Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 93
dan 94, menyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyrakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan
penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan
dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perorangan, pelayanan
keseahatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah, serta
pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersedian tenaga,
fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat (Kemenkes RI, 2012).
Penanganan kesehatan yang meliputi pencegahan dan perawatan
lebih mengutamakan kepada menjaga kebersihan dan kesehatan gigi
dan rongga mulut. Plak dan debris dipermukaan gigi dapat dipakai
sebagai indikator kebersihan mulut. Green dan Vermillion, Marten dan
Meskin dan World Health Organisation (WHO) cara untuk kebersihan
mulut dengan memberi skor adanya plak atau debris dan karang gigi
yang menempel dipermukaan gigi (Suwelo, I., 1992).
Survei Nasional Penyakit gigi dan mulut yang masih merupakan
masalah utama adalah karies. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdes, 2018) menyatakan bahwa 75% penduduk Indonesia
mengalami riwayat karies gigi. Karies menjadi salah satu bukti tidak
terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia (kemenkes RI,
2012).
Penyebab utama terjadinya karies dan penyakit periodontal adalah
plak. Plak adalah deposit lunak yang berapa lapisan tipis (biofilm) yang
melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras lain
dirongga mulut (Rahmawati, Y.,2014).
Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah
bakteri streptococcus mutans yang ditemukan dalam jumlah besar pada
penderita karies (Dewi, R. A. P., 2011).
Dalam jumlah sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali apabila telah
diwarnai dengan disclosing solution atau telah mengalami diskolorasi oleh
pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Apabila plak telah
menumpuk, plak akan terlihat warna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning
(putri, M.H, Herijuliati, E, Nurjannah, N.,2009).
World Health Organisation (WHO) pada tahun 1987 telah
merekomendasikan panggunaan siwak sebagai alat yang efektif untuk
kesehatan gigi, yaitu membersihkan struktur gigi dan mencegah pembentukan
plak dalam 2 cara : dengan tindakan mekanik serat kayu lunak dan aksi terapetik
konsituen kimia dengan mengunyah siwak itu sendiri (Kusumasari, N., 2012).

1
2

Untuk mencegah ketidak seimbangan asam dalam rongga mulut dapat dilakukan
mencegah terbentuknya plak. Pencegahan dapat dilakukan dangan berbagai cara
mekanis dan kimiawi (Houwink, dkk 1993).

Plak gigi dapat dikontrol mengunakan sikat gigi dan obat kumur. Obat kumur
yang beredar dipasaran biasanya mempunyai efek samping untuk rongga mulut jika
pemakaiannya berlebihan. Oleh karena itu, kita dapat memanfaatkan tanaman herbal
sebagai obat kumur yang efektif dan mempunyai efek samping minimal untuk rongga
mulut, salah satunya adalah siwak (salvadora persica). Siwak (salvadora persica)
mempunyai kandungan yang sangat beragam dan bermafaat bagi rongga mulut. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk mengatahui kelebihan dan manfaat dari batang siwak.
Salvadora persica mengandung trimatiamin, salvadorine, chloride, fluoride, silica,
sulphur, minyak mustard, vitamin C, resins dan tennin, saponirs, flavonoids, dan sterol.
Salah satu kandungan Siwak (Salvadora persica) yang berguna untuk mencegah terjadi
nya plak gigi adalah trimatilamin (TMA), zat ini mudah larut dalam air dan berfungsi
sebagai zat apung (floatation agent) sehingga mampu mencegah endapan (deposit)
pertikel dan sisa-sisa dirongga mulut khususnya diruang antar gigi. Selain itu juga
pontensial sebagai anti bakteri (Suryani, L. Astuti, Y., 2007).
Penambahan herbal pada pasta gigi dapat menghambat pertumbuhan plak,
karena beberapa jenis herbal seperti siwak memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan mikroba. Bahan antimikroba pada ekstrak siwak berperan sebagai
bahan aktif dan mampu membunuh bakteri yang menjadi penyebab terbentuknya
plak. Selain itu, karena herbal berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka bahan
tersebut aman dan alami (Rahmah YR, Rachmadi P,Widodo., 2014).
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, siwak kini
diolah ekstraknya dan dikembangkan menjadi sediaan pasta gigi. Pasta
gigi ini akan mengandung ekstrak siwak yang terdiri dari mineral-mineral
alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plak, mencegah
gigi berlubang, dan memelihara gusi. Pasta gigi siwak termasuk pasta
gigi herbal, biasanya pasta gigi herbal tidak mengandung pewarna
buatan, rasa atau fluoride pun tidak terkandung banyak bila dibandingkan
dengan pasta gigi yang biasanya (Zulfikri., 2017).
menggunakan siwak pada konteks jaman sekarang mungkin dianggap sebuah kebiasaan yang kuno,
tetapi dalam konteks perhatian dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, hal ini menjadi sebuah penegasan
bahwa islam sangat memperhatikan nilai-nilai kebersihan dan Kesehatan, khususnya kesehatan gigi dan mulut.
Kebiasaan menggunakan siwak tersebut telah diterapkan para masyarakat dan menjadi budaya dalam pelaksanaan
Sunnah Nabi MUHAMMAD SAW.

Berdasarkan data dari penjaringan yang dilakukan tim UKS dan


UKGS Puseksmas Pirsus yang dilakukan pemeriksaan pada siswa VII
Berjumlah 10 orang di MTs Miftahhul Jannah Lalayau kecematan Juai
Kabupaten Balangan, diperoleh 7 orang siswa dengan kondisi plak skor
yang buruk dengan rata-rata nilainya 3,7 sedangkan 3 siswa dengan plak
skor sedang dengan rata-rata nilai 2,6.
.
3

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan uji


efektivitis menyikat gigi menggunakan pasta gigi menganduk siwak dan
menyikat gigi menggunakan pasta gigi tidak mengnadung siwak terhadap
pembentukan Plak gigi pada siswa siswi MTs Miftahul Jannah
Kecamatan Juai kabupaten Balangan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu
rumusan
masalah : “Apakah ada efektivitis menyikat gigi menggunakan pasta gigi
menganduk siwak dan menyikat gigi menggunakan pasta gigi tidak
mengnadung siwak terhadap pembentukan Plak gigi pada siswa siswi
MTs Miftahul Jannah Kecamatan Juai kabupaten Balangan”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitis menyikat gigi menggunakan pasta gigi


menganduk siwak dan menyikat gigi menggunakan pasta gigi tidak
mengnadung siwak terhadap pembentukan Plak gigi pada siswa siswi MTs
Miftahul Jannah Kecamatan Juai kabupaten Balangan

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui plak skor sebelum menyikat gigi menggunakan pasta
gigi menganduk siwak pada siswa siswi MTs Miftahul Jannah Kecamatan
Juai kabupaten Balangan
b. Untuk mengetahui plak skor sesudah menyikat gigi menggunakan pasta
gigi menganduk siwak pada siswa siswi MTs Miftahul Jannah Kecamatan
Juai kabupaten Balangan
c. Untuk mengetahui plak skor sebelum menyikat gigi menggunakan pasta
gigi tidak mengnadung siwak pada siswa siswi MTs Miftahul Jannah
Kecamatan Juai kabupaten Balangan
d. Untuk mengetahui plak skor sesudah menyikat gigi menggunakan pasta
gigi tidak mengnadung siwak pada siswa siswi MTs Miftahul Jannah
Kecamatan Juai kabupaten Balangan
e. Untuk mengetahui perbedaan uji efektivitas efektivitis menyikat gigi
menggunakan pasta gigi menganduk siwak dan menyikat gigi
menggunakan pasta gigi tidak mengnadung siwak terhadap pembentukan
Plak gigi pada siswa siswi MTs Miftahul Jannah Kecamatan Juai
kabupaten Balangan.
D. Manfaat Penelitian
.
4

1. Teoritis

Berguna bagi pembangunan keilmuan, khususnya yang berkaitan dengan


menyikat gigi menggunakan pasta gigi menganduk siwak dan menyikat gigi
menggunakan pasta gigi tidak mengnadung siwak terhadap Pembentukan Plak
gigi, serta sebagai bahan masukan atau referensi dalam penulisan Proposal
Karya Tulis Ilmiah bagi mereka yang memerlukan terutama bagi mahasiswa
Jurusan Keperawatan Gigi.

2. Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk meningkatkan program


pelayanan kesehatan gigi yang baik fungsi Usaha Kesehatan Gigi (UKGS) di
Instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai