SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi Pada
Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo
OLEH:
Fakultas : Hukum
1. Skripsi ini adalah murni merupakan gagasan, rumusan dari penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim dosen
pembimbing
3. Dalam Skripsi ini semua sumber yang termuat dalam Skripsi ini
Demikian Lembaran Pernyataan Keaslian ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diberikan, serta
sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Halu Oleo.
iii
ABSTRAK
Kata Kunci: Analisis Yuridis, Putusan Bebas, Tindak Pidana, Tindak Pidana
Narkotika, Narkotika.
iv
ABSTRACT
Wa Ode Andi Musni Idati, (H1a119536), Criminal Law Faculty of Law Halu
Oleo University “Judicial Analysis Of The Application Of Article 183 Of The
Criminal Procedure Code In Cases Of Narcotics Crimes (Study Of Decision
Number 2/Pid.Sus/2021/PN Ffk)”. Under the guidance of Mr. Dr. Herman, S.H.,
LL.M. as Counsellor land Mr. La Ode Muh. Sulihin, S.H., M.H. as Counsellor
II.
Juridical analysis the purpose of this research is to find out the basis for
the legal considerations of judges in passing acquittals on the crime of possession
of narcotics in case number.
Juridical analysis of the purpose of the type of research used in this study,
namely normative legal research, namely library research by collecting data and
materials from books, journals, scientific articles and various literature related to
the problems in this study.
Based on the result of the research and discusion, it shows that the basic
considerations of the judge in imposting a verdinct are acquitted of all lawsuits
againts the perpetrators of criminal actsby using Article 183 of the Criminal
Procedure Code at number 2/Pid.Sus/2021/PN Ffk is because the panel of judges
is of the opinion that in order to be able to prove the defedant is truly guilty of
planting, maintaining, possessing, storing, controlling, or providing narcotics
class I in the form of plants the judge must have conviction and at least 2 (two)
valid evidence. In addition, the panel of judges was of the opinion that could be
accounted for by the defendant for the narcotics amounting to 8,41 (eight point
four one) grams. Based on these considerations, the author has a different view
that the defendant can be held responsible 2 (two) clear plastic packs drugs
weighing 8,41 (four point eigt one) grams as evidence at trial. So that the
defedant Sumadi should have been sentenced to imprisonment for 4 (four) years
and a Fine of Rp. 800.000.000,00(eigt hundred million rupiah)
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Nya, limpahan rezeki, kesehatan dan kesempatan sehingga penyusunan Skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik, shalawat serta salam semoga selalu tercurah
beserta seluruh keluarganya, sahabatnya dan kita umat muslim sampai akhir
hayat.
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Halu Oleo Kendari. Sebagai seorang hamba yang memiliki
kemampuan terbatas dan tidak lepas dari kesalahan, serta tidak sedikit kendala
yang dialami oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini. Akan tetapi berkat
tingginya kepada kedua orangtua saya, Ayah tercinta La Ode Idati dan Ibu
tercinta Wa Ode Ate, yang telah melahirkan, membesarkan dengan seluruh cinta
memberikan bantuan materil serta pengorbanan yang tak henti-hentinya, dan saya
vi
ingim mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar La Ode Santaonga dan
Wa Ode Obone serta keluarga besar La Ode Dumbira Dan Wa Woka. Tak lupa
Munawal Akbar Idati S.T dan WA Ode Zaitun Idati S.Pd dan adik tercinta
saya La Ode Andi Tao Idati yang selalu mendukung, membantu, memberikan
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
Ode Muh. Sulihin, S.H., M.H. selaku Pembimbing II atas segala waktu, tenaga
penulis mulai saat awal penyusunan proposal sampai terselesaikannya skripsi ini.
Sabrina hidayat, S.H., M.H. penguji kedua Sitti Aisah Abdullah, S.H., M.H.
dan penguji ketiga Ahmad Firman Tarta, S.H., M.H. atas sumbangsih kritik,
saran, pemikiran, tenaga, dan waktu dalam memberika saran yang terbaik bagi
Pada kesempatan ini secara khusus dan penuh kerendahan hati, ucapan
1. Bapak Prof. Dr. Muh. Zamrun Firihu, S.Si., M.Sc. selaku rektor Universitas
vii
2. Bapak Dr. Herman S.H., LL.M. selaku Dekan Fakultas Hukum, yang telah
3. Bapak Dr. Guasman Tatawu, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Bidang
4. Ibu Sitti Aisah Abdullah, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Bidang Umum,
5. Bapak Lade Sirjon, S.H., LL.M. selaku wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
6. Bapak Laode Muh. Sulihin, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum
7. Bapak Iksan, S.H., M.H. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
8. Bapak Ahmad Firman Tarta, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana
9. Seluruh Dosen Fakultas Hukum yang telah memberikan banyak ilmu dan
10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo.
12. Terimakasih kepada Isnah, Hamlia Kasmadi, Sitti Sopiah Arlana. Teman-
teman saya yang saya kenal sejak di bangku sekolah hingga sekarang meski
viii
beda-beda jurusan, yang selalu menyemangati dan mendengarkan curhatan-
13. Terimakasih kepada anggota grup jurnalis tekukur Wa Ode Rahma Wati,
Fatmawati S.E., Lisa Efriani, dan Sriana Wati yang selalu memberikan
14. Terimakasih kepada teman-teman dan adik-adik terdekat saya angkatan 2019,
angkatan 2021, dan angkatan 2022 di Asrma Putri Bidikmisi UHO yang telah
yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu dan semua pihak yang
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................... iv
BAB I PNDAHULUAN
x
B. Metode pendekatan penelitian .................................................................. 33
BAB V PENUTUP
A. Kesimpilan ................................................................................................. 62
B. Saran ........................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini dengan menciptakan suatu aturan hidup bersama yang baik yakni secara
rasional dan moral dengan bertumpu pada hak-hak manusia. 1 Kejahatan dalam
kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap
kejahatan hanya dapat dicegah dan dikurangi tetapi sulit diberantas secara tuntas.
kedokteran, narkotika digunakan untuk mebius pasien sebelum dioperasi. Hal ini
pikiran, dan kesadaran pasien. Namun disisi lain, justru sifat dan khasiat yang
beserta berbagai akibatnya. Maka masalah utama narkotika adalah disatu pihak
diperlukan untuk medis dan ilmu pengetahuan, dipihak lain harus diberantas
tindak pidana khusus, hakim diperbolehkan untuk menghukum dua pidana pokok
1
Ishaq, 2018, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 312.
2
Soedjino Drjosisworo, 1990, Hukum Narkotika Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
hal. 55.
1
sekaligus pada umumnya hukuman badan dan pidana denda. Hukuman badan
berupa pidana mati, pidana seumur hidup, atau pidana penjara. Tujuannya agar
Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang
Narkotika sudah diatur tentang sanksi pidana yang akan diberikan kepada yang
cukup berat, disamping dikenakan pidana penjara dan pidana denda, juga yang
pidana penjara maupun pidana denda serta adanya ancaman pidana mati
3
Bambang Sitiyoso, 2007, Metode Penemuan Hukum Upaya Prwujudan Hukum yang
Pasti dan Berkeadilan, UU Press, Yogyakarta, hal. 21.
2
Untuk menimbulkan efek jera terhadap pelaku penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika dan zat atau bahan pembuat narkotika, dalam Undang-
sanksi pidana, baik dalam bentuk pidana minimum khusus, pidana penjara 20 (dua
puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup, denda, maupun pidana mati.
“hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya”.5
Alat bukti yang digunakan hakim, juga harus sesuai dengan ketentuan
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
4
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tantang Narkotika.
5
Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
3
Hakim, melalui alat bukti yang sah yang dapat memutuskan putusan
perkara yang dijalani disidang pengadilan. Hal ini karena pembuktian dipandang
sebagai sesuatu yang tidak memihak, objektif, dan memberikan informasi kepada
Adapun kronologis perkara tersebut berawal pada hari Selasa tanggal 8 Sebtember
2020 pukul 02.10WIT, di Pasar Ikan Tanjung Wangon, Terdakwa dan saksi
Jalan Yos Sudarso Fakfak. Setelah keluar dan akan pergi dari warung makan
pemeriksaan pada Terdakwa serta 1 (satu) unit sepeda motor matic Yamaha tipe
Mio 125 warna merah hitam dengan nomor polisi A 5090 DH yang dikendarai
oleh terdahwa. Kemudian di dalam jok motor tersebut, ditemukan bungkus rokok
terhadap barang bukti yang ditemukan tersebut adalah positif Narkotika Golongan
I. Selanjutnya berdasarkan bukti surat Hasil Test Narkoba RSUD Fakfak atas
nama tuan Sumandi (Terdakwa) tanggal 8 sebtember 2020 yang dibuat dan
6
Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori dan Hukum Pembuktian, Airlangga, hal. 96.
4
Namun pada saat di persidangan, Penuntut Umum menyatakan bahwa
kesimpulan pada hasil tes urine tersebut terdapat kesalahan, bahwa seharusnya
keduanya ditandatangani oleh dokter pemeriksa yang sama, pada hari tanggal
yang sama.
menyatakan bahwa Terdakwa bebas dari semua dakwaan penuntut umum karena
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
2/Pid.Sus/2021/PN Ffk)”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
5
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
2/Pid.Sus/2021/PN Ffk.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
kemajuan ilmu hukum pidana. Selain itu, penulisan ini diharapkan dapat menjadi
referensi tambahan bagi para akademisi, penulis, dan para kalangan yang berminat
2. Manfaat Praktis
sabagai referensi bagi siapa saja, dan sebagai bahan atau media informasi kepada
peneliti lainnya dalam menyusun suatu karya ilmiah yang ada kaitannya dengan
judul di atas.
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
mempergunakan istilah peristiwa pidana atau tindak pidana. Perkataan feit itu
sendiri di dalam bahasa Belanda berarti sebagian dari suatu kenyataan atau een
secara harfiah perkataan straafbaar feit itu dapat diterjemahkan sebagai sebagian
dari suatu kenyataan yang dapat dihukum yang sudah barang tentu tidak tepat,
oleh karena kelak akan kita ketahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarya
tindakan.7
pidana telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Moeljatno mengatakan
perbuatan pidana atau tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum yang disertai dengan ancaman atau sanksi yang berupa pidana
Selain itu terdapat juga istilah pengertian straafbaar feit menurut beberapa
7
P.A.F., Lamintang, 1996, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 181
8
Moeljatno, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana, Bina Aksara, Jakarta,
1983, hal. 59.
7
a. Adami Chazawi
Straafbaar feit terdiri dari tiga kata yakni straaf, baar, dan feit, beberapa
dapat dan boleh, sementara itu untuk feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa,
b. Simons
c. Van Hattum
Perkataan straafbaar feit itu berarti voor straaf innanmerking komend atau
straaf verdienend yang juga mempunyai arti sebagai pantas untuk dihukum,
sehingga perkataan straafbar feit seperti yang telah digunakan oleh pembuat
undang-undang di dalam KUHP itu secara eliptis harus diartikan sebagai suatu
tindakan, oleh karena telah melakukan tindakan semacam itu membuat seseorang
menjadi dapat dihukum atau feit terzakevan hetwelkeen person straafbaar is.
Jadi, menurut pendapat Van Hattum tersebut diatas, antara feut dan pesoon
d. Pompe
9
Adami Chazawi, 2008, Pembelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 69.
10
Ibid, hal. 56
11
Ibid, hal. 184.
8
1) Dari segi teoritis, straafbaar feit itu dapat dirumuskan sebagai suatu
2) Dari segi hukum positif, straafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain
e. Tresna
tepat perihal peristiwa pidana, namun juga beliau menarik suatu definisi yang
menyatakan bahwa: peristiwa pidana itu adalah suatu perbuatan atau rangkaian
penghukuman. 13
f. Zainal Abidin
secara harfiah dapat diterjemahkan dengan peristiwa pidana adalah keliru, karena
bukan peristiwa yang dipidana, akan tetapi orang yang mewujudkan peristiwa
Pada hakekatnya, istilah yang paling tepat untuk digunakan ialah “delik”
9
1) Bersifat universal (umum), semua orang di dunia mengenalnaya
pembuatnya)
oleh korporasi, orang mati, orang yang tidak dikenal menurut hukum
maka dapat diketahui bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang melawan
hakim untuk menguraikan seseorang telah melakukan suatu tindak pidana atau
seseorang tersebut diyakini telah melanggar beberapa unsur pidana. Setiap tindak
yang terdapat dalam KUHP dibagi dalam dua bagian, yaitu unsur yang bersifat
subjektif dan unsur yang bersifat objektif. Unsur subjektif adalah unsur yang
melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan
15
Ibid, hal. 231.
10
4) Merencanakan terlebih dahulu atau voordebeachte raad
Sedangkan yang dimaksud dengan unsur objektif adalah unsur yang ada
senyawa berupa zat atau obat yang asalnya dari tanaman, baik tanaman sintesis
hilangnya rasa, mengurangi nyari dan efek sampingnya menimbulakan rasa candu
tidak sesuai dengan standar pengobatan akan menimbulkan akibat yang sangat
yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya
16
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2005, Teori-Teori dan Kebujakan Pidana. Alumni,
Bandung, hal. 2.
17
P.A.F. Lamitang, Op.Cit, hal. 194.
18
P.A.F Lamintang, 2008, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama, hal.
59.
11
akan dapat melemahkan kethanan nasional. 19 Kejahatan narkotika sangat
1) Dehidrasi
2) Halusinasi
diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 Undang-Undang Nomor
jaringan yang luas serta mempunyai dukungan dana yang besar dan sudah
ciri khusus dari tindak pidana narkotika menjadikan setiap kasus narkotika
19
Agus Setiawan, 2019, Penegakan Hukum Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan
Narkotika, Jurnal Hukum Unisulla, Vol. 35 No. 2, hal. 145.
20
https://bnn.go.id/pengertian-narkoba-dan-bahaya-narkoba-bagi-kesehatan/ diases pada
18 Desember 2022.
21
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha
Pencegahan dan Penanggulangan (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal Hukum, Vol. XXXV, No. 1,
April 2011, hal. 440.
22
Frans Simangunsong, Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika,
RECHSTAAT Ilmu Hukum Fakultas Hukum UNSA, Vol. 8. No. 1 Maret 2014, hal. 11.
12
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, tindak pidana narkotika adalah peredaran ilegal narkotika dan
tindak kejahatan narkotika dilakukan baik oleh sendiri maupun permfakatan jahat
yaitu perbuatan dua orang atau lebih yang bersepakat untuk melakukan,
pidana yang menyangkut produksi dan jual beli disini bukan hanya dalam
arti semoit, akan tetapi termasuk pula perbuatan ekspor, import dan tukar
menukar narkotika
dan mentrasito narkotika. Selain iti, ada juga tindak pidana di bidang
23
Mardani, 2010, Penyalahgunaan Narkotika dalam prespektif Hukum Islam dan Hukum
Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
13
kapten penerbang karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
merupakan tindak pidana bagi orangtua atau wali dan pecandu yang
bersangkutan
kemasan narkotika baik dalam bentuk obat maupun bahan baku narkotika
bukti yang disita berupa tanaman yang jumlahnya sangat banyak, sehingga
14
tidak mungkin barang bukti tersebut diajukan kepersidangan semuanya.
Dalam hal ini, penyidik wajib membuat berita acara sehubungan dengan
tetapi ada kalanya kejahatan ini dilakukan pula bersama-sama dengan anak
dibawah umur (belum genap 18 tahun usianya). Oleh karena ini, perbuatan
Narkotika
24
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narktika
15
4. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
narkotika yang sebagaimana sudah dijelaskan di atas, juga penjelasan para ahli
yang semakin memperjelas tentang apa itu perbuatan tindak pidana, yang pada
intinya tindak pidana narkotika yaitu suatu perbuatan yang tidak boleh dilakukan
2. Jenis-Jenis Narkotika
a. Opiat/Opium
Opium adalah getah berwarna putih seperti susu yang keluar dari kotak biji
tanaman Papaver Samni Verum yang belum masak. 26 Jika buah candu yang bulat
telur itu kena orehan, getah tersebut jika di tamping dan kemudian dijemur akan
25
Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Prespektif Hukum Islam Dan Hukum
Pidana Nasional, Jakarta, hal. 81-86.
26
Andi Hamzah dan R.M Surahman, 1994, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, Sinar
Grafika, Jakarta, hal. 16.
16
candu yang matang setelah diproses akan menghasilkan alkolida dalam bentuk
1) Tingginya 70-110 cm
pohonnya
b. Morphin
Morphin adalah jenis narkotika yang bahan bakunya berasal dari candu
atau opium. Sekitar 4-21% morphin dapat dihasilkan dari opium. Morphin adalah
prototype analgetik yang kuat, tidak berbau, rasa pahit, berbentuk Kristal putih,
c. Ganja
Tanaman ganja adalah dammar yang diambil dari semua tanaman genus
cannabisi, termasuk biji dan buahnya termasuk hasil pengolahan.27 Dammar ganja
adalah dammar yang diambil dari tanaman ganja, termasuk hasil pengolahannya
27
Ibid, hal.84.
17
Ganja atau marihuana (marijuana) atau cannabis. Ganja bagi para
pengedar maupun pecandu diistilahkan dengan cimeng, gele, daun, rumput jayus,
jum, barang, marijuana, gelek hijau, banh, bunga, ikat dan labang.
Ganja di Indonesia pada umumnya banyak terdapat di daerah lain pun bias
1) Ganja jenis jantan, dimana jenis seperti ini kurang bermanfaat, yang
2) Ganja jenis betina, jenis ini dapat berbunga dan berbuah, biasanya
d. Cocainnel/ kokain
Kokain adalah suatu alkoida yang berasal dari daun Erythoxylum coca
lam.28 Daun koka adalah daun yag belum atau sudah dikeringkan atau dalam
perubahan kimia. Kokain mentah adalah semua hal-hal yang diperoleh dari daun
marah, depresi, cemes, gelisah, dan kehilangan gairah untuk melakukan sesuatu.
e. Heroin
28
Hari Sasangka, 2003,Narotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Mandar Maju,
Bandung, hal. 55.
18
Heroin atau diacethyl morphin adalah suatu semi sintesis turunan morphin.
dengan cara acethalasi dan atecitanybrida. Bahan bakunya adalah morphin, asam
yang berwarna kuning tua sampai coklat. Jenis ini sebagian besar
belum murni
agar berwarna abu-abu juga diberi warna lain untuk menandai ciri khas
untuk disuntikkan. 29
dengan melalui proses kimia secara farmakologi yang farmakologi yang sering
disebut dengan istilah Napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya).
29
Sumarno Ma’sum, 1987, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan
Obat, Mas Agung, Jakarta, hal. 78.
19
Napza tergolong zat psikoaktif, yaitu zat yang terutama berpengaruh pada
dan kesadaran.
Narkotika sintesis ini terbagi atas 3 (tiga) bagian sesuai menurut reaksinya
terhadap pemakaiannya:
1) Depressants
2) Stimulants
3) Hallucinogens/halusinasi
20
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 narkotika
ketergantungan
mengakibatkan ketergantungan.
lalu bertolak pada system pembuktian dengan tujuan mengetahui bagaimana cara
30
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
21
Unsur itu, secara teoritik guna penerapan sitem pembuktian ada 4 macam teori
1) Conviction-in Time
2) Convection-Raisonee
peranan penting dalam menentukan salah tidaknya terdakwa. Akan tetapi, dalam
system pembuktian ini, faktor keyakinan hakim dibatasi. Jika dalam system
pembuktian conviction-in time peran keyakinan hakim leluasa tanpa batas maka
peranan penting dalam menentukan salah tidaknya terdakwa. Akan tetapi, dalam
sistem pembuktian ini, tidak ikut berperan menentukan salah atau tidaknya
terdakwa. Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat-alat bukti
stelse)
31
Tjuk Suharjanto, 1996, Penuntutan dan Teknik Membuat Surat Dakwaan, Dharma
Surya Berlian, Surabaya, hal. 277.
22
Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif merupakan
keseimbangan antara kedua sistem yang saling bertolak belakang secara eksterm.
positif. Dari hasil penggabungan kedua sistem dari yang bertolak belakang itu,
keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara dan dengan alat-alat bukti yang sah
menurut undang-undang.
ini diatur secara tegas dalam KUHAP yang berbunyi “Hakim tidak boleh
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
Bahwa menurut pasal ini maka unsur untuk dapat memidana terdakwa itu adalah
minimum dua buah alat bukti yang sah dan keyakinan hakim, bahwa suatu tindak
32
Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
23
bahwa dalam pemeriksaan cepat keyakinan hakim cukup di dukung oleh satu alat
perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, tidak memihak disidang pengadilan
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.34 Berdasarkan
fungsi dari seorang hakim adalah sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang
Tuhan Yang Maha Esa. Juga dalam memeriksa dan mengadili berlandaskan
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, selain itu juga
hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan
33
Pasal 1 ayat (8) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
34
Pasal 1 ayat (9) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
24
hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari
Mahkamah Agung. 35
memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa atau fakta yang diajukan benar-
a. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak
disangkal
diadili secara satu demi satu sehinga hakim dapat menarik kesimpulan
tentang terbukti atau tidaknya dan dapat dikabulkan atau tidaknya tuntutan
35
Mukti Aro, 2004, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama Cet V, Pustaka
Belajar, Yogyakarta, hal. 140.
36
Ibid, hal. 141.
37
Ibid, hal. 142.
25
Putusan hakim merupakan puncak klimaks dari suatu perkara yang sedang
diperiksa dan diadili oleh hakim. Hakim memberikan keputusannya mengenai hal-
terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah
1. Teori keseimbangan
pelaku tindak pidana atau dalam perkara perdata, hakim akan melihat
38
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, 1986, Alumni, Bandung, hal. 74.
39
Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 102.
26
pihak perkara perdata pihak terdakwa atau penuntut umum dalam
Titik tolak dari ilmu ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan
sehari-hari
6. Teori kebijaksanaan
27
Aspek dari teori ini adalah menekankan bahwa pemerintah,
bangsanya.
1. Pertimbangan yuridis
ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat didalam putusan. Hal-hal dimaksud
pengadilan
28
terdakwa sekaligus juga merupakan jawaban atas peryataan hakim,
tindak pidana
tindak pidana
40
Pasal 39 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
29
hakim berusaha untuk membuktikan dan memeriksa melalui alat-
hukum pidana.
2. Pertimbanga non-yuridis
sebagai berikut: 41
berupa tekanan dari orang lain, pikiran sedang kacau, keadaan marah
41
Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Konteporer, Citra Aditya, Jakarta, hal.
212-220.
30
d. Agama terdakwa. Keterkaitan para hakim terhadap ajaran agama tidak
menjadi bahan pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Dalam hal
ada mulai dari kronologis kasus, keterangan saksi dan keterangan ahli, alat bukti
42
Bangdidav, Loc,Cit.
31
4) Terdakwa sudah berusia lanjut/sakit-sakitan. Terdakwa dengan usia
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah norma
yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah
tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan
hukum) atau prinsip hukum. 43 Istilah (legal research) atau bahasa Belanda
mengumpulkan data dan bahan dari buku-buku, jurnal, artikel ilmiah dan berbagai
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang besangkut paut dengan isu
hukum normatif memiliki kegunaan baik secara praktis maupun akademis. Hasil
43
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenamedia Group,
Jakarta, hal. 47.
44
Ibid , hal. 55.
45
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normmatif, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal. 23.
46
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hal. 133.
33
dari telaah tersebut merupakan suatu argument untuk memecahkan isu yang
dihadapi.
telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah
menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Yang
menjadi kajian pokok di dalam pendekatan kasus adalah ratio recidendi atau
yang dihadapi. 48
47
Ibid, hal. 134.
48
Ibid, hal.135.
34
menyangkut peraturan yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
bahan hukum untuk memecahkan suatu isu hukum yang dibahas untuk
49
Ibid, hal. 141-142.
35
E. Teknik Analisis Bahan Hukum
hukum. Maka kegiatan lebih lanjut yang dilakukan adalah menganalisa bahan-
36
BAB IV
2/Pid.Sus/2021/PN Ffk)
1. Kronologis Kasus
Kasus yang menjadai objek dalam penelitian ini adalah perkara nomor
2/Pid.Sus/2021/PN Ffk yakni dengan nama terdakwa Sumadi alias Bendot. Kasus
ini terjadi di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Kasus ini bermula saat
Ramma sebagai polisi satuan reserse narkoba yang bertugas di Polrse Fakfak,
alias Bendot (Terdakwa), pergi ke pasar ikan tanjung wangon untuk bertemu
Kemudian pada tanggal 08 Sebtember 2020 pukul 02.20 WIT, terdakwa mengajak
makan aura di Jl. Yos Sudarso, namun saat hendak ingin pulang tiba-tiba
37
narkotika. Kemudian petugas melakukan penggeledahan badan pada terdakwa dan
bentuk tanaman ganja di dalam jok motor yang dikendarai oleh terdakwa, dengan
Atas kejadian tersebut, Sumadi alias Bendot beserta barang bukti dibawa
tersebut, dan motor yang ia kendarai tenyata bukan motor miliknya sendiri
melainkan sepeda motor tersebut ia sewa dari Arifin selama 10 hari. Pada saat
meminjam dan memakai motor itu dari keterangan terdakwa tidak ada orang lain
yang memakainya. Ketika mengisi minyak terdakwa juga tidak melihat adanya
memarkirkan motornya sekitar 500 meter dari tempatnya berada. Pada proses
penegakan hukumnya, Sumadi alias Bendot didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum
dengan menggunakan Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.
umum dengan dakwaan Tunggal, melanggar Pasal 111 Ayat (1) Undang-Undang
38
Pada dakwaan tunggal, terdakwa Sumadi alias Bendot di dakwa
3. Putusan Hakim
martabanya.
4. Analisis Penulis
Suatu proses peradilan diakhiri dengan jatuhnya putusan akhir (vonis) dan
di dalam putusan itu hakim menyatakan pendapatnya tentang apa yang telah
merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari
suatu putusan hakim yang mengandung keadilahn (ex aequo et bono) dan
Dan sebelum sampai pada tahapan tersebut, ada tahapan yang harus
50
Tri Andrisman, 2010, Hukum Acara Pidana, Universitas Lampung, Lampung, hal. 88.
39
terhadap terdakwa. Penerapan alat bukti dalam proses peradilan pidanan sering
kali mengalami berbagai masalah, entah itu dari pihak jaksa dalam
memperolehnya, ataupun hakim dalam mencermati dan menilai suatu alat bukti.
Karim Nasution mengatakan, bahwa hakim atas dasar alat-alat bukti yang
sah telah yakin bahwa menurut pengalaman dan keadaan telah dapat diterima,
bahwa sesutu tindak pidana benar-benar telah terjadi dan terdakwa dalam hal
tersebut bersalah, maka terdapatlah bukti yang sempurna, yaitu bukti yang sah dan
meyakinkan. 51
antara tindak pidana yang dilakukan terdakwa dengan alat bukti yang diajukan
oleh Jaksa Penuntut Umum, dengan mengaitkan alat bukti yang satu dengan alat
bukti yang lain. Alat bukti yang dimaksud adalah seperti yang tertuang dalam
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa.
secara kualitatif sebanyak 3 (tiga) dari 5 (lima) alat bukti yang ada dalam
51
Karim Nasution, 1975, Masalah Hukum Pembuktian dalam Proses Pidana, Jakarta, Korp
kejaksaan republik Indonesia, hal. 71.
40
ketentuan Pasal 184 ayat 1 KUHAP. Pada perkara nomor 2/Pid.Sus/2021/PN Ffk,
alat bukti yang diajukan untuk membuktikan dakwaan penuntut umum adalah
sebagai berikut:
a) Keterangan saksi
Penyidikan
b) Surat
(dua) buah plastik bening ukuran kecil yang berisikan daun ganja
41
kering dengan berat 8,41 (delapan koma empat satu) gram, dan bukti
surat hasil tes narkotika di RSUD Fakfak atas nama Tuan Sumadi
c) Keterangan terdakwa
memiliki pendapat lain bahwa alat bukti yang diajukan dalam persidangan
tersebut sudah mencapai batas minimum secara kualitatif, dalam Pasal 184 telah
Liwan Rama dan saksi Filadelfia Rohrohmana serta saksi Bandi yang tidak
keterangannya adalah pemilik sepeda motor matic Yamaha tipe Mio yang
42
dikendarai oleh terdakwa saat diperiksa dan di dapatkan narkotika. Karena
menyewanya selama 10 hari untuk dipakai ojek dari Arifin selaku pemilik
yang sebenarnya.
tersebut, atau untuk menerangkan bahwa tiada orang lain, dan hanya
Terdakwa yang memiliki kunci untuk membuka jok sepeda motor tersebut,
Selain itu dr. Era Maryani, Sp. PK selaku dokter yang malakukan tes
2. Bukti surat berupa hasil tes narkoba RSUD fakfak atas nama Tuan Sumadi
oleh dr. Era Maryani, Sp. PK, terdapat 2 (dua) kterangan yang berbeda.
Dalam berkas perkara menyimpulkan bahwa hasil tes urine terdakwa tidak
penuntut umum yang mana penuntut umum menyatakan bahwa hasil tes
43
Padahal bukti surat tersebut keduanya ditandatangani oleh dokter
pemeriksa yang sama pada hari dan tanggal yang sama. Surat hasil tes
bukti tambahan. Meskipun hasil tes urine tersebut tidak menjadi satu bukti
baik diantara yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak pidana dan siapa
alat bukti surat dimana dari fakta yang terungkap di persidangan justru
menciptakan keadilan. Sesuai dengan asas tindak pidana tanpa kesalahan (geen
straaf zonder schuld) pidana hanya dapat dijatuhkan bila ada kesalahan terdakwa,
44
kepadanya (Pasal 193 KUHAP). Bukan begitu saja dapat dijatuhi pidana tetapi,
harus didukung dengan alat bukti yang sah sesuai dengan rumusan Pasal 183
KUHAP.52
pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan
keputusan suatu perkara selain dituntut memiliki moral dan integritas yang tinggi
Kehakiman, yang menjadi dasar hukum bagi hakim dalam menjalankan tugasnya
yang dapat diterima semua pihak dan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah
hukum yang ada, yang disebut dengan pertimbangan hukum atau legal reasoning.
hukum yang dipakai apakah telah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku.
52
Anshari, 2018, Faktor-Faktor Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana
Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Fakultas Hukum
Universitas Muhamadiyah Pontianak, Volue 1, Nomor 1, Juni 2018.
45
Kebenaran filosofis artinya hakim harus mempertimbangkan sisi keadilan apakah
hakim telah membuat dan bertindak yang seadil-adilnya dalam memutus suatu
kata lain bahwa seorang hakim harus membuat keputusan yang adil dan bijaksana
masyarakat.
hakim harus mengambil keputusan yang sesuai. Hal ini sangat perlu untuk
menciptakan putusan yang proporsional dan mendekati rasa keadilan. Untuk itu
Keyakinan hakim menjadi salah satu hal penting dalam memutuskan suatu
perkara pidana. Pada Pasal 183 KUHAP diawali dengan kata hakim. Jadi hakim
hakim dalam beracara pidana dan menganalisa alat bukti. Hal ini menjadi sangat
penting disebabkan karena peran hakim dalam persidangan pidana bersifat aktif.
46
Seorang hakim tidak boleh memperoleh suatu keyakinan yang
yang ditentukan dalam undang-undang. Jika hakim dari alat-alat bukti yang sah
saja, tetapi haruslah timbul dari alat-alat bukti yang sah disebut dalam Undang-
yang sah, hakim dengan begitu saja menyatakan bahwa ia tidak yakin, dan karena
dalam aturannya harus berpegang pada 5 macam alat bukti yang sah yang diatur
Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Maka dalam hal ini, sistem teori pembuktian yang
bedasarkan undang-undang secara negatif. Hal itu juga dikatakan oleh Prof. Dr.
Andi Hamzah, S.H. bahwa HIR maupun KUHAP, begitupula Ned. Sv. Yang lama
dan yang baru, semuanya menganut sistem atau teori pembuktian berdasarkan
undang-undang negatif. 54
53
Djoko Prakoso, 1998, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian dalam Proses Pidana, Yogyakarta,
Liberty, hal. 38.
54
Andi Hamzah, 2006, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 250.
47
Selanjutnya dalam Pasal 183 KUHAP tersebut disebutkan persesuaian atas
keyakinan hakim terhadap peristiwa pidana yang terjadi dan terdakwa yang
melakukannya. Hal ini yang terkadang sangat sulit untuk dibuktikan, sebab alat
bukti yang diajukan dipersidangan terkadang belum cukup kuat, hal ini terjadi
dalam Pasal 183 KUHAP, adalah sebenar-benar pembuktian, di mana antara alat
bukti dan perbuatan pidana yang di tujukan itu benar-benar dilakukan oleh
Bendot, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana sebagaimana dalam dakwaan tunggal penuntut umum. Oleh karena itu,
dari pasal yang didakwakan kepada terdakwa. Pasal yang didakwakan kepada
terdakwa adalah Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
48
Untuk dapat dipidana dengan menggunakan Pasal 111 ayat (1) Undang-
1. Setiap orang
dalam dakwaan tunggal dari dakwaan penuntut umum di atas tidak terpenuhi,
terdakwa dengan keberadaan barang bukti narkotika jenis ganja dalam jok sepeda
motor yang dikendarai oleh terdakwa, maka terhadap diri terdakwa haruslah
mengatakan bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana dan oleh
karena itu terhadap diri terdakwa harus dibebaskan karena majelis hakim mengacu
pada ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, dan sesuai dengan ketentuan Pasal
183 KUHAP untuk menentukan kesalahan terdakwa harus didukung oleh 2 (dua)
alat bukti yang sah sehingga memberikan keyakinan pada majelis hakim bahwa
melakukannya.
49
Oleh karena itu, majelis hakim dalam putusannya menyatakan bahwa
terdakwa tidak terbukti bersalah dan dibebaskan dari dakwaan penuntut umum
didasarkan pada ketentuan tersebut dan dihubungkan dengan fakta yang terungkap
di persidangan ternyata majelis hakim tidak menemukan 2 (dua) alat bukti yang
sah dan memberi keyakinan untuk membuktikan bahwa terdakwa telah melakukan
suatu tindak pidana yang membuktikan bahwa terdakwa sebagai orang yang
narkotika golingan I jenis tanaman, maka majelis hakim berpendapat bahwa unsur
Pertimbangan hakim adalah argumen atau alasan yang dipakai oleh hakim
dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan
konsklusi komulatif dan keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang
bukti.
ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat didalam putusan misalnya dakwaan
bagaimana tindak pidana itu dilakukan. Selain itu, dapat pula diperhatikan
bagaimana akibat langsung atau tidak langsung dari perbuatan terdakwa, barang
50
bukti apa saja yang digunakan, dihasilkan atau yang berhubungan dengan objek
Filadelfia Rohrohmana, dan saksi Bandi yang keteranganya dibacakan oleh jaksa
berisikan ganja golongan I yang diisi dalam bungkus bungkus rokok sampoerna di
dalam jok motor yang dikendarai oleh terdakwa, dan keterangan bahwa tidak ada
yang mengetahui asal usul benda tersebut, dimana terdakwa mendapatkn benda
ditemukan dalam jok motor terdakwa, 2 (dua) plastik bening ukuran kecil yang
51
berisikan daun ganja kering dengan berat 8,41 (delapan koma empat satu) gram,
hasil tes narkoba atas nama tuan Sumadi dengan kesimpulan hasil pemeriksaan
negatif narkoba, dan 1 (satu) buah dus bekas rokok sampoerna, serta 1 (satu) unit
motor matic yamaha tipe mio 125 warna merah hitam dengan nomor polisi A5090
DH.
bahwa barang bukti sebagaimana ditemukan di dalam jok sepeda motor yang
tanaman jenis ganja. Namun hakim tidak bisa langsung mengambil kesimpulan
bahwa barang bukti narkotika tersebut adalah milik terdakwa hanya dikarenakan
barang tersebut ditemukan dalam jok sepeda motor yang dipakai terdakwa.
Sehingga majelis hakim harus mempunyai alasan kuat bahwa ada hubungan
dengan keberadaan barang bukti jenis ganja dalam jok sepeda motor tersebut
yang termuat dalam berkas perkara nomor 2/Pid.Sus/2021/PN Ffk, berupa hasil
tes narkoba RSUD Fakfak atas nama tuan Sumadi (terdakwa) yang dikeluarkan
dan ditandatangani oleh dr. Era Maryani, Sp. PK dengan hasil pemeriksaan bahwa
52
Namun pada saat pemeriksaan di persidangan penuntut umum menyatakan
bahwa kesimpulan dari hasil tes urine tersebut terdapat kesalahan, bahwa
majelis hakim tetap meyakini keberadaan akan bukti surat yang dilampirkan
dalam berkas perkara yaitu hasil tes narkoba RSUD Fakfak atas nama tuan
Sumadi (terdakwa) yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Era Maryani, Sp. PK
penegak hukum yang lain. Menjadi hakim tidaklah mudah dalam agama islam.
Dia haruslah seorang yang berilmu, jujur, dan istiqomah dalam kebenaran yang
hakiki.55 Putusan hakim haruslah berisi pertimbangan hukum yang terlebih dahulu
hakim meyakini akan fakta yang terjadi. Keyakinan hakim dalam proses
55
Abu Dawud, 2001, Kitab Adfiyah, Lebanon. Darul Kutub Al imiyah yang dikutib dari buku
Syamsyudin, 2012, Rekomendari Budaya Hukum Hakim Berbasis Hukum Progresif, Jakarta,
Kencana Perdana Media Group.
53
luas, dan keadaan dalam meyakini sesuatu tidak terpisah secara tajam dari
Dalam sistem hukum pidana, dikenal dengan suatu asas yang disebut
dengan in dubio pro reo, yang berarti bahwa jika hakim ragu-ragu mengenai
menyatakan jika terjadi keragu-raguan apakah terdakwa salah atau tidaknya maka
dari dakwaan. 58
mengenai keterkaitan antara hukum acara pidana dengan asas in dubio pro reo,
Wettelijk” yaitu keyakinan yang disertai dengan alat-alat bukti yang sah menurut
undang-undang.59 Hal ini sesuai dengan Pasal 183 Undang-Undang No. 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana yang berbunyi “Hakim tidak boleh
kurangnya dua alat bukti yang yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
melakukannya”. Asas in dubio pro reo berlaku bagi hukum pidana walaupun asas
56
M Gultom Binsar, 2012, Pandangan Kritis Seorang Hakim Dalam Penegakan HukumDi
Indinesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
57
JCT Simorangkir, et.al, 2002, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 73.
58
Putusan Mahkamah Agung No. 33 K/MIL/2009
59
Putusan Mahkamah Agung No. 2175/K/Pid/2007
54
ini tidak tertulis dalam undang-undang pidana, namun tidak dapat dihilangkan
kaitannya degan asas tiada pidana tanpa kesalahan (Geen Straf Zonder Schuld)
atau Anwijzigheid van alle Schuld yang sudah menjadi yurisprudensi konstan. 60
uraikan di atas, penulis mengklasifikasi beberapa hal yang menjadi dasar majelis
hakim menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
diantaranya:
(dua) alat bukti yang sah dan memberi keyakinan pada majelis haki,
pidana.
sepeda motornya.
60
Putusan Mahkamah Agung No. 2175/K/Pid/2007
55
Adapun dari pertimbangan majelis hakim di atas, penulis memiliki dasar
sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP bahwa Hakim tidak boleh
kurangnya dua alat bukti yang yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
melakukannya.61
Majelis Hakim yang tetap meyakini keberadaan akan bukti surat tes
(negatif). Menurut penulis, bukti surat tes urine dengan hasil kesimpulan yang
oleh Penuntut Umum, harus pula diterima dan diperiksa sebagai bukti tambahan
yang bisa menjadi petunjuk. Selain itu, dr. Era Maryani Sp. PK selaku dokter
yang memeriksa dan mengeluarkan bukti hasil tes urine tersebut juga perlu
memberikan jawaban yang mana bukti surat hasil tes narkoba yang benar.
61
Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
56
Adapun yang menjadi dasar pertimbangan yuridis menurut majelis hakim
adalah setiap orang dan unsur tanpa hak melawan hukum menanam, memelihara,
bentuk tanaman.
“barangsiapa” identik dengan “setiap orang” atau “hij” sebagai siapa saja yang
harus dijadikan terdakwa atau setiap orang sebagai subjek hukum pendukung hak
menerangkan bahwa suatu anggapan umum menyatakan tanpa hak sendiri (zonder
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum (in stijd met het recht) pasal
ini mencangkup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti
masyarakat, maka perbuatan itu dapat dipidana. Menanam berarti menaruh (bibit,
benih, setek dan sebagainya) di dalam tanah supaya tumbuh (KBBI). Memelihara
(KBBI). Menyimpan berarti menaruh di tempat yang aman supaya jangan rusak
57
atau hilang (KBBI). Menguasai berarti berkuasa atas (sesuatu), memegang
untuk (KBBI).
Majelis hakim mengacu pada ketentuan Pasal 184 KUHAP bahwa majelis
hakim atas dasar alat-alat bukti yang sah yaitu dari keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, petunjuk, dan peterangan terdakwa. 62 Atas alat-alat bukti tersebut dapat
suatu tindak pidana. Namun menurut penulis, semua alat bukti bisa dihadirkan
karena alat bukti tersebut juga memang ada untuk dihadirkan. Sehingga hakim
dapat memperoleh 2 (dua) alat bukti yang sah. Menurut penulis, 2 (dua) alat bukti
tersebut bisa di peroleh dari bukti surat tes urin yang diajukan oleh Penuntut
(positif) dan yang kedua yaitu dengan dihadirkannya dr. Era Maryani Sp. PK
dampak sosial yang sangat luas serta kompleks. Pada konsideran huruf c Undang-
62
Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
58
satu sisi ialah obat atau bahan yang bermanfaat dalam bidang pengobatan atau
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan di sisi lain dapat
atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama.
dalam Bab XV ketentuan pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148. Undang-
tindakan melawan hukum yang dilarang oleh undang-undang dan dapat diancam
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I, Pasal 117
Pasal 122 untuk narkotika golongan III serta Pasal 129 huruf a)
narkotika golongan II, dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III
63
Mahmud Mulyadi, 2008, Criminal Policy: Pendakatan Integral Penal Policy dan Non Penal
Policy Dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Medan, Pustaka Bangsa Press, hal. 67.
59
3. Kategori ketiga, yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
(Pasal 114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan II Pasal 124 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pada kasus ini, majelis hakim menyatakan terdakwa bebas dari dakwaan,
Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
kategori pertama bahwa “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)” karena salah satu unsur
dari pasal tersebut tidak terpenuhi dan hakim tidak mendapatkan 2 (dua) alat bukti
menurut analisa penulis, unsur dari Pasal 111 ayat (1), setiap orang, dan tanpa hak
60
melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
Sehingga terdakwa dapat dijatuhi hukuman pidana. Dilihat dari barang bukti 2
(dua) bungkus plastik bening yang berisikan daun ganja kering dengan berat 8,41
(delapan koma empat satu) gram yang ditemukan oleh aparat kepolisian dalam jok
motor yang dikendarai oleh terdakwa. Menurut penulis, tidak ada orang lain selain
terdakwa sendiri yang memiliki barang tersebut dengan di dukung dengan bukti
surat dari penuntut umum dengan hasil kesimpulan pemeriksaan bahwa urine
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakim dalam menjatuhkan putusan bebas dari segala tuntutan hukum terhadap
pelaku tindak pidana dengan menggunakan Pasal 183 KUHAP pada perkkara
Selain itu majelis hakim berpendapat bahwa tidak ada hubungan yang bisa
mengenai dua alat bukti surat hasil tes urine terdakwa yang dihadirkan di
bungkus plastik bening narkoba dengan berat 8,41 (delapan koma empat satu)
dipidana dengan pidana penjara 4 (empat) tahun dan denda Rp. 800.000.000,00
62
B. Saran
memberikan saran bahwa majelis hakim yang sedang memimpin jalannya sidang
digunakan atau yang dihadirkan di persidangan. Karena tidak jarang alat bukti
yang dihadirkan terdapat kesalahan bahkan terdapat dua alat bukti yang sama.
Oleh karena itu, bila terdapat dua alat bukti maka keduanya harus benar-benar
dalam memutuskan suatu perkara tindak pidana agar tidak ada keragu-raguan dan
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abu Dawud, 2001, Kitab Adfiyah, Lebanon. Darul Kutub Al imiyah yang dikutib
dari buku Syamsyudin, 2012, Rekomendari Budaya Hukum Hakim
Berbasis Hukum Progresif, Jakarta, Kencana Perdana Media Group.
Adami Chazawi, 2008, Pembelajaran Hukum Pidana Bagian I,. Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.
Andi Hamzah dan R.M Surahman, 1994, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,
Jakarta, Sinar Grafika.
Andi Hamzah, 2006, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika.
Mahmud Mulyadi, 2008, Criminal Policy: Pendakatan Integral Penal Policy dan
Non Penal Policy Dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Medan,
Pustaka Bangsa Press.
Mukti Aro, 2004, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama Cev,
Yogyakarta, Pustaka Belajar.
Muladi dan Barda Nawawi, 2005, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni,
Bandung.
Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Konteporer, Jakarta, Citra Aditya.
Soedjino Drjosisworo, 1990, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung, Citra Aditiya
Bakti.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta,
Raja Grafindo Persada.
Putusan Pengadilan
Sumber Lainnya
https://bnn.go.id/pengertian-narkoba-dan-bahaya-narkoba-
bagikesehatan/diases pada 18 Desember 2022