Disusun oleh:
Kelas 2E
17 Juni 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Zat adiktif dan psikotropika dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan nama narkoba
(narkotika dan obat berbahaya) atau NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif).
Sebenarnya NAPZA adalah obat kedokteran yang di ilmu pengetahuan diperlukan untuk
pengobatan. Berbeda dengan obat jenis lainnya, penggunaan NAPZA harus dilakukan dengan
hati-hati dan harus di bawah pengawasan dokter.
NAPZA merupakan obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintetik atau
semisintetik) yang jika dimakan ,diminum diisap/dihirup, dimasukkan (disuntikkan) ke dalam
tubuh dapat menurunkan kesadaran atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Walaupun demikian pengolongan zat narkotika , zat adiktif ,
dan psikotropi belum jelas.
Sementara zat psikotropika adalah zat non-narkotika alami atau sintetis yang
memiliki sifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang
menyebabkan perubahan spesifik dalam aktivitas dan perilaku mental. Kemudian zat
adiktif adalah zat atau bahan kimia yang ketika dimasukkan ke dalam tubuh manusia akan
memengaruhi tubuh, menyebabkan perubahan aktivitas mental, emosional, dan perilaku.
Jika digunakan terus menerus dapat menimbulkan ketergantungan, baik secara psikologis
maupun fisik (BNN, 2005: 8). Semua istilah ini merujuk pada sekelompok zat yang
umumnya memiliki risiko yang oleh publik disebut berbahaya, yaitu kecanduan.
Narkoba atau NAPZA merupakan zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh seseorang terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika
disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial. Oleh karena
itu, Pemerintah memberlakukan undang-undang untuk penyalahgunaan narkoba.
Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh sebelum
pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya para pemakai
candu (opium) tersebut adalah orang-orang Cina.
Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu
dan pengadaan (supply) secara legal dibenarkan berdasarkan undang-undang. Orang-orang
Cina pada waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan
menghisapnya melalui pipa panjang. Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di
Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang
pemakaian candu (Brisbane Ordinance).
Ganja (Cannabis Sativa) banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera lainnya, dan telah
sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan makanan sehari-hari. Tanaman
Erythroxylon Coca (Cocaine) banyak tumbuh di Jawa Timur dan pada waktu itu hanya
diperuntukkan bagi ekspor. Untuk menghindari pemakaian dan akibat-akibat yang tidak
diinginkan, Pemerintah Belanda membuat Undang-undang (Verdovende Middelen
Ordonantie) yang mulai diberlakukan pada tahun 1927 (State Gazette No.278 Juncto 536).
Meskipun demikian obat-obatan sintetisnya dan juga beberapa obat lain yang mempunyai
efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak dimasukkan dalam perundang-undangan
tersebut.Setelah kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia membuat perundang-
undangan yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya
(Dangerous Drugs Ordinance) dimana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk
pengaturannya (State Gaette No.419, 1949).
Baru pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis narkotika menjadi
masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang Vietnam sedang mencapai
puncaknya pada tahun 1970-an, maka hampir di semua negeri, terutama di Amerika Serikat
penyalahgunaan obat (narkotika) sangat meningkat dan sebagian besar korbannya adalah
anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh pula di Indonesia dalam waktu yang
hampir bersamaan.
Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan instruksi No.6 tahun 1971 dengan
membentuk badan koordinasi, yang terkenal dengan nama BAKOLAK INPRES 6/71, yaitu
sebuah badan yang mengkoordinasikan (antar departemen) semua kegiatan penanggulangan
terhadap berbagai bentuk yang dapat mengancam keamanan negara, yaitu pemalsuan uang,
penyelundupan, bahaya narkotika, kenakalan remaja, kegiatan subversif dan pengawasan
terhadap orang-orang asing.
Dan jauh sebelum Indonesia mengenal narkoba, sekitar tahun 2000 SM di Samaria dikenal
sari bunga opion atau kemudian dikenal opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini
tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.
Penyebaran selanjutnya adalah ke arah India, Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya, cina
kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini (dimungkinkan
karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII masalah candu ini bagi cina telah
menjadi masalah nasional, bahkan di abad XIX terjadi perang candu dimana akhirnya cina
ditaklukan Inggris dengan harus merelakan Hong Kong.
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim sertuner
menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal sebagai
Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morphius). Tahun 1856
waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat populer dipergunakan untuk
penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut "ketagihan"
disebut sebagai "penyakit tentara". Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright
dari London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada pada
sejenis jamur) campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing
tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah.
Namun tahun 1898 pabrik obat "Bayer" memproduksi obat tersebut dengannama Heroin,
sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer). Tahun 60-an - 70-an pusat penyebaran
candu dunia berada pada daerah "Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand dan Laos,
dengan produksi 700 ribu ton setiap tahun. Pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan,
Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika dan Amerika.
Selain morphin dan heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca) berasal dari
tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan untuk penyembuhan
Asma dan TBC. Pada akhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin
meningkat serta tekhnologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar
candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat dan pil. (DEDI Humas BNN)
1. Stimulan
Fungsi tubuh akan bekerja lebih tinggi dan bergairah sehingga pemakainya lebih
terjaga. Kerja organ tentu menjadi berat dan jika si pemakai tidak menggunakan obat-
obatan tersebut, badan menjadi lemah. Efek kecanduan ini menyebabkan
penggunanya harus selalu mengkonsumsi zat tersebut agar kondisi tubuh tetap prima.
Contoh stimulan yang sering disalahgunakan adalah ekstasi dan sabu-sabu.
2. Halusinogen
Ini adalah efek yang sering dialami oleh pemakai dimana persepsinya menjadi
berubah dan merasakan halusinasi yang berelebihan. Contoh zat yang memberikan
efek halusinogen salah satunya adalah ganja.
3. Depresan
Efek tenang yang dihasilkan disebabkan karena zat tersebut menekan kerja sisten
syaraf pusat. Jika digunakan secara berlebihan, penggunanya bisa tertidur terlalu lama
dan tidak sadarkan diri. Bahaya yang paling fatal adalah menyebabkan kematian.
Contoh zat yang bersifat depresan salah satunya adalah putaw.
2.5 FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA
A. Faktor Subversi
Dengan cara "mempromosikan" narkoba di negara yang demikian
target, maka secara praktis populasi atau bangsanya di negara itu bersangkutan
secara bertahap akan melupakan kewajibannya sebagai warga negara, subversi
semacam itu biasanya tidak berdiri itu sendiri dan biasanya diikuti oleh
subversi di lapangan budaya, moral dan sosial.
B. Faktor Ekonomi
Setiap pecandu narkoba setiap saat membutuhkan narkotika sebagai
bagian dari kebutuhan hidupnya yang cenderung dosisnya akan selalu
bertambah, dibandingkan dengan dengan beberapa barang dagangan lainnya,
narkotika adalah komoditi yang menguntungkan, meskipun ancaman dan
resikonya cukup berat. (Sitanggang, 1999 : 32)
C. Faktor Lingkungan
1. Faktor Dari Luar Lingkungan Keluarga
Bahaya Penyalahgunaan Narkoba (Fransiska Novita Eleanora) 445
Adanya sindikat narkoba International yang berupaya untuk menembus setiap
tembok penghalang di negara maupun dengan tujuan untuk mencari
keuntungan / subversi. Dengan jaringannya yang cukup terorganisir dengan
rapi, sindikat-sindikat narkoba berupaya dengan keras untuk menciptakan
konsumen-konsumen baru dalam mengembangkan pemasaran narkotik dan
obat keras.
Narkoba secara alami, baik sintesis maupun semi sintesis memang tidak
disebutkan hukumnya secara khusus di dalam Alquran maupun hadis nabi. Bertolak
dari efek khamar yang memabukkan, sebagian ulama menganalogikan bahan-bahan
psikoaktif (narkoba) dengan khamar karena ilat yang sama, yaitu memabukkan.
Narkoba adalah sesuatu yang memabukkan dengan beragam jenis, yaitu heroin atau
putaw, ganja atau marijuana, kokain dan jenis psikotropika; ekstasi,
methamphetamine/sabu-sabu dan obat-obat penenang; pil koplo, BK, nipam dsb.
Sesuatu yang memabukkan dalam Alquran disebut khamar, artinya sesuatu yang
dapat menghilangkan akal. Meskipun bentuknya berbeda namun cara kerja khamar
dan narkoba sama saja. Keduanya memabukkan, merusak fungsi akal manusia.
اس َو ِإثْمه َما أَ ْكبَر ِمن نَّ ْف ِع ِه َما ِ َّع ِن ْٱل َخ ْم ِر َو ْٱل َم ْي ِس ِر ۖ ق ْل فِي ِه َما ِإثْم َك ِبير َو َم َٰنَ ِفع ِللن
َ َيَسْـَٔلونَك
َت لَ َعلَّك ْم تَتَفَ َّكرون
ِ َٱل َءا َٰي
ْ ٱّلل لَكم َّ َويَسْـَٔلونَكَ َماذَا ين ِفقونَ ق ِل ْٱل َع ْف َو َك َٰذَلِكَ يبَيِن
Dalam hadis riwayat ‘Abd Allâh ibn Umar, Rasulullah saw. bersabda: “Setiap
yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram”(HR. Muslim,
1993:270). Dalam hadis lain, nabi menjelaskan bahwa: “Segala sesuatu yang
memabukkan bila diminum dalam kadar yang banyak, kadarnya yang sedikit pun
Dalam Islam jelas Narkoba sangat diharamakan jika tidak dalam keadaan
darurat seperti kebutuhan medis. Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi
narkoba karena dapat menghilangkan akal sehat dan haram untuk dikonsumsi walau
tidak memabukkan.
" Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan" . (QS. Al
Baqarah: 195)
" Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu" . (QS. An Nisa’: 29)
Dua ayat memaknai haramnya merusak diri sendiri. Dan jelas bisa diartikan
bahwa mengkonsumsi narkoba diharamkan karena sudah pasti merusak tubuh dan
akal seseorang. Lantas apa ganjaran yang diberikan kemada manusia yang dengan
sengaja mengkonsumsi dan menikmati narkoba pada hari kiamat kelak? Rasullulah
SAW bersabda;
" Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati,
maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam)
neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga
mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka
Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh
dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya
di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya" . (HR Bukhari dan
Muslim).
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan sumbernya, zat aditif ada yang alami ada juga yang sintetik. Bahan kimia
yang dipergunakan hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam bidang
kesehatan, yaitu kelompok bahan kimia yang disebut zat adiktif dan psikotropika.
Zat adiktif dan psikotropika harus digunakan sesuai dengan aturan. Jika tidak, akan
memberikan dampak buruk, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sosial sekitarnya.
Dalam islam sudah ditekankan bahwa penyalahgunaan narkoba dan psikotropika adalah
haram. Dan kita sebagai manusia yang taat kepada Allah SWT harus menjauhi semua hal
yang dilarang oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/12297-ID-bahaya-penyalahgunaan-narkoba-
serta-usaha-pencegahan-dan-penanggulangannya-suatu.pdf
https://www.researchgate.net/publication/317594186_PENYALAHGUNAAN_NARKOBA_
DALAM_PERSPEKTIF_HUKUM_POSITIF_DAN_HUKUM_ISLAM
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206549/pengabdian/02_psikotropika_berbahaya.pdf
https://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba
https://tafsirweb.com