PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
NURSAIN
H1A119303
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Oheo K. Haris, S.H., M,Sc., LL.M. Iksan Rompo, S.H., M.H.
NIP. 197306162002121001 NIP. 198504082008121003
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, petunjuk
hidayah dan karunia-Nyalah sehingga skripsi ini dengan judul “Analisis Hukum
tantangan dan hambatan yang penulis hadapi, namun dengan kesabaran dan kerja
keras diiringin do’a sehingga semua dapat teratasi. Shalawat serta salam penulis
kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada para sahabatnya,
Sembah serta sujud penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis
yaitu Ibunda tercinta dan tersayang Wa Titi dan Ayahanda lelaki terhebat Kardin
yang menjadi panutan saya dan motivasi untuk saya segera menyelesaikan skripsi
ini sesegera mungkin, yang juga tak henti-henti memberikan bimbingan dan arahan
menuju jalan yang lebih baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudara
kandung penulis yaitu Kak Ayu, Adik Yeyen dan Adik laki-laki tercinta Arulken.
Kepada kalian berdua orang terkasih, saya ucapkan terimakasih dari lisan ini bagi
kalian berdua secerca cahaya surga di bumi. Berkat doa, perrhatian dan pesan-pesan
ini.
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
M.Sc., LL.M. selaku Pembimbing I dan Bapak Iksan Rompo, S.H., M.H. selaku
tulus ihklas dan saran dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat
Selama skripsi ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Oleh karena itu, penulis
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc. selaku
2. Bapak Dr. Herman, S.H., LL.M. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Halu Oleo.
3. Bapak Dr. Guasman Tatawu, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Bidang
4. Ibu Sitti Aisah Abdullah, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Bidang
5. Bapak Lade Sirjon, S.H., LL.M. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
6. Bapak La Ode Muh. Sulihin, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Fakultas
vi
7. Bapak Iksan, S.H., M.H. selaku Wakil Ketua Jurusan Fakultas Hukum
9. Ibu Dr. Sabrina Hidayat, S.H., M.H. selaku penaseshat akademik penulis
10. Kepada Tim Penguji Bapak Herman, S.H., LL.M., Bapak La Ode
Muhammad Sulihin S.H., M.H. dan Bapak Ahmad Firman Tarta, S.H.,
M.H.
11. Kepada Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf dan karyawan Fakultas Hukum
12. Selajutnya penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat penulis sejak SMA
kepada Sunartin Musairi yang selalu mensupport dan mendorong penulis untuk
13. Terima kasih juga kepada teman-teman sejurusan dan seperjuangan penulis
untuk memperoleh gelar S.H yaitu Nursfaria Sitti Intan Mulia Citra
(H1A19398).
14. Selanjutnya terima kasih juga kepada sepupu penulis yaitu Isna dan Sukma yang
selalu bersama-sama berjuang bersama penulis baik suka maupun duka untuk
vii
15. Seluruh teman-teman KKN MBKM 2022 terkhusus Posko KKN Desa Watu
16. Selanjurnya yang terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada semua saudara-
sebutkan satu persatu namanya yang telah mendukung dan mendoakan penulis
banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi yang
membutuhkan.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya dalam setiap amal
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
ix
C. Kewenangan Pemerintah dalam Pemberian Izin ................................ 23
1. Izin Lingkungan............................................................................. 25
G. Macam-Macam Putusan
Rechtsvervolging) .......................................................................... 35
x
C. Sumber Bahan Hukum ..................................................................... 39
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan Sumber Daya Alam.
Patutnya Sumber Daya Alam yang telah disediakan dan berlimpah dapat
hidup. Menurut Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 sebagai ketentuan yang telah ada sejak
indonesia merdeka menentukan “Bumi dan air dan kekeyaan alam yang terkandung
kemakmuran rakyat”.
Subjek hak dikuasai oleh Negara atas bahan galian (mineral dan batubara)
adalah negara yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai lembaga negara tang
dijamin oleh konstitusi Negara berdasarkan Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 yang
berarti ada pihak lain atau hanyalah atas seizin dari pemerintah dengan kekuasaan
1
Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta, 2010, hlm. 28
1
objek rakyat sesungguhnya dapat bertindak sebagai subjek yaitu dalam
pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang totalnya kurang lebih 2.078 izin
tambang. Hal itu dilakukan untuk membenahi pengelolaan Sumber Daya Alam di
sektor pertambangan agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
pascatambang”.4
penambangan harus memperoleh Izin Usaha oleh pemerintah pusat hal ini
2
Abdul Halim, Buku Ajar Hukum Pertambangan, Nusamedia, Bandung, 2017, hlm. 5
3
Adhitya Himawan, Jokowi Pertambagan Ilegal Di Indonesia,
https://www.suara.com/bisnis/2017/03/10/071537/jokowi-perintahkan-tutup-pertambangan-ilegal-
di-indonesia?page=2 tanggal akses 10 Oktober 2022
4
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara,
Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 147, Pasal 1 Ayat 1
2
berdasarkan Pasal 35 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Perubahan
Batubara yang menyatakan bahwa izin sebagaimana dimaksud yaitu terdiri atas: a.
SIPB; f. izin penugasan; g. Izin Pengangkutan dan Penjualan; h. IUJP; dan i. IUP
untuk Penjualan.
tanda izin (ilegal mining) merupakan perbuatan pidana sebagaimana diatur dalam
dan Batubara yang mengatur bahwa “setiap orang yang melakukan usaha
Mining) di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara yang saat ini bukan hal yang
dapat ditutupi. Kepolisian Daerah Sulawesi tenggara (Sultra) dalam kurum empat
tahun terakhir menangani 175 kasus pertambangan. Kapolda Sultra Brigjen Pol
pemberian status “clear and clean” tanpa mempertimbangkan sektor lain, seperti
3
Kehutanan, Perhubungan dan Lingkungan Hidup serta tidak dilakukannya
wilayah hutan lindung (HL), hutan produksi terbatas (HPT) dan pencucian hasil
dilakukan secara ilegal yaitu tidak memeroleh izin dari pemerintah. Hal ini tentu
penambang yang tidak peduli atas kelestarian alam, maka negara banyak
Salah satu tindak pidaba penambangan tanpa izin (ilegal mining) yaitu
yang dilakukan oleh Bolden Pardede yang pada hari Selasa tanggal 27 Maret
sekitar jam 14:30 Wita tahun 2018 yang bertempat di Desa Dunggua Kecamatan
melakukan pengawasan penggalian ore nikel dengan menggunakan alat berat jenis
5
Suparman, Polda Sultra Tangani 175 Kasus Pertambangan, Antara Sultra, Polda Sultra
Tangani 175 Kasus Pertambangan - ANTARA News Sulawesi Tenggara - ANTARA News Kendari,
Sulawesi Tenggara - Berita Terkini Sulawesi Tenggara tanggal akses 16 Oktober 2022
6
Herman dkk, 2022, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penambangan Mineral
di Kawasan Hutan Tanpa Izin, Halu Oleo Legal Research, Vol. 4, Issue 2, August 2022, hlm. 265
4
Berdasarkan keterangan Bolden Pardede mengerjakan tambang
berdasarkan adanya surat kerja sama dengan PT. Multi Bumi Sejahtera tentang
pertambangan nikel adalah areal konsensi pertambangan biji nikel yang telah secara
hukum dimiliki oleh PT. Multi Bumi Sejahtera berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Konawe Nomor 231 tahun 2013 yang bertempat di Desa Dunggua Kecamatan
pertambangan berupa izin usaha pertambangan dan karena Bolden Pardede tidak
terhadap perbuatan Bolden Pardede diatur dan diancam dalam Pasal 158 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, bahwa
Setiap orang yang melakukan usaha pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat
(1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
rupiah).
Bolden Pardede tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
5
terdakwa. Yakni tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana penambangan
didasarkan atas perjanjian kerja sama antara terdakwa dengan pemilik Izin Usaha
Pertambangan (IUP).
Nomor 459/Pid.Sus/2019/PN.Kdi”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
6
memberikan peran penting pada praktik penegakan hukum. Serta manfaat lain yang
1. Secara Teoritis
hukum pidana.
2. Secara Praktis
7
E. Keaslian Penelitian
lakukan yaitu pertama, terkait judul penelitian dan kedua putusan tersebut
dan Batubara
2. Achmad Fauzi HM, yang berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
8
pidana terhadap pelaku tindak pidana pertambangan tanpa izin dan juga tentang
lakukan yaitu pertama, terkait judul penelitian dan kedua putusan tersebut
pelaku tindak pidana pertambangan tanpa izin dan juga tentang penerapan
yang membebaskan terdakwa terhadap kasus penambangan tanpa izin usaha jasa
pertambangan.
3. Naomi Florencia Hutabarat, dengan judul Analisis Yuridis Tindak Pidana Usaha
Terhadap tindak pidana usaha pertambangan tanpa izin yang dilakukan secara
Bls)?
yaitu terkait putusan tersebut membahas mengenai tinjauan yuridis tindak pidana
9
membahas mengenai analisis hukum kegiatan penambangan nikel ilegal pada
Batubara.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menegakkan. Penegak hukum adalah yang menegakkan hukum, dalam arti sempit
hanya berarti polisi dan jaksa yang kemudian diperluas sehingga mencakup pula
bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan
oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum
sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam
7
Jimly Asshiddiqie, Makalah Penegakan Hukum, google.com tanggal akses 10 oktober
2022
11
konsep-konsep hukum diharapkan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum
potentie).9
hukum yang memuat nilai-nilai moral seperti keadilan dan kebenaran kedalam
unsur klasik penegakan hukum yang dibentuk oleh negara, dengan kata lain bahwa
keadilan. 10
yaitu:
8
Shant Dellyana, Konsep Penegakan Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1998, hlm 32
9
Sudarto, Kapita Seleta Hukum Pidana, alumni, bandung, sahabat kita, 1986, hlm 32
10
Satjipto Rahardjo, penegakan hukum: suatu tinjauan sosiologis, genta Publishing,
Yogyakarta, 2009, hlm 7
12
b. Penerapan hukum dipandang sebagai sistem administratif (administrative
sosial
penegakan hukum adalah sebagai berikut 1). Faktor hukumnya sendiri, yakni
maupun menerapkan hukum, 3). Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
tersebut berlaku atau diterapkan, 5). Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya,
cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.11
a. Kepastian Hukum
hukum dalam hal terjadi peristiwa konkrit. Hukum yang berlaku pada dasarnya
11
Soerjono seokanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, jakarta: PT.
Raja Grafindo Press, 2011, hlm 8
13
tidak dibolehkan menyimpang. Hal ini dikenal istilah fiat justitia et pereat mundus
(meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Itulah yang diinginkan oleh
adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat aka
pelaksaan atau penegakan hukum. Hukum adalah manusia, maka pelaksaan hukum
atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat.
Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat semua
setiap orang yang mencuri harus dihukum, tanpa membeda-bedakan siapa yang
konkrit.12
12
Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Jakarta: Gramedia,
2001, hlm. 42
14
nation ne sont qui la bounce qui pronounce les parolesde la loi, des etres inanimes
qui n’en peivent moderer ni la force ni la rigueur” (Dalam suatu negara yang
menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang tertulis dalam undang-undang. Para
hakim dari negara tersebut adalah tak lain hanya merupakan mulut yang
Montesquieu, yang menyatakan bahwa, hanya apa yangg dibuat oleh badan
legislatif saja yang dapat membuat hukum, jadi suatu kaidah yang tidak ditentukan
oleh badan legislatif bukanlah merupakan suatu kaidah, hakim dan kewenangan
hukum terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat tidak dapat diselesaikan
b. Keadilan
13
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sapta Artha Press, 1996,
hlm.114
14
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim, Dalam Perspektif Hukum Progresif,
Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 30
15
Hasaziduhu Moho, Penegakan Hukum di Indonesia Menurut Aspek Kepastian Hukum,
Keadilan dan Kemanfaatan, Jurnal Warta, Januari 2019, hlm. 8
15
hukum itu tidak dapat berjalan dengan baik. Demikian pun sebaliknya jika menitik
dikesampingkan, maka hukum itu tidak jalan. Idealnya dalam penegakan hukum itu
nilai-nilai dasar keadilan yang merupakan nilai dasad filsafat dan nilai-nilai dasar
kemanfaatan merupakan suatu kesatuan berlaku secara sosiologis, serta nilai dasar
kepastian hukum yang merupakan kesatuan yang secara yuridis harus diterapkan
Hal menarik yang perlu dicermati apabila terdapat 2 (dua) unsur yang saling
tarik menarik antara keadilan dan kepastian hukum, Roeslan Saleh mengemukakan:
“keadilan dan kepastian hukum merupakan dua tujuan hukum yang kerap kali tidak
sejalan satu sama lain dan sulit dihindarkan dalam praktik hukum. Suatu peraturan
hukum yang lebih banyak memenuhi tuntutan kepastian hukum, maka semakin
peraturan hukum ini dalam praktik dapat diatasi dengan jalan memberi penafsiran
keadilan dan kepastian hukum saling mendesak, maka hakim sejauh mungkin harus
Roscue Pound sebagai salah satu ahli hukum yang bermahzab pada
16
Ibid, hlm. 9
17
Roeslan Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Asas-Asas Hukum Nasional, Jakarta: Karya
Dunia Fikir, 1996, 121
16
“hukum adalah alat untuk memperbaharui (merekayasa) masyarakat (law as a tool
of social engineering)”18.
c. Kemanfaatan
tertentu (teori manfaat dan teori tujuan), dan bukan hanya sekedar membalas
Dari segi istilah, penambangan ilegal atau dalam bahasa Inggris illegal
mining terdiri dari dua kata, yaitu: illegal, yang artinya tidak sah, dilarang, atau
bertentangan dengan hukum, dan mining, yang artinya penggalian bagian dari tanah
yang mengandung logam berharga di dalam tanah atau bebatuan. Oleh karena itu
yang dimaksud illegal mining dalam konteks ini adalah kegiatan penambangan
yang dilakukan tanpa izin negara, khususnya tanpa hak atas tanah, izin
18
Shidarta Darji Darmodiharjo, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1995, hlm. 113
19
Hasaziduhu Moho, opc.cit, hlm 10
17
penerimaan negara, timbulnya konflik sosial, serta dampak kesehatan, keselamatan,
salah satu dari tindak pidana bidang pertambangan yang dilarang dalam Undang-
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Terdapat 2 (dua) jenis sanksi
bagi pelanggar ketentuan larangan, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana.
Selain itu, pelaku juga dapat dikenai sanksi tambahan. Sanksi administratif bagi
pelaku penambangan ilegal berupa: (a) peringatan tertulis; (b) denda; (c)
produksi; dan/atau (d) pencabutan IUP, IUPK, IPR, SIPB (Surat lzin Penambangan
Batuan), atau IUP untuk Penjualan. Sanksi administratif dapat dijatuhkan kepada
pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), atau
hingga Pasal 164 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020. Misalnya Pasal 158,
mengatur pada pokoknya bahwa setiap orang yang melakukan penambangan tanpa
20
Pertiwi, Marisa Dian dan Edi Setiadi, Penegakan Hukum Praktek Illegal Mining, Jurnal
Prosiding Ilmu Hukum, Volume 5, No. 1, 2019, hal. 134
18
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
Mineral dan Batubara dalam hal ini mengatur tentang Perizinan Berusaha yang
diberikan oleh pemerintah pusat. Selain sanksi administratif dan/atau sanksi pidana,
pelaku tindak pidana bidang pertambangan juga dapat dikenai pidana tambahan
berupa: (a) perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana;
(b) perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau (c)
bahkan terkesan lemah yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti persoalan
memenuhi rasa keadilan dan berdaya guna, bagaikan tidak berdaya saat
membutuhkan upaya rasional yang perlu diintegrasikan satu sama lain agar dapat
19
memberantas tindak pidana tersebut. Upaya dalam konteks ini yaitu berupa upaya
dilakukan sebelum kejahatan terjadi, sehingga upaya ini lebih dikenal sebagai
upaya yang sifatnya preventif. Semestinya upaya ini lebih diutamakan daripada
upaya yang sifatnya represif. Upaya yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan
Mineral dan Batubara dalam Pasal 1 angka (1), pertambangan adalah "sebagian atau
atau batu bara yang meliputi penyeklidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
aktivitas pertambangan dalam arti luas, yaitu keseluruhan kegiatan sejak pra
21
Syaiful Bakhri, Kebijakan Kriminal, Jakarta: Total Media,2010, hlm.50
20
Mineral sendiri merupakan senyawa anorganik yang terbentuk di alam,
yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau
tabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Batubara
adalah endapan senyawa organik kotoran yang terbentuk secara alamiah dari sisa
tumbuh-tumbuhan. Pengertian ini diatur dalam pasal 1 angka (2) dan (3) Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara Adanya
pengertian keduanya sangat penting, mengingat bahan tambang tidak hanya mineral
dan batu bara, tetapi ada juga pertambangan minyak dan gas bumi.
radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam, batuan dan batu bara.
memiliki tujuan dan fungsi guna menjamin pertambangan yang baik, menjaga
22
Dwi Haryadi, Pengantar Hukum Pertambangan, (Bangka Belitung: UBB Pers, 2018),
h.21
21
mengatur Mineral dan Batubara dan asas yang mengatur tentang Minyak Gas dan
22
f. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
penjabaran lebih lanjut dari asas yang dibahas sebelumnya. Tujuan yang berisi
Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
sumber hukum materiil dan sumber hukum formal. Sumber hukum materiil ialah
tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materi ini merupakan
politik, situasi sosial ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan dan kesusilaan), hasil
dengan bentuk atau cara yang menyebutkan peraturan hukum formal itu berlaku.
Sumber hukum yang diakui umum sebagai hukum formal ialah undang undang,
23
Ibid, hlm. 25
23
a. Indische Mijn Wet (IMW)
mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa, dan oleh karena itu sumber hukum
memberikan bayangan bahwa setiap pelanggarnya kan diberikan sanksi yang nyata.
Agraria
bidang pertambangan.
pancasila.
24
Ibid, hlm. 21
25
H. Salim, Hukum Pertambangan Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h.17-21
24
Sumber-Sumber Hukum pertambangan ada 4 yaitu Indische Mijn Wet
Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah
25
f. menetapkan WP setelah ditentukan oleh Pemerintah Daerah provinsi sesuai
i. menetapkan WIUPK;
perizinan Berusaha;
masyarakat;
pascatambang;
nasional;
26
s. melakukan pengembangan dan peningkatan nilai tambah kegiatan usaha
pertambangan;
pertambangan.
1. Izin Lingkungan
bahwa setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-
UPL wajib memiliki izin lingkungan. Oleh karena izin lingkungan wajib dimiliki
oleh setiap perusahaan, maka izin tersebut sifatnya umum dan mutlak.
karena pemerintah bermaksud serius untuk mengawasi lingkungan hidup dan ingin
mewujudkan keadaan lingkungan hidup yang baik dan lebih sehat ke masa depan.
Izin lingkungan sebagai syarat utama yang wajib dimiliki perusahaan sebelum
26
Gatot Supramono, Op.cit, hlm 19-20
27
2. Izin Usaha Pertambangan
kelayakan. IUP eksplorasi wajib memuat nama perusahaan, lokasi dan luas
prinsip satu izin satu tambang. Menteri memberikan untuk satu jenis mineral logam
perizinan dianggap salah satu faktor penghambat masuknya investasi. Hal ini
27
Op.cit, hlm. 24
28
Gatot Supramono, Op.Cit, hlm. 33
28
terlihat dari banyaknya tahap-tahap yang harus dilalui sebelum memulai bisnis di
pemerintah bukan saja terjadi di tingkat nasional namun yang paling krusial justru
di tingkat daerah.
(satu) IPR yang dapat diberikan adalah perseorangan paling banyak 1 (satu) ha,
kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) ha, dan koperasi paling banyak 10
(sepuluh) ha. IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan
Dalam bidang pertambangan tidak lepas dari sebuah tindak pidana. Adapun
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya termasuk tambang.
29
Berdasarkan hal tersebut setiap orang yang akan melakukan kegiatan pertambangan
maka wajib memiliki izin dari negara atau pemerintah. Apabila terjadi kegiatan
penambangan tanpa izin, maka perbuatannya merupakan tindak pidana yang diatur
seperti data studi kelayakan, laporan kegiatan usahanya, dan laporan penjualan hasil
data atau laporan yang tidak benar sebenarnya sanksinya sudah diatur dalam pasal
263 KUHP tentang pemalsuan surat. Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara
secara khusus, terhadap pelakunya dapat dipidana berdasarkan pasal 159 Undang-
Operasi Produksi
Oleh karena terdapat dua tahap dalam melakukan usaha pertambangan maka
eksploitasi. Sehubungan dengan itu khusus bagi pemegang IUP eksplorasi setelah
29
Gatot Supramono, Op.Cit, hlm.248
30
memperoleh IUP produksi. Pelanggarannya diancam dengan pasal 160 Undang
pertambangan yang telah memperoleh izin dari pejabat yang berwenang, seperti
misalnya warga yang merasa dirugikan biasanya akan melakukan protes dengan
kegiatan usaha tersebut merupakan tindak pidana yang diancam dengan pasal 162
Rumusan tindak pidana di dalam buku kedua dan ketiga KUHP biasanya
dimulai dengan kata barangsiapa. Ini mengandung arti bahwa yang dapat
melakukan tindak pidana pada umumnya adalah manusia. Juga dari ancaman
pidana yang dapat dijatuhkan sesuai pasal 10 KUHP, seperti pidana mati, pidana
penjara, pidana kurungan, pidana denda dan pidana tambahan mengenai pencabutan
hak dan sebagainya menunjukan bahwa yang dapat dikenai pada umumnya adalah
manusia. Setiap tindak pidana pasti akan dilakukan oleh subjek dari tindak pidana
itu sendiri. Adapun Subjek dari tindak pidana pertambangan antara lain:
1. Orang Perorangan
31
tersebut adalah manusia atau orang perorangan.30 Subjek tindak pidana yang
dilakukan oleh orang atau perseorangan adalah tindak pidana yang murni dilakukan
2. Badan Hukum
Badan hukum adalah sekelompok orang yang terikat suatu organisasi yang
dipandang sebagai manusia pada umumnya. Suatu organisasi disebut badan hukum
apabila akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah. Dalam tindak pidana dibidang
diatur pada pasal 163 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
pidana harus dikaitkan dengan strict liability, karena suatu korporasi sulit untuk
tindak pidana dengan kesalahan berupa kesengajaan atau kelalaian, sehingga lebih
baik melihat korporasi yang telah melakukan tindak pidana maka hukuman pidana
pertanggungjawaban tanpa kesalahan (liability without fault), yang dalam hal ini
pembuat sudah dapat dipidana jika telah melakukan perbuatan yang dilarang
30
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Cet. 8 Depok: Rajawali Pers, 2017), h.54
31
Ibid, hlm 253
32
Syarif Saddam Rivantie, Hukuman Pidana Akibat Kerusakan Lingkungan Yang
dilakukan Oleh Korporasi dalam Industri Tambang, Jurisprudentie, Vol. 6 No. 2, 2019, Hal 197
32
G. Macam-Macam Putusan Hakim
Secara etimologi atau asal kata, arti “putusan”, yang diterjemahkan dari
bahasa latin yaitu vonis, adalah hasil dari pemeriksaan perkara di sidang
pengadilan.
landasan dalam proses peradilan pidana, dalam KUHAP secara yuridis normatif
bahwa “Putusan pengadilan adalah kenyataan hakim yang diucapkan dalam sidang
pengadilan yang terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau lepas dari segala
musyawarah yang bertitik tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang
Salah satu bentuk putusan pengadilan pidana adalah putusan bebas atau
murni.33 Putusan bebas adalah ketika kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
33
Joko Prakoso, Kedudukan Jutisiabel dalam KUHAP, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985,
hlm. 270
33
terdakwa diputus bebas. Itu berarti bahwa perbuatan itu benar ada, tetapi yang
menjadi masalah adalah alat-alat bukti perkara tidak memenuhi unsur sah dan
meyakinkan. Letak soal itu bisa dipahami ada di dalam rangkaian proses
pengertian bebas dalam Pasal 191 Ayat 1 KUHAP, maka dapat kita definisikan
bahwa yang dimaksud dengan putusan bebas, ialah putusan pengadilan yang
terdakwa tidak terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
Ayat (1) KUHAP, yang menyatakan, “jika pengadilan berpendapat bahwa hasil
didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan maka terdakwa
diputus bebas”.
Mencermati esensi Pasal 191 Ayat (1) KUHAP, bahwa secara yuridis
putusan bebas merupakan putusan yang dinilai oleh Majelis Hakim yang
bersangkutan:
34
Nicolas Simanjuntak, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Bogor: Galia
Indonesia, 2009, hlm. 222
35
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Bandung: Sumur, 1977, hlm.
93
34
membuktikan kesalahan terdakwa dan sekaligus pula kesalahan terdakwa
didakwakan kepada terdakwa hanya didukung oleh satu akat bukti saja,
alat bukti yang sah ialah memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
Dari ketentuan Pasal 183 KUHAP tersebut, terkandung dua asas mengenai
pembuktian, yaitu:
36
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP, Jakarta, Sinar
Grafika, 2003, hlm. 348
35
Dengan bertitik tolak dari asas yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP,
apabila dihubungkan dengan Pasal 191 Ayat (1) KUHAP, putusan bebas pada
semua alat bukti yang diajukan di persidangan baik berupa keterangan saksi,
keterangan ahli, surat dan petunjuk maupun keterangan terdakwa, tidak dapat
c. Atau putusan bebas tersebut bisa juga didasarkan atas penilaian, kesalahan
keyakinan hakim atas kesalahan yang diperbuat terdakwa yang dibuktikan lewat
proses pembuktian.
Secara KUHAP, hanya dikenal istilah putusan bebas. Menurut J.M. Van
37
Ibid, hlm. 348
36
a. De zuivere vrijspraak (putusan bebas murni), merupakan putusan akhir,
Rechtsvervolging)
Dasar yurudis putudsn lepas dari segala tuntutsn hukum, yakni Pasal 191
ayat (2) KUHAP, yang menyatakan “Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa berbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan
suatu tindak pidana maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.”
hukum:
37
a. Karena peristiwa-peristiwa yang dalam surat dakwaan yang didakwakan
kepada terdakwa adalah terbukti, akan tetapi yang telah terbukti itu tidak
dijatuhi suatu hukuman pidana menurut beberapa pasal dari Kitab Undang-
bawah umur;
keadaan diserang oleh orang lain dan harus membela diri (noordeer);
suatu perintah yang diberikan xecara sah oleh seorang pejabat yang
38
Djoko Prakoso, Kedudukan Justisiabel dalam KUHAP, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985,
hlm. 272-273.
38
3. Putusan Pemidanaan (veroordeling)
(veroordeling), yakni Pasal 191 Ayat (3) KUHAP, yang menyatakan, “Jika
didakwakan kepada terdakwa secara sah dan meyakinkan, dalam arti bahwa
berdasarkan alat-alat bukti yang sah, yaitu berupa adanya alat-alat bukti
konvensional yang diakui oleh KUHAP, sebagaimana dimuat dalam Pasal 184 Ayat
(1) KUHAP hakim mempunyai keyakinan bahwa terdakwa memang bersalah telah
bahwa kesalahan adalah, “adanya keadaan psikis yang tertentu pada orang yang
melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan
perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa hingga orang itu daoat dicela karena
macam-macam hukuman yang diatur dalam Pasal 10 KUHP, yaitu salah satu dari
39
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, Pekanbaru: Al Mujtahadah Press, 2020, hlm.
36
40
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm. 106
39
a. Hukuman pokok, terdiri dari:
1) Hukuman mati;
2) Hukuman penjara;
4) Hukuman denda.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
yang berarti penulis melakukan suatu proses untuk menentukan suatu aturan
atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi41
terkait analisis hukum kegiatan penambangan nikel ilegal pada putusan nomor
459/Pid.Sus/2019/PN.Kdi.
B. Pendekatan Penelitian
Sumber bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini terbagi
41
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, Jakarta: kencana prenada media group, 2009,
hlm. 234
42
Ibid, hlm. 93
41
1. Bahan Hukum Primer
Batubara
Batubara
Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang tidak
mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil
olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang
tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk kemana penelitian akan
42
mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan
penelitian ini diantaranya internet, kamus hukum, dan kamus besar bahasa
indonesia.
sesuai permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik pengumpulan bahan hukum
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan
bahan hukum yang ada kaitannya dengan analisis hukum penambangan nikel ilegal
43
Rian Ardiansyah, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian
Jual Beli Melalui Internet (E-Commoerce,) skripsi, Makassar, Universitas Hasanuddin, hlm. 21
43
hukum yang diperoleh selanjutnya dilakukan pembahasan, pemeriksaan dan
pengelompokkan kedalam bagian-bagian tertentu untuk diolah menjadi informasi.
44
BAB IV
1. Kronologi Kasus
Bahwa pada hari Selasa tanggal 27 Maret sekitar jam 14:30 Wita tahun
Konawe, Bolden Pardede ditemukan oleh Tim dari Ditreskrimsus Polda Sultra yang
dengan menggunakan alat berat jenis Excavator ke stok pile dengan menggunakan
berdasarkan adanya surat kerja sama dengan PT. Multi Bumi Sejahtera tentang
pertambangan nikel adalah areal konsensi pertambangan biji nikel yang telah secara
hukum dimiliki oleh PT. Multi Bumi Sejahtera berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Konawe Nomor 231 tahun 2013 yang bertempat di Desa Dunggua Kecamtan
45
2. Dakwaan/Tuntutan Penuntut Umum
Pertambangan Mineral dan Batubara, bahwa Setiap orang yang melakukan usaha
pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
pokoknya:
(dua) tahun dan denda sebesar Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah)
b. 1 (satu) unit Excavator merk Kobelco type SK-200 warna hijau Nomor
seri YN 12-H6033
46
c. 1 (satu) unit Excavator merk Caterpillar type SK-320D warna kuning
e. 1 (satu) unit HandPhone Blackberry warna putih seri Q10. Warna putih
2013
nikel
h. 1 (satu) rangkap surat perjanjian kerja sama yang disahkan oleh Hj.
47
3. Pertimbangan Hakim
1. Setiap orang;
sebagai berikut:
menunjuk pada subjek hukum sebagai pelaku dari suatu tindak pidana, yaitu setiap
menurut hukum.
tercantum dalam surat dakwaan, serta identitas tersebut telah diakui dan dibenarkan
oleh Terdakwa sendiri dan selain itu pula selama persidangan Terdakwa telah
48
yang diajukan terhadap dirinya, sehingga menurut hukum Terdakwa dipandang
tersebut, sehingga dengan demikian unsur ini telah terpenuhi menurut hukum;
atau Izin Pertambanga Rakyat (IPR) atau Izin Usaha Pertambangan Khusus
(IUPK)
penambangan dengan menggunakan tiga alat berat yaitu dua excavator sementara
beroperasi dan satu sementara parkir dan pada saat itu terdakwa tidak dapat
memperlihatkan Izin Usaha Penambangan (IUP) namun pada saat itu Terdakwa
memperlihatkan dokumen kerja sama dengan PT. Multi Bumi Sejahtera (MBS) dan
Terdakwa bekerja sama dengan PT. Multi Bumi Sejahtera (MBS) dan Terdakwa
tempat Terdakwa melakukan kegiatan terdapat tumpukan ore nikel yang tersimpan
dalam stok file namun ore nikel tersebut belum dilakukan penjualan;
yang menerangkan Terdakwa selain kerja sama dengan PT. Multi Bumi Sejahtera
49
belum dituangkan dalam kontrak yaitu Terdakwa melakukan kegiatan tambang
(IUP) milik PT. Multi Bumi Sejahtera (MBS) dimana Hj. Megahwati adalah
pemilik lahan dan Terdakwa pemodal yang membiayai semua pekerjaan tambang
Pertambangan (IUP) Nomor 231 Tahun 2013 adalah PT. Multi Bumi Sejahtera
(MBS) dimana Saksi adalah Direktur Utamanya. Bahwa Terdakwa dan PT. Multi
Bumi Sejahtera melakukan kerja sama yaitu Terdakwa melakukan tambang diatas
lahan milik Hj. Megahwati yang masuk kedalam lahan IUP PT. MBS dan Terdakwa
juga kerja sama dengan Ibu Hj. Megahwati selaku pemilik lahan namun keduanya
menggunakan Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Multi Bumi Sejahtera (MBS)
menggunakan Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. multi Bumi Sejahtera (MBS)
Terkait IUP Nomor 231 Tahun 2013 tersebut, Saut Sitorus Direktur Utama
PT. Mult Bumi Sejahtera (MBS), pernah diperkarakan dalam perkara pidana namun
50
Tenggara Nomor 12/Pid/2016/PT.Sultra yang menyatakan bahwa Terdakwa Saut
Pertambangan (IUP) PT. Multi Bumi Sejahtera (MBS) Nomor 231 Tahun 2013
bahwa Izin usaha Pertambangan (IUP) Nomor 231 tahun 2013 adalah sah dan dapat
dibenarkan;
bahwa lahan mereka yang masuk dalam IUP PT Multi Bumi Sejahtera (MBS) dari
dulu masuk dalam wilayah Desa Matabura Kecamatan Amonggedo bukan Desa
Dunggua oleh karena dulunya Desa Matabura adalah Desa transmigrasi dengan
lahan masing-masing 7500 meter persegi sehingga banyak orang Desa Dunggua
keterangan yang pada awalnya pada saat melakukan kerja sama, Terdakwa
mengetahui bahwa lokasi tambang berada di Desa Dunggua namun setelah proses
51
Terkait dengan surat teguran yang diterima oleh Terdakwa. Bahwa
surat teguran dari Dinas Minerba terkait teguran untuk melakukan penghentian
kegiatan tambang. Terdakwa hanya menerima surat dari Komisaris PT. Multi Bumi
surat tersebut oleh karena Terdakwa melakukan perjanjian kerja sama dengan
Oleh karena penambangan ore nikel yang dilakukan oleh Terdakwa telah
didukung oleg legalitas yang sah in cus surat keputusan Bupati Konawe Nomor 231
Tahun 2013 tanggal 11 April 2013 tentang Perubahan Titik Koordinat Wilayah Izin
(MBS), maka Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur ini tidak terpenuhi oleh
perbuatan Terdakwa;
Karena salah satu unsur dalam dakwaan Penuntut Umum tidak terpenuhi
Terhadap barang bukti berupa tiga tumpukan ore nikel dengan volume
sebesar Rp 12.544,34 Mton, oleh karena terhadap ore nikel tersebut disita dari
terkait kegiatan tambang yang dibiayai oleh Terdakwa dan sampai proses perkara
52
ini, Terdakwa belum sama sekali mendapatkan hasil atau keuntungan dari kegiatan
tambang tersebut sehingga Majelis menilai bahwa ada tepat dan adil jika barang
bukti tersebut dikembalikan kepada Terdakwa, barang bukti berupa 1 (satu) Unit
Excavator merk Cobelco type sk-200-warna hijau nomor seri JN 12-H6033, 1 (satu)
Unit Excavator merk Caterpllar Type SK-320D warna Kuning Nomor identifikasi
kepada pemiliknya atas nama: EDI HARTONO sedangkan barang bukti berupa 1
(satu) Unit HandPhone Blackberry warna Putih dari Q10. Warna putih
sedangkan barrang bukti berupa 2 (dua) lembar surat yang diterbitkan oleh Kepala
tanggal 13 September 2017 antara PT. Multi Bumi Sejahtera dengan Bolden
Pardede tentang Operasi Produksi Tambang Nikel, 1 (satu) rangkap surat perjanjian
antara PT. Multi Bumi Sejahtera dengan Hj. Megahwati Ahuddin, S.Sos, M.kes
berkas perkara.
53
3. Putusan Hakim
1. Menyatakan Terdakwa Bolden Pardede tidak terbukti secara sah dan meyakikan
tersebut;
martabatnya;
e. 1 (satu) Unit HandPhone Blackberry warna putih seri Q10 warna putih,
f. 2 (dua) lembar surat yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal
54
g. 1 (satu) rangkap Surat Perjanjian Kerja Sama Nomor: 001/PK/MBS-
h. 1 (satu) rangkap Surat Perjanjian Kerja Sama yang disahkan oleh Hj.
4. Analisis Penulis
Dalam perspektif yuridis normatif, pada ketentuan Pasal 14 ayat (2) dan
pertimbangan hakim yang dimuat dalam setiap putusan dan didasarkan pada alasan
dan dasar hukum yang tepat dan benar. Hal tersebut juga dalam ketentuan Pasal
Acara Pidana (KUHAP) yang telah menjelaskan secara implisit dan terperinci
bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan pidana harus berdasarkan dua aspek
pertimbangan, yaitu:
pidana terhadap seseorang harus berdasarkan minimal dua alat bukti yang
55
sah sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu
permasalahan atau duduk perkara yang akan diterapkan, baik peraturan hukum yang
menggalim mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
memeriksa, dan memutus suatu perkara pidana, ia harus berbuat mencapai tujuan
hukum yaitu kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum dalam menangani
suatu perkara pidana. Dalam memberikan putusan hakim dipengaruhi banyak hal
baik yang ada pada dirinya maupun sekitarnya antara lain agama, kebudayaan,
putusan.
56
Kemudian hakim dalam memeriksa serta memutus perkara pidana yang
yang berlaku. Namun pada kenyataannya saat ini jarang dijumpai dalam tataran
praktik, sebab sering terjadi peristiwa yang belum diatur dalam hukum atau
masyarakat yang dinamis dan berkembang dari waktu-kewaktu yang secara terus
menerus.
kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis.44 Hakikatnya yang meliputi esensi dan
eksistensi putusan hakim harus dapat mencerminkan nilai moral yang berkepastian
apakah diputus bebas, lepas dari segala tuntutannya ataupun putusan terpidana.
44
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang
berbunyi: “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”
57
Badan hukum atau orang akan melakukan kegiatan penambangan haruslah
yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/
atau kegiatannya. Hal tersebut didasarkan pada Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang
2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang dimaksud Izin usaha
2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu Setiap orang yang
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
bahwa perbuatan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
terdakwa didasarkan atas perjanjian kerja sama antara terdakwa dengan pemilik
58
Perjanjian kerja sama dasar hukumnya adalah berdasarkan Pasal 1338,45
sah perjanjian yaitu menurut Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian kerja sama tidak
dalam Pasal 1319 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu bahwa semua
perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan
suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat didalam
perjanjian kerja sama antara Terdakwa dengan Saut Sitorus selaku direktur utama
ditelusuri dari keterangan saksi Saut Sitorus bahwa saksi kerja sama dengan
Terdakwa sejak tahun 2017. Sehingga menurut penulis berdasarkan Pasal 110
Batubara, dimana Pasal 110 mengatur tentang kewajiban pemegang IUP dan IUPK
menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eskplorasi dan operasi produksi
Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara mengatur tentang kewajiban pemegang IUP dan IUPK
memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan
45
Pasal 1338 KUHPerdata (BW) : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan
sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
59
kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara kepada Menteri, Gubernur,
akan menjadi pelaku tindak pidana jika laporan tersebut tidak disampaikan oleh
pelaku usaha atau secara memalsukan dan dapat dijatuhi sanksi pidana dan denda.
Yang Baik dan Pengawasan Mineral dan Batubara maka pemilik IUP Operasi
Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan yang selanjutnya disebut RKAB
Tahunan adalah rencana kerja dan anggaran biaya tahun berjalan pada kegiatan
izin menambang.
penambangan yang dilakukan Bolden Pardede atas dasar perjanjian kerja sama
dengan Saut Sitorus selaku Direktur PT. Multi Bumi Sejahtera menggunakan IUP
Nomor 231 Tahun 2013 apakah telah memperoleh persetujuan RKAB dari
Kementerian ESDM, hal ini sesuai Pasal 177 Peraturan Pemerintah Nomor 96
Batubara yang berbunyi pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun dan
60
menyampaikan RKAB Tahunan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
kegiatan tambang dibiayai oleh terdakwa maka menurut hemat penulis Saut Sitorus
selaku direktur PT Multi Bumi Sejahtera (MBS) dapat dikenai Pasal 93 Undang-
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa “Pemegang IUP dan
IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain.” serta Pasal
65 butir (k) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun
2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan pada
“Pemegang IUP atau IUPK dilarang mengalihkan IUP atau IUPK-nya kepada pihak
231 Tahun 2013 yang dimiliki oleh PT Multi Bumi Sejahtera yaitu pencabutan IUP
dan Batubara, bahwa IUP atau IUPK dapat dicabut oleh Menteri, Gubernur,
61
c. Pemegang IUP atau IUPK dinyatakan pailit.
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyatakan bahwa Setiap orang
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Pemerintah Pusat.
melalui pemberian:
c. izin.
(3) lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. IUP;
b. IUPK;
d. IPR;
e. SIPB;
f. izin penugasan;
62
g. Izin Pengangkutan dan Penjualan;
h. IUJP; dan
perundang-undangan.
dan Batubara ini lebih kompleks pengaturannya terkait perizinan usaha. Hal ini
Terdakwa Bolden Pardede yang bekerja sama dengan Direktur Utama PT Multi
Bumi Sejahtera selaku pemegang IUP Nomor 231 Tahun 2013 yang berdasarkan
Produksi Tambang maka Bolden Pardede haruslah mengantongi Izin Usaha Jasa
ayat (4) Peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pengelenggaraan Usaha
63
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan
kegiatan tambang dengan barang bukti berupa tiga tumpukan ore nikel maka
64
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
perbuatan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
didasarkan atas perjanjian kerja sama antara terdakwa dengan pemilik Izin Usaha
Pertambangan (IUP). Putusan tersebut tidak sesuai dengan Pasal 158 Undang-
memperoleh persetujuan RKAB dari Kementerian ESDM, hal ini sesuai Pasal 177
Pertambangan Mineral dan Batubara yang berbunyi pemegang IUP dan IUPK wajib
B. Saran
65
1. Hakim dalam persidangan harus lebih teliti dan cermat terkait permasalahan
hukum yang ada dan dapat menselaraskan dengan ketentuan peraturan yang
66
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asshiddiqqie, Jimly, Teori Dan Aliran Penafsiran Hukum Tata Negara, Jakatra:
Ind.Hill.Co, 1997
Barkatullah, Abdullah Halim, Buku Ajar Hukum Pertambangan: Sub Sistem Hukum
Sumber Daya Alam, Cetakan II, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2017
Darmodiharjo, Shidarta Darji, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1995
Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sapta Artha Press, 1996
Haryadi, Dwi, Pengantar Hukum Pertambangan, Bangka Belitung: UBB Pers, 2018
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009
Prakoso, Joko, Kedudukan Jutisiabel dalam KUHAP, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985,
Rahmad, Riadi Asra , Hukum Acara Pidana, Pekanbaru: Al Mujtahadah Press, 2020
Rasjidi, Lili dan Ira Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Jakarta: Gramedia,
2001
67
Rifai, Ahmad, Penemuan Hukum oleh Hakim, Dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta:
Sinar Grafika, 2010
Roeslan, Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Asas-Asas Hukum Nasional, Jakarta: Karya
Dunia Fikir, 1996
Supramono, Gatot, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia, Cetakan
Pertama, Jakarta: Rineka Cipta, 2012
Jurnal
Herman dkk, 2022, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penambangan Mineral di
Kawasan Hutan Tanpa Izin, Halu Oleo Legal Research, Vol. 4, Issue 2, August
2022
Hasaziduhu Moho, Penegakan Hukum di Indonesia Menurut Aspek Kepastian Hukum,
Keadilan dan Kemanfaatan, Jurnal Warta, Januari 2019
Pertiwi, Marisa Dian dan Edi Setiadi, Penegakan Hukum Praktek Illegal Mining, Jurnal
Prosiding Ilmu Hukum, Vol. 5, No. 1, 2019
Rian Ardiansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Melalui Internet (E-Commoerce), skripsi, Makassar, Universitas Hasanuddin, 2014
Sumber Lain
Suparman, Polda Sultra Tangani 175 Kasus Pertambangan, Antara Sultra, Polda Sultra
Tangani 175 Kasus Pertambangan - ANTARA News Sulawesi Tenggara -
ANTARA News Kendari, Sulawesi Tenggara - Berita Terkini Sulawesi Tenggara
tanggal akses 16 Oktober 2022
68