Anda di halaman 1dari 48

BUAH MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L ) MENINGKATKAN (pH)

SALIVA DALAM RONGGA MULUT PADA SISWA KELAS 5


SDN 25 KENDARI KECAMATAN KADIA
KOTA KENDARI

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


ahli madyaKesehatan Gigi (A.Md.KG)

Oleh :

MUTMAINNAH RAIHAN FADILLA


KG.20033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN GIGI


POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7
A. Rujukan Penelitian................................................................................7
B. Landasan Teori .....................................................................................9
1. Saliva................................................................................................9
2. Ph Saliva.........................................................................................12
3. Buah Mentimun .............................................................................17
4. Karakteristik Anak Sekolah Dasar.................................................23
C. Kerangka Konsep ...............................................................................26
BAB III METODOLOGI PENULISAN.....................................................27
A. Jenis Penelitian....................................................................................27
B. Desain Penelitian.................................................................................27
C. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................28
D. Populasi dan Sampel...........................................................................28
E. Variabel Penelitian..............................................................................29
F. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif........................................30
G. Hipotesis..............................................................................................31
H. Prosedur Penelitian..............................................................................31
I. Skema Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep…………………………………………….. .. 28
Gambar 2.2 pH Meter……………………………………………………….. 31

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan sebuah investasi penting sebagai salah satu

factor pendukung pembangunan ekonomi dan merupakan salah satu faktor

penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam pengukuran

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan merupakan salah satu

faktor utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat selain pendidikan

dan pendapatan. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

ditetapkan bahwa, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi (Astuti et al., 2019).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting dan harus

mendapat perhatian yang lebih, karena dapat mempengaruhi kesehatan

tubuh secara menyeluruh. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kesehatan gigi dan mulut yaitu perilaku kesehatan, seperti memperhatikan

diet makanan, membersihkan sisa makanan dengan menyikat gigi,

membersihkan karang gigi, dan menambal gigi berlubang untuk mencegah

terjadinya karies yang lebih parah (Dianmartha,et al ,2018).

Menurut WHO tahun 2018, prevalensi karies pada anak mencapai

93% sedangkan yang terbebas dari karies hanya 7%. Pada usia 12 tahun

yang mengalami karies mencapai 65,6% dan yang terbebas dari karies

hanya 34%. Pada usia 15 tahun yang mengalami karies gigi mencapai

67,4% sedangkan yang terbebas dari karies hanya 32,6%.

1
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan

bahwa prevalensi penduduk di Indonesia yang memiliki masalah gigi dan

mulut adalah sebesar 25,9%. Masalah karies gigi mengalami peningkatan

prevalensi sebesar 13,7% dari tahun 2007 ke tahun 2018 dan peningkatan

terbesar terjadi pada kelompok usia 12 tahun.

Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sebesar 57,6%, akan

tetapi tenaga medis yang tersedia hanya sebesar 10,2%. Permasalahan

kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh faktor perilaku menggosok gigi.

Hal ini dapat dilihat dari hasil Riskesdas 2018 bahwa hanya sebesar 2,8%

penduduk Indonesia yang melakukan tindakan menggosok gigi yang baik

dan benar (Riskesdas, 2018).

Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi yang cukup tinggi

dialami di Indonesia dengan prevalensi lebih dari 80% (Fatimatuzzahroet

al., 2018).Karies gigi merupakan penyakit kronis yang umum terjadi dan

cukup tinggi pada anak usia sekolah dasar yaitu umur 6-11 tahun (CDC,

2020) serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya disebabkan oleh

faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan, faktor prilaku, dan faktor

pelayanan kesehatan gigi yang berbeda-beda di Indonesia

Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna,

dan disekresikan dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk

mempertahankan homeostasis dalam rongga mulut. Saliva terdapat sebagai

lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut.

Sebagian besar sekitar 90% nya dihasilkan saat makan yang merupakan

2
reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan

makanan.Sebesar 93% saliva diskresi oleh glandula salivary mayor dan

sisanya yaitu 7% disekresikan oleh glandula salivary minor(Latifa, 2018).

Mentimun (Cucumis Sativus L) merupakan salah satu sayuran segar

yang banyak dikonsumsi masyarakat dan sangat mudah ditemukan di

Indonesia. Mentimun memiliki banyak kandungan Mentimun (Cucumis

Sativus L) merupakan salah satu sayuran segar yang banyak dikonsumsi

masyarakat dan sangat mudah ditemukan di Indonesia. Mentimun memiliki

banyak kandungan(Ilfitri, 2021). Mentimun terkenal dengan kandungan

serat serta airnya yang berlimpah, dan itu membuatnya sangat berguna

untuk mempertahankan kebersihan mulut. Mentimun juga memiliki efek

membersihkan gigi dengan membantu membuang deposit yang

berkontribusi pada terbentuknya asam penyebab terjadinya gigi berlubang

yaitu plak. Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat erat pada

permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam

suatu matrikinterseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan

mulutnya(Talitha, 2019).

Dibidang kesehatan gigi dan mulut buah mentimun memiliki

manfaat tersendiri yaitu merawat gigi dan gusi. Gigi dan gusi yang sehat

sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Bila gigi dan gusi

bermasalah maka tubuh juga ikut bermasalah. Oleh Karena itu kita harus

merawat gigi dan gusi agar tetap sehat.

3
Dari penelitian tentang menguyah buah mentimun dengan

kebersihan gigi dan mulut khususnya debris indeks dari 30 sampel yang

diperiksa Rata-rata sebelum mengunyah mentimun didapat nilai debris

index = 1,65 dengan kriteria sedang dan rata-rata sesudah mengunyah

mentimun didapat nilai debris index = 0,49 dengan kriteria baik. Selisih

rata-rata sebelum dan sesudah mengunyah mentimun = 1,16 yang berarti

nilai debris index cenderung menurun. Data tersebut menunjukkan adanya

pengaruh yang cukup baik dari mengunyah mentimun (Talithya,2019).

Mengunyah mentimun baik untuk kesehatan gigi yang di dalam nya

terdapat kandungan air sebesar 96,2% yang dapat merangsang sekresi

saliva dan berpengaruh pada pH saliva. Setelah mengunyah mentimun nilai

pH mengarah ke basa, dan keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan

karies pada gigi.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada 10 siswa

didapatkan bahwa dari 10 orang siswa yang menguyah awal buah

mentimun dengan akdar ph saliva awal berada pada kadar ph saliva yang

berada pada indikator asam, hal demikian di karenakan karena pada saat

pengukuran pH saliva rata – rata berada pada keadaan asam, namun setelah

beberapa lama ph saliva dari 10 sampel sebanyak 4 orang siswa atau 40 %

berada pada kondisi pH saliva yang hampir mendekati PH netral yaitu 7.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti tentang “Buah

mentimun meningkatkan derajat keasaman (pH) saliva dalam rongga

4
mulut pada siswa kelas 5 di SDN 25 Kendari Kecamatan Kadia Kota

Kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu “Bagaimanabuahmentimun (Cucumis Sativus L) dalam

meningkatkan pH saliva dalam rongga mulut pada siswa kelas 5 di SDN 25

Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh buah mentimun (Cucumis Sativus L)

dalam meningkatkan pH saliva dalam rongga mulut pada siswa kelas 5 di

SDN 25 Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pH saliva sebelum mengunyah mentimun pada

(Cucumis Sativus L) pada siswa kelas 5 di SDN 25 Kendari

Kecamatan Kadia Kota Kendari.

b. Untuk mengetahui pH saliva sesudah mengunyah buah mentimun

(Cucumis Sativus L) pada siswa kelas 5 di SDN 25 Kendari

Kecamatan Kadia Kota Kendari.

c. Untuk mengetahui selisih pH saliva sebelum dan sesudah

mengunyah buah mentimun (Cucumis Sativus ) pada siswa kelas 5

di SDN 25 Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Dapat menambah wawasan pengetahuan terahap perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

2. Manfaat Teoritis

a. Manfaat Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dalam

upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

b. Manfaat Bagi institusi

Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya mengenai pengaruh

mengunyah buah mentimun terhadap pH saliva dalam rongga

mulut,sehingga dapat dijadikan pedoman untuk penelitian

selanjutnya.

c. Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan

penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah, serta menambah

wawasan dan pengetahuan pengaruh mengunyah buah mentimun

terhadap pH saliva dalam rongga mulut pada siswa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rujukan Penelitian

1. Penelitian Oleh SischaRamadhani,ShantyChairani dan Tyas

Hestiningsih Tahun 2019 dengan Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efek mengunyah mentimun terhadap perubahan laju alir

dan pH saliva, dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

mengunyah mentimun, terjadi peningkatan yang bermakna dari laju alir

dan pH saliva (p<0.05). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna

antara laju alir dan pH saliva setelah mengunyah pada kedua kelompok

(p>0.05).Dapat disimpulkan bahwa mengunyah mentimun dapat

meningkatkan laju alir dan pH saliva(Ramadhani, Chairani and

Hestiningsih, 2019).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sischa Ramadhani tahun 2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek mengunyah mentimun

terhadapperubahan laju alir dan pH saliva. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa setelah mengunyah mentimun, terjadi peningkatan

yang bermakna dari laju alir dan pH saliva (p<0.05). Tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara laju alir dan pH saliva setelah

mengunyah pada kedua kelompok (p>0.05).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tritania Ambarwati Tahun 2022

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran

mengunyah mentimun terhadap kebersihan gigi dan mulut,asil

7
pengolahan dan analisis data diperoleh kesimpulan perubahan nilai

rata-rata debris index pada mahasiswa laki-laki di asrama sebelum

mengunyah mentimun = 1,65 dengan kriteria sedang dan rata- rata

sesudah mengunyah mentimun = 0,49 dengan kriteria baik. Data

tersebut menunjukkan adanya selisih rata-rata sebelum dan sesudah

mengunyah mentimun = 1,16 yang berarti nilai debris index cenderung

menurun.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Herryawan,Euis Reni Yuslianti,

Maghfira F, Febriani Tahun 2022 Penelitian ini bertujuan untuk

mengukur bagaimana tingkat pH dan laju aliran saliva berfluktuasi

sebelum dan sesudah mengunyah anggur dengan stroberi Laju aliran

saliva dinilai melalui skrining visual, dan pH saliva diukur

menggunakan pH meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata

nilai pH dan laju aliran saliva meningkat setelah mengunyah anggur

dan stroberi. Dibandingkan dengan sebelum mengunyah buah,

kenaikan ini berbeda secara statistik (p=0,000) pada kedua kelompok.

Sementara itu, ketika perbedaan rerata untuk kedua parameter

dibandingkan antara kedua kelompok, perbedaannya adalah tidak

signifikan dengan nilai pH (p=0,860) dan laju aliran saliva (p=0,810).

Mengunyah buah yang mengandung air, serat, vitamin C, dan rasa

asam dapat meningkatkan sekresi saliva, yang sesuai dengan sistem

buffer untuk meningkatkan pH saliva.

8
B. Landasan Teori

1. Saliva

a. Pengertian Saliva

saliva pada umumnya adalah cairan dalam rongga mulut

yang dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva besar, yaitu parotis,

submandibularis, dan sublingualis, kelenjar saliva minor dan cairan

gingival. Saliva terdapat sebagai massa setebal 0,1-0,01 mm yang

melapisi seluruh jaringan rongga mulut dan selalu bergerak, serta

menetukan distribusi material dan eliminasi bahan yang tidak

digunakan dalam rongga mulut (Siti, 2021).

Saliva merupakan cairan rongga mulut yang dihasilkan oleh

tiga pasang kelenjar saliva besar, yaitu parotis, submandibularis,

dan sublingualis, kelenjar saliva minor dan cairan dari sulkus

gingiva. Saliva ini terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm

yang melapisi seluruh permukaan rongga mulut dan selalu

bergerak. Kecepatan pergerakan lapisan inilah yang menentukan

distribusi material dan eliminasi bahan yang tidak digunakan dari

rongga mulut. Namun kecepatan ini sangat bergantung pada jumlah

dan komposisi serta pergerakan pipi, bibir dan lidah. Pada

seseorang kecepatan juga bervariasi bergantung tempatnya dalam

rongga mulut (Ariyanti,2018).

Saliva mengandung zat-zat seperti substansi antibakteri,

senyawa glikoprotein, kalsium, dan fluorida yang sangat berguna

9
melindungi gigi. Lebih lanjut) bahwa kandungan air yang ada di

dalam mentimun akan menstimulasi kelenjar saliva untuk terus

memproduksi saliva sehingga membuatnya cukup berperan dalam

menjaga kebersihan gigi dan mulut (Ambarwati, 2020).

b. Fungsi Saliva

Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan

rongga mulut. Adapun fungsi saliva antara lain:

a. Membentuk lapisan pelindung pada membran mukosa yang

akan bertindak sebagai barier terhadap iritan dan mencegah

kekeringan

b. Cadangan ion: Merupakan cairan jenuh dan memudahkan

remineralisasi

c. Pembersih : Membersihkan makanan dan membantu menelan

d. Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris, dan

bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak

e. Aksi Antimikroba : spesifik dan nonspesifik, jadi mengontrol

mikroflora oral

f. Pembentukan Pelikel : Pada permukaan email sebagai

pertahanan difusi

g. Perasa : Sebagai pelarut, jadi memungkinkan makanan

dirasakan

h. Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat,

fosfat dan protein. Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya

10
berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas buffer. Selain itu,

penurunan pH plak akibat asidogenik akan dihambat.

i. Mempertahankan Integritas Gigi. Saliva mengandung bahan

organik yaitu kalsium dan fosfat. Saliva membantu

menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh email untuk

meghambat atau menghindari pelarutan gigi saat demineralisasi

terjadi (Tridiananda, 2019).

Air liur adalah cairan dalam mulut, cairan ini terutama

dihasilkan oleh tiga kelenjar, satu di bawah lidah dan dua di rahang

atas masing-masing di pipi kiri dan pipi kanan.Keadaan dalam

mulut selalu lembab sebab dibasahi oleh air liur. Air liur juga

berguna untuk melindungi semua jaringan mulut, karena

mengandung zat yang mencegah terjadinya infeksi, sebagai bahan

pelican sehingga pergeseran antara bibir, pipi, dan lidah dengan gigi

tidak menimbulkan luka, air liur juga berguna untuk membantu

proses pengunyahan makanan dan berbicara serta menelan sehingga

proses dapat berjalan lancar serta dapat membersihkan gigi dan

member perlindungan alami kepada gigi geligi (Ariyanti, 2018 ).

c. Komponen Saliva dan Komposisinya

Komponen saliva dapat dibedakan menjadi komponen

anorganik dan bioorganik. Komponen anorganik terbagi atas

sodium dan potasium yang merupakan kation yang paling penting

yang terdapat dalam saliva, sedangkan amnion mayor aktif adalah

11
klorida dan bikarbonat. Komponen bioorganik saliva yang utama

adalah protein.

Elektrolit lain yang terdapat dalam saliva, yaitu kalsium,

posfat, klorida, tiosinat, magnesium, sulfat, dan iodine. Semua

komponen tersebut sangat berperan penting dalam menjaga

kesehatan mulut.

Saliva mengandung komponen spesifik yang mampu

melindungi jaringan mulut dari infeksi bakteri dan virus.

Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi dalam sistem

penolakan enzimatik dan bukan enzimatik. Sistem enzimatik anti

bakteri terdiri atas peroksidase, hydrogen perosidase(H2O2), dan

ion tiosianat (SCN-).

Komposisi saliva yang normal akan mempengaruhi

keefektifan masingmasing fungsi saliva dalam mempertahankan

kondisi yang konstan dilingkungan rongga mulut. Jika terjadi

kerusakan pada kelenjar saliva seperti adanya obstruksi kelenjar

atau penyakit sistemik yang menyebabkan berkurangnya saliva

maka fungsi saliva terganggu (Amalia, 2018).

2. pH Saliva

a. Pengertian pH Saliva

Aliran saliva yang terjadi didalammulut erat kaitannya

dengan pH saliva. Potensial of hydrogen (pH) adalah suatu cara

untuk mengukur derajat asam atau basa dari cairan tubuh. saliva

12
memiliki pH dalam keadaan normal rata-rata pH 6,7. Saliva biasa

bersifat alkalis (basa).

Derajat keasaman atau biasa disebut pH saliva dalam

keadaan normal berkisar antara 6,8 - 7,2, sedangkan derajat

keasaman saliva dikatakan rendah apabila berkisar antara 5,2 - 5,5

kondisi pH saliva rendah tersebut akan memudahkan pertumbuhan

bakteri acidogenic(Haryani et al., 2019).

Bakteri dalam plak akan memfermentasi kan karbohidrat

dan menghasilkan asam sehingga menyebabkan pH saliva akan

turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5 - 5,0. Kemudian pH

akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30-60 menit, dan jika

penurunan pH ini terjadi secara terus menerus maka akan

menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi karies pun

dimulai (Ariyanti, 2018).

b. Faktor Yang mempengaruhi pH Saliva

Perubahan dari pH saliva dapat dipengaruhi beberapa faktor

seperti diet, stimulasi sekresi saliva, dan aktivitas oral

mikroorganisme. Perubahan dari pH saliva secara berulang dapat

mempengaruhi struktur gigi dan bahan restorasi(Pratiwi et al.,

2021). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan

pH saliva di antarany adalah sebagai berikut :

13
1) Diet Karbohidrat

Faktor yang mempengaruhi perubahan pH saliva salah

satunya adalah diet karbohidrat. Diet karbohidrat dapat

mempercepat demineralisasi email gigi, atau menghasilkan

asam melalui proses glikolisis yang dapat menurunkan pH

saliva menjadi kritis(Pratiwi et al., 2021).

Saliva membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga 2

jam untuk kembali ke pH normal tergantung dari faktor diet

yang dikonsumsi. Kekasaran permukaan yang diakibatkan pH

saliva asam dapat berdampak pada perubahan warna, retensi

plak dan mikroorganisme hingga penyakit gingiva dalam

rongga mulut(Pratiwi et al., 2021).

2) Irama siang dan Malam

Irama siang dan malam (irama sirkadian) memengaruhi

pH dengan nilai pH saliva maksimum terdapat pada sore hari

pukul 16.00-19.00 dan nilai pH minimum terdapat pada pukul

04.00-07.00. pH saliva pada saat tidur lebih rendah

dibandingkan dengan saat keadaan bangun Siklus sirkanual atau

musim juga memengaruhi sekresi saliva yaitu rendah pada

musim panas dan tinggi pada musim dingin (Harapan et al.,

2019).

pH saliva dan kapasitas buffer akan tinggi segera setelah

bangun (keadaan istirahat), tetapi akan cepat turun. Pada saat

14
makan nilai pH saliva tinggi, tetapi dalam waktu 30-60 menit

akan turun lagi. Selain itu, sampai malam hari akan naik, lalu

kemudian akan turun lagi.

Pendapat lain menyebautkan bahwa Saat pagi hari

setelah bangun tidur pH saliva tinggi namun kemudian akan

cepat turun (Amerongen, 1992). Pada malam hari pH saliva

kembali turun. Sekitar 20-30 menit setelah makan, pH saliva

kembali normal (Harapan et al., 2019).

3) Kecepatan Laju Saliva

Kecepatan sekresi saliva berkaitan dengan laju alir dan

kandungan ion bikarbonat saliva. Jika terjadi peningkatan

sekresi saliva maka laju aliran saliva dan ion bikarbonat ikut

meningkat sehingga terjadi peningkatan aktivitas buffer saliva

dan pH saliva dapat meningkat Stimulus yang dapat

meningkatkan sekresi saliva yaitu stimulus kimiawi, mekanis,

psikis, dan termal. Stimulus kimiawi merupakan stimulasi

pengecapan seperti rasa asam, asin, manis, dan pahit; stimulus

mekanis seperti mengunyah permen karet dan aktivitas

berkumur; stimulus psikis seperti membayangkan makanan

yang pedas, tetapi stres dapat menghambat sekresi saliva; dan

stimulus termal seperti minuman dingin dapat meningkatkan

sekresi saliva dibandingkan minuman yang panas (Putri, Susi

and Sari, 2019).

15
c. Pengukuran pH Saliva

Saliva yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan

pemeriksaan pH. Terdapat 2 cara dalam mengukur pH saliva yaitu

menggunakan pH paper dan pH meter. pH meter saat ini sering

digunakan dalam pengukuran karena lebih akurat. Namun terdapat

beberapa kekurangan yaitu relatif mahal, perlu dilakukan kalibrasi

secara rutin, dan tidak semua orang mengerti cara

menggunakannya. Metode pengukuran lainnya yaitu dengan pH

paper. Caranya yaitu dengan memasukkan pH paper kedalaman

wadah berisi saliva lalu tunggu sekitar 10 detik. Kemudian cek

perubahan warna yang terjadi. Hasil perubahan warna yang terjadi

dicocokkan dengan tabel pH paper yang tertera. pH paper memiliki

keuntungan yaitu cepat, murah, dan mudah penggunaannya. Namun

validitas pengukuran dengan pH paper dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti, pencahayaan yang kurang, adanya

kontaminasi cairan lain atau darah, dan hasil pH paper rentan

terhadap pembacaan yang tidak tepat karena penentuan subjektif

perubahan warna (Ningsih and Agustin, 2019).

Pengukuran pH saliva dilakukan menggunakan pH meter.

Hal ini dikarenakan pH meter saat ini banyak digunakan karena

lebih akurat (Ningsih and Agustin, 2019). Pengukuran pH Saliva di

kategori kan menjadi 3 yaitu :

16
a) Jika pH= 7 maka larutan bersifat netral

b) Jika pH < 7 maka larutan bersifat asam

c) Jika pH > 7 maka larutan bersifat basa

3. Buah Mentimun ( Cucumis sativus L )

Gambar 2.1 Buah Mentimun (Sari,2019).

a. Pengertian Buah Mentimun ( Cucumis sativus L )

Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk tumbuhan

merambatatau merayap ini merupakan salah satu jenis sayuran buah

dari family labu-labuan (Cucurbitaceae) yang sudah banyak

ditemukan diseluruh dunia dan digemari dari benua Asia. Mentimun

berasal dari bagian utara India dan Afrika Selatan tepatnya di

Gunung Himalaya(Sari, 2019)

Mentimun terkenal dengan kandungan serat dan airnya yang

berlimpah, ini yang membuatnya sangat berguna untuk membantu

mempertahankan kebersihan mulut. Mentimun juga memiliki efek

membersihkan gigi dengan membantu membuang deposit yang

membantu dalam terbentuknya asam penyebab gigi berlubang yaitu

plak. Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada

17
permukaan gigi yang terdiri atas mikroorganisme yang berkembang

biak dalam suatu matrikinterseluler, jika seseorang melalaikan

kebersihan gigi dan mulutnya. Menurut widya,et al. (2019).

b. Morfologi Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk tumbuhan

merambatatau merayap ini merupakan salah satu jenis sayuran buah

dari family labu-labuan (Cucurbitaceae) yang sudah banyak

ditemukan diseluruh dunia dan digemari dari benua Asia. Mentimun

berasal dari bagian utara India dan Afrika Selatan tepatnya di

Gunung Himalaya(Sari, 2019)

Budidaya mentimun di Indonesia banyak di jumpai di

dataran rendah hingga dataran tinggi yang beriklim panas maupun

sedang.Pada umumnya mentimun disajikan dalam bentuk olahan

segar, seperti acar, asinan, salad dan lalapan. Mentimun dapat juga

di konsumsi sebagai minuman segar berupa jus, sebagai bahan

kosmetik dan dalam bidang obat-obatan(Sari, 2019)

Pada umumnya jenis mentimun dikelompokkan menjadi

2golongan, yaitu mentimun yang pada buahnya terdapat bintil-bintil

di bagian pangkalnya, dan mentimun yang buahnya halus.

Golongan mentimun yang buahnya tidak berbintil-bintik dibedakan

menjadi 3macam, yaitu mentimun (biasa, watang, dan wuku).

Mentimun biasa ditandai dengan penampilan kulit buah yang tipis,

lunak, dan pada saat buah muda berwarna hijau keputih-putihan,

18
namun setelah tua menjadi berwarna cokelat. Sedangkan mentimun

watangmemiliki ciri-ciri kulit buah tebal, agak keras, buah

berwarna hijau keputih- putihan dan setelah tua berwarna kuning

tua(Sari, 2019)

c. Manfaat Mentimun

Buah timun memiliki bermacam-macam manfaat dalam

kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai bahan makanan, bahan

untuk obat-obatan, dan bahan kosmetika.

1) Bahan Makanan

Buah timun merupakan salah satu jenis bahan makanan

sayuran yang dapat digunakan untuk bahan makanan pelengkap

atau lalab. Misalnya, lalab untuk pelengkap bistik, pelengkap

ayam goreng, Pelengkap bebek goreng, pelengkap pecel lele,

dan lain sebagainya. Disamping itu, buah timun dapat juga

digunakan untuk bermacam-macam masakan seperti gado-gado,

pecel, acar untuk pelengkap soto, sambal goreng timun, asinan

dan lain sebagainya. Selain buahnya, bagian tanaman lain,

misalnya daun yang masih muda, juga dapat dimanfaatkan

sebagai bahan makanan atau sayuran yang dapat diolah untuk

bermacam-macam masakan, misalnya sayur bobor, pecel,

oseng-oseng, dan lain-lain.

Sebagai bahan pangan, buah timun mengandung zat-zat

gizi yang cukup lengkap yakni mengandung kalori, proten,

19
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin

B, vitamin C, niasin, karoten, asetilkolin, serat, saponin. Dengan

demikian, buah timun sebagai bahan pagan sangat baik untuk

menjaga kesehatan tubuh, misalnya untuk kesehatan mata,

jaringan epitel (jaringan yang ada dipermukaan kulit), gigi,

tulang, jaringan tubuh, meningkatkan energi, untuk mencegah

berbagai macam penyakit (beri-beri, sariawan, radang lidah, dan

lain-lain).

2) Bahan Obat – Obatan

Buah timun juga memiliki beberapa kegunaan sebagai

bahan obat untuk pengobatan beberapa jenis penyakit, misalnya

untuk menyembuhkan keracunan pada wanita yang sedang

hamil, memperlancar buang air kecil, untuk pengobatan tekanan

darah tinggi, memperlancar pencernaan sehingga dapat

mengeluarkan zat-zat racun dari tubuh, untuk pengobatan

sariawan, meringankan penyakit ginjal, meringankan penyakit

kencing batu, meringankan penyakit panas, dan pembersih

pencernaan.

3) Bahan Kosmetik

Selain bahan pangan dan pengobatan, buah timun juga

dapat digunakan untuk keperluan kosmetika yakni untuk

merawat kecantikan wajah dan kulit. Khasiat buah timun untuk

keperluan kosmetik adalah menghaluskan dan melemaskan

20
kulit, meringkas pori-pori kulit, membersihkan lemak dan

kotoran-kotoran yang melekat pada kulit, mencegah timbulnya

jerawat, dan menghilangkan jerawat. Dalam bidang kosmetika,

buah timun dapat dgunakan sebagai face tonic, astringent,

masker, dan cucumber milk cleanser. Yang berguna untuk

perawatan kulit dan pembersih wajah atau muka (Cahyono,

2019).

d. Manfaat Buah Mentimun Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Mentimun dalam kehidupan sehari hari yang biasanya

digunakan sebagai pelengkap bahan makanan berupa lalapan dan

bahan acar, bias juga digunakan untuk pen cuci mulut setelah

makan berat. Nilai lebih mentimun sebagai pencuci mulut

adalah sebagai pembersih gigi alami karena mengandung serat

dan air. Mentimun selain mudah ditemukan, juga bisa didapat

dengan harga yang relatif murah sehingga bisa dikonsumsi

oleh semua kalangan(Ambarwati, 2020).

Mentimun adalah salah satu sayuran atau buah yang sangat

banyak di konsumsi khususnya pada masyarakat Indonesia, dalam

hal ini mentimun terkenal karena kandungan airnya yang berlimpah

dan membuat sangat berguna dalam membersihkan mulut

(Ambarawi,2020).

Menurut said (2010) kandungan kimia yang terdapat dalam

mentimun adalah kandungan minyak dan karoten, kandungan ini

21
yang terdapat dalam daun mentimun yang mengandung

stigmasterol dan cucurbitacin C yang merupakan senyawa yang

mempuyai aktifitas sebagai anti bakteri dan tumor, kandungan

kimia ini hanya terdapat pada buah mentimun juga mengandung

sedikit saponin yang bermanfaat bagi anti kanker

Mentimun ini juga memiliki efek membersihkan gigi

dengan membantu membuang deposit lunak yang menempel pada

gigi yang berkontribusi pada terbentuknya asam yang menyebabkan

terjadinya gigi berlubang yaitu plak (Ambarawati,2020).

Menurut Cahyanti (2018) dalam jurnal nya menyatakan

bahwa memakan makanan yang berserat dengan dikunyah lebih

lama sehingga gerakan mengunyah dapat merangsang pengeluaran

saliva lebih banyak. Saliva yang mengandung banyak enzim dan

anti bakteri ini yang sangat berguna dalam melindungi gigi. Lebih

lanjut di jelaskan oleh Ambarwati (2020) bahwa kandungan air

yang ada didalam mentimun akan menstimulasi kelenjar saliva

untuk terus memproduksi saliva sehingga membuatnya cukup

berperan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Secara umum mentimun sudah dapat sering digunakan oleh

masyarakat Indonesia untuk mengatasi berbagai penyakit seperti

hepatitis, asma, diare dan batuk, buah mentimun ini mengandung

cucurbitacin yang bersifat sebagai antibakteri. Mekanisme ini

yang merupakan senyawa triterpenoid.

22
Mentimun sangat kaya akan kandungan air dari bagian

daging dan daunnya mengandung air sehingga dapat merangsang

aliran saliva dan mencegah terjadinya xerostomia.

4. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Anak yang memasuki usia sekolah dasar akan

mengalamiperubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik.

Selain itu pada usia ini, anak mulai mempunyai prilaku yang khas dan

bisa ditemukan hanya pada periode usia tersebut. Karakteristik perilaku

tersebut meliputi pembentukan kelompok teman sebaya, perilaku tidak

jujur atau berbohong, perilaku curang, ketakutan dan stress. Sedangkan

menurut Hurlock, ahli psikolog perkembangan mendefinisikan

karakteristik anak pada usia sekolah sebagai masa berkelompok dimana

perhatian anak tertuju pada keinginan agar diterima oleh kelompoknya.

Menurut Seifert dan Haffung usia anak SD yang berkisar antara 6-12

tahun memiliki tiga jenis perkembangan berikut diantaranya:

1) Perkembangan Fisik

Pada usia masuk kelas satu SD atau MI, perkembangan

fisik pada anak mengalami periode peralihan dari pertumbuhan

cepat masa anak-anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih

lambat. Perkembangan fisik ini ditandai dengan pertumbuhan

biologis, misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Usia masuk

SD atau MI pada anak-anak baik laki-laki atau perempuan tinggi

dan berat badannya kurang lebih berkisar 3,5 kg. Namun setelah

23
usianya beranjak remaja yaitu 12-13 tahun anak perempuan

berkembang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki.

a) Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki-laki dan

perempuan kurang lebih sama. Namun, ada perbedaan pada

anak bentuk fisik dari anak perempuan, dimana tingginya relatif

lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki-laki pada umur

sebelum menginjak usia 9 tahun.

b) Dilanjuti dengan usia anak menjelang akhir kelas empat,

terdapat pertumbuhan anak perempuan yang mengalami masa

lonjakan pertumbuhan, ditandai dengan lengan dan kaki yang

mulai tumbuh cepat.

c) Pada akhir kelas lima, pertumbuhan fisik antara laki- laki dan

perempuan masih didominasi oleh perempuan, dimana

perempuan terlihat lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat

daripada anak laki-laki. Pada usia 11 tahun nantinya anak laki-

laki akan mulai terlihat lonjakan pertumbuhannya.

d) Menginjak anak kelas enam, khususnya buat perempuan sangat

mendekati puncak tertinggi dari pertumbuhan mereka. Hal ini

ditandai dengan dimulainya menstruasi yang terjadi pada usia

12-13 tahun. Sedangkan dengan anak laki-laki, ia memasuki

masa pubertas dengan ejakulasi diantara umur 13-16 tahun.

24
2) Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif ini mencangkup perubahan-

perubahan dalam perkembangan pola pikir. Perkembangan ini akan

dijawab dengan empat pendekatan perkembangan kognitif. Menurut

Piaget, pertama, Sensorimotorik berlaku pada umur 0-2 tahun.

Dimana bayi lahir dengan sejumlah refleksi bawaan yang

mendorong bayi mengeksplor dunianya. Kedua, Praoprasional anak

belajar dan mempresentasikan sebuah obyek dengan gambar dan

kata-kata. Pemikiran lebihsimbolis dan lebih bersifat egosentris dan

intuitif. Ketiga, Operational Kongkrit (7-11), anak pada masa ini

sudah mulai berfikir menggunakan logika yang memadai. Keempat,

Operasional Formal (12-15) anak pada masa ini sudah mampu

berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan dapat menarik

kesimpulan dari imformasi yang telah tersedia(Haq, 2018).

25
C. Kerangka Konsep

Menguyah Buah Derajat pH Saliva


Mentimun

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel Dependen

= Variabel Independent

26
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah jenis penelitian pre

eksperimen yang memberikan perlakuan pada respondennya dengan

menggunakan desain penelitianone group pretest-posttest, eksperimenquasy

yang merupakan suatu kegiatan percobaan (eksperimen), yang bertujuan untuk

mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari

adanya perlakuan tertentu (Ilfitri,2021).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian bertujuan untuk membangun strategi yang berguna

yang menghasilkan model penelitian (Ilfitri,2021). Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah design tipe one-grup pre test post test

design.Dengan desain sebagai berikut :

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

Gambar 3.1 desain penelitian

Keterangan :

O1: Pengukuran sebelum mengunyah buah mentimun terhadap pH saliva

pada siswa (pretest)

X: Pemberian perlakuan/intervensi berupa pemberian buah mentimun

kepada sampel

27
O2: Pengukuran sesudah mengunyah buah mentimun terhadap pH saliva

pada siswa (postest)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan maret – April Tahun 2023

siswa–siswi kelas 5di SDN25 Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukandiSDN 25 Kendari Kecamatan Kadia Kota

Kendari

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek penelitian, dalam

penelitian ini populasi yang di maksud adalah seluruh jumlah siswa kelas

5 di SDN 25 Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari yang berjumlah 30

orang siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari subjek penelitian yang akan diteliti dalam

penelitian sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 di di SDN 25

Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari yang berjumlah 30 sampel

3. Teknik Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel total sampling yang

dimana pada teknik ini adalah seluruh jumlah populasi yang diketahui

dalam penelitian di jadikan sebagai sampel penelitian.

28
E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

a. Mengonsumsi Mentimun

Mengonsumsi mentimun yaitu buah mentimun yang sebelumnya di

cuci di bawah air mengalir kemudian di potong – potong dan di

timbang 25mg kemudian sampel di suruh mengunyah mentimun

maksimal selama 15 detik kemudian sampel di periksa pH salivanya.

Dengan indikator bahwa pH di atas 7 adalah basa dan pH Saliva di

bawah 7 adalah asam.

2. Variabel Terikat

a. pH Saliva

pH adalah kapasitas derajat keasaman yang di kandung dalam

larutan. Dalam penelitian ini larutan yang dipakai adalah saliva.

Dalam derajat keasaman di ukur dengan satuan pH. Skala pH

berkisar antar 0-14, dimana semakin rendah nilai pH , menunjukan

keasaman tinggi, dan sebaliknya jika pH semakin tinggi

menunjukan kebasahan suatu larutan.

29
F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Nama Variabel Definisi operasional Cara ukur Skala data

Variabel bebas Mengonsumsi buah - Nominal


mentimun yang
Buah mentimun
sebelumnya dicuci di air
mengalir kemudian di
potong – potong

Variabel terikat pH saliva adalah kapasitas Dengan Rasio


derajat keasaman yang
menggunakan
dikandung dalam larutan,
pH meter
dalam larutan yang
dilakai adalah saliva, bila pH di
dalam derajat keasaman
atas 7 adalah
di ukur dengan satuan pH
asam

bila pH saliva

di bawah 7

adalah basah

dan bila pH 7

adalah netral

30
G. Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan pH saliva sebelum dan sesudah

mengusumsi buah mentimun

H1 : ada perbedaan pH saliva sebelum dan sesudah

mengonsumsi buah mentimun

H. Prosedur Penelitian

1. Alat, bahan dan subjek penelitian

a. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

b) Alat oral diagnostik

c) Handscooen

d) Cawan

e) Alat tulis

f) Lembar observasi

g) Alkohol

h) pH meter (LAQUAtwin Horiba)

i) tissue

b. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 5 di

SDN 25 Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari berjumlah 30

orang siswa.

31
2. Cara kerja

Tahapan kerja pada penelitian ini di bagi menjadi 2 tahapan yaitu :

a. Tahap Persiapan

a) Peneliti melakukan peninjauan di lokasi penelitian

b) Peneliti meminta surat izin dari kampus Politeknik Bina Husada

Kendari

c) Peneliti menyampaikan surat izin penelitian kepada kepala sekolah

SDN 25 Kendari

d) Peneliti mempersiapkan alat dan bahan untuk pengambilan data

penelitian

e) Peneliti menyiapkan cawan atau wadah untuk saliva

f) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan peneltian

kepada siswa dan guru serta kepala sekolah di SD 25 Kendari.

b. Tahap kerja

a) Peneliti membagi 2 kelompok sampel berdasarkan nomor urut

absen kelas menjadi kelompok A dan Kelompok B

b) Peneliti menjelaskan tata cara penelitian serta pengambilan sampel

saliva siswa

c) Peneliti menyiapkan buah mentimun yang telah di potong –

potong kecil untuk di bagikan tiap – tiap di bagikan sebanyak 3

slise kecil

d) peneliti melakukan pengambilan sampel saliva siswa sebelum di

berikan mentimun untuk di kunyah

32
e) peneliti membagikan buah mentimun kepada semua kelompok

setelah itu peneliti mengambil kembali sampel saliva setelah

sampel di diinstruksikan untuk mengunyah buah mentimun

f) peneliti mencatat hasil perubahan saliva yang telah diukur dengan

menggunakan pH meter

3. Instrumen Penelitian

Untuk menunjang data penelitian pada penelitian ini peneliti

menggunakan intrumen lembar observasi pemeriksaan saliva kepada

siswa SDN 25 Kendari, dalam lembar pemeriksaan tersebut berisi

indikator perubahan pH saliva yang kemudian di jadikan acuan dalam

data penelitian.

4. Analisa Data

a. Data

a) Sifat Data

Berdasarkan sifatnya data di bagi menjadi 2 yaitu :

1) Data kualitatif

Data kualitatif merupakan sebuah data yang bentuknya bukan

angka angka seperti misalnya sebuah kuesioner yang berisikan

berbagai macam pertanyaan tentang suasana kerja, gaya

kepemimpinan, dan masih banyak lagi.

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan sebuah data yang berupa angka

seperti misalnya harga saham, pendapatan, dan lain sebagainya

33
b) Jenis Data

Ada dua macam jenis data pada umumnya yaitu data kuantitatif dan

data kualitatif yang akan di jelaskan di bawah ini, penulis lebih

memfokuskan pada data kuantitatif dalam melakukan analisis ini.

1) Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data atau informasi yang di dapatkan

dalam bentuk angka. Dalam bentuk angka ini maka data

kuantitatif dapat di proses menggunakan rumus matematika atau

dapat juga di analisis dengan sistem statistik.

2) Data Kualitatif

Data Kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-kata atau

verbal. Cara memperoleh data kualitatif dapat di lakukan melalui

wawancara.

c) Sumber Data

1) Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

langsung dari lapangan berupa hasil pemeriksaan pH Saliva

Sampel dengan Menggunakan pH Meter

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang disajikan oleh pihak lain dalam

bentuk publikasi dan jurnal serta data-data siswa dari pihak

sekolah.

34
b. Teknik Pengumpulan Data

Metode pemgumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data

primer dan data sekunder dalam suatu penelitian. Metode

pengumpulan data yang umum digunakan dalam suatu penelitian

adalah wawancara, kuisioner, dan observasi (sugiono, 2010). Dalam

penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

kuisioner pretest dan kuisioner postest serta hasil pemeriksaan pH

saliva

1) Angket Kuesioner

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner pada

penelitian ini berupa informend consent atau lembar persetujuan

menjadi sampel

2) Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks

karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Pada

observasi ini dilakukan dengan melihat sampel mengonsumsi

buah mentimun kemudian dilakukan pengukuran pH saliva

c. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah dan disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi serta menggunakan program SPSS

35
d. Pengolahan Data

Setelah data berhasil di kumpulkan langkah selanjutnya adalah

mengolah data. Proses pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan beberapa tahap sebagai berikut :

1) Edit (editing)

Editing dilakukan untuk meneliti setiap item

penelitian/memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan

2) Kode (coding)

Memberi kode pada lembar kuisioner. Pengisian berdasarkan

pelaksanaan setiap indikator yang ada pada responden

3) Tabulasi (tabulating)

Membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode

sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

4) Entry

Kegiatan memasukan data ke dalam program komputer untuk

selanjutnya dilakukan pengelompokan data atau analisis data

menggunakan uji statistik.

36
I. Sekama Penelitian

Izin Penelitian

Informend Consent

Pengumpulan sampel

Melakukan Pre tets dengan


mengukur pH saliva sebelum
menguyah mentimun

Pemeriksaan pH Saliva Post


Tets

Sampel menguyah buah


mentimun

Melakukan Post tets dengan


mengukur pH saliva
Seseudah menguyah
mentimun

Pemeriksaan pH Saliva Post


Tets

Pengumpulan Data pH saliva


Pre dan Post tets

Analisa Data Hasil

Gambar 3.2 Skema Jalanya Penelitian

37
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, T. (2020) ‘Gambaran Mengunyah Mentimun Terhadap Kebersihan


Gigi Dan Mulut’, Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi, 1(1), pp. 42–48.
doi: 10.37160/jikg.v1i1.505.
Astuti, H. et al. (2019) ‘Penggunaan poster sebagai media komunikasi kesehatan’,
Penggunaan Poster sebagai Media Komunikasi Kesehatan
Penggunaan.
Choi, J. E. et al. (2017) ‘Diurnal variation of intraoral pH and temperature’, BDJ
Open, 3(1). doi: 10.1038/bdjopen.2017.15.
Haq, M. A. (2018) ‘Keberagaman Anak Usia Sekolah Dasar (Studi Kasus Peran
Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kajen Margoyoso Pati)’.
Haryani, W. et al. (2016) ‘ buah mentimun dan tomat meningkatkan derajat pH
saliva dalam romgga mulut’, Jurnal Riset Kesehatan, 5(1), pp. 21–24.
Available at: http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk.
Ilfitri, I. (2021) ‘Perbedaan Indeks Debris Antara Mengunyah Mentimun Dengan
Tomat Pada Mahasiswa Keperawatan Gigi Bukittinggi’, Jurnal
Menara Medika, 3(2), pp. 208–214.
Latifa, A. (2018) Digital Repository Universitas Jember. Edited by P. Panesa.
Jakarta timur. Available at:
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul
Latifah-101810401034.pdf?sequence=1.
Ningsih, H. Y. and Agustin, T. P. (2019) ‘Gambaran Ph Saliva Pada Anak Usia 5-
10 Tahun (Kajian Pada Pasien Anak Di Klinik Pedodonsia Fkg
Usakti)’, Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 1(1), pp. 40–44. doi:
10.25105/jkgt.v1i1.5149.
Pratiwi, D. et al. (2021) ‘The Effect Of Nanochitosan From Rhinoceros Beetle
(Xylotrupes Gideon) Towards Gic Surface Roughness On Critical Ph
Of The Saliva’, Odonto : Dental Journal, 8(1), p. 73. doi:
10.30659/odj.8.1.73-79.
Putri, F. M., Susi, S. and Sari, D. P. (2019) ‘Pengaruh Berkumur Dengan Larutan
Teh Hijau dan Teh Hitam Terhadap pH Saliva’, Andalas Dental
Journal, 7(1), pp. 1–12. doi: 10.25077/adj.v7i1.129.
Ramadhani, S., Chairani, S. and Hestiningsih, T. (2019) ‘Efek mengunyah
mentimun (’, Bali Dental Journal, 3(Desember), pp. 92–95.
Sari, S. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Agar - agar terhadap p[asien hipertensi di
wilayah kerja puskesmas padang’, Αγαη, 8(5), p. 55.
Siti, N. (2021) Pengaruh kumur - kumur dengan air rebusan daun sirih pada pH
saliva. Poltekkes Tanjung Karang.
Talitha, W. R. (2019) ‘Gambaran Mengunyah Mentimun Terhadap Kebersihan
Gigi dan Mulut di Asrama Putra Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya’, Actual Research Science Academic, 4(3),
pp7-
Yuslianti, E. R. and Febriani, M. F. (2022) ‘Differences In Ph Value And Salivary
Flow Rate Before And After Chewing ( Perbedaan Nilai Ph Dan Laju
Alir Saliva Sebelum Dan Setelah Mengunyah Buah Anggur’, 02(02),
pp. 303–316. doi: 10.54052/jhds.Article.

L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
PENGUKURAN pH SALIVA SEBELUM DAN SESUDAH MENGUYAH

BUAH MENTIMUN

Nama :
Kelas :

Ph Saliva Sebelum Sesudah


=7

<7

>7

Indikator
pH < 7 bersifat asam

pH = 7 netral

pH > 7 bersifat basa

Lampiran 2

Check List Alat dan Bahan


No Jenis Kegiatan Ada Tidak
1 Potongan Buah Mentimun
2 Oral diagnostik
3 Alkohol
4 pH Meter
5 Masker
6 Alat Tulis
7 Lembar Pemeriksaan
8 Wadah Saliva

Lampiran 3
INFORMED CONSENT

Yang bertanda Tangan di bawah ini :


Saya, responden:
Nama : .....................................
Jenis Kelamin : .....................................
Umur : .....................................
Kelas : .....................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan

tentang tujuan dari prosedur penelitian atas nama Mutmainnah Raihan Fadilla

dengan judul penelitian sebagai berikut : buah mentimun (Cucumis Sativus L )

(dalam meningkatkan pH saliva dalam rongga mulutpada siswa kelas 5 di

SDN 25 Kendari Kecamatan Kadia Kota Kendari, oleh sebab itu saya bersedia

menjadi sampel pada peneltian ini.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan


penuh rasa tanggung jawab.

Yang menyatakan
Responden

(.......................)

Pernyataan pelaksana peneliti :

saya menyatakan bahwa saya telah menjelaskan tujuan serta kemungkinan

yang akan timbul dari penelitian ini kepada responden.


Kendari .................. 2023

Yang menyatakan

Peneliti

(.........................)

Anda mungkin juga menyukai