Anda di halaman 1dari 18

1

PENYALAHGUNAAN NARKOBA, SANKSI HUKUM DAN PENANGGULANGANNYA


UNTUK KALANGAN PELAJAR TINGKAT SMU

I. PENDAHULUAN

1. UMUM

a. Upaya-upaya membangun diri, masyarakat dan bangsa yang dilakukan, disamping


membawa dampak positif juga berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat
dengan berkembangnya gangguan Kamtibmas baik kuantitas maupun kualitas, termasuk
kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(NARKOBA).

b. Narkotika dan Psikotropika merupakan salah satu jenis tumbuhan / zat / obat hasil
dari pengembangan masyarakat dunia yang diperlukan dalam dunia pengobatan, namun
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, jiwa, sosial yang sangat merugikan dari segala
sisi, apabila dipergunakan tanpa ada pengawasan dari Dokter.

c. Masalah Narkoba yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan pengedaran


gelapnya, dapat merugikan perorangan, masyarakat dan bahkan termasuk
membahayakan kualitas dari suatu bangsa termasuk didalamnya Ketahanan Nasional
bangsa itu sendiri.

d. Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika telah


dilakukan dengan tindakan Kepolisian baik yang bersifat Deteksi Dini, Preventif, Represif
sampai dengan bersifat Rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan Narkoba, namun
demikian masalah Narkoba belum terselesaikan secara tuntas bahkan semakin meluas
pemakainya.

e. Maka dalam rangka itulah perlu disampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat
khususnya para Siswa / Pelajar sekalian, untuk dijadikan bahan masukan yang
bermanfaat dalam rangka turut serta guna menanggulangi penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba yang ada dilingkungannya masing-masing.

2. DASAR

1) Keputusan KAPOLRI No. Pol : Kep / 29 / XII / 2005 tanggal 20 Desember 2005,
tentang Program tempat Kalender dan Neraca Pendidikan dalam dan luar negeri serta
Indeks Opsnal DIK POLRI TA. 2006.

2) Surat Perintah KA SECAPA POLRI No. Pol : Sprin / 35 / II / 2006 tanggal 20


Pebruari 2006, tentang Penunjukan personil Polri sebagai Tenaga Pendidik Siswa
DIKTUKPA POLRI REG XXXIII TA. 2006.
2

3) Perintah Lisan Gadik F.T. BIMMAS tanggal 06 Maret 2006, tentang Penugasan baik
perorangan ataupun kelompok Siswa DIKTUKPA POLRI REG XXXIII TA. 2006.

3. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Untuk memberikan penjelasan dan gambaran mengenai situasi kejahatan Narkoba


dan upaya penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran Narkoba dikalangan Pelajar
SMU Kota Kabupaten Sukabumi.

b. Tujuan adalah sebagai bahan masukan dan bekal pengetahuan serta motivasi bagi
para Pelajar / Siswa-Siswi dalam peran sertanya bersama-sama Polri, Pemerintah dan
aparat keamanan lainnya serta berbagai lapisan masyarakat dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, guna mewujudkan
stabilitas Kamtibmas yang dinamis, dalam rangka mendukung Ketahanan Nasional demi
suksesnya Pembangunan Nasional.

4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penulisan Makalah ini dibatasi pada penjelasan dan pengenalan
Narkoba, kejahatan Narkoba, Peraturan Perundang-undangan Narkoba serta upaya yang
dilakukan Polri dalam menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di
wilayah hukum Polres Sukabumi.

5. TATA URUT

Makalah ini disusun dengan Tata Urut sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN.
II. PENGENALAN NARKOBA.
III.PENYALAHGUNAAN NARKOBA.
IV. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NARKOBA.
V. UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH NARKOBA DI WILAYAH HUKUM
POLRES SUKABUMI.
VI. PENUTUP.

II. PENGENALAN NARKOBA

Istilah Narkoba merupakan singkatan dari kata Narkotika dan obat berbahaya dikalangan
Pelajar tingkat SMU, istilah yang sering digunakan adalah NAPZA atau NAZA, yang merupakan
kata Narkotika, Psikotropika dan Bahan Berbahaya.

1. NARKOTIKA

a. Pengertian Narkotika.
3

Kata Narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu Narcotics
yang berarti obat bius. Dalam bahasa Yunani yaitu Narcosis yang mengandung arti
menidurkan atau membiuskan. Narkotika di Indonesia mengandung 2 (dua) pengertian,
yaitu :

1) Dalam arti sempit adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 1


Ketentuan Umum UU No.22 Tahun 1997, tentang Narkotika yaitu Zat atau Obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaiman terlampir
dalam Undang-Undang atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.

2) Dalam arti luas adalah Narkotika sebagaimana dimaksud dalam angka 1)


diatas dan Psikotropika serta Zat Adiktif lainnya.

b. Jenis - Jenis Narkotika.

Menurut asal bahan, Narkotika dapat berasal dari tanaman maupun bukan atau
sintetis / buatan seperti :

1) Tanaman Papaver Somniverum, Opium masak, Opium obat, Morphine,


tanaman Koka, daun Koka, Kokain mentah, Kokaina, Eksgonina, tanaman Ganja
dan Damar Ganja.

2) Garam-garam dan turunan dari Morphine, Kokain dan Canabis.

3) Bahan-bahan lain baik alamiah maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai
pengganti Morphine atau Kokain.

4) Campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan yang


bersumber dari Papaver Eritrocylon Coca dan Canabis Sativa.

Menurut sumber dan cara pembuatannya, Narkotika dapat dibagi kedalam 3 (tiga)
golongan, yaitu :

1) Candu.
Salah satu jenis Narkotika adalah Candu atau Opium. Dari Candu ini dapat
dihasilkan Morphine, Heroin dan Codein. Sejak zaman dahulu pada masa
Pemerintahan Hindia - Belanda, Candu sudah dikenal di Indonesia dan digunakan
oleh orang-orang tua dengan cara mengisap atau Madat.
4

2) Coca.
Dikenal dengan nama tanaman Erytrhoxylon Coca atau Lomarch yang
merupakan tanaman yang berbentuk semak dan memiliki 12 (dua belas) jenis /
macam.

3) Ganja.
Nama lain untuk Ganja adalah Canabis Sativa, Marihuana atau Marijuana
dikenal di Amerika Utara dan Selatan. Di Indonesia tanaman Ganja dapat tumbuh
subur terutama di daerah Aceh dan Sumatera Utara (Tanah Karo, Simalungun dan
Dairi serta daerah Tapanuli Utara) sebagai tanaman liar di hutan-hutan, di lereng
gunung atau sengaja ditanam di Perkebunan sebagai pendamping tanaman lain
seperti Tembakau Deli, sehingga mutunya akan terjaga dengan baik. Di Aceh telah
sejak lama secara tradisional daun Ganja digunakan sebagai bahan penyedap
makanan. Daun Ganja mengandung zat THC (Tetra Hydro - Canabinal) yaitu suatu
zat sebagai elemen aktif yang oleh para ahli dianggap Halusinogen atau zat
sebagai faktor penyebab terjadinya Halusinasi atau khayalan pada seseorang yang
menyalahgunakan. Kadar zat THC tertinggi terdapat pada bunga Ganja yang mulai
mekar.

2. PSIKOTROPIKA

a. Rumusan UU No.5 Tahun 1997 Pasal 1 butir 1 menyebutkan pengertian


Psikotropika yaitu Zat atau Obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang
berkhasiat Psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan pusat syaraf dan
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas dan perilaku.

b. Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan Sindroma ketergantungan,


digolongkan menjadi :

1) Pskikotropika Golongan - I hanya dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan,


tidak digunakan dalam Terapi dan mempunyai potensi sangat kuat untuk
menimbulkan Sindroma ketergantungan.

2) Psikotropika Golongan - II berkhasiat pengobatan, dapat digunakan dalam


Terapi / ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi kuat untuk menimbulkan
Sindroma ketergantungan.

3) Psikotropika Golongan - III berkhasiat pengobatan, dapat digunakan dalam


Terapi / ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi sedang untuk menimbulkan
ketergantungan.
4) Psikotropika Golongan - IV berkhasiat pengobatan, sangat luas digunakan
dalam Terapi / ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi ringan untuk
menimbulkan Sindroma ketergantungan.
5

c. Pengaruh penggunaan Psikotropika terhadap susunan syaraf pusat dapat


dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :

1) Depresan, yang bekerja mengendapkan atau mengurangi aktifitas susunan


syaraf pusat. Contoh : Steadine (Pil KB), Rohypnol, Megadon, Valium dan Mandrax.

2) Stimulan, yang bekerja mengaktifkan susunan syaraf pusat. Contoh :


Amphetamine dan turunannya (Ecstasy dan Shabu-Shabu).

3) Halusinogen, setiap obat atau zat kimia yang dapat menimbulkan Halusinasi /
khayalan-khayalan secara harfiah mempengaruhi pikiran, mengubah pikiran dan
memperluas kesadaran.

3. BAHAN BERBAHAYA

a. Bahan berbahaya yaitu bahan kimia atau sesuatu bahan, baik dalam keadaan
tunggal maupun campuran yang bersifat memancarkan Radiasi, mudah meledak, mudah
menyala / terbakar, Oksidator, Reduktor, Racun, Korasif, menimbulkan iritasi, Sentilasi,
luka dan nyeri, menimbulkan bahaya elektronik, Karsiogenik, Teratogenik, Etiologik /
Biomedik.

Bahan berbahaya diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelas, yaitu :

1) Kelas I, dapat menimbulkan bahaya yang fatal dan luas secara langsung
maupun secara tidak langsung karena sulit penanganan dan pengamanannya,
contohnya Pestisida, DDT dan lain-lain.

2) Kelas II, bahan yang sangat mudah meledak karena gangguan mekanik,
contohnya minuman keras, Spiritus, Bensin dan lain-lain.

4) Kelas III, bahan yang bersifat Arsigenik dan Mutagenik, contohnya zat
pewarna / pemanis makanan dan lain-lain.

5) Kelas IV, bahan Korasif sedang lemah, contohnya Kosmetik dan alat
kesehatan.

b. Minuman Beralkohol.

Yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung


Ethanol yang diproses dari bahan hasil Pertanian yang mengandung Karbohidrat dengan
cara Permentasi dan Distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu
atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak maupun yang diproses dengan cara
mencampur Kosentrat dengan Ethanol datau dengan cara pengeceran minuman yang
6

mengandung Ethanol. Sesuai Permenkes RI No. 86 / Menkes / Per / IV / 1997 tanggal 29


April 1997, minuman keras adalah semua jenis yang beralkohol tetapi bukan obat,
meliputi :

1) Minuman keras Golongan A dengan kadar Ethanol dari 1% sampai 5%, antara
lain :

- Bintang Baru Bir, Champindo Anggur Buas, Green Sand.


- San Miguel, Jinro, Anker Bir dan lain-lain.

2) Minuman keras Golongan B dengan kadar Ethanol dari 5% lebih sampai 20%,
antara lain :

- Anggur Malaga, Anggur Kolesom, Anggur Kucing Ketan Hitam.


- Whisky, Mac Donald (Arak Kolesom).
- Anggur Orang Tua dan lain-lain.

3) Minuman keras Golongan C dengan kadar Ethanol antara 20% lebih sampai
55%, antara lain :

- Brandy Kuda Mas, Kuca Pacu Jeneber, Orang Tua Arak.


- Mansion House, Mac Donald (Brandy), Scoth Brandy dan lain-lain.

4. CIRI - CIRI ANCAMAN NARKOBA

Untuk mengetahui lebih jauh tentang ancaman Narkoba ini kiranya perlu dikenali
beberapa ciri menonjol dari ancaman ini adalah sebagai berikut :

a. Ancaman bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba ini meliputi


wilayah global, membentang sejak dari daerah Kultivasi, produksi, jalur
perdagangan sampai ke daerah konsumsi.

b. Ancaman bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dilakukan


oleh suatu jaringan organisasi yang rapi, ulet, tidak mengenal menyerah, amat kaya
serta menggunakan metode sistem sel / rahasia (sel system) dan memasuki
Negara-Negara Transit / sasaran secara illegal (Subversif, Penetrasi dan Infiltrasi).

c. Ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, langsung


menyerang ke segenap lapisan masyarakat terutama generasi mudanya, sehingga
tidak mustahil digunakan pula sebagai sarana untuk mencapai tujuan Politik oleh
pihak yang bermusuhan.
III. PENYALAHGUNAAN NARKOBA
7

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya adalah zat yang apabila dimakan, diminum
atau dimasukkan (disuntik) didalam tubuh manusia dapat mengubah satu atau lebih fungsi
tubuh manusia dan sebaliknya Narkotika atau Psikotropika merupakan zat atau obat yang
sangat diperlukan untuk pengobatan (untuk menghilangkan rasa nyeri dan lain-lain) dan dalam
bidang ilmu pengetahuan, yakni bidang Kedokteran dan Riset.

1. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Masalah sekarang adalah banyaknya masyarakat yang menyalahgunakan


pemakaian Narkotika dan apabila hal ini terus dibiarkan dapat mengakibatkan dampak
yang berbahaya, baik terhadap individu pemakai maupun terhadap masyarakat. Semua
jenis Narkotika baik yang dipakai secara legal maupun yang disalahgunakan mempunyai
efek yang sama, yaitu dapat merubah perasaan hati bagi pemakai.

Pada umumnya suana hati yang ditimbulkan oleh penggunaan Narkotika adalah
sebagai berikut :

a. Pelupa, pikiran kabur, acuh tak acuh dan tertekan.


b. Rasa gelisah, gugup, curiga, merasa dikejar-kejar dan mudah tersinggung.
c. Apatis, putus asa, pendiam, bingung dan menyendiri.
d. Sinis, pesimis dan muram.

Pemakai Narkotika secara terus menerus akan mengakibatkan orang itu


bergantung pada Narkotika secara mental maupun fisik, yang dikenal dengan
ketergantungan mental dapat mengakibatkan perubahan kestabilan diri dan tingkah laku.
Ketergantungan fisik dapat mengakibatkan tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman
Narkotika karena apabila tidak memakai Narkotika akan merasakan siksaan badaniah,
seakan-akan dianiaya dan gelisah, ketergantungan fisik ini dapat mendorong seseorang /
pemakai untuk berbuat nekat dengan melakukan kejahatan seperti mencuri, menipu,
menganiaya, memeras, menjual diri (pelacuran) dan lain-lain guna memperoleh uang
untuk membeli Narkotika.

Akibat langsung pemakaian dan penyalahgunaan dari berbagai jenis Narkotika


adalah sebagai berikut :

a. Candu, Morphine dan Heroin :


1) Kematian, baik karena kelebihan dosis maupun bahaya campuran itu
sendiri.
2) Ketergantungan.
3) Toleransi, jumlah dosis yang dipergunakan makin lama makin meningkat
untuk mendapatkan efek yang sama.

4) Ketagihan.
8

5) Timbulnya komplikasi, berkembangnya berbagai macam penyakit,


penyakit kulit, paru-paru, hati, ginjal, jantung dan lain-lain.

2. AKIBAT PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA

Penyalahgunaan obat-obatan dari jenis yang termasuk obat Psikotropika seperti


obat penenang dan obat tidur, menimbulkan gejala-gejala yang mirip antara satu dengan
lainnya, mulai dengan gejala emosi yang labil, mudah tersinggung, banyak bicara
meskipun cedal, sempoyongan, gangguan perhatian / daya ingat dan berlanjut dengan
hilangnya kontrol pada rangsang seksual dan agresifitas dapat menimbulkan perilaku
penyimpangan yang berakibat pada pelanggaran hukum.

a. Gangguan Kesehatan, antara lain :

1) Ketergantungan.
Salah satu ciri dari ketergantungan dapat berupa adanya Sindrom putus
obat (Withdrawal Syndrome), yaitu tidak dipakainya lagi / pengurangan dosis.
Pengguna obat Psikotropika karena berbagai sebab akan menimbulkan
gejala-gejala baik yang ringan maupun yang berat, tergantung dari jenis obat
yang dipakai. Beberapa jenis obat Psikotropika dapat menimbulkan gejala
putus obat yang gawat sampai dengan kematian bila tidak ditangani secara
cepat.

2) Berbagai efek fisik dapat timbul sebagai akibat dari penyalahgunaan


berbagai jenis obat Psikotropika, antara lain :

a) Timbulnya Paranoid (penyakit syaraf), Malnutrition (kekurangan


gizi), mudah kenal infeksi, sel-sel otak rusak, kepala sakit (Dizziness),
rusaknya fungsi hati dan akan menderita sakit Lever, mabuk, dapat
menjadi impotens, kebutaan dan dapat mengakibatkan kematian apabila
Over Dosis.

b) Keadaan gawat sampai dengan kematian akibat kelebihan Dosis


(Over Dosis).

b. Gangguan Kesehatan Jiwa.

Gangguan kesehatan jiwa bervariasi mulai dengan gangguan konsentrasi,


penurunan daya ingat sampai dengan gangguan proses berpikir dan bahkan
gangguan dalam perilakunya.

c. Gangguan Fungsi Sosial / Pekerjaan.


9

Gangguan fungsi sosial akibat penyalahgunaan Psikotropika dapat terlihat


dari hubungan antara orang tua dan anak, bahkan saudara / famili menjadi
renggang. Penyalahgunaan yang berstatus Pelajar / Mahasiswa tidak jarang
menjadi putus sekolah (Drop Out) dan bila yang bersangkutan sudah bekerja dapat
dikeluarkan dari pekerjaannya.

d. Gangguan pada Keamanan dan ketertiban Masyarakat.

Penyalahgunaan / pemakai cenderung untuk melakukan suatu Tindak Pidana


seperti melakukan pencurian, menjambret, menodong, memperkosa yang pada
gilirannya akan mengganggu Kamtibmas secara umum, termasuk dalam hal
mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, selain mengganggu ketertiban Lalu
Lintas, tidak jarang yang bersangkutan mengalami kecelakaan.

IV. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NARKOBA

Perundang-undangan mengenai Narkoba mengatur tentang ketentuan sanksi Pidana,


kewenangan Penyidik Polri untuk menyelidiki dan menyidik Tindak Pidana di bidang Narkoba,
baik dalam UU RI No. 22 Tahun 1997, tentang Narkotika dan dalam UU RI No. 5 Tahun 1997,
tentang Psikotropika.

1. KEWENANGAN PENYIDIK POLRI

Dalam UU RI No. 22 Tahun 1997 dan UU RI No. 5 Tahun 1997, kewenangan


Penyidik Polri disebutkan antara lain :

a. Meminta keterangan dan Barak Bukti, memeriksa, menyita, menangkap dan


menahan (Pasal 65 UU No. 22 / 97 dan Pasal 56 UU No. 5 / 97).

b. Melaksanakan pemeriksaan atas dan Dokumen lain (Pasal 65 UU No. 22 / 97


dan Pasal 56 No. 5 / 97).

c. Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui Pos dan alat
perhubungan lainnya (Pasal 66 ayat 1 UU No. 22 / 97 dan Pasal 55 UU No. 5 / 97).

d. Melakukan penyadapan pembicaraan melalui Telepon dan alat komunikasi


lain (Pasal 66 ayat 2 UU No. 22 / 97 dan Pasal 55 UU No. 5 / 97).

e. Melakukan tehnik Penyidikan “Penyerahan diawasi / Controlled Dilivery” dan


“Pembelian terselubung / Under Cover Buy” (Pasal 68 UU No. 22 / 97 dan Pasal 55
UU No. 5 / 97).

2. KETENTUAN SANKSI PIDANA


10

Ketentuan-ketentuan mengenai sanksi Pidana diatur dalam Pasal 78 s/d Pasal 92


UU RI No. 22 Tahun 1997, tentang Narkotika dan Pasal 59 s/d Pasal 62 UU RI No. 5
Tahun 1997, tentang Psikotropika.

a. UU RI No. 22 Tahun 1997, tentang Narkotika.

1) Pasal 78

(1) Memiliki, menyimpan dan menguasai Narkotika Golongan - I


dalam bentuk tanaman, di Pidana Penjara maksimal 10 tahun dan
denda paling banyak Rp. 500.000.000,-

(2) Bila didahului permufakatan jahat, di Pidana minimal 2 s/d 12


tahun dan didenda minimal Rp. 25.000.000,- s/d Rp. 750.000.000,-

(3) Bila dilakukan secara terorganisasi, di Pidana mininal 3 s/d 15


tahun dan denda minimal Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 2,5 Miliar.

(4) Bila dilakukan oleh Korporasi, Pidana denda maksimal Rp. 5


Miliar.

2) Pasal 81

(1) Membawa, mengirim, mengangkat atau mentrasito Narkotika


Golongan - I : Penjara maksimal 15 tahun dan denda Rp. 750.000.000,-

(2) Bila didahului permufakatan jahat, di Pidana minimal 2 s/d 8 tahun


dan denda minimal Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 2 Miliar.

(3) Bila dilakukan secara terorganisasi, di Pidana mati seumur hidup,


minimal 4 s/d 20 tahun dan denda minimal Rp. 500.000.000,- s/d Rp. 4
Miliar.

(4) Bila dilakukan oleh Korporasi, Pidana denda maksimal Rp. 5


Miliar.

3) Pasal 82

(1) Mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan,


menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara jual beli
atau menukar Narkotika Golongan - I di Pidana mati, seumur hidup,
maksimal 20 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 Miliar.
11

(2) Bila didahului permufakatan jahat, di Pidana mati, seumur hidup,


minal 4 s/d 20 tahun dan denda minimal Rp. 200.000.000,- s/d Rp. 2
Miliar.

(3) Bila dilakukan secara terorganisasi, di Pidana mati, seumur hidup


minimal 5 s/d 20 tahun dan denda minimal Rp. 500.000.000,- s/d Rp. 3
Miliar.

(4) Bila dilakukan oleh Korporasi, Pidana denda maksimal Rp. 7


Miliar.

4) Pasal 83

Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan Pidana Narkotika


sebagaimana diatur dalam Pasal 78, 79, 80, 81 dan 82, diancam dengan
Pidana sama sesuai dengan melakukan yang dipidananya.

5) Pasal 84

Menggunakan terhadap orang lain atau memberi Narkotika Golongan - I


untuk digunakan orang lain, di Pidana Penjara maksimal 5 tahun dan denda
paling banyak Rp. 750.000,-

6) Pasal 84

Menggunakan Narkotika bagi diri sendiri. Di Pidana dengan Pidana


Penjara maksimal 4 tahun.

7) Pasal 92

Menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan, penuntutan atau


pemeriksaan perkara Narkotika di Pidana Penjara maksimal 5 tahun dan
denda Rp. 150.000.000,-

b. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997, tentang Psikotropika.

Undang-undang ini mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan


Psikotropika yang mempunyai potensi yang dapat menimbulkan Sindrome
ketergantungan.

1) Pasal 59

Menggunakan, memproduksi dan atau menggunakan, dalam proses


produksi, mengedarkan, mengimpor selain untuk kepentingan ilmu
12

pengetahuan, secara tanpa hak memiliki, menyimpan atau membawa


Psikotropika Golongan - I, di Pidana dengan Pidana Penjara paling singkat 4
tahun, paling lama 15 tahun dan Pidana denda paling sedikit Rp.
150.000.000,- dan paling banyak Rp. 750.000.000,-

2) Pasal 60

(1) Barang siapa memproduksi Psikotropika selain yang ditetapkan


dalam ketentuan Pasal 5, Pasal 7 atau Pasal 9 di Pidana dengan Pidana
Penjara paling lama 15 tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.
200.000.000,-

(2) Menyalurkan Psikotropika selain yang ditetapkan Pasal 12 ayat (2)


di Pidana Penjara paling lama 5 tahun dan Pidana denda paling banyak
Rp. 100.000.000,-

(3) Menyerahkan Psikotropika selain yang ditetapkan Pidana Penjara


paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,-

(4) Menerima penyerahan Psikotropika di Pidana Penjara maksimal 3


tahun dan denda Rp. 60.000.000,-

3) Pasal 61

(1) Barang siapa :


a. Mengekspor atau mengimpor Psikotropika selain yang
ditentukan dalam Pasal 16.
b. Mengekspor atau mengimpor Psikotropika tanpa surat
persetujuan impor sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, atau.
c. Melaksanakan pengangkutan ekspor atau impor Psikotropika
tanpa dilengkapi dengan surat persetujuan ekspor atau surat
persetujuan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat 3
atau Pasal 22 ayat 4, di Pidana dengan Pidana Penjara paling
lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,-

4) Pasal 62

Barang siapa secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan atau


membawa Psikotropika di Pidana dengan Pidana Penjara paling lama 5 tahun
dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,-
13

V. UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH NARKOBA DI WILAYAH HUKUM POLRES


SUKABUMI

1. OPERASI KEPOLISIAN

Upaya penanggulangan yang dilakukan Polres Sukabumi dalam menghadapi


masalah Narkoba yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
dilakukan sesuai dengan pola penanganan terhadap gangguan Kamtibmas yang terjadi,
yang dilakukan dengan menggunakan tindak Kepolisian mulai dari tindakan Deteksi Dini,
Preemtif, Preventif dan tindakan Represif serta tindakan Rehabilitasi dan Treatment.
Tindakan Kepolisian ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari gangguan
Kamtibmas yang ada.

Upaya penanggulangan kejahatan Narkoba diarahkan untuk menciptakan situasi


Kamtibmas yang mantap dan dinamis, dengan memberikan bobot peran yang lebih besar
kepada Satuan Kewilayahan, terutama Polsek sebagai ujung tombak operasional di
lapangan dan Polres sebagai Kesatuan Operasional Dasar dan secara berjenjang keatas
sampai dengan tingkat Polda, sesuai dengan lapisan kemajuan dan kewenangan yang
dimiliki. Dalam menghadapi sasaran kejahatan Narkoba tersebut, Polres Sukabumi
melaksanakannya melalui Operasi Kepolisian yang dikenal dengan Operasi Rutin
Kepolisian dan Operasi Khusus Kepolisian, yang pemahamannya adalah sebagai
berikut :

a. Operasi Rutin Kepolisian, yang ditujukan kepada sasaran penyalahgunaan


serta peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika. Kegiatan yang dilakukan antara
lain dengan melakukan Razia di tempat-tempat hiburan malam, seperti Diskotik dan
Karaoke. Hal ini dilakukan dalam upaya mengurangi seminimal mungkin pemasaran
Narkoba.

b. Operasi Khusus Kepolisian, ditujukan terhadap sasaran-sasaran selektif


prioritas yang dilaksanakan, baik secara terpusat maupun kewilayahan dengan
mengedepankan fungsi tertentu didukung oleh fungsi lainnya. Terhadap kejahatan
Narkoba, Polres Sukabumi telah melakukan Operasi Khusus Kepolisian.

c. Operasi-operasi tersebut dilaksanakan dengan tindakan-tindakan :

1) Deteksi Dini untuk mengamati, menilai setiap gejala yang berkembang


menjadi gangguan Kamtibmas, khusus untuk kejahatan Narkotika dengan
melakukan tindakan Under Cover dan Cover Buy.

2) Preemtif dengan penataan aspek-aspek dalam kehidupan berbangsa,


bernegara dan bermasyarakat secara selaras, sehingga dapat mengeleminir
faktor-faktor Stimulan dan faktor pencetus bagi terjadinya kejahatan Narkoba.
Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan berupa keinginan Promotif dan
14

kegiatan Preventif Edukatif, dengan sasaran mempengaruhi faktor-faktor


penyebab pendorong dan faktor peluang yang biasa disebut Faktor Korelatif
Kriminogen (FKK) dari kejahatan Narkoba ini, sehingga tercipta suatu
kesadaran kewaspadaan dan daya tangkal serta terbina dan terciptanya
kondisi perilaku dan norma hidup bebas Narkoba, yaitu sikap tegas untuk
menolak terhadap kejahatan Narkoba. Kegiatan Promotif ini pada dasarnya
adalah berupa pembinaan dan pengembangan / lingkungan pola hidup
sederhana dan beriman serta mengembangkan sarana kegiatan positif
terutama bagi remaja dan pemuda dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
Produktif, Konstruktif dan Kreatif, sedangkan kegiatan yang bersifat Preventif
Edukatif dilakukan dengan metode komunikasi informasi dan Educatie yang
dilakukan melalui berbagai jalur, antara lain keluarga, pendidikan, lembaga
keagamaan dan organisasi masyarakat, wilayah pemukiman, media massa
dan unit-unit kerja lainnya.

3) Preventif melalui kegiatan-kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan


dan Patroli untuk menangkal serta mencegah terjadinya gangguan
Kamtibmas. Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan
Narkoba melalui pengendalian dan pengawasan jalur resmi serta pengawasan
langsung terhadap jalur-jalur peredaran gelap dengan tujuan agar Police
Hazard ini tidak berkembang menjadi ancaman faktual, antara lain dilakukan
dengan :

a) Mencegah agar jenis dan jumlah yang tersedia hanya untuk dunia
pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

b) Menjaga ketepatan pemakaian sehingga tidak menimbulkan


ketergantungan.

c) Mencegah kebocoran dan penyimpanan peredaran pada jalur


resmi.

d) Mencegah agar kondisi Geografi Kabupaten Sukabumi tidak


dimanfaatkan sebagai jalur gelap dengan mengawasi lintasan jalan dan
pintu-pintu masuk ke Kabupaten Sukabumi.

e) Mencegah secara langsung peredaran gelap Narkoba didalam


wilayah hukum Polres Sukabumi, disamping mencegah agar Kabupaten
Sukabumi tidak dimanfaatkan sebagai mata rantai perdagangan gelap
baik tingkat Regional, Nasional maupun Internasional.

4) Represif melalui kegiatan-kegiatan penyidikan, penindakan,


pemeriksaan dan pengajuan kasus-kasus tersebut ke Jaksa Penuntut Umum.
Penanggulangan kejahatan Narkoba ditujukan untuk :
15

a) Memutus jalur peredaran gelap Narkoba.


b) Mengungkap jaringan sindikat.
c) Mengungkap motivasi / latar belakang dari kejahatan Narkoba.

5) Treatment dan Rehabilitasi yang merupakan usaha menolong, merawat


dan merehabilitasi korban penyalahgunaan Narkotika dalam lembaga tertentu,
sehingga akhirnya dapat kembali ke bangku sekolah atau mendapatkan
pekerjaan yang layak. Polri memiliki tempat Treatment dan Rehabilitasi yang
dikenal sebagai Wisma Pamardisiwi, bahkan Pamardisiwi merupakan pelopor
usaha Treatment dan Rehabilitasi di Indonesia. Pada saat ini banyak terdapat
tempat-tempat Treatment dan Rehabilitasi yang dikelola oleh lembaga-
lembaga Pemerintah dan swasta, yang menggunakan pendekatan berbagai
disiplin ilmu. Input yang diberikan sangat menunjang pengungkapan kasus-
kasus kejahatan Narkoba.

2. HARAPAN KEPADA PARA PELAJAR / SISWA

Dari uraian tersebut diatas, pada hakekatnya keberhasilan tugas Polri dalam
menanggulangi kejahatan Narkoba, tidak akan terlepas dari peran aktif masyarakat,
khususnya para Pelajar / Siswa. Perlu untuk diketahui bahwa peran serta masyarakat
tersebut merupakan kewajiban hukum sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 57 UU RI
No. 22 Tahun 1997, tentang Narkotika. Selanjutnya UU tersebut berbunyi :

Ayat (1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk


berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.

Ayat (2) Masyarakat wajib melaporkan kepada pejabat yang berwenang apabila
mengetahui adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.

Ayat (3) Pemerintah wajib memberikan jaminan keamanan dan perlindungan


kepada pelapor sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

Peran serta tersebut antara lain dapat dalam bentuk memberikan pengawasan dan
bimbingan terhadap lingkungan Sekolah / Kampus, lingkungan kerja maupun lingkungan
keluarga dan masyarakat. Kesadaran akan bahaya Narkoba harus dimiliki oleh seluruh
masyarakat, sehingga masyarakat akan memiliki suatu daya tangkal dan daya cegah
untuk menanggulangi penyalahgunaan Narkoba dan peredaran gelapnya.

Sebagai bagian dari lapisan masyarakat Kabupaten Sukabumi haruslah dapat


membedakan mana yang benar dan mana yang salah dari suatu perbuatan serta memiliki
kewajiban secara hukum, sosial, moral dan agama terlebih lagi dalam kapasitasnya
sebagai generasi muda, memiliki peran yang cukup besar untuk dapat mengeliminasi
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
16

Untuk itu harapan kita kepada adik-adik Pelajar / Siswa adalah sebagai berikut :

a. Agar senantiasa memupuk kerjasama dengan aparat Pemerintah, khususnya


Polri dan seluruh warga masyarakat untuk mengurangi dan menanggulangi
kejahatan Narkoba dilingkungan Sekolah.

b. Ikut serta berperan aktif menumbuhkembangkan tingkat kesadaran


masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba melalui ceramah agama,
penyuluhan hukum dan penerangan ke Sekolah-Sekolah, sehingga terwujud sikap
mental dan kepekaan serta daya tangkal para Pelajar / Siswa terhadap bahaya
Narkoba.

c. Memberikan informasi dan berani melaporkan kepada pihak Polri bila


mengetahui adanya pemakaian dan peredaran Narkoba dilingkungan Sekolah,
tempat tinggal atau bahkan dilingkungan keluarganya.

VI. PENUTUP

1. KESIMPULAN

a. Narkoba pada kondisi tertentu diperlukan untuk kepentingan dibidang kesehatan /


kedokteran dan dibidang ilmu pengetahuan riset, namun apabila disalahgunakan dapat
menimbulkan efek samping bagi pemakainya dan sangat merugikan baik dalam dirinya
maupun bagi para Pelajar / Siswa, masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh karenanya,
bahaya penyalahgunaannya perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh Pelajar / Siswa.

b. Konsumsi dan Distribusi Narkoba diwilayah hukum Polres Sukabumi telah meluas
diberbagai kalangan masyarakat, termasuk kaum muda (Pelajar, Mahasiswa, Pemuda),
bahkan telah menyentuh kalangan anak Sekolah.

c. Dengan semakin berkembangnya arus informasi dan transportasi serta ilmu


pengetahuan dan tehnologi, kejahatan Narkoba diwilayah hukum Polres Sukabumi
cenderung meningkat terus, oleh karenanya diperlukan penanggulangan yang
dilaksanakan secara lintas sektoral yang melibatkan segala unsur / kalangan Pelajar dan
masyarakat.

2. SARAN - SARAN

a. Bahaya penyalahgunaan Narkoba agar dapat disosialisasikan para Pelajar / Siswa,


khususnya pada lingkungan Sekolah / Kampus, tempat tinggal dan lingkungan keluarga,
antara lain melalui dialog dan diskusi-diskusi.
17

b. Para Pelajar / Siswa dapat menjadi sumber informasi bagi Polri dalam
menanggulangi kejahatan Narkoba diwilayah hukum Polres Sukabumi, khususnya di
lingkungan Sekolah yang ada di Kota Sukabumi.

Demikian Makalah masalah Narkoba, sanksi hukum dan penanggulangannya untuk


kalangan Pelajar tingkat SMU ini saya perbuat, semoga Makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para Pelajar / Siswa SMU yang ada di Kota Sukabumi dan dengan penuh
harapan dapat menjadi bekal dalam upaya mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan
Narkoba serta semoga usaha kita bersama dalam menanggulangi penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba dilingkungan Sekolah yang ada di Kota Sukabumi yang kita cintai ini
mendapat perlindungan dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Sekian dan terima kasih.

Sukabumi, April 2006


Pembuat Makalah

P.S. SIMBOLON
NOSIS : 065210596
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
18
SEKOLAH CALON PERWIRA
SUKABUMI

Anda mungkin juga menyukai