Anda di halaman 1dari 31

KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PADA KELAS III SDN 23

KOTO TUO JORONG PEMATANG TINGGI KECAMATAN SUNGAI


TARAB KABUPATEN TANAH DATAR
TAHUN 2024

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan


Mata Kuliah Penatalaksanaan Promosi Kesehatan
Kesehatan Gigi (KG.601)Semester VI TA2023/2024 pada
Jurusan Kesehatan Gigi

Disusun oleh:
FACHRURROZAN
215110455

Dosen Pembimbing :
H.M.Faisal,S.Si.T M. Kes

PROGRAM STUDI D-III JURUSAN KESEHATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Identitas Mata Kuliah

Institusi : Program studi D-III Kesehatan Gigi

Mata Kuliah : Penatalaksanaan Promosi Kesehatan Gigi

Jumlah SKS : 2 SKS (Lapangan)

Pelaksanaan : Semester VI

Sungai Tarab, 21 Februari 2024

Mengetahui

Dosen Pemimbing Mahasiswa

H. Muhammad Faisal, S.Si.T. M.Kes FACHRURROZAN


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Perencanaan kegiatan

Promosi Kesehatan Gigi dan Mulut ini. Peulisan Proposal ini dilakukan dalam rangka

memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan Gigi Jurusan Kesehatan Gigi

Poltekkes Kemenkes Padang.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada dosen yang selalu memberikan

dukungan serta bimbingannya sehingga proposal ini dapat disusun dengan baik.

Semoga proposal yang telah saya susun ini bisa menambah pengetahuan dan

pengalaman para pembaca.

Saya juga menyadari bahwa laporan ini juga masih memiliki banyak

kekurangan. Maka dari itu saya mengharapkan saran serta masukan dari para

pembaca sekalian demi penyusunan laporan ini supaya lebih baik lagi.

Sungai Tarab, 21 februari 2024

FACHRURROZAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyuluhan terhadap kesehatan gigi dan mulut tentunya memerluan

media penyuluhan untuk mengubah pengetahuan seseorang, sehingga pesan-

pesan yang disampikan lebih mneraik dan mudah dipahami, sehingga sasaran

dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sasaran dapat mempelajari pesan

tersebut hingga memeutuskan untuk mengambil pengetahuan yang positif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dirumuskan masalah

“Bagaimana cara menetapkan promosi kesehatan gigi masalah kebersihan

gigi?”

C. Tujuan Masalah

Beberapa tujuan dari pembuatan laporan ini adalah:

1. Agar kegiatan promosi kesehatan gigi dapat berjalan secara terencana

2. Sebagai pedoman dalam kegiatan promosi kesehatan gigi

3. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Promosi Kesehatan Gigi

D. Manfaat

Manfaat dari pembuatan laporan ini adalah:

1. Bagi pasien

a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan gigi dan mulut

pada murid kelas III Jorong Pematang Tinggi Kecamatan Sungai tarab

Kabupaten Tanah Datar


b. Meningkatkan keterampilan dalam memelihara kesehatan gigi dan

mulut pada murid kelas III Jorong Pematang Tinggi Kecamatan Sungai

tarab Kabupaten Tanah Datar

2. Bagi penulis

Untuk memenuhi tugas mata kuliah penatalaksaan promosi kesehatan

gigi penulis.
BAB II
TINJUAN TEORI

A. Kebersihan Gigi dan Mulut

a. Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu hal yang penting sebab

berbagai kuman masuk melalui organ tersebut. Kebersihan gigi dan mulut

dapat dilakukan dengan cara menggososk gigi dengan menggunakan pasta

gigi untuk membersihkan sisa makanan dan dapat mengurangi bakteri

menyebabkan bau dan rasa tidak nyaman pada mulut (Hasnidar et al.,

2022). Kebersihan gigi dan mulut dalam kesehatan gigi dan mulut

sangatlah penting. Beberapa masalah mulut dan gigi dapat terjadi karena

kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kesadaran menjaga kesehatan

mulut sangat perlu dan merupakan obat pencegah terjadinya masalah gigi

dan mulut yang paling tepat (Hidayat and Tandiari, 2016).

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut

Kebersihan gigi dan mulut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

disebabkan oleh deposit dan lapisan yang melekat pada permukaan gigi yaitu:

1) Debris

Debris ialah suatu material lunak yang terdapat pada permukaan gigi

yang terdiri dari lapisan biofilm, material alba, dan sisa makanan (Jumriani

and Ira, 2019). Kebanyakan debris akan segera mengalami liquifikasi oleh

enzim bakteri dan bersih dalam waktu 5-30 menit setelah makan, tetapi ada

kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan


membrane mukosa (Listrianah, 2017). Aliran saliva, aksi mekanisme lidah,

pipi, bentuk susunan gigi dan rahang akan mempengaruhi kecepatan

pembersihan sisa makanan. Pembersihan ini dipercepat oleh proses

pengunyahan dan viskositas ludah yang rendah (Putri, Herijulianti and

Nurjannah, 2018).

2) Plak

Plak merupakan merupakan deposit lunak yang melekat erat pada

permukaan gigi, terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam

suatu matrik intraseluler, jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan

mulutnya. Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara berkumur

atau semprotan air, tetapi dibersihkan secara sempurna dengan cara

mekanis atau menyikat gigi (Putri, Herijulianti and Nurjannah, 2018).

Walaupun plak memiliki konsistensi yang lunak sehingga mudah

dibersihkan dengan melakukan penyikatan gigi yang baik dan flossing

dengan menggunakan benang gigi, plak akan tetap terbentuk setelah

dibersihkan. Oleh karena itu, rutinitas menjaga kesehatan gigi dari plak

sangat penting, agar plak tidak bertambah banyak dan tebal (Rosmawati

and Surayah, 2018).

3) Kalkulus

Kalkulus adalah deposit keras yang terbentuk dari klasifikasi plak

gigi terutama terdiri dari mineral kalsium fosfat garam yang terendapkan

pada gigi asli dan restorasi yang tertutupi oleh lapisan plak yang tidak

termineralisasi. Kalkulus terbentuk di atas garis gusi atau permukaan gigi


yang tampak di rongga mulut. Karang gigi bisa berwarna putih, kuning,

kecoklatan, hinga hitam (Andriany, 2022).

b. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut

Pengukuran kebersihan gigi dan mulut seseorang menurut Green dan

Vermillion dapat diukur menggunakan indeks OHI-S (Oral Hygiene Index

Simplified) adalah pemeriksaan gigi dan mulut dengan cara menjumlahkan

debris indeks dan kalkulus indeks.

1) Debris Indeks

Debris merupakan bahan lunak yang melekat pada permukaan gigi

yang terdiri dari plak, material alba, dan sisa makanan. Kebanyakan debris

akan segera dicairkan oleh enzim bakteri dan bersih 3-50 menit setelah

makan. Kecepatan pembersihan debris makanan dalam mulut bervariasi

menurut jenis makanan dan individunya. Bahkan makanan yang cair lebih

mudah untuk dibersihkan dibandingkan makanan yang padat. Gula yang

dimakan dalam keadaan cair akan tertinggal dalam saliva selama 15 menit,

sedangkan gula yang dimakan dalam keadaan padat tertinggal di dalam

saliva selama 30 menit setelah pengunyahan (Putri dkk, 2018).

Cara pemeriksaan debris dapat dilakukan menggunakan larutan

disklosing atau tanpa disklosing. Gerakan sonde secara mendatar pada

permukaan gigi, dengan demikian debris akan terbawa oleh sonde. Periksa

gigi indeks dengan menelusuri dari sepertiga bagian arah oklusal atau insisal,

jika bagian ini tidak ditemukan debris, lanjut ke dua pertiga bagian gigi, jika

tidak ditemukan juga teruskan sampai sepertiga bagian servikal (Putri dkk,
2018).

Pemeriksaan debris dilakukan pada gigi tertentu dan permukaan

tertentu dari masing-masing gigi yang ditentukan, yaitu : pada gigi M1

kanan atas pada permukaan bukal, gigi I1 kanan atas pada permukaan labial,

gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal, gigi M1 kiri bawah pada

permukaan lingual, gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial, dan gigi M1

kanan bawah pada permukaan lingual. Kriteria debris indeks adalah kriteria

baik 0,0-0,6, kriteria sedang 0,7- 1,8, dan kriteria buruk 1,9-3,0. Cara

menghitung debris indeks adalah dengan menjumlahkan total nilai debris

dibagi dengan jumlah gigi indeks yang diperiksa (Putri dkk, 2018).

Debris indeks = Skor Indeks debris


Jumlah gigi yang diperiksa

Gambar 1. Kriteria Skor Debris

Sumber: (Putri dkk, 2018)

Tabel 1. Kriteria Skor Debris


Skor Kondisi
0 Tidak ada debris atau stain
1 Plak menutupi tidak lebih dari 1/3 dari permukaan servikal atau
terdapat stain ekstrinsik di permukaan yang diperiksa
2 Plak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang
diperiksa
3 Plak menutupi lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa
Sumber: Putri dkk, 2018
3) Kalkulus indeks

Kalkulus adalah deposit keras yang terjadi akibat pengendapan

garam-garam anorganik yang mempunyai komposisi utamanya adalah

kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang bercampur dengan debris dan

mikroorganisme. Berdasarkan hubungan terhadap gingiva margin, kalkulus

dikelompokkan menjadi kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.

Kalkulus supragingiva adalah kalkulus yang melekat pada permukaan

mahkota gigi mulai dari puncak gingiva margin dan dapat dilihat. Kalkulus

supragingiva berwarna putih, konsistensinya keras dan mudah dilepaskan

dari permukaan gigi dengan scaller. Warna kalkulus dapat dipengaruhi oleh

pigmen sisa makanan maupun rokok (Putri dkk, 2018).

Kalkulus subgingiva adalah kalkulus yang berada dibawah batas tepi

gingiva, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak terlihat pada waktu

pemeriksaan. Menentukan ada tidaknya kalkulus subgingiva maka dilakukan

probbing dengan probe, eksplorer biasanya padat dan keras, warna coklat

tua, atau hijau kehitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan

melekat erat pada permukaan gigi (Putri dkk, 2018).

Pemeriksaan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan permukaan

tertentu dari masing-masing gigi yang ditentukan, yaitu : pada gigi M1

kanan atas pada permukaan bukal, gigi I1 kanan atas pada permukaan labial,

gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal, gigi M1 kiri bawah pada

permukaan lingual, gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial, dan gigi M1

kanan bawah pada permukaan lingual. Kriteria kalkulus indeks adalah


kriteria baik 0,0-0,6, kriteria sedang 0,7-1,8, dan kriteria buruk 1,9-3,0. Cara

menghitung kalkulus indeks adalah dengan menjumlahkan total nilai

kalkulus dibagi dengan jumlah gigi indeks yang diperiksa (Putri dkk, 2018).

Indeks kalkulus = Skor indeks kalkulus


Jumlah gigi yang diperiksa

Gambar 2. Kriteria Skor Kalkulus

Sumber:Putri dkk, 2018

Tabel 2. Kriteria Skor Kalkulus


Skor Kriteria
0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 dari permukaan
servikal yang diperiksa
2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa atau ada bercak kalkulus subgingiva di
sekeliling servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan atau ada
kalkulus subgingiva yang kontinu di sekeliling servikal gigi
Sumber:Putri dkk, 2018

2) Cara menghitung OHI-S

Mengukur kebersihan gigi dan mulut menggunakan Oral Hygiene

Index Simplified (OHI-S). OHI-S adalah jumlah dari skor indeks debris dan

skor indeks kalkulus. Skor indeks debris dan skor indeks kalkulus ditemukan

dengan cara menjumlahkan seluruh skor kemudian membaginya dengan

jumlah permukaan yang diperiksa. Gigi indeks dalam pengukuran OHI-S

yaitu gigi 16 pada permukaan bukal, gigi 11 pada bagian labial, gigi 26 pada

bagian bukal, gigi 36 pada bagian lingual, gigi 31 pada bagian labial, dan
gigi 46 pada bagian lingual (Putri dkk, 2018).

Apabila gigi indeks tidak ada, penilaian dapat dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut: 1) Jika gigi M1 tidak ada, penilaian dilakukan

pada gigi M2, jika M1 dan M2 tidak ada penilaian dilakukan pada M3, akan

tetapi jika M1, M2, M3 tidak ada maka tidak ada penilaian untuk segmen

tersebut; 2) Jika gigi I1 kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan I1 kiri dan

jika I1 kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan I1 kanan bawah, akan

tetapi jika gigi I1 kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk

segmen tersebut; 3) Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan seperti:

gigi hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang

merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun logam,

mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada

permukaan indeks akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum

½ tinggi mahkota klinis; 4) Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua

gigi indeks yang dapat.

Cara mempermudah penilaian, bagi permukaan gigi yang akan dinilai

dengan garis khayal menjadi tiga bagian sama besar atau luasnya secara

horizontal. Kriteria penilaian OHI-S yaitu kriteria baik nilainya 0,0-1,2,

kriteria sedang nilainya 1,3-3,0, dan kriteria buruk nilainya 3,1-6,0 (Putri

dkk, 2018).
B. Karies Gigi

a. Pengertian Karies Gigi

Karies ialah suatu penyakit infeksi yang mengakibatkan kerusakan gigi

yang disebabkan oleh bakteri pembentuk asam yang ditemukan pada plak gigi

(Sutanti et al., 2021). Sementara menurut Brauer (Tarigan, 2011) dalam buku

Mengenal Lebih Dekat Karies Gigi, karies adalah penyakit yang ditandai

dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure, dan

daerah interproximal) meluas kearah pulpa (Zuniawati, 2019). Akibatnya,

terjadi infeksi bakteri dan kemampuan pulpa serta penyebaran infeksinya

kejaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun kemungkinan

remineralisasi dapat terjadi. Pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat

dihentikan (Kidd and Bechal, 2013).

a. Faktor yang mempengaruhi terjadinya karies

Faktor yang turut mempengaruhi terjadinya karies adalah kurangnya

perhatian terhadap kebersihan gigi dan mulut, mengkonsumsi makanan yang

mengandung karbohidrat, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, hal

tersebut menentukan kerentanan terhadap serangan karies (Nuraskin, 2021).

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya karies yaitu, faktor

host atau tuan rumah, faktor mikroorganisme, faktor substrat atau diet dan

faktor waktu. Paduan keempat faktor penyebab tersebut dapat dilihat seperti

gambar dibawah. Karies baru bisa terjadi jika keempat faktor diatas ada

(Ruslan, Juliani and Mandojo, 2016).


Gambar 3. Etiologi karies

(http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1969/3/BAB%20II.pdf)

1) Host atau tuan rumah

Faktor yang mempengaruhi proses terjadinya karies adalah host.

Plak yang mengandung bakteri merupakan awal terbentuknya karies.

Permukaan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin terkena

karies seperti pit dan fissure pada permukaan oklusal gigi molar (Riyanti,

2005). Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada

lingkungannya, maka peran saliva sangat besar sekali. Saliva mampu

meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak mengandung

ion kalsium dan fosfat. Karena itu, jika aliran saliva berkurang atau

menghilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali (Kidd and Bechal,

2013).

2) Mikroorganisme

Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan kuman yang

kariogenik, karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat

diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam

dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya


membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat

makanan (Hartami, Septina, Farihah, Nurdiansyah and Pribadi, 2022).

Polisakarida ini yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan

matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri

– bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama

lain. Dan karena plak makin tebal, maka hal ini akan menghambat fungsi

saliva dalam menetralkan plak tersebut (Kidd and Bechal, 2013).

3) Substrat atau diet

Faktor substrat dapat berpengaruh dalam membantu proses

perkembangbiakan mikroorganisme dalam plak dengan menyediakan

bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi 12 asam seperti sukrosa

dan glukosa serta bahan aktif lain yang menyebabkan timbulnya karies gigi

(Kidd and Bechal, 2013). Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme

bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan

untuk memproduksi asam yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi

karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada

giginya. Sebaliknya pada orang yang banyak mengkonsumsi lemak dan

protein hanya sedikit atau tidak sama sekali mengalami karies (Effendy

Ruslan, Cecilia Gerda Juliani Lunardhi, 2016).

4) Waktu

Karies gigi dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia. Proses

terbentuknya kavitas dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga


beberapa tahun, yang berarti di dalam mulut ada demineralisasi dan

remineralisasi enamel yang berkesinambungan. Agar tercapai

keseimbangan harus ada waktu yang cukup antara kegiatan kariogenik

dengan proses remineralisasi. Peningkatan frekuensi makan akan

memperlama periode reduksi pH dan demineralisasi. Ketika demineralisasi

sering terjadi atau terjadi ketika saliva berkurang, tingkat demineralisasi

dan kehancuran gigi akan meningkat. Demineralisasi yang terlalu sering

dapat terjadi salah satunya karena waktu makan yang tidak tepat. Konsumsi

makanan ringan diantara jam makan dan frekuensi makan dan minum yang

sering memiliki dampak terhadap insiden karies, dimana hal tersebut akan

mengakibatkan demineralisasi terjadi secara terus menerus tanpa ada waktu

untuk remineralisasi (Mandojo, 2017).

b. Proses terjadinya karies

Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi lebih besar daripada

remineralisasi. Pada tahap awal terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya

bintik hitam yang tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi (Abadi et al., 2023).

Kemudian, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada

waktu tertentu akan berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH

mulut menjadi kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email yang

berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi akan

menyerang ke arah dentin tetapi belum sampai terjadi pembentukan lubang

(kavitas). Kavitas baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Waktu

terjadinya bercak putih (white spot) menjadi kavitas tergantung umur berkisar
antara 1,5 – 3 tahun (Effendy Ruslan, Cecilia Gerda Juliani Lunardhi, 2016).

c. Pencegahan Karies

Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies pada gigi yaitu :

1) Menghilangkan substrat karbohidrat

Tidak perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan

kita, yang diperlukan hanya mengurangi frekuensi mengkonsumsi gula dan

membatasinya pada saat makan saja. Hal ini dianggap cara pencegahan yang

paling efektif (Kidd and Bechal, 2013).

2) Meningkatkan ketahanan gigi

Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap

karies dengan memaparkannya terhadap fluor secara tepat. Pit dan fissure

yang dalam dapat dikurangi kerentanannya dengan menutupinya memakai

resin. Mengingat bahwa dalam proses karies ini terliput kuman yang

spesifik, tidaklah mustahil dalam waktu yang akan datang dapat dilakukan

pencegahan dengan imunisasi (Kidd and Bechal, 2013).

3) Mengilangkan plak bakteri

Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi

karies. Tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan

yang mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan

gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan

mengurangi kuman yang kariogeniknya saja (Kidd and Bechal, 2013).

4) Siapkan makanan yang kaya akan kalsium (seperti ikan dan susu), flour

(sayur, daging dan teh), vitamin A (wortel), vitamin C (jeruk), vitamin D


(susu), vitamin E (kecambah).

5) Menjaga higienis gigi dan mulut. Bila ada karang gigi sebaiknya dibawa ke

dokter untuk dibersihkan. Sebaiknya pula memeriksakan gigi tiap enam

bulan sekali (Endah Kusumawardani, 2011).

d. Indeks Karies

Indeks DMF-T adalah indeks yang dipakai untuk menilai dan mengukur

pengalaman karies gigi seseorang pada gigi permanen. Indeks DMF-T adalah

keaadaan gigi geligi permanen seseorang yang pernah mengalami kerusakan,

hilang dan perbaikan yang disebabkan karies (WHO, 2013). Indeks DMFT

yaitu indeks yang digunakan untuk mengukur kejadian karies pada gigi

permanen. Keterangan DMF-T tersebut adalah: (1) Decay (D) merupakan

kerusakan gigi permanen yang masih bisa ditambal, yang termasuk Decay yaitu

karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan, gigi dengan tumpatan

sementara, enamel undermined, karies profunda yang masih bisa dirawat; (2)

Missing, yaitu gigi karies yang indikasi pencabutan, yang termasuk Missing

yaitu, gigi permanen yang hilang atau dicabut karena karies, gigi karies yang

mempunya indikasi pencabutan; (3) Filling, yaitu gigi permanen yang telah

ditambal karena karies (Marlindayatanti, Nining Ningrum, 2018).

Tabel 3. Kode status gigi decidui dan permanen


Kode Kondisi Gigi Komponen DMF-T
Decidui Permanen
A 0 Sehat
B 1 Karies D
C 2 Tambalan dengan karies D
D 3 Tambalan tanpa karies F
E 4 Hilang karena karies M
- 5 Hilang karena keadaan lain
F 6 Fissure sealant
G 7 Protesa, Jaket/Implan
- 8 Gigi yang tidak erupsi
- 9 Tidak dicatat
Sumber: (WHO, 2013)
1) Kegunaan indeks karies: (1) Untuk melihat status karies gigi; (2) Untuk

perencanaan upaya promotif dan preventif; (3) Untuk merencanakan kebutuhan

perawatan; (4) Untuk memantau perkembangan status pengalaman karies

individu. (Gultom Erni, 2018)

2) Penghitungan Indeks DMF-T

Jumlah gigi yang termasuk komponen D + jumlah gigi yang termasuk

komponen M + jumlah gigi yang termasuk komponen F = jumlah total DMF-T

(Andrianto, 2020).

DMF-T rata-rata = Jumlah D+M+F


Jumlah orang yang diperiksa
3) Penghitungan indeks def-t

Jumlah gigi yang termasuk komponen d + jumlah gigi yang termasuk

komponen e + jumlah gigi yang termasuk komponen f = jumlah total def-t.

def-t rata-rata = Jumlah d + e + f


Jumlah orang yang diperiksa
BAB III
PERENCANAAN

A. Analisis Situasi

Sekolah Dasar Negeri 23 terletak di Koto Tuo Jorong Pematang Tinggi

Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat.

SDN 23 Koto Tuo sudah terakreditasi A dengan jumlah siswa/i pada TA.

2023/2024 sebanyak 106 orang. SDN 23 Koto Tuo terdiri dari 7 orang tenaga

pengajar, 3 orang guru mata pelajaran, 1 orang tata usaha, 1 orang penjaga

sekolah, dengan kepala sekolah bernama Ibu Sri Wahyuningsih, S.Pd.

Sekolah Dasar Negeri 03 Pasia Laweh memiliki ruangan yang terdiri

dari 6 ruangan kelas, 1 WC guru, 2 WC siswa, 1 ruang kepala sekolah, 1

ruangan majelis guru, 1 ruang mushola, 1 ruang UKS dan 1 kantin. Didalam

ruang kelas SDN 23 Koto Tuo tidak terdapat poster mengenai kesehatan

umum dan tidak terdapat poster mengenai kesehatan gigi. Disetiap ruang kelas

SDN 23 koto Tuo disediakan tong sampah namun tidak ada pembeda dalam

pembagian sampah organik dan non orgnanik. Didepan ruang kelas SDN 23

Koto Tuo juga disediakan wastafel untuk mencuci tangan.SDN 23 Koto Tuo

menggunakan air sumur untuk kebutuhan sekolah seperti untuk WC,

berwuduk dan mencuci tangan. SDN 23 Koto Tuo terdapat 1 ruangan UKS

yang di dalamnya ada beberapa poster tentang kesehatan gigi. SDN 23 Koto

Tuo memiliki Mushollah dan terdapat 1 kantin. Kantin di SDN 23 Koto Tuo

menjual berbagai makanan masak seperti gorengan, jelly-jelly an serta


makanan manis melekat seperti permen dan coklat. SDN 23 Koto Tuo

memiliki infocus yang berfungsi dengan baik, yang biasanya digunkaan untuk

kegiatan-kegiatan disekolahnya.

SDN 23 Koto Tuo berada di bawah binaan Wilayah Puskesmas Sungai

Tarab 1 dengan program imunisasi untuk siswa/i dari kelas 1 sampai kelas 6,

pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut, gizi, dan pelatihan guru.. Program

dilaksanakan tergantung dengan jadwal yang diberikan oleh puskesmas. Jarak

antara puskesmas dengan SDN 03 Pasia Laweh sekitar 3 KM.

Pembelajaran di SDN 23 Koto Tuo dilakukan 6 hari dalam dalam

seminggu, dimana pembelajaran dilakukan mulai dari jam 7.15 pagi hingga

11.00 untuk kelas 1 dan 2, jam 7.15 pagi sampai jam 12.00 siang untuk kelas

3,4,5 dan 6.
B. Data Murid

a. Data Subyektif

Tabel 1.2
Data Subjektif (Pengetahuan) Pada 12 Orang Murid kelas III SDN 23 Koto Tuo
b. Data Obyektif

Tabel 1.3
Hasil Pemeriksaan Data Objektif Pada 22 Orang Murid Kelas IV SDN 03
Pasie Laweh

c. Identifkasi Masalah
1. Rata-rata DMF-T dari 12 murid adalah 0,5
2. Rata-rata def-t dari 12 murid adalah 1,25
3. Rata-rata OHI-S dari 12 murid adalah 1,41
C. PenentuanTujuan
a. Tujuan Umum:
Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut kelas III SDN 23 Koto Tuo

yang optimal.

b. Tujuan Khusus:

- Meningkatkan pengetahuan,sikap dan tindakan kelompok III SDN 23

Koto Tuo dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut

- Meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan kelas III tentang lubang

gigi

- Meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan kelas III SDN 23 Koto

Tuo tentang kebersihan gigi dan mulut

- Meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan kelas III SDN 23 Koto

Tuo tentang waktu dan teknik menyikat gigi yang baik dan benar.

D. Penentuan Sasaran

Sasaran pada kegiatan ini adalah Murid kelas III SDN 23 Koto Tuo Jorong

Pematang tinggi Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar dengan jumlah

murid yaitu 12 orang.

E. Penentuan Pesan

Hasil dari kegiatan penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan sasaran untuk dapat menjaga kesehatan gigi dan

mulutnya,meningkatnya pengetahuan tentang lubang gigi, karang gigi dan

OHIS. Kelas III SDN 23 Koto Tuo dapat memelihara kesehatan gigi dan

mulutnya dengan cara menyikat gigi dua kali sehari yaitu pada waktu pagi
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur dengan teknik yang tepat,

memperbanyak mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi dan mulut.

Setelah diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut kelas III SDN 23

Koto Tuo bisa mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Penentuan Metode

Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah, ceramah, Tanya jawab

dan demonstrasi.

G. Penentuan Media

Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah:

1. Power Point tentang lubang gigi

2. Power Point tentang karang gigi

3. Model rahang dan sikat gigi

H. Menyusun Rencana Evauasi/Penilaian

1. Evaluasi Proses

Evaluasi proses dengan menggunakan Tanya jawab sebelum dilakukan

penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan

2. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil dengan menggunakan lisan untuk mengetahui tentang

pemahaman materi yang telah diberikan selama penyuluhan.


I. Laporan Kegiatan

LAPORAN KEGIATAN
PROMOSI KESEHATAN INDIVIDU

Instansi : UPT Puskesmas Sungai Tarab I

Tempat : Poli Gigi

Nama : Fachrurrozan

Nim : 215110455

Dospem : H. Muhammad Faisal, S.Si.T, M.Kes

No Hari/Tanggal Waktu Sasaran Materi Tempat

Selasa 20 Feb Pencabutan


1 09.30 chika Poli Gigi
2024 gigi

selasa 20 Feb Pencabutan


2 10.20 fardah Poli Gigi
2024 Gigi

Pencabutan
Selasa 20 Feb
3 11.00 angel gigi Poli Gigi
2024
decidui
LAPORAN KEGIATAN
PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT

Instansi : UPT Puskesmas Sungai Tarab I


Tempat : Poli Gigi
Nama : Fachrurozan
Nim : 215110455
Dospem : H. Muhammad Faisal, S.Si.T, M.Kes
No Hari/Tanggal Waktu Sasaran Materi Tempat

Murid kelas Ruangan Aula


Selasa 13 08.00-
III SDN 23 Karang Gigi SDN 03 Pasie
Februari 2024 08.20
Koto TUO Laweh
Murid kelas Ruangan Aula
Rabu 14 08.10-
III SDN 23 Lubang Gigi SDN 03 Pasie
Februari 2024 08.35
Koto Tuo Laweh
Murid kelas 1
Saptu 17 09.00- Cara menyikat Lapangan sdn 23
-6 SDN 23
Februari 2024 09.20 Gigi Koto Tuo
Koto Tuo

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen dari kesehatan umum yang

berperan dalam fungsi pengunyahan, menjaga kesehatan gigi dan mulut

merupakan salah satu faktor penyebab seseorang mengabaikan kesehatan gigi

dan mulutnya adalah kurangnya pengetahuan kesadaran akan pentingnya

pemeliharaan kehadiran gigidan mulut (WHO) menyarankan memberikan

promosi kesehatan dalam menjaga kesehatan rongga mulut dan jaringan

disekitarnya pada kelas III SDN 23 Koto Tuo, rasa sakit pada gigi dan mulut

akan muncul apabila kesehatan gigi dan mulut tidak dirawat, gangguan yang bisa
muncul seperti gangguan pengunyahan dan kesehatan tubuh lainnya.

B. Saran

Promosi Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut yang telah dilakukan pada

kelompok sekolah hendakmya dilaksanakan secara berkesinambungan demi

tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Sebaiknya pihak

pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit lebih rutin lagi

melakukan sosialisasi kepada kelompok sekolah terutama kesehatan gigi dan

mulut.
LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai