Anda di halaman 1dari 128

OLEH : DR. SUPARDI, SH.MH.

: Master
Trainer
CURICULUMVITAE
NAMA : DR. SUPARDI,SH.MH.
NOMOR HP : 085894943707
Email : pardi_212@yahoo.com.
PEKERJAAN : Master Trainer.

PENDIDIKAN :
1. UMUM : S3( Hukum Pidana ) PERNAH PENUGASAN KE
PERNAH BERTUGAS DI BNN RI LUAR NEGERI AL :
KEJURUAN /TRAINING YG PERNAH DIIKUTI AL
1. DIKJUR UNIT OPSNAL INTELIJEN
2. PERWIRA DASAR RESERSE 1. TENAGA PENGAJAR 1. CAMBODIA
3. PERWIRA LANJUTAN RESERSE 2. MASTER TRAINER 2. SINGAPURA
4. PERWIRA RESERSE NARKOBA 3. KASUBDIT PER-UU-AN 3. BANGKOK , THAILAND
5. PERWIRA LINGKUNGAN HIDUP 4. ANALIS PER-UU-AN 4. MALAYSIA
6. PERWIRA ENTERMEADITE
7. PERWIRA PRE ADVANCE 5. KEPALA BNNK JAKTIM 5. MYANMAR
8. ILLLICIT DRUGS TRAFFIKING 6. KASUBDIT BANTUAN 6. PHILIPINA
9. MONEY LAUNDERING ( JCLEC ) HUKUM 7. VIENNA AUSTRIA
10. PREKURSOR ( 2 X ) 7. KABID PENINDAKAN 8. JEPANG
11. INTERNATIONAL LAW ENFORCEMENT( 2X )
12. FINANCIAL INSVESTIGATION 9. AUSTRALIA
13. COCAINE-RELETED CRIME 10.LAOS
14. DRUG ENFORCEMENT 11.TIMOR LESTE
15. INTERNATIONAL LAW ENFORCEMENT 12.VIETNAM
16, MASTER TRAINER
13.CHINA
Dasar Hukum
1. UU No. 8 tahun 1996 ttg ratifikasi konvensi tentang bahan-bahan
Psychotropic pada tahun1971;
2. UU no 7 tahun 1997 tentang ratifikasi konvensi PBB tahun 2008
tentang perang terhadap perdagangan gelap narkotika dan
psikotropika;
3. UU No.8 tahun 1981 ttg Hukum Acara Pidana
4. UU No.8 tahun 2010 ttg Pencegahan dan Pemberantasan TP Pencucian
Uang.
5. UU No. 5 tahun 1997 ttg Psychotropic (khusus Golongan III & IV)
6. UU No. 2 tahun 2002 ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia
7. UU No. 35 tahun 2009 ttg Narkotika
8. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
9. Peraturan Presiden RI No.47 Tahun 2019 tentang perubahan Perpres
No. 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional
10. Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 2 Tahun 2020 Tentang
P4GN, tahun 2020-24.
Komitmen dunia dalam memerangi narkoba
dari aspek hukum

komitmen dunia (PBB) dalam memerangi narkoba


telah menghasilkan aturan –aturan yg mengikat
negara – negara yg telah meratifikasi hk int tsb.

1. TH 1976 RI MERATIFIKASI “ UN SINGLE CONVENTION ON


NARCOTIC 1961” DGN UU RI NO 8/1976

2. TH 1996 RI MERATIFIKASI “ UN CONVENTION ON PSYCHTROPIC


SUBSTANCES 1971 “ DGN UU RI NO 8/1996

3. TH 1997 RI MERATIFIKASI ‘’ UN CONVENTION AGAINST


ILLICIT TRAFFICING NARCOTIC DRUGS AND PSYCHOTROPIC
SUBSTANCES 1988 “ DGN UU RI NO 7/1997
SIKAP & PANDANGAN DLM PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

➢ KONVENSI TUNGGAL NARKOTIKA TAHUN 1961 (Single Convention on


Drug) ➔ masalah penyalahgunaan Narkotika (Kultivasi, Distribusi,
Kepemilikan dsb) mrpk kejahatan serius & dihukum pidana penjara
(Vide article 36 – Penal Provitions)

➢ Convention On Psychotropic Substances 1971 ➔ dorong negara–2


anggota utk terapkan perlakuan & sanksi yg berimbang thd setiap
pelanggaran baik pidana maupun dgn memberikan tindakan terapi dan
rehabilitasi thd pecandu (vide psl 22-penal provision) ➔ Diratifikasi dgn
UU RI NO. 8 TH 1996 ttg Pengesahan Convention on Psychotropic
Substances 1971
➢ UU NO.7 TAHUN 1997 TTG PENGESAHAN UNITED NATION
CONVENTION AGAINST ILLICIT TRAFFIC IN NARCOTIC
DRUGS AND PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1988 (Konvensi
PBB tg pemberantasan peredaran gelap Narkotika dan
Psikotropika 1988

POKOK ISI KONVENSI, antara lain :


▪ pemberantasan penyalahgunaan & peredaran gelap narkotika
& psikotropika harus diberantas dlm bentuk upaya gakkum
serta menetapkan setiap peredaran gelap narkotika &
psikotropika sbg kejahatan : mulai dari penanaman,
produksi, penyaluran, lalu lintas peredaran sampai
pemakainya, termasuk utk pemakaian pribadi.
▪ thdp kejahatan tsb diatas, dpt dikenakan sanksi pidana penjara
atau bentuk perampasan kemerdekaan, denda dan penyitaan
asset sejauh dpt dibuktikan sbg hasil dari kejahatan ➔
disamping itu pelakunya dapat dikenakan pembinaan,
purnarawat, rehabilitasi, atau reintegrasi sosial.
NEGARA-NEGARA DIDUNIA
TERBENTUK BADAN-BADAN KHUSUS
YG MENANGANI PERMASALAHAN NARKOBA

• USA : DEA ( DRUGS ENFORCEMENT ADMINISTRATION)


• SINGAPORE : CNB (CENTRAL NARCOTICS BUREAU)
• THAILAND : ONCB (OFFICE OF THE NARCOTICS CONTROL
BOARD)
• CHINA : NNCC (NATIONAL NARCOTICS CONTROL
COMMISION)
• VIETNAM : SODC (STANDING OFFICE ON DRUGS CONTROL)
• PHILIPINA : DDB (DANGEROUS DRUGS BOARD)
• MALAYSIA : NATIONAL DRUGS AGENSY ( NDA)
• MYANMAR : CENTRAL COMMITTEE FOR DRUGS ABUSE
CONTROL (CCDAC)
• INDONESIA : BADAN NARKOTIKA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN HUKUM NASIONAL

KEBIJAKAN PEMERINTAH :
• Lahir Instruksi Presiden No.6/1971 ( Bakolak Inpres 6/1971)
menangani berbagai bentuk ancaman yang mengganggu
keamanan negara.
• Masalah uang palsu
• Orang Asing
• Subversi
• Penyelundupan
• Kenakalan Remaja dan
• Narkotika
seterusnya lahir : BKNN, BNN , BNN/BNP/BNK/KOTA
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN REGULASI

• Kebijakan penanggulangan bahaya dan penyalahgunaan


Narkotika di Indonesia dimulai sejak berlakunya Ordonansi
Obat Bius (Verdoovende Middelen Ordinanntie, Stbl 1927
No.278 jo.536 ).
• Ordonansi ini kemudian diganti dengan UU RI. No.9 Tahun
1976 ttg Narkotika, yang dinyatakan berlaku sejak 26 Juli
1976.
• Dlm perkembangan UU RI No.9 Tahun 1976 ttg Narkotika ini
diganti dengan UU RI No.22 Tahun 1997 ttg Narkotika,
berlaku sejak 1 September 1997.
• Kemudian UU RI. No.22 Tahun 1997 ttg Narkotika dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku lagi, dan digantikan dengan
UU RI.No.35 Tahun 2009 ttg Narkotika, yang dinyatakan
berlaku sejak tanggal 12 Oktober 2009
Psikotropika

• Kebijakan penanggulangan bahaya dan penyalahgunaan


Psikotropika di Indonesia dimulai sejak dikeluarkan UU RI.
No.5 Tahun 1997, yang dinyatakan berlaku sejak tanggal 11
Maret 1997.
• Sebagaian dari Ketentuan UU RI. No.5 Tahun 1997
khususnya lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan
I dan II di pindahkan sebagai Narkotika Golongan I dalam
UU RI.No. 35 Tahun 2009 ttg Narkotika.
• Ketentuan pasal 1 ke-1 UU RI No.5 Tahun 1997 ttg
Psikotropika :
“ Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotia, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku “.
• Pasal 1 ke-1 UU RI.No.22 Tahun 1997 ttg Narkotika
“ Narkotika adalah zat atau obat, yang berasal dari tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran,hilangnya rasa,mengurangi sampai
menghilngkan rasa nyeri,dan dapat menimbulkan ketergantungan “
• Dalam perkembangannya, Indonesia merupakan satu satunya Negara
didunia yang telah meratifikasi kedua Konvensi Internasional,
• Dalam pasal 153 UU RI.No.35 Tahun 1997 ttg Narkotika : “ Dengan
berlakunya Undang-Undang ini :
a. UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika....
b. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan II sebagaimana
tercantum dalam Lampiran UU No.5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika.....yang telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I
menurut UU ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku “
• Berdasarkan ketentuan tersebut diatas,maka Psikotropika Golongan I
dan II menurut UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang telah
dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I dalam UU RI No.35 Tahun
2009 ttg Narkotika, sedangkan untuk Golongan III dan IV masih tetap
berlaku di UU No.5 Tahun 1997 ttg Psikotropika.
UU RI NO. 35 TH 2009
TENTANG NARKOTIKA

Terdiri

17 BAB 155 PSL


1. U.U. No. 35 / 2009, tentang Narkotika (yang
baru), sesuai pasal 155, mulai berlaku pada
tanggal yang diundangkan yaitu tgl. 12 Oktober
2009, setelah disahkan dengan ditanda
tangani oleh Presiden pada tanggal 12 Oktober
2009 tersebut dan dimuat dalam LNRI tahun
2009 No. 143, TLNRI No. 5062
2. PASAL 153

• Mencabut U.U. No. 22 tahun 1997, tentang


Narkotika.

• Mencabut Psikotropika Gol. I dan Gol. II, dari


U.U. No. 5 / 1997 tentang Psikotropika, dan
dipindahkan ke Narkotika gol I dari U.U. no. 35
/ 2009 ini. Gol.I, tak dipakai untuk pelayanan
kesehatan – Pasal 8 ayat (1)
ANGKA 1 PS 1
NARKOTIKA

ZAT ATAU OBAT BERASAL

TANAMAN ATAU BUKAN TANAMAN


MENYEBABKAN
SINTETIS MAUPUN SEMI SINTETIS

▪ PENURUNAN @ PERUBAHAN KESADARAN


▪ HILANGNYA RASA
▪ MENGURANGI HILANG RASA NYERI
▪ MENIMBULKAN KETERGANTUNGAN
▪ DIBEDAKAN DLM GOLONGAN-2

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
PREKURSOR ANGKA 2

ZAT @ BAHAN PEMULA @ BAHAN KIMIA YG DPT DIGUNAKAN

PEMBUATAN NARKOTIKA

DIBEDAKAN DALAM TABEL TERLAMPIR

TABEL I TABEL II
1. ACETIC ANHYDRIDE 1. ACETONE
2. N-ACETYLANTHRANILIC ACID 2. ANTHRANILIC ACID
3. EPHEDRINE 3. ETHYL ETHER
4. ERGOMETRINE
5. ERGOTAMINE
4. HYDROCHLORIC ACID
6. ISOSAFROLE 5. METHYL ETHYL KETONE
7. LYSERGIC ACID 6. Phenylacetic Acid.
8. 3,4-METHYLENEDIOXYPHENYL-2-PROPANONE 7. PIPERIDINE
9. NOREPHEDRINE 8. SULPHURIC ACID
10. 1-PHENYL-2- PROPANONE 9. TOULUENE
11. PIPERONAL Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau
12. POTASSIUM PERMANGANAT
bahan kimia yang dapat digunakan dalam
13. PSEUDOEPHEDRINE
14. SAFROLE pembuatan narkotika yang dibedakan dalam
tabel sbgm terlampir dlm UU ini.
ANGKA 3
PRODUKSI

INPUT GIAT @ PROSES OUTPUT


BAHAN HASIL

MENYIAPKAN MENGOLAH MEMBUAT MENGHASILKAN

NARKOTIKA

LANGSUNG @ TDK LANGSUNG SINTETIS KIMIA ATAU


MEL EKSTRAKSI @ NON GABUNGANNYA TERMASUK
EKSTRAKSI DR SUMBER MENGEMAS D/A MENGUBAH
ALAMIAH BENTUK NARKOTIKA

Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, menghasilkan


narkotika secara langsung atau tidak langsung melalui ekstraksi dari sumber alamiah, atau
sintetis kimia atau gabungannya termasuk mengemas, dan/atau mengubah bentuk narkotika.
ANGKA 4 Impor adalah kegiatan mengeluarkan
narkotika dan prekursor ke dalam Daerah
IMPOR Pabean

EKSPOR
LUAR NEGERI

MENGELUARKAN

MEMASUKKAN

Daerah Pabean
ANGKA 5
Impor adalah kegiatan memasukkan narkotika
dan prekursor ke dalam Daerah Pabean
ANGKA 13

PECANDU NARKOTIKA

Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan


atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik
maupun psikis.

MENYALAHLAHGUNAKAN
NARKO DLM KEADAAN
KETERGANTUNGAN
NARKO

PHISIK MAUPUN PSIKIS


ANGKA 14
Ketergantungan Narkotika adalah kondisi
yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan Narkotika secara terus-menerus
KETERGANTUNGAN dengan takaran yang meningkat agar
NARKOTIKA menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan
psikis yang khas.

KONDISI
DITANDAI

▪ DORONGAN GUNAKAN TERUS MENERUS


▪ TAKARAN MENINGKAT
▪ MENGHASILKAN EFEK SAMA
▪ BILA DIKURANGI @ DIHENTIKAN TIBA-TIBA
▪ MENIMBULKAN GEJALA FISIK DAN PSIKIS YG KHAS
ANGKA 15

Penyalah Guna adalah orang yang


PENYALAH GUNA
menggunakan Narkotika tanpa hak
atau melawan hukum.

MENGGUNAKAN NARKOTIKA

TANPA HAK atau MELAWAN HUKUM


ANGKA 16 Rehabilitasi Medis adalah suatu proses
kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari
ketergantungan Narkotika.
REHABILITASI MEDIS

PROSES
KEGIATAN PENGOBATAN

TERPADU

MEMBEBASKAN PECANDU DR
KETERGANTUNGAN NARKOTIKA
ANGKA 17
Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses
kegiatan pemulihan secara terpadu, baik
fisik, mental maupun sosial, agar bekas
REHABILITASI SOSIAL pecandu Narkotika dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam
kehidupan masyarakat.

PROSES
KEGIATAN PEMULIHAN

TERPADU

FISIK MENTAL SOSIAL

AGARBEKAS PECANDU NARKO KEMBALI LAKS FUNGSI SOSIAL DI MASY


ANGKA 18 Permufakatan Jahat adalah perbuatan dua orang atau
lebih yang bersekongkol atau bersepakat untuk
melakukan, melaksanakan, membantu, turut serta
PERMUFAKATAN melakukan, menyuruh, menganjurkan, memfasilitasi,
JAHAT memberi konsultasi, menjadi anggota suatu organisasi
kejahatan Narkotika, atau mengorganisasikan suatu
tindak pidana Narkotika.
▪ MELAKUKAN
▪ MELAKSANAKAN BERSEKONGKOL @
▪ MEMBANTU BERSEPAKAT

▪ TURUT SERTA MELAKUKAN

▪ MENYURUH

▪ MENGANJURKAN

▪ MEMFASILITASI

▪ MEMBERI KONSULTASI

▪ MENJADI ANGGOTA ORG TINDAK PIDANA


▪ MENGORGANISASIKAN NARKOTIKA
UU NO. 35 TH 2009 TTG NARKOTIKA

KETENTUAN TTG BADAN NARKOTIKA NASIONAL .

PS 64 (1) Dalam rangka Pencegahan dan Pemberantasan


Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika, dengan Undang-Undang Ini dibentuk
Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya Disingkat BNN.
(2) BNN sebagai mana dimaksud pasal ayat (1) merupakan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedududkan
di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.

(1) BNN berkedududkan di ibu kota Negara dengan wilayah kerja


PS 65 meliputi seluruh wilayah Negara RI.
(2) BNN sebagaimana di maksud pada ayat (1) mempunyai
perwakilan di daerah Provinsi dan Kabupaten /Kota.
(3) BNN Provinsi berkedudukan di Ibu kota Provinsi dan BNN
Kabupaten/Kota berkedududkan di ibu Kota Kabupaten/ Kota.
PS 66 BNN provinsi dan BNN kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) merupakan instansi
vertikal.

BNN dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oleh


seorang sekretaris utama dan beberapa deputi.
PS 67 Deputi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
membidangi urusan:
bidang pencegahan;
bidang pemberantasan;
bidang rehabilitasi;
bidang hukum dan kerja sama; dan
bidang pemberdayaan masyarakat.

Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur


organisasi dan tata kerja BNN diatur dengan
Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 68
(1) Kepala BNN diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(2) Syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Kepala BNN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 69
Untuk dapat diusulkan menjadi Kepala BNN, seorang calon harus
memenuhi syarat:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah strata 1 (satu);
e. berpengalaman paling singkat 5 (lima) tahun dalam penegakan hukum dan
paling singkat 2 (dua) tahun dalam pemberantasan Narkotika;
g. berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun; cakap, jujur, memiliki
integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang baik;
h. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
i. tidak menjadi pengurus partai politik; dan
j. bersedia melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lain selama
menjabat kepala BNN.
Dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan
PS 71 dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN
berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika.

PS 72
(1) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
dilaksanakan oleh penyidik BNN.
(2) Penyidik BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat
dan diberhentikan oleh Kepala BNN.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
pengangkatan dan pemberhentian penyidik BNN
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Kepala BNN.
f) memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

g) menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan


dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

h) melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor


Narkotika di seluruh wilayah juridiksi nasional;

i) melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan


peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti
awal yang cukup;

j) melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di


bawah pengawasan;

k) memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika;

l) melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat
(DNA), dan/atau tes bagian tubuh lainnya;
Pasal 70

BNN MEPUNYAI TUGAS

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan


pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
b. mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika;
c. berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Indonesia dalam pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika Prekursor
Narkotika.
d. meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat;
e. memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
f. memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
g. melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun
internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika.
h. mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika.
i. melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan tehadap perkara
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
j. membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
m) engambil sidik jari dan memotret teangka;

n) melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman;

o) membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat
perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

p) melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang disita;

q) melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan
Prekursor Narkotika;

r) meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan

s) menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Pola Perdagangan Narkoba
Internasional di Indonesia Perbandingan Harga Jual Shabu
(dalam Rupiah)

Inggris,
Turki
Tiongkok
Timur Tengah
(Qatar, UEA, Iran, 20.000 50.000 1.5 juta
Suriah)
Golden Triangle per gram per gram per gram
(Thailand,
Golden Crescent Vietnam,Kamboja)
India
(Afghanistan, Pakistan)
Tiongkok Iran Indonesia
Malaysia

Struktur pasar perdagangan narkoba di


Indonesia menarik Jaringan sindikat Narkoba
Amerika
internasional untuk masuk ke Indonesia
Golden
Peacock
PETA RAWAN PENYELUNDUPAN
NARKOBA

Jalur Meth
Jalur MDMA
Jalur Ganja

Jalur NPS 33
VIA UDARA
PENCEGATAN
WILAYAH ASING

VIA LAUT

VIA DARAT

PERBATASAN PERBATASAN
MASUK MASUK

▪ CONTROL
DELIVERY ▪ KONTRA
▪ SURVEILANC
E
▪ RPE

WILAYAH Cari, Temukan,


Tangkap, Sita
NKRI dan Sidik

DARI LUAR KE DALAM


Cegat : - Laut
DARI DALAM KE LUAR - Darat “Asean Interdiction Taskforce”
- Udara
ORGANIZE CRIME HARAP DAPAT DIHADAPI DENGAN
34
INTERNASIONAL ENFORCEMENT NETWORK
PENERAPAN HUKUM PERDAGANGAN GELAP
NARKOTIKA WILAYAH LAUT INDONESIA

UNCLOS 1982 UU.35 Th.2009


Pasal 108
Pasal 113 - Memproduksi
Ayat 1 : Semua Negara Kerma Supresi
Perdagangan Gelap Narkotika dg Kapal Pasal 115 - Memiliki
laut di laut bebas bertentangan dengan Pasal 118 - Menguasai
Konvensi Internasional.
Pasal 120 - Mengangkut/ Importasi
Ayat 2 : Tiap Negara punya alasan tiap kapal
berbendera negara yg dipakai dagang
gelap narkoba dapat mnta bantuan negara
lain u/ menindak
UN Convention 1988
Pasal 17 Illicit Traffic by Sea
Ayat 1 : Kerma Tindak Perdagangan Gelap
Narkotika Sesai Hukum Laut
Internasional

35
35
DASAR HUKUM
BAB XII
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN DAN PEMERIKSAAN
DI SIDANG PENGADILAN

PS 73 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan


terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


SIDIK TUNTUT RIKSA SIDANG

LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREKURSOR NAR


PS 74 (1) Perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika, termasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk
diajukan ke pengadilan guna penyelesaian secepatnya.
(2) Proses pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan tindak pidana
Prekursor Narkotika pada tingkat banding, tingkat kasasi, peninjauan
kembali, dan eksekusi pidana mati, serta proses pemberian grasi,
pelaksanaannya harus dipercepat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

PERKARA LAHGUN &


PRIORITAS
EDAR GELAP NAR & PENGADILAN
PREKURSOR NAR PENYELESAIAN
SECEPATNYA

PROSES RIKSA TP NAR. & TP PREKURSOR NAR

TK. BANDING TK. KASASI PK EKSEKUSI MATI BANDING

LAKS. PERCEPAT SESUAI PERATURAN PER-UU.


PS 75 Dalam rangka melakukan penyidikan, penyidik BNN berwenang:
a. melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang
adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
b. memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi;
d. menyuruh berhenti orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika serta memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
e. memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak pidana dalam
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
f. memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

WEWENANG PENYIDIK BNN


LIDIK KEBENARAN LAP ADANYA LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
RIKSA ORANG/ KORPORASI YG DIDUGA LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
PANGGIL SAKSI UTK DENGAR KETERANGAN
HENTIKAN & RIKSA ID ORANG YG DIDUGA LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
RIKSA, GLEDAH, SITA BB TINDAK PIDANA LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
RIKSA, SURAT/ DOKUMEN LAIN TTG LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
PS 75 g. menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
h. melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika di seluruh wilayah juridiksi nasional;
i. melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang
cukup;
j. melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah
pengawasan;
k. memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika;
l. melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA),
dan/atau tes bagian tubuh lainnya;
m. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
n. melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman;
KAP & HAN ORANG YG DIDUGA LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
INTERDIKSI THD EDAR GELAP NAR & PREK NAR DI SELURUH WIL JURIDIKSI NASIONAL
SADAP YG TERKAIT DGN LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR STLAH CUKUP
BUKTI AWAL
LAKUKAN TEKNIK LIDIK BELI TERSELUBUNG & PENYERAHAN DIBAWAH PENGAWASAN
MUSNAHKAN NAR & PREK NAR
LAKUKAN TES URINE, TES DARAH, TES RAMBUT, TES DNA DAN/ ATAU TES LAINNYA
AMBIL SIDIK JARI & POTRET TSK
PINDAI ORANG, BARANG, BINATANG & TANAMAN
PS 75 o. membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat
perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
p. melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang
disita;
q. melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan
Prekursor Narkotika;
r. meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
tugas penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
s. menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

BUKA & RIKSA BARANG KIRIMAN POS & ALAT PERHUBUNGAN YG DIDUGA
BERHUBUNGAN DGN LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
SEGEL NAR & PREK NAR YG DISITA
UJI LAB SAMPEL & BB NAR & PREK NAR
MINTA BANTUAN TENAGA AHLI UTK LIDIK LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
HENTIKAN LIDIK BILA TIDAK CUKUP BUKTI LAHGUN & EDAR GELAP NAR & PREK NAR
❑ Kasus Narkoba umumnya tangkap tangan
❑ Lidik yg sempurna memudahkan sidik
❑ Berlakukan 3X24 jam, dpt perpanjang (pasal 76)
❑ Saksi minimal 2 orang
❑ BB utama diyakini Narkoba berdsrkan Lab

Pasal 81
Penyidik Polri dan Penyidik BNN berwenang
sidik TP Narkotika berdasarkan UU ini
PS 76 (1) Pelaksanaan kewenangan penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 huruf g dilakukan paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
terhitung sejak surat penangkapan diterima penyidik.
(2) Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang
paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam.

Ps.75 (G) Menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika.

SPRIN KAP

MAX. 3 X 24 JAM SEJAK SPRINKAP DITERIMA PENYIDIK DAPAT DIPERPANJANG MAX. 3 X 24 JAM

TSK
PENYIDIK
ORANG ASING
◼ Juru Bahasa (177 KUHAP)
◼ Penasehat Hukum (54-56 KUHAP)
◼ Berhak hub Kedubes (57 KUHAP)
◼ Setiap mindik yg ditandatangani tsk,
HARUS DITANDATANGANI JURU BAHASA
◼ Beritahukan kap & han ke Kedubes


KETENTUAN PIDANA
Dalam UU No.35 Th 2009
Tentang Narkotika

Badan Narkotika Nasional RI www.bnn.go.id


44
BAB XV PASAL 111 Ayat 1

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum


menanam,

memelihara,
Narkotika Gol I dalam
memiliki, bentuk tanaman;
menyimpan,

menguasai,
menyediakan,
DIPIDANA

jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal

penjara Paling singkat 4 th Paling lama 12 th

denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M


PASAL 111 Ayat 2
Setiap org tanpa hak
1 KG 1,.. KG
dan melawan hukum
menanam,

memelihara, ➢ Lebih 1 KG
Narkotika Gol I dalam ➢ Lebih 5 BTG POHON
memiliki, bentuk tanaman;

menyimpan,

menguasai,
SEUMUR HIDUP
menyediakan, DIPIDANA ATAU

jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal

Harus disebutkan dgn


penjara Paling singkat 5 th Paling lama 20 th
jelas hitungannya dlm
vonis atau hukuman
denda pokok jangan denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M
diberi alternatif agar
tdk terjadi tawar
menawar
Denda
tambahan
1/3 1/3
PASAL 112 1

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum

memiliki,
Narkotika Gol I dalam
menyimpan,
bentuk bukan tanaman;
menguasai,
menyediakan,

DIPIDANA

jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal

penjara Paling singkat 4 th Paling lama 12 th

denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M


PASAL 112 2

DALAM HAL PERBUATAN

memiliki,

menyimpan, Narkotika Gol I dalam


LEBIH 5 gram
bentuk bukan tanaman;
menguasai,
menyediakan,

SEUMUR HIDUP
DIPIDANA ATAU

jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal

Harus disebutkan dgn


penjara Paling singkat 5 th Paling lama 20 th
jelas hitungannya dlm
vonis atau hukuman
denda pokok jangan denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M
diberi alternatif agar
tdk terjadi tawar
menawar
Denda
tambahan
1/3 1/3
SETIAP ORG TANPA HAK 1
DAN MELAWAN HUKUM PASAL 113

SEBELUM (TDK ADA) MEMPRODUKSI SESUDAH (HASIL) DIPIDANA

Ada orang Ada mesin


Ada bahan Tabung reaksi
penjara denda
Instalasi Listrik
5 th 1M
Instalasi air
15 th 10 M

► Ada yg memasukkan peralatan mesin & tabung reaksi dan bahan


► Ada orang yg menginstalasi pabrik
► Ada orang dan peralatan memasak.
► Ada pabrik (peralatan dan mesin-mesin).
► Ada tabung-tabung reaksi kimia.
► Ada peralatan listrik yg menggerakan mesin.
► Ada instalasi air utk cuci dan pendingin

DR LUAR NEGERI MENGIMPORT KE DALAM NEGERI

DR DALAM NEGERI MENGEKSPORT KE LUAR NEGERI

DR PABRIK MENYALURKAN KE PENGEDAR


Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
PASAL114 1 untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
DLM HAL pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
PERBUATAN dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

▪ UTK DIJUAL
▪ MENJUAL
▪ MEMBELI
MENAWARKAN ▪ MENERIMA NARKOTIKA
UNTUK ▪ MENJADI PERANTARA DLM JUAL BELI GOL I
▪ MENUKAR
▪ MENYERAHKAN

DIPIDANA

• PENJARA SEUMUR HIDUP


• PENJARA MIN 5 TH
• PENJARA MAX 20 TH
• DENDA MIN 1 M
• DENDA MAX 10 M
Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi
PASAL114 2 perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika
Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau
dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan
pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6
SETIAP ORG TANPA (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
HAK DAN MELAWAN maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
HUKUM
▪ UTK DIJUAL
▪ MENJUAL
▪ MEMBELI
MENAWARKA ▪ MENERIMA NARKOTIKA GOL I
N UNTUK ▪ MENJADI PERANTARA DLM JUAL BELI BERATNYA LBH 1KG @
5 POHON @ BUKAN
▪ MENUKAR TANAMAN LBH 5 G
▪ MENYERAHKAN

DIPIDANA

• MATI
• PENJARA SEUMUR HIDUP
• PENJARA MIN 6 TH
• PENJARA MAX 20 TH
• DENDA MIN 1 M
• DENDA MAX 10 M + 1/3
PASAL115 1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
SETIAP ORG TANPA
HAK DAN MELAWAN
HUKUM

▪ MEMBAWA
▪ MENGIRIM
▪ MENGANGKUT
NARKOTIKA GOL I DIPIDANA
▪ MENTRANSITO

• PENJARA MIN 4 TH
• PENJARA MAX 12TH
• DENDA MIN 800 JT
2 DALAM HAL
• DENDA MAX 8 M
PERBUATAN

▪ MEMBAWA NARKOTIKA GOL I


• SEUMUR HIDUP
▪ MENGIRIM BERATNYA LBH 1KG @ • PENJARA MIN 5 TH
▪ MENGANGKUT
5 POHON @ BUKAN • PENJARA MAX 20 TH
TANAMAN LBH 5 G • DENDA MAX 8 M + 1/3
▪ MENTRANSITO
PS 127 (1) Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55,
dan Pasal 103.
(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah
Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

PIDANA PENJARA
UTK DIRI SENDIRI NARKOTIKA MAX 4 TH
GOL I
PIDANA PENJARA
UTK DIRI SENDIRI NARKOTIKA MAX 2 TH
GOL II
PIDANA PENJARA
UTK DIRI SENDIRI NARKOTIKA MAX 1 TH
GOL III
PS 128 (1) Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak
melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
(2) Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh
orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat
(1) tidak dituntut pidana.

ORANG TUA/ WALI PECANDU YG BELUM CUKUP UMUR


SENGAJA TIDAK MELAPOR

PIDANA PENJARA 6 BULAN


PIDANA DENDA 1 JUTA

ORANG TUA/ WALI PECANDU YG BELUM CUKUP UMUR


MELAPOR

TIDAK DITUNTUT PIDANA


PS 128 (3) Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2
(dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit dan/atau lembaga
rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut pidana.
(4) Rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi standar kesehatan yang
ditetapkan oleh Menteri.

ORANG TUA/ WALI PECANDU YG TELAH CUKUP UMUR


SEDANG REHABILITASI MEDIS 2 X MASA
PERAWATAN DOKTER DI RS/LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS YG DITUNJUK
PEMERINTAH

TIDAK DITUNTUT PIDANA

RUMAH SAKIT/ LEMBAGA REHABILITASI MEDIS


YG DITUNJUK PEMERINTAH HARUS MEMENUHI
STANDAR KESEHATAN YG DITETAPKAN OLEH MENTERI
PS 129 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000,00 (lima miliar rupiah) setiap orang yang tanpa hak atau
melawan hukum:
a. memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
b. memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
c. menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
d. membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika.
MENAWAR
MENJUAL
MEMBAWA MEMBELI
PRODUKSI
MEMILIKI
IMPOR MENGIRIM TERIMA
MENYIMPAN
MENGANGKUT PERANTARA
EKSPOR
MENGUASAI PERANTARA
SALURKAN TRANSITO
MENYEDIAKAN MENUKAR
PIDANA PENJARA MIN. 4 TH, MAX 20 TH SERAHKAN
PIDANA DENDA MAX. 5 MILIAR RUPIAH
PS 131 Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113,
Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal
120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126,
Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat (1), dan Pasal 129 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

TIDAK MELAPORKAN ADANYA TP NARKOTIKA,


BISA DIPIDANA PENJARA MAX 1 THN & PIDANA DENDA MAX. Rp. 50 JUTA.
PS 132 (1) Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116,
Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122,
Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129,
pelakunya dipidana dengan pidana penjara yang sama sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal
tersebut.
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal
112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal
118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal
124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129 dilakukan secara
terorganisasi, pidana penjara dan pidana denda maksimumnya
ditambah 1/3 (sepertiga).
(3) Pemberatan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
berlaku bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana mati, pidana
penjara seumur hidup, atau pidana
PEMUFAKATAN penjara
JAHAT 20 (dua
TP. NAR puluh)
& PREK tahun.
NAR, PELAKU
DIPIDANA DGN PIDANA PENJARA YG SAMA DGN
KETENTUAN DIMAKSUD DLM PASAL-PASAL TSB.

DALAM PERBUATAN SECARA TERORGANISASI, PIDANA


PENJARA & PIDANA DENDA MAX.NYA DITAMBAH 1/3.
PEMBERATAN PIDANA TIDAK BERLAKU BAGI TP YG
DIANCAM PIDANA MATI, SEUMUR HIDUP ATAU
PENJARA 20 TH
PS 134 (1) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja
tidak melaporkan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(2) Keluarga dari pecandu Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang dengan sengaja tidak melaporkan pecandu Narkotika
tersebut dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

PECANDU YG SUDAH CUKUP UMUR & SENGAJA TIDAK MELAPORKAN DIRI, DIPIDANA
PIDANA KURUNGAN MAX. 6 BULAN ATAU PIDANA DENDA MAX. Rp. 2 JUTA.

KELUARGA PECANDU YG SENGAJA TIDAK MELAPORKAN PECANDU TERSEBUT


DIPIDANA PIDANA KURUNGAN MAX. 3 BULAN/ PIDANA DENDA MAX. Rp. 1 JUTA.

PS 135 Pengurus Industri Farmasi yang tidak melaksanakan kewajiban


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).

PENGURUS INDUSTRI FARMASI TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBAN,


DIPIDANA PENJARA MIN. 1 THN MAX. 7 THN &
PIDANA DENDA MIN. Rp. 40 JUTA DAN MAX. Rp.400 JUTA.
PS 137 Setiap orang yang:
a. menempatkan, membayarkan atau membelanjakan, menitipkan,
menukarkan, menyembunyikan atau menyamarkan, menginvestasikan,
menyimpan, menghibahkan, mewariskan, dan/atau mentransfer uang,
harta, dan benda atau aset baik dalam bentuk benda bergerak maupun
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang berasal dari tindak
pidana Narkotika dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
MENEMPATKAN, MEMBAYARKAN/ MEMBELANJAKAN, MENITIPKAN,
MENUKARKAN, MENYEMBUNYIKAN/ MENYAMARKAN, MENGINVESTASIKAN,
MENYIMPAN, MENGHIBAHKAN, MEWARISKAN, DAN/ MENTRANSFER UANG, HARTA,
BENDA/ ASET YG BERASAL DARI TP. NAR DAN/ TP. PREK NAR, DIPIDANA PENJARA MIN.
5 TH MAX 15 TH, PIDANA DENDA MIN. Rp.1 MILIAR DAN MAX. Rp.10 MILIAR
b. menerima penempatan, pembayaran atau pembelanjaan, penitipan,
penukaran, penyembunyian atau penyamaran investasi, simpanan
atau transfer, hibah, waris, harta atau uang, benda atau aset baik
dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud yang diketahuinya berasal dari tindak pidana Narkotika
dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

MENERIMA PENEMPATAN, PEMBAYARAN/ PEMBELANJAAN, PENITIPAN, PENUKARAN,


PENYEMBUNYIAN/ PENYAMARAN INVESTASI, SIMPANAN/ TRANSFER, HIBAH, WARIS,
HARTA/ UANG, BENDA/ ASET DIKETAHUI BERASAL DARI TP. NAR DAN/ TP. PREK NAR,
DIPIDANA PENJARA MIN.3 TH DAN MAX. 10 TH,
PIDANA DENDA MIN. Rp. 500 JUTA DAN MAX. Rp.5 MILIAR.
Pasal 138

Setiap orang yang menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan


serta penuntutan dan pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika
dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika di muka sidang Pengadilan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 139

Nakhoda atau kapten penerbang yang secara melawan hukum tidak


melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau
Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Pasal 140

(1) Penyidik pegawai negeri sipil yang secara melawan hukum tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 dan Pasal
89 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

(2) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penyidik BNN yang
secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan sebagimana
dimaksud dalam Pasal 87, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91 ayat (2) dan (3) dan
Pasal 92 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dikenai pidana sebgaimana
dimaksud ayat (1).
JUMLAH NPS YANG TERIDENTIFIKASI
DUNIA DAN INDONESIA

76
JENIS NPS
TERIDENTIFIKASI
DI INDONESIA

899
JENIS NEW PSYCHOACTIVE SUBSTANCES
(NPS) YANG TERIDENTIFIKASI DI
DUNIA (UNODC - CURRENT NPS
THREATS VOL.1, MARCH 2019)

71
JENIS NPS
SUDAH DIATUR
DALAM PERMENKES
NOMER 50 TAHUN
5
JENIS NPS
2018 BELUM DIATUR
DALAM
PERMENKES
JENIS NPS YANG BEREDAR
DI INDONESIA

1. TURUNAN CHATINONE SEBANYAK 20 JENIS


2. SYNTHETIC CANNABINOID SEBANYAK 27 JENIS
3. TURUNAN PHENETHYLAMINE SEBANYAK15 JENIS
4. TURUNAN PIPERAZINE SEBANYAK 3 JENIS
5. PLANT BASED SUBSTANCES SEBANYAK 2 JENIS
6. CHATINONE DAN CATHINE SEBANYAK 1 JENIS
7. TURUNAN TRYPTAMINE SEBANYAK 2 JENIS
8. TURUNAN KETAMINE SEBANYAK 1 JENIS
9. TANAMAN, SERBUK TANAMAN SEBANYAK1JENIS
10. KETAMINE SEBANYAK 1 JENIS
11. PENCYCLIDINETYPE SUBSTANCES SEBANYAK 1 JENIS
PEREDARAN NARKOBA JENIS PCC
(Paracetamol, Cafein, dan Carisoprodol)

• Narkoba Jenis PCC banyak beredar di


Kalimantan dan Sulawesi.
• Produksi besar-besaran ditemukan di
Jawa Tengah.
• Bahan baku berasal dari perusahaan
legal dan penyelundupan dari Luar
Negeri.
• Pasar narkoba PCC berasal dari semua
kalangan, dan paling massif di kelompok
remaja/pelajar, karena harganya yang
sangat murah.
NPS
New Psychoactive Substances

Phencyclidine-type
Plant based substances
substances

Synthetic cathinones Piperazines

Synthetic cannabinoids Other substances


KRATOM
3 JENIS NARKOBA YANG
PALING BANYAK
DIGUNAKAN :
GANJA, SHABU, EKSTASI

75
JENIS – JENIS NARKOBA

GOLONGAN I : GOLONGAN II :
GOLONGAN III :
➢ DILARANG DIGUNAKAN DALAM ➢ DIGUNAKAN SEBAGAI
➢ DIGUNAKAN DALAM
PENGOBATAN/LAYANAN PENGOBATAN SBG PILIHAN
PENGOBATAN
KESEHATAN TERAKHIR
➢ BISA MENYEBABKAN
➢ DIGUNAKAN TERBATAS UTK ➢ BISAMENYEBABKAN
KETERGANTUNGAN
PENELITIAN ATAS KETERGANTUNGAN
RINGAN
REKOMENDASI KEMENKES ➢ SANKSI PIDANA 2 THN
➢ SANKSI PIDANA 1 THN
➢ SANKSI PIDANA 4 THN
TEMBAKAU CAP GORILA

EFEK YG DITIMBULKAN
-BISA MENGAKIBATKAN
KETAGIHAN
-PUNYA EFEK MODUS PENJUALAN
MENENANGKAN
PENGGUNANYA DITAWARKAN
-BISA MENIMBULKAN MELALUI
MEDIA SOSIAL
HALUSINASI
- MEMICU TREMOR
(GEMETAR DI TANGAN)
KOMPOSISI
CAMPURAN ANTARA TEMBAKAU
DAN GANJA SINTETIS, HARGA BARANG DIKIRIM TEMBAKAU
MENGANDUNG SENYAWA RP 350 RIBU MENGGUNAKAN DIBUNGKUS DALAM
UNTUK SEKITAR JASA PE8N0GIRIMAN PAKET-PAKET
CANNABINOID SINTETIS (EFEK
8-10 GRAM BERLABEL MERK LAIN
SPT GANJA)
GANJA
EFEK YG DITIMBULKAN :
➢BERHALUSINASI
➢RASA GEMBIRA BERLEBIHAN,MERASA
CURIGA
➢BERKURANGNYAKEMAMPUAN
KOORDINASI,
➢PERTIMBANGAN, DAN DAYAINGAT
➢DEPRESI, KEBINGUNGAN
➢RADANG PARU-PARU, IRITASI,
PEMBENGKAKAN
➢SALURAN NAFAS
➢DAPAT TERSERANG KANKER
➢MENURUNNYA KEMAMPUAN BERPIKIR,
➢MEMBACA, BERBICARA, BERHITUNG &
BERGAUL
➢MENURUNNYA KADAR HORMON
PERTUMBUHAN, DLL
EFEK YG DITIMBULKAN :
➢ JANTUNG BERDEBAT-DEBAR
➢ SUHU BADAN NAIK
➢ TIDAK BISA TIDUR SHG WAJAH
TERLIHAT PUCAT
➢ TIMBUL EUFORIA YG TINGGI HINGGA
BERHALUSINASI
➢ NAFSU MAKAN HILANG
➢ GIGI MENJADI RAPUH KRN
KEKURANGAN KALIUM
➢ DEPRESI BERKEPANJANGAN

SHABU
EFEK YG DITIMBULKAN :
➢ MENYEBABKAN RASA HAUS YG SGT
BERLEBIHAN
➢ DIARE, MUAL, MUNTAH
➢ MENJADI HIPERAKTIF
➢ SAKIT KEPALA, PUSING
➢ GEMETAR TAK TERKONTROL
➢ DENYUT NADI YANG SANGAT CEPAT
➢ HILANGNYA NAFSU MAKAN, DLL

EKSTASI
Efek umum
• Stimulan—meningkatkan aktivitas SSP.
• Depresan—menurunkan aktivitas SSP.
• Opioid—menurunkan aktivitas SSP.
• Halusinogen—menghasilkan satu
spektrum pengalaman sensori yang
terdistorsi dan nyata, serta
mempengaruhi mood dan proses
berpikir.
NARKOTIKA DAPAT DIBEDAKAN MENJADI 3 (TIGA):
1. Narkotika Golongan I
Hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan; tidak
digunakan dalam terapi. Potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : opium, candu,jicing,jicingko,koka(daun+tanaman),kokain,ganja.
2. Narkotika Golongan II
Pada Golongan dua ini, narkotika berkhasiat untuk pengobatan sebagai pilihan
terakhir serta dapat digunakan dalam terapi dan atau ilmu pengetahuan.
Potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : morfina.
3. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan tiga ini berkhasiat untuk pengobatan,bisa digunakan
dalam terapi dan atau tujuan pengembanagn ilmu pdengetahuan. Potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Asetil dihidrokodeina, kodeina.
Golongan Utama Narkoba & Contohnya

Stimulan Opioida Depresan Halusinogen

Lysergic acid
Kokain Heroin Alkohol diethylamide
(LSD)
Amfetamin Morfin Barbiturat Mescaline

Metamfeta
Opium Benzodiazepina Peyote
-min
Nikotin,
Oxycontin Rohypnol Mushrooms
kafein
OPIUM KETAMINE

GANJA KOKAIN
SHABU

EKSTASI PUTAUW
LSD

AMPHETAMINE CODEIN
You KNOW Drugs
ASLI INDONESIA
DGN KANDUNGAN
THC > 15 %

You KNOW Drugs


KANKER PARU-PARU AKIBAT THC
PADA GANJA
Ancaman : Extra-ordinary International Organized
Crime

Kejahatan Narkotika
digolongkan sebagai
Extra-ordinary International Organized Crime
dengan jaringannya yang meng-global.
Kejahatan Narkotika terjadi
menembus batas-batas yurisdiksi suatu negara,
tidak mengenal batas negara (borderless)
sehingga karenanya
kejahatan ini juga digolongkan sebagai
Transnational Crime . sehingga harus ditangani
secara luar biasa (extra ordinary measures).
ANCAMAN TEKNOLOGI INFORMASI (CYBER)

SURFACE WEB MARKET DEEP WEB MARKET CRYPTOMARKET


PEREDARAN NARKOBA DILAKUKAN PEREDARAN NARKOBA TRANSAKSI MENGGUNAKAN
MELALUI MEDIA SOSIAL DAN WEBSITE DILAKUKAN MELALUI JARINGAN CRYPTO-CURRENCY MELALUI
INTERNET TERSEMBUNYI YANG INTERNET. TIDAK MUDAH
SANGAT SULIT DILACAK DILACAK, IDENTITAS
TERSEMBUNYI

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AKAN MENCIPTAKAN


CELAH BAGI PELAKU KEJAHATAN UNTUK
MEMPRODUKSI ATAUPUN MENGEDARKAN
NARKOBA DENGAN LEBIH MUDAH, MURAH DAN
TIDAK TERDETEKSI.
INDONESIA DARURAT NARKOBA

DAYARUSAK POTENSIPASAR WILAYAHSEBARAN


Daya rusak Narkoba lebih Penduduk Indonesia ± 250 juta Narkoba telah menyebar ke
serius dibanding korupsi dan jiwa sebagai pasar potensial seluruh pelosok wilayah
terorisme, karena Narkoba Narkoba. Penyalah guna dan menyasar kalangan
merusak otak (penyakit narkoba di Indonesia ± 4 juta anak-anak (regenerasi
kronis-kambuhan). orang. pangsa pasar)

JALUR MASUK JARINGANINTERNASIONAL NARKOBA DI LAPAS


Jalur masuk narkoba di Jaringan Internasional yang Para Narapidana kasus
Indonesia terutama melalui beroperasi di Indonesia: Afrika Narkoba masih
jalur laut (wilayah perairan) Barat, Iran, Tiongkok, Pakistan, mengendalikan peredaran
dan pelabuhan tidak resmi Malaysia, Eropa. Narkoba dari dalam
(jalur tikus). penjara.
INDONESIA DARURAT NARKOBA

Kerugian sosial ekonomi akibat


Narkoba 84,7 Trilyun
30 ORG/HARI

*) Hasil Penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes


UI,
2017
KASUS MENONJOL TP NARKOTIKA

Pengungkapan jaringan narkotika Internasional Tanggal 09 Februari 2018


oleh TNI AL, BNN dan Dirjen Bea Cukai yang menggagalkan
penyelundupan Narkotika di Batam dengan barang bukti Shabu seberat
1.019 KG diangkut menggunakan kapal ikan SUNRISE GLORY atau SHUNE
DEMAN 66 atau SHUN DE CHIN
TERSANGKA :
CHEN CHUNG NAN Paspor Taiwan No. 303740475
CHEN CHIN TUN Paspor No. 308847528
HUANG CHING AN Paspor No. 315915469
HSIEH LAI FU Paspor No. 315265627
Penangkapan sabu
1.622 Ton

Pada Tgl 20 Februari 2018 di Perairan


Anambas, Kab. Anambas, Kepulaan Riau.
Pelaku : 1. CHEN HUI Fujian China(Nahkoda
/Kapten)
2. CHEN YI ( Nelayan ( Crwe)
3. CHEN MAI SENG ( Mekanik)
4. YAO YUN FA ( Mekanik)
PERAN SERTA MASYARAKAT
PASAL 106 UU 35/2009 TENTANG NARKOTIKA
Mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana narkotika dan prekursor narkotika;

Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh,


dan memberikan informasi tentang adanya dugaan
dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika dan
prekursor narkotika kepada penegak hukum;

Menyampaikan saran dan pendapat secara


bertanggung jawab kepada penegak hukum;
PERAN SERTA MASYARAKAT
PASAL 106 UU 35/2009 TENTANG NARKOTIKA (2)

Memperoleh jawaban atas pertanyaan dan


laporannya yang diberikan kepada penegak
hukum; dan

Memperoleh perlindungan hukum pada saat


yang bersangkutan melaksanakan haknya atau
diminta pada proses peradilan.
BAB XV PASAL 111 Ayat 1

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum


menanam,

memelihara,
Narkotika Gol I dalam
memiliki, bentuk tanaman;
menyimpan,

menguasai,
menyediakan,
DIPIDANA

jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal

penjara Paling singkat 4 th Paling lama 12 th

denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M


PASAL 111 Ayat 2
Setiap org tanpa hak
1 KG 1,.. KG
dan melawan hukum
menanam,

memelihara, ➢ Lebih 1 KG
Narkotika Gol I dalam ➢ Lebih 5 BTG POHON
memiliki, bentuk tanaman;

menyimpan,

menguasai,
SEUMUR HIDUP
menyediakan, DIPIDANA ATAU

jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal


Harus disebutkan dgn
jelas hitungannya dlm
vonis atau hukuman
denda pokok jangan penjara Paling singkat 5 th Paling lama 20 th
diberi alternatif agar
tdk terjadi tawar
menawar denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M

Denda
tambahan
1/3 1/3
PASAL 112 1

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum

memiliki,
Narkotika Gol I dalam
menyimpan,
bentuk bukan tanaman;
menguasai,
menyediakan,

DIPIDANA

jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal

penjara Paling singkat 4 th Paling lama 12 th

denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M


PASAL 112 2

DALAM HAL PERBUATAN

memiliki,

menyimpan, Narkotika Gol I dalam


LEBIH 5 gram
bentuk bukan tanaman;
menguasai,
menyediakan,

SEUMUR HIDUP
DIPIDANA ATAU

Harus disebutkan dgn jenis Sanksi minimal Sanksi maksimal


jelas hitungannya dlm
vonis atau hukuman
denda pokok jangan
diberi alternatif agar penjara Paling singkat 5 th Paling lama 20 th
tdk terjadi tawar
menawar
denda Paling sedikit 800 jt Paling banyak 8 M

Denda
tambahan
1/3 1/3
SETIAP ORG TANPA HAK 1
DAN MELAWAN HUKUM PASAL 113

SEBELUM (TDK ADA) MEMPRODUKSI SESUDAH (HASIL) DIPIDANA

Ada orang Ada mesin


Ada bahan Tabung reaksi
penjara denda
Instalasi Listrik
5 th 1M
Instalasi air
15 th 10 M

► Ada yg memasukkan peralatan mesin & tabung reaksi dan bahan


► Ada orang yg menginstalasi pabrik
► Ada orang dan peralatan memasak.
► Ada pabrik (peralatan dan mesin-mesin).
► Ada tabung-tabung reaksi kimia.
► Ada peralatan listrik yg menggerakan mesin.
► Ada instalasi air utk cuci dan pendingin

DR LUAR NEGERI MENGIMPORT KE DALAM NEGERI

DR DALAM NEGERI MENGEKSPORT KE LUAR NEGERI

DR PABRIK MENYALURKAN KE PENGEDAR


Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
PASAL114 1 untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
DLM HAL pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
PERBUATAN dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

▪ UTK DIJUAL
▪ MENJUAL
▪ MEMBELI
MENAWARKAN ▪ MENERIMA NARKOTIKA
UNTUK ▪ MENJADI PERANTARA DLM JUAL BELI GOL I
▪ MENUKAR
▪ MENYERAHKAN

DIPIDANA

• PENJARA SEUMUR HIDUP


• PENJARA MIN 5 TH
• PENJARA MAX 20 TH
• DENDA MIN 1 M
• DENDA MAX 10 M
Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi
PASAL114 2 perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika
Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau
dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan
pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6
SETIAP ORG TANPA (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
HAK DAN MELAWAN maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
HUKUM
▪ UTK DIJUAL
▪ MENJUAL
▪ MEMBELI
MENAWARKAN NARKOTIKA GOL I
▪ MENERIMA BERATNYA LBH 1KG @
UNTUK
▪ MENJADI PERANTARA DLM JUAL BELI 5 POHON @ BUKAN
▪ MENUKAR TANAMAN LBH 5 G
▪ MENYERAHKAN

DIPIDANA

• MATI
• PENJARA SEUMUR HIDUP
• PENJARA MIN 6 TH
• PENJARA MAX 20 TH
• DENDA MIN 1 M
• DENDA MAX 10 M + 1/3
PASAL115 1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito
Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
SETIAP ORG TANPA belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
HAK DAN MELAWAN Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
HUKUM banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

▪ MEMBAWA
▪ MENGIRIM
▪ MENGANGKUT
NARKOTIKA GOL I DIPIDANA
▪ MENTRANSITO

• PENJARA MIN 4 TH
• PENJARA MAX 12TH
• DENDA MIN 800 JT
2 DALAM HAL
• DENDA MAX 8 M
PERBUATAN

▪ MEMBAWA NARKOTIKA GOL I


• SEUMUR HIDUP
▪ MENGIRIM BERATNYA LBH 1KG @ • PENJARA MIN 5 TH
▪ MENGANGKUT
5 POHON @ BUKAN • PENJARA MAX 20 TH
TANAMAN LBH 5 G • DENDA MAX 8 M + 1/3
▪ MENTRANSITO
PS 131 Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113,
Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal
120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126,
Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat (1), dan Pasal 129 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

TIDAK MELAPORKAN ADANYA TP NARKOTIKA,


BISA DIPIDANA PENJARA MAX 1 THN & PIDANA DENDA MAX. Rp. 50 JUTA.
PS 132 (1) Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal
111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117,
Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal
124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129, pelakunya dipidana dengan
pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut.
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112,
Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal
119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125,
Pasal 126, dan Pasal 129 dilakukan secara terorganisasi, pidana penjara
dan pidana denda maksimumnya ditambah 1/3 (sepertiga).
(3) Pemberatan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku
bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana mati, pidana penjara
seumur hidup, atau pidana penjara 20 (dua puluh) tahun.

PEMUFAKATAN JAHAT TP. NAR & PREK NAR, PELAKU


DIPIDANA DGN PIDANA PENJARA YG SAMA DGN
KETENTUAN DIMAKSUD DLM PASAL-PASAL TSB.

DALAM PERBUATAN SECARA TERORGANISASI, PIDANA


PENJARA & PIDANA DENDA MAX.NYA DITAMBAH 1/3.
PEMBERATAN PIDANA TIDAK BERLAKU BAGI TP YG
DIANCAM PIDANA MATI, SEUMUR HIDUP ATAU
PENJARA 20 TH
PS 137 Setiap orang yang:
a. menempatkan, membayarkan atau membelanjakan, menitipkan,
menukarkan, menyembunyikan atau menyamarkan,
menginvestasikan, menyimpan, menghibahkan, mewariskan,
dan/atau mentransfer uang, harta, dan benda atau aset baik
dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud
atau tidak berwujud yang berasal dari tindak pidana Narkotika
dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
MENEMPATKAN, MEMBAYARKAN/ MEMBELANJAKAN, MENITIPKAN,
MENUKARKAN, MENYEMBUNYIKAN/ MENYAMARKAN, MENGINVESTASIKAN,
MENYIMPAN, MENGHIBAHKAN, MEWARISKAN, DAN/ MENTRANSFER UANG, HARTA,
BENDA/ ASET YG BERASAL DARI TP. NAR DAN/ TP. PREK NAR, DIPIDANA PENJARA MIN.
5 TH MAX 15 TH, PIDANA DENDA MIN. Rp.1 MILIAR DAN MAX. Rp.10 MILIAR
b. menerima penempatan, pembayaran atau pembelanjaan, penitipan,
penukaran, penyembunyian atau penyamaran investasi, simpanan atau
transfer, hibah, waris, harta atau uang, benda atau aset baik dalam bentuk
benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud
yang diketahuinya berasal dari tindak pidana Narkotika dan/atau tindak
pidana Prekursor Narkotika, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

MENERIMA PENEMPATAN, PEMBAYARAN/ PEMBELANJAAN, PENITIPAN, PENUKARAN,


PENYEMBUNYIAN/ PENYAMARAN INVESTASI, SIMPANAN/ TRANSFER, HIBAH, WARIS,
HARTA/ UANG, BENDA/ ASET DIKETAHUI BERASAL DARI TP. NAR DAN/ TP. PREK NAR,
DIPIDANA PENJARA MIN.3 TH DAN MAX. 10 TH,
PIDANA DENDA MIN. Rp. 500 JUTA DAN MAX. Rp.5 MILIAR.
REHABILITASI
PS 54 Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
PS 127 (1) Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55,
dan Pasal 103.
(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah
Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

PIDANA PENJARA
UTK DIRI SENDIRI NARKOTIKA MAX 4 TH
GOL I
PIDANA PENJARA
UTK DIRI SENDIRI NARKOTIKA MAX 2 TH
GOL II
PIDANA PENJARA
UTK DIRI SENDIRI NARKOTIKA MAX 1 TH
GOL III
PS 103 (1) Hakim yang memeriksa perkara pecandu Narkotika dapat:
a. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika pecandu Narkotika tersebut
terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika; atau
b. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika pecandu Narkotika tersebut tidak
terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika.
(2) Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi pecandu Narkotika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperhitungkan sebagai masa
menjalani hukuman.

MEMUTUS TETAPKAN
PECANDU PECANDU
BEROBAT & BEROBAT &
RAWAT MELALUI RAWAT MELALUI
REHABILITASI REHABILITASI
JIKA PECANDU JIKA PECANDU
TERBUKTI TIDAK TERBUKTI
BERSALAH BERSALAH
PS 128 (1) Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak
melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
(2) Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh
orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat
(1) tidak dituntut pidana.

ORANG TUA/ WALI PECANDU YG BELUM CUKUP UMUR


SENGAJA TIDAK MELAPOR

PIDANA PENJARA 6 BULAN


PIDANA DENDA 1 JUTA

ORANG TUA/ WALI PECANDU YG BELUM CUKUP UMUR


MELAPOR

TIDAK DITUNTUT PIDANA


PS 128 (3) Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2
(dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit dan/atau lembaga
rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut pidana.
(4) Rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi standar kesehatan yang
ditetapkan oleh Menteri.

ORANG TUA/ WALI PECANDU YG TELAH CUKUP UMUR


SEDANG REHABILITASI MEDIS 2 X MASA
PERAWATAN DOKTER DI RS/LEMBAGA
REHABILITASI MEDIS YG DITUNJUK
PEMERINTAH

TIDAK DITUNTUT PIDANA

RUMAH SAKIT/ LEMBAGA REHABILITASI MEDIS


YG DITUNJUK PEMERINTAH HARUS MEMENUHI
STANDAR KESEHATAN YG DITETAPKAN OLEH MENTERI
(1) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur dan
dengan sengaja tidak melaporkan diri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) dipidana dengan
PS 134 pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah).
(2) Keluarga dari pecandu Narkotika sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dengan sengaja tidak
melaporkan pecandu Narkotika tersebut dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).

PECANDU YG SUDAH CUKUP UMUR & SENGAJA TIDAK MELAPORKAN DIRI, DIPIDANA
PIDANA KURUNGAN MAX. 6 BULAN ATAU PIDANA DENDA MAX. Rp. 2 JUTA.

KELUARGA PECANDU YG SENGAJA TIDAK MELAPORKAN PECANDU TERSEBUT


DIPIDANA PIDANA KURUNGAN MAX. 3 BULAN/ PIDANA DENDA MAX. Rp. 1 JUTA.
Penyelenggaraan Rehabilitasi

Dilakukan di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yg


ditetapkan oleh Kemenkes / Kemensos

Dalam kondisi belum tersedia IPWL, dpt dilakukan pada


lembaga yg bekerjasama dg BNN/BNNP/BNNK

IPWL dapat di Puskesmas, RSU, RS Khusus, Lembaga Rehab


Medis / Sosial, baik milik pemerintah, swasta atau masyarakata
Penyelenggaraan Rehabilitasi Voluntary

Rencana Terapi &


Asesmen
Terapi Rehabilitasi
Rehabilitasi Yg Bersifat Voluntary
• Datang karena kemauan sendiri / keluarga /
rujukan
• Dapat bersifat rawat jalan / rawat inap,
tergantung pada hasil asesmen
• Lama perawatan didasarkan pada derajat
permasalahannya
• Asesmen yang dilakukan HANYA asesmen
medis, karena tujuan utama adalah untuk
pemulihan
Penyelenggaraan Rehabilitasi Compulsory

Asesmen Medis Rehabilitasi


& Hukum atas Rekomendasi sebagai titipan
permintaan APH atau putusan
Rehabilitasi Yang Bersifat Compulsory
• Merupakan rujukan sistem peradilan pidana:
– Dalam masa persidangan: titipan penyidik / jaksa
– Putusan pengadilan
• Sesuai dg Perka BNN 11/2014:
– Pengajuan asesmen terpadu (medis & hukum)
dalam masa 3 x 24 jam yang dpt diperpanjang 3
x 24 jam
• Pengajuan asesmen diluar masa tersebut: mengikuti
proses voluntary (hanya asesmen medis)
Rehabilitasi Yang Bersifat Compulsory
(lanjt)
• Waktu: hendaknya mempertimbangkan kebijakan
pemerintah dalam mengakomodasi pembiayaan
rehabilitasi:
– Kemenkes 3 bulan
– Kemensos 3 – 6 bulan
– BNN 3 – 12 bulan
• Dalam hal di satu wilayah TDK terdpt tempat rehab
rawat inap:
– Pertimbangkan dilakukan rawat jalan bila kelg
suportif dan kooperatif
PELAKSANAAN PUTUSAN / PENETAPAN HAKIM

Dalam hal terdakwa Pecandu Dalam hal terdakwa Pecandu


Narkotika dan Korban Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Penyalahgunaan Narkotika
terbukti bersalah maka Jaksa tidak terbukti bersalah maka
melaksanakan putusan Jaksa melaksanakan
sesuai dengan yang penetapan hakim.
tercantum.
TIM ASESMEN TERPADU
(Usulan Pimpinan Masing-Masing Instansi
Terkait dan Ditetapkan Oleh BNN)

TIM HUKUM
TIM DOKTER
(Kemenkumham
(Dokter dan Psikolog) Kejaksaan, Polri, dan
BNN)
ALUR REHABILITASI 2019

INPUT
PERSIAPAN REHABILITASI PASCA REHAB

MEDIS - SOSIAL
LAYANAN
PASCAREHAB
INTER REGULER
VENSI
SKRINING OUTCOME
SINGKAT
PECANDU
atau
KORBAN PENYALAH GUNAAN PULIH,
NARKOBA RENCANA LAYANAN PRODUKTIF
TERAPI RAWAT PENERI
PASCAREHAB BERFUNGSI
ASESME REHAB JALAN MAAN SOSIAL
LANJUT
• DATANG SENDIRI N
• DIANTAR KELUARGA/
MASYARAKAT ▪ Voluntary
• PROSES HUKUM ▪ Compolsar
y RAWAT LAYANAN
INAP PASCAREHAB
INTENSIF

RELAPSE
Strategi BNN RI
Hard Power
Pemberantasan

S Pencegahan

WAR o
f

ON DRUGS
t Trustable
Pemberdayaan Indonesia
P4GN and
Bersinar
P Masyarakat Accountable
Perang melawan Narkoba, o
mewujudkan Indonesia Bersinar w
(Bersih Narkoba). e
r Rehabilitasi

IT Development
Kerja Sama
and Research
Smart Power Empowering

War on Drugs – Indonesia Bersinar


Terima kasih
SELAMATKAN ANAK BANGSA

STOP NARKOBA
SUPARDI : 085894943707 E-mail pardi_212@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai