Anda di halaman 1dari 26

KEJAHATAN LINTAS NEGARA

TINDAK PIDANA NARKOTIKA DAN OBAT - OBATAN


TERLARANG SEBAGAI KEJAHATAN LINTAS NEGARA
Presented by Group 4
RADITYA ISTI NAINI KEN
ERLANGGA ZAHARA ANDARINI
195010100111237 195010101111101 195010101111069

ANGGOTA
KELOMPOK 4 DYAHLIKE TAMA HIDAYATI
D R FRIZIA FAUZIAH
195010101111168 195010100111197 195010101111143

EVELYN
NATASYA
195010100111047
LATAR BELAKANG
NARKOTIKA DAN OBAT - OBATAN TERLARANG
Berasal dari Bahasa Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan atau pembiusan
Mengacu pada sekelompok zat yang umumnya menyebabkan pengguna memiliki tingkat
ketergantungan/ kecanduan yang tinggi.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
Biasa digunakan untuk membius pasien saat akan menjalani operasi atau obat untuk penyakit
tertentu.
SEJARAH NARKOTIKA
Awal mula keberadaan narkoba di Samaria pada
tahun 2000 SM yang dikenal dengan nama opium.
Bunga ini tumbuh di dataran tinggi (ketinggian
mencapai 500 meter di atas permukaan laut). Bunga
ini lalu menyebar di daerah Cina, India dan bagian
Asia lainnya

Opium yang tumbuh di China sangat produktif dalam


pendistribusinya. sehingga sekitar akhir tahun 1970-
an Golden Triangle (kawasan di bagian utara Asia
Tenggara) menjadi pusat distribusi opium di seluruh
dunia yang memproduksi hingga 700.000 kaleng
setiap tahunnya. Penyebaran tersebut juga
dipengaruhi dengan pertumbuhan penduduk yang
pesat dan perkembangan teknologi
KASUS KEJAHATAN NARKOTIKA
DI JOGJAKARTA TAHUN 2016
KRONOLOGI KEJADIAN
Hal ini bermula dari seorang Warga Negara Asing asal Afrika Selatan
berinisial NL menyelundupkan 688,7 gram sabu dari Singapura ke Yogyakarta
melalui Bandara Soekarno Hatta pada 13 April 2016. Karena adanya aktivitas
mencurigakan yang dilaporkan oleh masyarakat, Petugas BNN Pusat dan Bea
Cukai melakukan penyidikan dan pengawasan terhadap pelaku. Pelaku terus
dipantau hingga sampai di Yogyakarta dan melakukan transaksi narkoba
dengan mahasiswa Solo berinisial AY. Tidak berhenti di situ, AY ke Jakarta
untuk menemui IS dan bersama-sama mereka menyerahkan narkoba kepada
tersangka D.
Atas perbuatannya NL dijerat pasal berlapis yaitu pasal 112 ayat 2 jo
pasal 132 ayat 1, 113 ayat 2 jo pasal 132 ayat 1, 112 ayat 2 jo pasal 132 ayat 1
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman
hukuman 20 tahun penjara.
Tindak Pidana Narkotika dan Obat-obatan Terlarang dalam aspek
kejahatan lintas negara

Di Indonesia sendiri, peraturan perundang-undangan memberikan


definisi tentang apa itu narkotika sebagai zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-
Undang ini
PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI

SOERDJONO DIRJOSISWORO SMITH KLINE DAN FRENCH HARI SASANGKA


CLINICAL STAFF

Narkotika adalah zat yang bisa Narkotika adalah zat-zat (obat) narkotika sebagai candu, ganja,
menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang dapat mengakibatkan cocaine, zat-zat yang bahan
yang menggunakannya dengan
ketidaksadaran atau mentahnya diambil dari benda-
memasukkan kedalam tubuh.
pembiusan dikarenakan zat-zat benda tersebut yakni
Pengaruh tersebut bisa berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit,
tersebut bekerja morphine, heroin, codeine,
rangsangan semangat dan halusinasi mempengaruhi susunan saraf hashish, cocaine. Dan termasuk
atau timbulnya khayalan-khayalan. sentral. Dalam definisi juga narkotika sintesis yang
Sifat-sifat tersebut yang diketahui narkotika ini sudah termasuk menghasilkan zat- zat, obat-
dan ditemukan dalam dunia medis jenis candu (morphine, codeine, obat yang tergolong dalam
bertujuan dimanfaatkan bagi
heroin) dan candu sintesis Halusinogen, Depresan, dan
pengobatan dan kepentingan manusia
(meperidine, methadone). Stimulan
di bidang pembedahan, menghilangkan
rasa sakit dan lain-lain
Tindak Pidana Narkotika sudah jelas merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan dewasa ini,
tindak pidana narkotika dapat dikategorikan sebagai salah satu kejahatan lintas negara atau kejahatan
yang terorganisir. Kejahatan lintas batas negara mencakup 4 (empat) aspek, yakni :
1. Locus delicti di lebih dari satu negara
2. Negara lain menjadi tempat persiapan, perencanaan, pengarahan, serta pengawasan
3. Adanya keterlibatan kelompok kejahatan terorganisasi dimana kejahatan dilakukan di lebih satu
negara, dan
4. Berdampak serius pada negara lain.
Kejahatan transnasional atau Transnational Organized Crime (TOC) adalah fenomena jenis kejahatan
yang melintasi perbatasan internasional, melanggar hukum beberapa negara atau memiliki dampak
terhadap negara lain.
Salah satu bentuk TOC berupa perdagangan narkotika yang dilakukan secara global. Hal ini disebabkan
karena perdagangan narkotika tersebut melintasi batas wilayah suatu negara, sehingga mengaburkan
batas-batas suatu wilayah. Pengaturan tentang kejahatan tindak pidana narkotika ini harus lebih serius
lagi mengingat kejahatan ini sudah menjadi kejahatan yang melintasi batas-batas wilayah negara.
JENIS - JENIS NARKOTIKA
MENURUT PASAL 6 AYAT (1)
UNDANG - UNDANG RI NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

NARKOTIKA NARKOTIKA NARKOTIKA


GOLONGAN 1 GOLONGAN 2 GOLONGAN 3

Dapat digunakan untuk kepentingan dapat dimanfaatkan untuk Memiliki risiko ketergantungan yang lebih
pengembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan asalkan sesuai dengan ringan dan juga banyak dimanfaatkan untuk
teknologi dan untuk reagensia resep dokter, akan tetapi narkotika pengobatan serta terapi. Dokter dapat
diagnostik, serta reagensia jenis ini tetap berpotensi memberikan narkotika golongan ini dalam
laboratorium setelah mendapatkan menimbulkan efek kecanduan. jumlah dan sediaan tertentu kepada pasien
persetujuan Menteri atas Terdapat beberapa jenis narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan
rekomendasi Kepala Badan Pengawas yang digolongkan ke dalam perundang-undangan. Terdapat beberapa
Obat dan Makanan narkotika golongan II seperti jenis narkotika yang digolongkan ke dalam
Contoh : Opium, tanaman koka, alfameprodina, benzetidin, dime narkotika golongan III seperti kodein,
kokain mentah heptanol, fentanyl, morfin, dll. nikodikodina, polkodina; propiram,
buprenorfin, dll
ANALISIS KASUS
NL merupakan warga Negara Afrika yang melakukan
penyelundupan narkotika jenis sabu seberat 688,7 gram dari
singapura ke Yogyakarta melalui Bandara Soekarno Hatta pada
13 April 2016. karena adanya aktivitas yang mencurigakan yang
dilakukan NL, petugas BNN pusat dan Bea Cukai melakukan
penyidikan dan pengawasan Control delivery. Di Yogyakarta
diketahui NL melakukan transaksi narkoba dengan mahasiswa
asal Solo, AY. Lalu AY ke Jakarta untuk menemui IS dan
bersama-sama menyerahkan narkoba kepada D.
Dalam kasus ini NL ditetapkan sebagai tersangka pengedar
narkoba jenis sabu yang Atas perbuatannya NL dijerat pasal
berlapis yaitu pasal 112 ayat 2 jo pasal 132 ayat 1, 113 ayat 2 jo
pasal 132 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara.
Jika kejahatan narkotika terjadi dan
melibatkan lebih dari satu negara, maka
permasalahan yang mungkin timbul dalam
penanganannya diantaranya yaitu
mengenai:
1. masalah batas negara dan yurisdiksi;
2. perbedaan hukum nasional masing-
masing Negara;
3. ada tidaknya perjanjian ekstradisi;
4. ada tidaknya perjanjian mengenai
bantuan timbal balik (mutual legal
assistance); dan
5. kecepatan dalam pertukaran informasi
antara negara-negara yang menjadi tujuan
peredaran gelap narkotika.
Bentuk rumusan sanksi pidana dalam UU
Narkotika dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b. dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau
penjara)
c. dalam bentuk kumulatif (penjara dan denda)
d. dalam bentuk kombinasi/campuran (penjara
dan/atau denda).
Sejalan dengan ketentuan Pasal 10 KUHP,
terdapat 4 (empat) jenis pidana dalam UU Narkotika,
yaitu pidana mati, pidana penjara, denda, serta
kurungan. Untuk itu, sepanjang tidak ditentukan lain
dalam UU Narkotika maka aturan pemidanaan
mengikuti ketentuan pemidanaan sesuai dengan
KUHP. Sebaliknya apabila ditentukan tersendiri
dalam UU Narkotika, maka diberlakukan aturan
pemidanaan sesuai UU Narkotika.
PASAL JENIS SANKSI BENTUK SANKSI

111
Pidana penjara dan 1. Pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
&
pidana denda paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
112 paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah) dan paling banyak
Rp.8.000.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
2. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga)
PASAL JENIS SANKSI BENTUK SANKSI

113
Pidana penjara dan 1. Pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
&
pidana denda paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
116 paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak
Rp.10.000.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2. Pidana mati, atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Kejahatan penyalahgunaan narkotika dan
obat terlarang (narkoba) pada umumnya
bersifat lintas negara, mengingat produsen,
kurir, dan korban bisa berasal dari negara yang
berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan kerja
sama internasional karena tidak dapat
ditanggulangi oleh satu negara sendiri.
Mengingat kondisi geografis dan
demografis, Indonesia telah menjadi salah satu
negara tujuan dari peredaran narkotika.
Indonesia telah menempatkan kejahatan
narkoba sebagai high-risk crime dan dalam
penanganannya membutuhkan upaya yang luar
biasa. Untuk itu Indonesia mendorong kerja
sama internasional untuk meningkatkan upaya
penanggulangan isu narkoba.
3 KONVENSI ANTI NARKOBA YANG TELAH
DIRATIFIKASI OLEH INDONESIA

Single Convention on Narcotic Convention on Psychotropic Convention against the Illicit


Drugs 1961 melalui UU No.8 Substances 1971 melalui UU No.8 Traffic in Narcotic Drugs and
Tahun 1976; Tahun 1996; Psychotropic Substances 1988
melalui UU No. 7 Tahun 1997.
Beberapa rasa keingin tahuan yang dirasakan dalam penggunaan
narkotika yang dilakukan oleh para Mahasiswa tersebut dapatlah
dikelompokkan menajdi tiga keinginan yaitu:
mereka yang ingin mengalami (the experience seekers) yaitu
ingin memperoleh pengalaman baru dan sensasi dari akibat
pemakaian narkotika;
mereka yang bermaksud menjauhi atau mengelakkan realita
hidup (the oblivion seekers) yaitu mereka yang menganggap
keadaan terbius sebagai tempat pelarian terindah dan
ternyaman; dan
mereka yang ingin merubah kepribadiannya (personality change)
yaitu mereka yang beranggapan menggunakan narkotika dapat
merubah kepribadian, seperti menjadi tidak kaku dalam
pergaulan.
Pencegahan Primer adalah pencegahan yang ditujukan kepada
JENIS PENCEGAHAN
individu, kelompok atau masyarakat luas yang belum terkena kasus
PENYALAHGUNAAN penyalahgunaan narkoba. Pencegahan diberikan dengan memberikan
informasi dan pendidikan meliputi kegiatan alternatif agar mereka
NARKOTIKA terhindar dari penyalahgunaan narkoba serta memperkuat
kemampuannya untuk menolak.
Pencegahan Sekunder adalah pencegahan yang ditujukan kepada
individu, kelompok atau masyarakat luas yang rentan terhadap atau
lebih menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan ini dilakukan melalui jalur pendidikan, konseling, dan
pelatihan agar mereka berhenti, kemudian melakukan kegiatan
positif dan menjaga agar mereka tetap lebih mengutamakan
kesehatan.
Pencegahan Tersier adalah pencegahan yang ditujukan kepada
mereka yang sudah menjadi pengguna atau yang telah menderita
ketergantungan. Pencegahan dapat dilakukan melalui pelayanan
medis, rehabilitasi,
PENEGAKAN HUKUM
Upaya Penegakan Hukum terkait Tindak
Pidana Narkotika ssituangkan dalam United
UPAYA PENEGAKAN Nations Convention Againts Illicit Traffic In
Narcotic Drugs And Psychotropic Substances
DAN PENCEGAHAN 1988 dan UNTOC yang selanjutnya ASEAN
KASUS NARKOTIKA dalam Declaration of Principles to Combat the
Abuse of Narcotic Drugs dan Indonesia telah
mengadopsi Konvensi ini.
DENGAN ADANYA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR
7 TAHUN 1997 ADA BEBERAPA
HAL YANG DISETUJUI YAITU :
1. Pandangan dan pendekatan dan penanggulagan
yang sama
UPAYA PENEGAKAN 2. Adanya kesamaan dalam peraturan perundang-
undang narkotika
DAN PENCEGAHAN 3. Adanya badan koordinasi tingkat nasional
KASUS NARKOTIKA 4. Kerjasama negara-negara ASEAN secara
bilateral, regional dan Inrenasional
5. Pencegahan secara preventif oleh ASEAN untuk
melawan kejahatan transnasional narkotika
yang berpengaruh dalam pertumbuhan serta
perkembangan negara-negara ASEAN.
DALAM WILAYAH ASEAN ADAPUN BEBERAPA PENEGAKAN
HUKUM YANG DISEPAKATI DALAM KEGIATAN PENJUALAN
NARKOBA YANG DISEPAKATI, DIANTARANYA ADALAH:

Hukuman 5 tahun penjara aau Hukuman minimal 15 tahun penjara Hukuman minimal 10 tahun penjara
maksimal 10 tahun penjara untuk serta maksimum tidak terbatas atau dan maksimal tidak terbatas bagi
pelaku yang melakukan budidaya, kematian bagi pelaku yang mejual, pelaku yang mempunyai narkotika
pemindahan, pengiriman, mengimpor, ekspor narkotika serta kemudian dijual kembali.
pengelolahan, pengangkutan, pendistribusian.
pedistribusian, penyalahgunaan

narkotika dan zat psikotropika


PASAL 3
Sedangkan dalam United Nations Convention
konvensi ini telah ditentukan penegakan hukum
Againts Illicit Traffic In Narcotic Drugs And dalam tindak pidana narkotika yaitu yang secara
Psychotropic Substances 1988 penegakannya garis besar negara-negara diberi kewenangan
tidak bersifat mengikat karena ada beberapa yang sama sesuai dengan hukum nasionalnya
perbedaan kebijakan hukum di negara- terkait tindakan yang menyangkut dengan
negara. penyalahgunaan narkotika atau zat psikotropika
dan negara dalam melakukan penegakanya
tunduk pada prinsip-prinsip konstitusional serta
hukum nasional jika memiliki, membeli atau
membudidayakan obat-obatan narkotika atau
psikotropika. Selain itu, dalam Pasal ini
mengatur macam-macam jenis pemidanaan yang
dapat dikenakan seperti penjara, penyitaan dan
PASAL 14
sanksi.
mengatur pemberantasan budidaya terhadap tanaman Narkoba dan
penghentian permintaan narkotika yang diantaranya melarang adanya
peredaran gelap narkotika, memberantas perladangan gelap narkotika dan
negara-negara dalam konvensi ini wajib melakukan Kerjasama sebagai
upaya pemberantasan seperti akses ke pasar, pertukaran informasi,
melakukan kerjasama dalam upaya pencegahan dalam mengurangi
permintaan gelap untuk narkotika dan psikotropika
DALAM UU NO 35 TAHUN 2009 DIBAGI
BEBERAPA PEMIDANAAN BAGI
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA :

1. Bagi pengguna berdasarkan pasal 116 diancam pidana paling lama 15 tahun
2. Bagi pengedar berdasarkan pasal 81 dan 82 diancam hukuman 15 tahun dengan
denda
3. Bagi Produsen, berdasarkan pasal 113 diancam hukuman 15 tahun penjara
hingga hukuman mati dan denda.
KESIMPULAN
Kejahatan transnasional atau Transnational Organized Crime (TOC) adalah fenomena jenis
kejahatan yang melintasi perbatasan internasional, melanggar hukum beberapa negara atau
memiliki dampak terhadap negara lain. Salah satu bentuk TOC berupa perdagangan narkotika
yang dilakukan secara global. Hal ini disebabkan karena perdagangan narkotika tersebut
melintasi batas wilayah suatu negara, sehingga mengaburkan batas-batas suatu wilayah. Maka
dari itu pengaturan atau penegakan hukum mengenai kejahatan tindak pidana narkotika harus
lebih ditegakkan lagi mengingat kejahatan ini sudah menjadi kejahatan yang melintasi batas-
batas wilayah negara.
Adapun negara – negara yang telah berunding terkait upaya penegakan hukum dalam
narkotika di kasus lintas batas negara seperti yang dituangkan dalam United Nations Convention
Againts Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988 dan UNTOC yang
selanjutnya ASEAN dalam Declaration of Principles to Combat the Abuse of Narcotic Drugs dan
Indonesia telah mengadopsi Konvensi ini.
Indonesia juga mengatur terkait penegakan penyalahgunaan narkotika yaitu dalam Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2009 membagi beberapa pemidanaan bagi penyalahgunaan Narkotika.
Untuk menanggulangi tindak pidana narkotika secara transnasional Indonesia dalam melakukan
pencegahan melakukan kerjasama secara bilateral dan multilateral dengan beberapa negara
seperti kerjasama yang dilakukan dengan negara-negara ASEAN.
SARAN

Berkaitan dengan maraknya kasus tindak pidana narkotika sebagai


kejahatan lintas negara, maka diperlukan langkah-langkah untuk
mengatasi tindak pidana tersebut, yaitu:
1. Peningkatan sarana dan prasana berupa alat pendeteksi
(GT200);
2. Penambahan armada laut milik Indonesia;
3. Edukasi masyarakat terkait bahaya narkoba dalam upaya
penanggulangan dan pencegahan;
4. Peran aktif dari masyarakat untuk terlibat melaporkan kepada
pihak yang berwenang.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai