasa Belanda adalah

Toerekeningsvatbaar. Pertanggung jawaban yang merupakan inti dari

kesalahan yang dimaksud di dalam hukum pidana adalah pertanggung

jawaban menurut hukum pidana.

Tanggung jawab pidana dalam istilah bahasa asing disebut juga sebagai

criminal rsponsibility yang menjurus kepada pemidanaan pertindak dengan

maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau atau tersangka

dipertanggung jawabkan atas suatu tindak pidana yang terjadiatau tidak.

Setiap orang yang melakukan tindak pidana tidak dengan sendirinya harus

dipidana. Untuk dapat dipidana harus ada tanggung jawab pidana.

Pertanggung jawaban pidana lahir dengan diteruskannya celaan

(vewijbaarheid) yang objectif terhadap perbuatan yang dinyatakan sebagai

tindakpidana yang berlaku,dan secara subjektif kepada pembuat tindak

pidana yang memenuhi persyaratan untuk dapat dikenai pidana karena

perbuatannya.

Dalam KUHP memang tidak ada rumusan yang tegas tentang kemampuan

bertanggung jawab pidana, pasal 44 ayat (1) KUHP justru merumuskan

tentang mengenai keadaan, kapan seseorang tidak mampu bertanggung

jawab agar tidak dipidana, artinya merumuskan perikal kebalikan (secara

negative) dari kemampuan bertanggung jawab. Sementara kapan orang

bertanggung jawab, dapat diartikan kebalikannya, yaitu apabila tidak terdapat

[Type text]
tentang dua keadaan jiwa sbagaimana yang diterapkan pasal 44 KUHP.

Pertanggung jawaban pidana adalah menyangkut persoalan, apakah

orang yang melakukan perbuatan (tindak pidana) dapat mempertanggung

jawabkan perbuatannya (tindak pidana yang telah dilakukan). Pertanggung

jawaban pidana melekat pada orang bukan pada perbuatan atau tindak

pidana. Dikatakan dapat mempertanggung jawabkan, apabila orang tersebut

memang benar adanya mempunyai kesalahan.

Menurut simons ”kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan suatu

keadaan psikis sedemikian rupa, sehingga penerapan suatu upaya

pemidanaan, baik ditinjau secara umum maupun dari sudut orangnya dapat

dibenarkan”. Selanjutnya seorang pelaku tindak pidana mampu bertanggung

jawab apabila :

1. Mampu mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya

bertntangan dengan hukum.


8
2. Mampu menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran.

Selanjutnya menurut Van Hamel yang dimaksud dengan

torekeningsvatbaarheid itu merupakan een staat van psyhiche normaliteit

enrijheid welke drieerlei gashiktheid medebrengt (suatu keadaan yang

normal dan suatu kedewasaan secara psikis yang membuat seseorang itu

mempunyai tiga macam kemampuan), sebagai berikut :

1. Mampu untuk mengerti akan maksud yang sebenarnya dari apa

yang ia lakukan

2. Mampu untuk menyadari bahwa tindaknya pidana itu dapat atau

tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat ; dan

3. Mampu untuk menentukan kehendak terhadap apa yang ingin ia


8
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra aditya Bakti, Bandung,199,hlm.296.

[Type text]
lakukan. 9

Mengenai mampu bertanggung jawab ini adalah hal mengenai jiwa

seseorang yang diperlukan dalam hal untuk dapat menjatuhkan pidana, dan

bukan hal untuk terjadinya tindak pidana. Jadi untuk terjadinya tindak pidana

tidak perlu dipersoalkan tentang apakah terdapat kemampuan bertanggung

jawab ataukah tidak mampu bertanggung jawab. Terjadinya tindak pidana

tidak serta merta diikuti pidana pada penindaknya, akan tetapi ketika

menghubungkan perbuatan itu kepada orangnya untuk menjatuhkan pidana,

bila ada keraguan perihal keadaan jiwa orangnya, barulah diperhatikan atau

dipersoalkan tentang ketidak mampuan bertanggung jawab. Dan haruslah


10
pula dibuktikan untuk tidak dipidananya terhadap pembuatannya.

Pengertian dari toerekeningsvatbaarheid (pertanggung jawaban pidana),

menurut Satochid kartanegara berkaitan dengan keadaan jiwa seseorang,

dimana keadaan jiwa seseorang itu harus memenuhi syarat-syarat agar

disebut toerekningsvatbaarheid, sebagai berikut :

1. Keadaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa sehingga ia dapat

mengerti atau tahu akan nilai dari perbuatannya itu, sehingga dapat

juga mengerti akan perbuatannya.

2. Keadaan jiwa orang itu harus sedemikian rupa, sehingga ia dapat

menentukan kehendaknyaterhadap perbuatan yang dilakukan itu.

3. Orang itu harus sadar, insyaf, bahwa perbuatan yang dilakukannya

adalah perbuatan yang terlarang atau tidak dapat dibenarkan, baik


11
dari sudut hukum, masyarakat maupun dari sudut tata susila.

9
ibid, hlm.297
10
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm.146.
11
Satichid kartanegara, Hukum pidana Kumpulan Kuliah-Kuliah, Balai Lektur mahasiswa, Jakarta, 2007,
hlm.243.

[Type text]
Ketiga syarat diatas harus dipenuhi bila mana seseorang dapat dianggap

mampu bertanggung jawab, sehingga ia dapat dimintai pertanggung jawaban

pidana atas tindak pidana yang dilakukan. Menurut Satochid kertanegara,

seorang anak yang masih muda adalah tidak dapat diharapkan untuk

mengerti akan segala akibat dari pada perbuatannya. Demikian pula,

terhadaporang gila atau orang yang menderita sakit jiwa tidak dapat

diharapkan bahwa ia dapat menyadari akan perbuatan yang dilakukan itu


12
dilarang, baik dari sudut hukum, masyarakat maupun susila.

2. Sanksi pidana

Adapun pengrtian sanksi pidana itu sendiri, menurut pendapat Immanuel

Kant dalam teori absolut, bahwa pemidanaan hanya dapat dijatuhkan kepada

seseorang karena ksalahannya melakukan kejahatan. Menurutnya dalam kejahatan

itu dapat ditemukan alasan-alasan pembenar untuk menjatuhkan pidana, yang

cenderung disepakati bahwa siapa saja yang menimbulkan penderitaan kepada

orang lain, maka pelaku harus dibuat menderita atau sepantasnya mangalami hal

yang sama dengan perbuatannya menimbulkan orang lain menderita.

Selanjutnya pengertian sanksi pidana itu sendiri, menurut teori gabungan

mengajukan bahwa penjatuhan pidana ditujukan untuk menjamin ketertiban

masyarakat dan memperbaiki perilaku pelaku. Shingga penjatuhan pidana

berdasarkan teori pembalasan atau teori tujuan dipandang berat sebelah, sempit

dan sepihak. Menurut teori gabungan ini mengakui bahwa penjatuhan pidana

sebagai pembalasan yang didasarkan pada kejahatannya. Selain itu, diakui pula
13
penjatuhan pidana mempunyai tujuan dari pemidanaan itu sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka sanksi pidana adalah

12
Ibid, hlm.244.
13
Roni Wiyanto, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, Mandar Maju,Bandung, 2012, hlm.117.

[Type text]
merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan diadakan hukum pidana.

Pemberian pidana menjadi persoalan dan pemikiran di kalangan para ahli di dalam

mencari alasan-alasan dan syarat-syarat seseorang dapat dijatuhi pidana.

C. Persidangan

a. Pengertian persidangan

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai