OLEH:
2020110087
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2023
A. JUDUL : PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM
PENGEROYOKAN DAN PENGERUSAKAN PERLENGKAPAN
RUMAH DI WILAYAH HUKUM DI PENGADILAN NEGRI
ENDE DALAM PUTUSAN NOMOR . 60 / PDI.SUS/2023/PN ENDE
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk
melakuan penelitian lebih lanjut dengan menetapkan judul : “PERTIMBANGAN
MAJELIS HAKIM DALAM PENGEROYOKAN DAN PENGERUSAKAN
PERLENGKAPAN RUMAH DI WILAYAH HUKUM DI PENGADILAN
NEGRI ENDE DALAM PUTUSAN NOMOR . 60 / PDI.SUS/2023/PN ENDE
D. RUMUSAN MASALAH
F. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
G. Manfaat penelitian
a. Manfaat teroritis
Sebagai sumbangan pemikiran bagi penegak hukum (hakim)
dalam menganilisis tentang penerapan hukum pidana materil terhadap
tindak pidana pengeroyokan.
b. Manfaat praktik
H. Tinjauan pustaka
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum
pidana Belanda yaitu Strafbaar feit. Strafbaar feit terdiri dari tiga kata, yakni
straf, baar dan feit. Straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Baar
diterjemahkan dapat atau boleh. Feit diterjemahkan tindak, peristiwa,
pelanggaran dan perbuatan. Tindak pidana merupakan pengertian dasar
dalam hukum pidana (yuridis normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat bisa
diartikan secara yuridis atau kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat
dalam arti yuridis normatif adalah perbuatan seperti yang terwujud in
abstracto dalam peraturan pidana.
Menurut ( Simons , 1984: 35 ) Pengertian Tindak Pidana merupakan
“tindakan melanggar hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja
ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan
atas tindakannya dan oleh undang - undang hukum pidana telah dinyatakan
sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum” .
b. Unsur Obyektif
Pada dasarnya unsur tindak pidana tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor
yang ada dalam diri si pelaku itu sendiri dan faktor yang timbul dari luar diri si
pelaku atau faktor lingkungan.
Dengan melihat definisi tentang kekerasan tersebut, maka dalam pidana yang
dilakukan secara pengeroyokan masuk dalam kategori kekerasan kolektif
(collective violeng). Biasanya tindak pidana pengeroyokan tersebut
disertai/ditandai dengan ciri-ciri yaitu:
Tindak pidana yang dilakukan secara pengeroyokan tidak ada perbedaan yang
signifikan dengan tindak pidana yang biasa kita kenal. Hanya saja yang
membedakan adalah subyek dari perbuatan tersebut yang jumlahnya lebih
banyak/lebih dari satu orang.
b. Unsur-unsur pengeroyokan
Dari rumusan pasal 170 KUHP , terdiri dari 3 (tiga) unsur yakni:
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua tindak
kekerasan (tindak pidana) yang dilakukan secara bersama-sama dapat
menggunakan Pasal 170 KUHP. Kualifikasi dari delik ini adalah untuk
mengganggu ketertiban umum, artinya harus bisa dibuktikan bahwa para pelaku
yang melakukan tindak pidana pidana punya niat ingin membuat kakacauan
sehingga menimbulkan rasa takut pada masyarakat.
4. Pengeroyokan Berencana
Pasal 170 KUHP, berbunyi: “Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan
tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”.
5. Pemidanaan
a. Pengertian Pemidanaan
Dalam masalah pemidanaan dikenal dua sistem atau cara yang bisa
diterapkan dari jaman W.V.S Belanda sampai sekarang yakni:
Ada beberapa teori-teori yang telah dirumuskan oleh para ahli untuk
menjelaskan secara mendetail mengenai pemidanaan itu di jatuhkan. Alasan
pemidanaan dapat digolongkan dalam tiga golongan pokok , yaitu :
Teori ini menganggap sebagai dasar dari hukuman pidana adalah alam pikiran
untuk pembalasan. Teori pembalasan membenarkan pemidanaan karena seseorang
telah melakukan tindakan pidana.
Menurut Kant Bahwa “Pembalasan Atau Suatu Perbuatan Melawan Hukum
Adalah Suatu Syarat Mutlak Menurut Hukum Dan Keadilan, Hukuman Mati
Terhadap Penjahat Yang Melakukan Pengeroyokan Yang Berencana Mutlak
Dijatuhkan”.
Hegel Berpendapat Bahwa “Hukum Atau Keadilan Merupakan Suatu
Kenyataan (Sebagai These). Jika Seseorang Melakukan Kejahatan Atau
Penyeranganterhadap Keadilan, Berarti Ia Mengingkari Kenyataan Adanya Hukum
, Oleh Karena Itu Harus Diikut Dengan Suatu Tindak Pidana Berupa Ketidakadilan
Bagi Pelakunya Atau Mengembalikan Suatu Keadilan Atau Kembali Tegaknya
Hukum.”
Terdapat tujuan- tujuan dari pemidanaan oleh Paul Aselm Von Feuerbach ,
yakni :
a. Untuk Menakuti
Hukuman itu harus diberikan sedemikian rupa, sehingga orang takut
untuk melakukan kejahatan
b. Untuk Memperbaiki
Hukuman yang di jatuhkan dengan tujuan untuk memperbaiki si
terhukum , sehingga dikemudian hari ia menjadi orang yang berguna bagi
masyrakat dan tidak akan melanggar lagi peraturan-peraturan hukum.
c. Untuk Melindungi
Tujuan hukum ialah melindungi masyarakat terhadap perbuatan-
perbuatan jahat. Dengan diasingkannya si penjahat itu untuk sementara ,
masyarakat dilindungi dari perbuatan-perbuatan jahat orang itu .
3. Teori Gabungan
Teori gabungan merupakan teori perpaduan antara teori absolut dan teori
relatif. Teori ini tidak hanya menitikberatkan bahwa tujuan pemidanaan adalah
sekedar pembalasan tetapi juga ada unsur prenvensi dan unsur memperbaiki
penjahat yang melekat pada tiap pidana.
Dengan munculnya teori gabungan ini, maka terdapat perbedaan pendapat
dikalangan para ahli (hukum pidana) ada yang menitikberatkan pembalasan , ada
pula yang ingin unsur pembalasan dan prevensi seimbang . Pertama yang
menitikberatkan unsur pembalasan di anut oleh pompe.
Menurut Jonkers,J.E, Hukum Pidana Hindia Belanda, judul asli: Handboek Van
het Nederlandsch Indische Strafrecht ( Dasar Umum Dari
“Strafverhogingngsgronden” Atau Dasar Pemberatan Atau Penambahan Pidana
Umum Adalah :
a. Kedudukan sebagai pegawai negri
b. Recidive ( pengulangan delik )
c. Samenloop ( gabungan atau perbarengan dua atau lebih delik ) atau
concorcus . ( Zainal Farid , 2007, hlm . 427 )
2. Dalam hal recidive . berdasarkan pasal 486 , 487, dan 488 KUHPidana
I. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis pengumpulan data yang digunakan dala penelitian ini , yaknin:
Metode penelitian kepustakaan ( library reseacrch) , yaitu metode yang
dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari berbagai literatur seperti
buku ,karya ilmiah , artikel-artikel, direktori putusan , serta KUHP dan
perundang-undang yang ada hubungan dengan masalah yang di angkat .
2. Sumber data
Agar bisa mendapatkan data yang akurat, maka peneliti akan mengunakan
beberapa teknik untuk pengumpulan data yaitu :
a. Data primer
4. Analisis data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan baik dalam data primer maupun data
skunder dianalisi secara kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang dilakukan guna
mencari kebenaran kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan memberikan
penilaian pada putusan No. 60/Pdi.Sus/2023/PN Ende terhadap tindak pidana
pengeroyorokan sudah diputus dengan seadil-adilnya untuk tercapainya suatu
supremasi hukum, kemudian dipaparkan secara deskriptif yaitu dengan cara
menjelaskan yang berkaitan dengan penulisan ini.
5. Lokasi penelitian
Rancanga penelitian ini akan dilaksanakan pada awal bulam Mei 2023
hingga akhir juli 2023
7. Waktu Penelitian
Seminar Porposal
Penelitian
Pemaparan Hasil
Penelitian
hak-hak-tersangka-terdakwa-secara-umum-dalam-kuhap.
Jonkers,J.E, Hukum Pidana Hindia Belanda, judul asli: Handboek Van het
Nederlandsch Indische Strafrecht
Thon Lamintang. 2011, Delik-delik khusus terhadap nyawa, Sinar Grafika: Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/pembunuhan berencana