BAB II
TINJAUAN PUSTKA
Dari literatur lama dapat kita ketahui bahwa pada saat itu tidak dibedakan secara
jelas antara narkotika an psikotropika. Setidak tidaknya pada saat itu kedua masalah
mempergunakan istilah Narcotic and Dangerous Drug (Narkotika dan obat obatan
berbahaya).1
(1976:14-15) mengutip beberapa pendapat Smith Klien dan French Clinical Staff dan
Biro dan Bea Cukai Amerika Serikat menyangkut pengertian narkotika. Menurut Smith
Kline dan French Clinical Staff (1968) membuat definisi sebagai berikut :
“Narcotic are drugs which produce insesibility or stupor due to their depresent
effect on the central nervous system. Iclued in this definition are opium, opium
methadone)”.
Defenisi tersebut berarti Narkotika adalah zat zat (obat) yang dapat mengakibatkan
susunan syaraf sentral. dalam definisi narkotika ini sudah termasuk jenis candu dan
turunan candu ( morphin, codein) dan candu sintetis (meperidine dan methadone).2
Narkotika memiliki arti yang sama dengan narcosis yang berarti membius. Ada
yang mengatakan bahwa kata narkotika berasal dari bahasamYunani “narke” yang
1
Sasangka Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung,2003, hal 33
2
Ibid.,
16
berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.3 Selain itu juga ada yang berpendapat
bahwa kata narkotika berasal dari kata narcissus, sejenis tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai bunga yang dapat membuat orang menjadi tidak sadar. 4 Pengertian
narkotika secara yuridis diatur dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-
golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini”.
2. Sejarah Narkotika
Sejak dahulu kita telah mengenal candu sebagai salah satu jenis narkotika yang
ada dan dipergunakan oleh sebagian kecil masyarakat.5 Candu diperkirakan berasal dari
daerah timur Pegunungan Mediterania. Candu tersebut terbuat dari buah tanaman
Papaver Somniferum L., yaitu sejenis tanaman perdu liar yang tumbuh dengan subur di
daerah pegunungan tersebut. Pada mulanya dari tanaman tersebut diambil bijinya untuk
Kebiasaan mengisap candu yang menjadi ciri khas di kawasan Timur Jauh belum
dikenal orang sampai penemuan Benua Amerika oleh Columbus tahun 1492, sebab
kebiasaan merokok juga tidak dikenal oleh penduduk Dunia Lama di Daratan Asia dan
Afrika. Kesukaan mengisap candu baru menjadi masalah besar di Cina setelah Cina
menjadi sasaran utama perdagangan candu oleh maskapai Inggris, British East India
Tahun 1790, BEIC berhasil menjual candu ke Cina. Pada tahun 1838 terjadi
perang candu I setelah candu gelap Inggris dibatalkan oleh Cina. Perang antara Cina
3
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : PT. Alumni, 1981, hlm. 36.
4
Ibid., hlm. 35.
5
Rachman Hermawan S., Penyalahgunaan Narkotika Oleh Para Remaja, Bandung : Eresco, 1987, hlm. 7
6
Loc.Cit.,
17
dan Inggris berlangsung kembali antara tahun 1856-1858 dengan kekalahan di pihak
Cina. Akibat kekalahan tersebut, Cina terpaksa membuka pintu dan memasukkan candu
pada bulan November tahun 1979, dijelaskan kisah migrasi orang-orang Cina dari
daerah selatan ke negara-negara Asia Tenggara pada akhir abad ke-18 karena musim
kering dan bahaya kelaparan yang mengancam. Dengan migrasi ini kebiasaan jelek
mengisap candu juga dibawa mereka ke tempat baru. Hal ini kembali menjadi makanan
empuk bagi para penjajah dari Eropa. Akibatnya, hingga akhir abad ke-19 perdagangan
Bangsa mana yang pertama membawa candu ke Indonesia tidak dapat diketahui
secara pasti. Namun, diduga diperkenalkan oleh orang India, Arab, dan Cina secara
sendiri-sendiri.
3. Pengaturan Narkotika
ordonantie, yang paling tua adalah Bali Regie Ordonantie yang dimuat dalam
Stbl 1872 Nomor 76. Di samping itu, masalah narkotika juga diatur dalam : 26
1) Morphine Regie Ordonantie (Stbl 1911 Nomor 373, Stbl 1911 Nomor 484,
7
Rachman Hermawan S, op.cit., hlm 8-9.
18
2) Ooskust Regie Ordonantie (Stbl 1911 Nomor 494 dan 644, Stbl 1915
Nomor 255);
3) Westkust Regie Ordonantie (Stbl 1914 Nomor 562, Stbl 1915 Nomor 245);
Nomor 536.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 131 I.S., peraturan tentang obat bius
Nederland Indie disesuaikan dengan peraturan obat bius yang berlaku di Belanda
mengeluarkan Stbl 1927 Nomor 278 jo Nomor 536 tentang Verdovende Midellen
internasional, yaitu :
Tunggal Narkotika,
8
Hari Sasangka, dalam ibid., hlm. 164-165
20
Psychotropic Substances.
9
Keterangan Presiden Republik Indonesia Mengenai Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Narkotika, http://www.legalitas.org, diakses pada tanggal 20 maret 2018.
21
narkotika.
dan Presiden.
prekursor narkotika yang merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika Selain itu, untuk lebih
Nasional (BNN).
Putusan adalah hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan
dan dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat berbentuk tertulis maupun lisan.
pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas dari
segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini.”
Ada juga yang mengartikan Putusan (vonnis) sebagai Vonnis tetap (definitief)
terjadi sebagai akibat penerjemahan ahli bahasa yang bukan ahli hukum. Sebaliknya,
adalah hasil akhir dari pemeriksaan perkara di sidang pengadilan. Ada juga yang
permufakatan bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh
b. Jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh putusan yang dipilih
rahasia.
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung
dahulu dapat memahami secara mantap semua unsur tindak pidana yang
a. Sifat pelanggaran pidana itu (apakah itu suatu pelanggaran pidana yang
berat atau ringan);
b. Ancaman hukuman terhadap tindak pidana itu;
c. Keadaan dan suasana waktu melakukan pelanggaran pidana itu (yang
memberatkan dan meringankan);
d. Pribadi Terdakwa apakah ia seorang penajahat tulen atau seorang
penajahat yang telah berulang-ulang dihukum (recidivist) atau seorang
penjahat untuk satu kali ini saja;
e. Sebab-sebab untuk melakukan pelanggaran pidana itu;
f. Sikap Terdakwa dalam pemeriksaan perkara itu (apakah ia menyesal
tentang kesalahannya ataukah dengan keras menyangkal meskipun telah
ada bukti yang cukup akan kesalahannya);
g. Kepentingan umum.
h. hukum pidana diadakan untuk melindungi kepentingan umum, yang
dalam keadaan-keadaan tertentu menurut suatu penghukuman berat
pelanggaran pidana, misalnya penyelundupan, membuat uang palsu pada
waktu negara dalam keadaan ekonomi yang buruk, merampok pada waktu
banyak terjadinya perampokan).
Andy Hamzah mengatakan, setiap keputusan hakim adalah salah satu dari tiga
kemungkinan :
b. Putusan bebas;