Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

perlu mendapatkan perhatian yang serius karena penyakit gigi dan mulut masih

diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam mengatasi masalah

kesehatan gigi, perlu menunjang upaya kesehatan agar menjadi derajat kesehatan

yang optimal, upaya dibidang kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,

kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan

perawatan (Pratiwi, 2007). Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem

pencernaan tubuh manusia. Selain itu mulut merupakan salah satu jalan masuk kuman

kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.

Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia adalah

karies gigi (Depkes RI, 2007).

Prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami masalah kesehatan gigi dan

mulut adalah 23,4% dan terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi

aslinya, dan 29,6% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan

gigi (Depkes RI, 2008). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

prevalensi penduduk Propinsi Bali yang bermasalah gigi dan mulut adalah 24,4%,

dan 38,8% yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi, serta 9,3% yang

menerima pengobatan dari tenaga medis (Kemenkes RI, 2013).

Karies gigi atau gigi berlubang merupakan kerusakan pada jaringan gigi

mulai dari email gigi hingga dentin atau tulang gigi. Gigi berlubang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti mikroorganisme, struktur gigi, substrat, dan waktu. Penjalaran

gigi berlubang dimulai dari email sampai ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan

pembuluh darah yang menyebabkan rasa nyeri (Hermawan, 2010). Di Indonesia

terjadi peningkatan prevalensi karies gigi pada tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 %

(2007) menjadi 53,2% pada tahun 2013, yaitu kurang lebih di Indonesia terdapat

93.998.727 jiwa yang menderita karies gigi (Kemenkes RI, 2013). Karies gigi

merupakan proses patologis kerusakan gigi yang progresif disebabkan oleh

kombinasi dari faktor diet, host, mikroorganisme dan waktu yang saling

mempengaruhi satu sama lain. Diet merupakan asupan karbohidrat, host berupa

kuantitas dan kualitas dari saliva serta kualitas dari gigi, mikroorganisme yaitu

bakteri streptococcus mutans dan lactobacilus yang merupakan bakteri asidogenik

berkoloni pada permukaan gigi, waktu merupakan lamanya jangka waktu terpapar

gigi oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri dari plak gigi (Anonim, 2009).

Kiswaluyo (2010), kelompok utama yang terserang karies gigi adalah

kelompok usia 6-14 tahun dengan indeks DMF-T sebesar 2,21. Menurut pengamatan

lain ditemukan bahwa pravelensi karies gigi juga berhubungan dengan usia, sekitar

25% gigi yang tumbuh pada anak usia 12 tahun mengalami karies, pada usia 15 tahun

meningkat menjadi 33% dan setelah usia 30 tahun meningkat menjadi 67%. Pada usia

45 tahun aktivitas karies mulai menurun, tetapi pada usia ini penyakit periodontal

mulai aktif. Pada anak laki-laki biasanya jarang memperhatikan kebersihan gigi dan

mulutnya dan malas untuk menyikat gigi dibandingkan anak perempuan, untuk anak

perempuan yang terkadang lebih menghindari makanan yang manis-manis

dibandingkan anak laki-laki.

2
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah satuan organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat serta menggunakan

hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi tepat guna dengan biaya yang

dapat ditanggung oleh pemerintah. Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut

sebagai salah satu kegiatan pokok Puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan pola

pelayanan kesehatasn gigi dan mulut, terutama ditujukan kepada golongan rawan

terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut, seperti: ibu hamil dan ibu menyusui,

anak prasekolah, dan anak sekolah dasar serta ditujukan pada keluarga dan

masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan dan perkotaan. Pelayanan

kesehatan gigi tersebut juga meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotive),

pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan pemulihan

kesehatan gigi sebagai salah satu kegiatan pokok Puskesmas (Depkes RI, 2000).

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I terletak di Kecamatan

Tegallalang Kabupaten Gianyar. Berdasarkan laporan bulanan atau data kunjungan

pasien ke Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I,

diketahui tahun 2018 dengan kasus tertinggi karies gigi. Berdasarkan hal itu penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian karies gigi pada pasien yang berkunjung ke

Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kecamatan

Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun 2018.

3
B. Rumusan Masalah

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kecamatan

Tegallalang, Kabupaten Gianyar, melayani pengobatan gigi dan mulut namun hingga

saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang karies gigi. Berdasarkan

pernyataan di atas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut

“Bagaimanakah gambaran karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Gigi

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun

2018? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karies gigi

pada pasien yang berobat ke Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas

Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun 2018.

2. Tujuan khusus.

Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

a. Menghitung frekuensi karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik gigi

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun 2018

berdasarkan kelompok umur.

b. Menghitung frekuensi karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik gigi

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun 2018

berdasarkan jenis kelamin.

c. Menghitung rata-rata karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik gigi

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun 2018.

4
d. Mengidentifikasi gigi yang paling sering terkena karies pada pasien yang

berkunjung ke Poliklinik gigi Unit Pelayanan Teknis Kesmas Tegallalang I,

Kabupaten Gianyar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa tentang gambaran

karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis

(UPT) Kesmas Tegallalang I, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun

2018.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan gigi

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I Kabupaten Gianyar untuk

perencanaan Program kesehatan gigi dan mulut.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih

lanjut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Manusia

Gigi adalah setiap perangkat struktur perkapuran keras pada prossesus

alveolaris mandibula dan maksila untuk pengunyahan makanan. Gigi memiliki

beberapa tipe yaitu gigi seri (incisor), gigi taring (canine), gigi premolar (bicuspids)

dan gigi molar (Prasetiyo G, Yuniarti, dan Irasanti, 2015).

1. Bagian - bagian gigi

Menurut Tarigan (1989), gigi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Mahkota gigi, adalah: bagian gigi yang terlihat di dalam mulut yang berwarna

putih.

b. Akar gigi, adalah bagian gigi yang tertanam di dalam tulang rahang.

c. Leher gigi, adalah bagian gigi yang terletak di antara mahkota gigi dan akar gigi.

2. Struktur Jaringan Gigi

Menurut Paramita (2000), struktur gigi manusia terdiri dari:

a. Struktur jaringan keras

Bagian ini terletak di rongga mulut yang dikenal dengan mahkota gigi.

Apabila siswa tersenyum maka bagian inilah yang pertama kali terlihat, mahkota gigi

dilapisi oleh lapisan yang disebut email gigi, bagian bawah email gigi terdapat

lapisan berwarna kuning yang disebut dentin gigi.

b. Struktur jaringan lunak

6
Jaringan lunak yang menyokong tulang gigi dikenal dengan gusi, bagian

bawah gusi terdapat rongga - rongga tempat melekatnya gigi yang di sebut tulang

gigi. Bagian gigi yang melekat pada tulang gigi disebut akar gigi, bagian dalam akar

gigi terdapat rongga yang di sebut pulpa gigi dan dalam pulpa gigi terdapat serabut

saraf dan pembuluh darah. Struktur jaringan lunak berfungsi untuk menyokong gigi

sehingga jaringan ini disebut juga struktur jaringan penyokong.

3. Perkembangan gigi manusia

Menurut Suryanegara (2000), perkembangan gigi manusia terbagi menjadi

tiga tahap yaitu:

a. Gigi susu

Gigi susu merupakan gigi yang tumbuh pertama kali di dalam rongga mulut

dan suatu saat akan tanggal. Gigi susu mulai tumbuh ketika bayi berumur enam

bulan. Bayi yang sudah berumur dua setengah sampai tiga tahun seluruh gigi susu

akan tumbuh sempurna dengan jumlah 20 buah. Setiap rahang terdapat sepuluh buah

gigi yang terdiri empat gigi seri, dua gigi taring, dan empat gigi geraham.

b. Gigi campuran

Gigi campuran adalah pertumbuhan dan perkembangan gigi susu yang

diikuti dengan tumbuhnya gigi tetap di dalam rongga mulut anak, sehingga di dalam

rongga mulut anak terdapat dua macam gigi yang sedang tumbuh yaitu gigi susu dan

gigi tetap.

c. Gigi Tetap

Gigi tetap adalah gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu yang jumlahnya

32 buah, gigi tetap yang pertama kali tumbuh adalah gigi geraham yang tumbuh

7
dibelakang gigi susu pada umur enam tahun, apabila gigi tetap seseorang tanggal

tidak digantikan oleh gigi lainnya sehingga yang bersangkutan akan ompong.

4. Fungsi gigi

Menurut Paramita (2000), secara umum fungsi gigi sebagai berikut:

a. Sebagai fungsi bicara, sehingga dalam mengucapkan kata-kata menjadi jelas dan

tidak berdesis kedengarannya.

b. Membentuk wajah, sehingga menjadi cantik.

c. Alat untuk mengunyah sehingga makanan dengan mudah dapat ditelan dan

dicerna.

B. Karies Gigi

Karies gigi adalah proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi

faktor - faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya

karies. Faktor - faktor tersebut antara lain: struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi

geligi, saliva, kebersihan mulut, dan jumlah makan makanan kariogenik .

Faktor-faktor luar yang berhubungan tidak langsung dengan proses

terjadinya karies antara lain: faktor usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, serta

pengetahuan sikap dan prilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Suwelo, 1992).

1. Pengertian karies gigi

Pengertian karies gigi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu “ker“

yang artinya kematian dalam bahasa latin artinya kehancuran. Karies gigi berarti

8
“lubang gigi” yang di tandai dengan rusaknya email dan dentin yang progresif yang

disebabkan oleh keaktifan metabolisme bakteri plak (Ford, 1993).

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin

dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang diragikan, tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras

gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd dan Bechal,

1992).

Menurut Brauer (dalam Tarigan, 1990), karies gigi adalah penyakit jaringan

yang ditandai dengan kerusakan jaringan gigi, dimulai dari permukaan gigi (pit,

fisure, dan daerah interproximal) dan meluas ke arah pulpa.

Karies gigi adalah proses kerusakan gigi yang dimulai dari email terus ke

dentin, proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factor) di dalam mulut

yang berkontraksi satu sama lain (Suwelo, 1992).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi

Menurut Suwelo (1992), faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi

terdiri dari dua faktor antara lain faktor dari dalam dan faktor dari luar.

a. Faktor dari dalam,

Faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang langsung berhubungan

dengan karies. Ada empat faktor yang berinteraksi :

1) Hospes yang meliputi gigi dan saliva

a) Komposisi gigi

9
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan ke dua

setelah email, sehingga dimana email sangat menentukan dalam terjadinya proses

karies gigi.

Menurut Posner (dalam Tedjasulaksana dan Sumerti, 2006), komposisi email

terdiri dari bahan anorganik 97%, bahan organik 1%, dan air 2 %. Bahan anorganik

terdiri dari apatit dan karbonat. Apatit menambah resistensi email terhadap serangan

asam, sedangkan karbonat mengurangi resistensi email terhadap serangan asam.

b) Morfologi gigi

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.

Permukaan oklusal gigi tetap, memiliki lekuk dan fissure yang bermacam-macam

dengan kedalaman yang beragam. Permukaan oklusal gigi tetap, lebih mudah terkena

karies di bandingkan permukaan lain, karena bentuknya yang khas sehingga sukar

dibersihkan.

c) Susunan gigi

Gigi geligi berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (over lapping)

akan mendukung timbulnya karies karena daerah tersebut sulit di bersihkan.

d) Saliva

Dalam proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara makanan dan

saliva dengan gigi. Dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan gigi, saliva

berperan dalam menjaga kelestarian gigi, karena saliva merupakan pertahanan

pertama terhadap karies dan juga memegang peranan penting lain yaitu dalam proses

10
terbentuknya plak, saliva merupakan media yang baik untuk kehidupan

microorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies.

2) Mikroorganisme plak

Salah satu faktor yang menyebabkan karies yaitu plak. Plak merupakan suatu

endapan lunak dari sisa-sisa makanan yang menutupi dan melekat pada permukaan

gigi yang terdiri dari air liur (saliva), sisa-sisa makanan dan aneka ragam

mikroorganisme. Mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan karies antara

lain, Streptococcus, Lactobaccilus, Antinomeces dan lain-lain. Kuman jenis

Streptococcus berperan dalam proses awal karies yaitu lebih merusak lapisan luar

permukaan email, selanjutnya Lactobacilus mengambil alih peranan pada karies yang

lebih dalam dan lebih merusak gigi.

3) Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang di makan

sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substart ini berpengaruh terhadap

karies secara lokal didalam mulut. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang

bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan tumbuhnya

karies.

4) Waktu

Menurut Newbrun (dalam Suwelo, 1992), pengertian waktu disini adalah

kecepatan terbentuknya karies serta lama substrat menempel di permukaan gigi.

b) Faktor dari luar

1) Usia/umur

11
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah karies pun akan

bertambah, hal ini karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh

terhadap gigi.

2) Jenis kelamin

Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi di bandingkan pada pria.

Demikian juga pada anak-anak, prevalansi karies gigi sulung anak perempuan sedikit

lebih tinggi di bandingkan anak laki-laki, hal ini disebabkan karena erupsi gigi anak

perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki.

3) Letak geografis

Daerah-daerah tertentu yang sukar mendapatkan air tawar yang cukup

mengandung unsur fluor, maka anak yang lahir di daerah ini akan mempunyai gigi

yang rapuh (Tarigan, 1989).

4) Kultur sosial penduduk

Menurut Devies (dalam Suwelo, 1992), hubungan antara keadaan sosial

ekonomi dan prevalensi karies yaitu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah

pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi

dan lain - lain. Prilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah

karies.

5) Kesadaran, sikap dan prilaku individu terhadap kesehatan gigi.

Menurut Haditomo (dalam Suwelo, 1992), keadaan kesehatan gigi dan mulut

anak usia pra sekolah masih sangat ditentukan oleh kesadaran sikap dan prilaku serta

pendidikan ibunya. Mengubah sikap dan prilaku seseorang harus didasari motivasi

tertentu, sehingga yang bersangkutan mau melakukan dengan sukarela.

12
3. Proses terjadinya karies gigi

Newbrun (dalam Suwelo, 1992), menyatakan bahwa karies adalah proses

kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit

yang berhubungan dengan banyak faktor (multiple factors) yang saling

mempengaruhi. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu:

gigi dan saliva, mikroorganisme dan substrat serta waktu sebagai faktor tambahan.

Keempat faktor tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran. Bila keempat

lingkaran tersebut tumpang tindih, maka terjadi karies. Tiga faktor tersebut dapat juga

di uraikan dalam gambar tiga dimensi. Tiga faktor utama digambarkan sebagai tiga

silinder, ketebalan (tinggi) silinder menunjukkan faktor waktu. Apa bila silinder

tersebut saling memotong terjadinya karies. Hasil perpotongan (interaksi) tiga silinder

berbentuk ruangan.

Menurut Newbrun (dalam Suwelo, 1992), Besar ruangan bergantung pada

besar peranan masing-masing silinder yaitu besarnya jari-jari silinder (tiga faktor

utama karies) dan tinggi silinder (faktor waktu). Makin besar ruangan, makin besar

karies yang timbul. Agar tidak atau sedikit mungkin terjadi karies, ruangan yang

terbentuk di perkecil. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan menjauhkan atau

memperkecil jari-jari ketiga silinder, sehingga ketiganya tidak saling bertemu. Cara

lain dengan memperpendek tinggi silinder, artinya mempersingkat waktu pertemuan

ke tiga faktor tersebut.

13
Gigi dan saliva

Substrat Karies Mikro Waktu


organisme

Gambar 1 Proses Terjadinya Karies Gigi


Sumber: Suwelo, I.S, 1992.

4. Bentuk - bentuk karies gigi

Menurut Tarigan (1990), keganasan karies gigi dapat diketahui dari

kedalaman, perluasan, dan tempat terjadinya karies gigi sehingga dapat

diklasifikasikan bentuk - bentuk karies gigi berdasarkan cara meluasnya, berdasarkan

kedalaman karies gigi dan berdasarkan lokalisasi sebagai berikut:

a. Berdasarkan cara meluasnya karies gigi

1) Penetrierende karies

Karies gigi yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut.

Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam.

2) Unterminirende karies

Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah

samping, sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.

14
b. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies gigi)

1) Karies Superficialis

Karies baru mengenai email saja, sedangkan dentin belum terkena.

2) Karies Media

Karies baru mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah dentin.

3) Karies Profunda

Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah

mengenai pulpa.

c. Berdasarkan lokalisasi karies

Black (dalam Tarigan, 1990), mengklasifikasikan karies gigi atas lima

bagian dan diberi tanda dengan nomor romawi.

1) Kelas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi

premolar dan molar (gigi posterior).

2) Kelas II

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi molar atau premolar

yang umumnya meluas sampai ke bagian occlusal.

3) Kelas III

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum

mencapai margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi).

4) Kelas IV

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan dan sudah

mencapai margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal dari gigi).

15
5) Kelas V

Karies yang terdapat pada bagian 1/3 servical dari gigi-gigi depan maupun

gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatinal, ataupun buccal dari gigi.

Simon (dalam Tarigan, 1990) menambahkan ada karies Kelas VI yaitu:

karies yang terdapat pada incisal edge dan cups occlusal pada gigi belakang yang

disebabkan oleh abrasi, atrisi, erosi.

4. Gigi yang sering terkena karies

Menurut Suwelo (1992) gigi yang paling sering terkena karies adalah molar

satu permanen rahang bawah. Gigi molar satu permanen rahang bawah adalah gigi

yang lebih dahulu erupsi yaitu pada usia enam sampai tujuh tahun, sehingga

kemungkinan untuk terkena karies lebih besar. Permukaan oklusal gigi molar satu

permanen juga bentuk yang unik yaitu dengan tonjolan pit dan fissure yang dalam

dan sempit, kadang-kadang dengan rendahnya dasar karies.

6. Tahap-tahap terjadinya karies gigi

Menurut Besford (1996), tahap-tahap terjadinya kerusakan gigi, sebagai

berikut:

a. Tahap I

Mula-mula lubang gigi tersebut sangat kecil, karena proses pelarutan kristal -

kristal mineral yang terus berlanjut sehingga lubang gigi dapat bertambah besar dan

lubang gigi tersebut dapat mencapai akhir lapisan email.

b. Tahap II

Asam yang berdifusi di antara kristal-kristal email sudah dimulai melarutkan

dentin di bawahnya, karena dentin bersifat lebih lunak, perubahan yang terjadi pada

16
tahap ini adalah mulai dirasakan ngilu terhadap makanan manis, panas maupun

dingin. Perubahan lain pada tahap ini adalah kemungkinan gigi mulai sakit.

c. Tahap III

Kerusakan gigi sudah melewati lapisan email dan dentin, serta mencapai

bagian saraf di tengah gigi atau pulpa. Pada saat bakteri dari plak mencapai pulpa,

bakteri tersebut menyebarkan infeksi dan gigi benar - benar mulai terasa sakit.

7. Akibat karies gigi

Kebersihan mulut memegang peranan penting dalam menjaga dan

mempertahankan kesehatan gigi. Kebersihan mulut yang jelek dapat menyebabkan

terjadinya karies gigi dan kerusakan jaringan periodontal, kalau hal ini terjadi akan

mengalami gangguan pengunyahan yang dengan sendirinya juga mengganggu fungsi

pencernaan dan penampilan. Keadaan ini selain mengganggu fungsi pengunyahan

dan penampilan, fungsi bicara juga ikut terganggu (Boediharjo, 1995).

Bila gigi telah berlubang dan menimbulkan rasa sakit berdenyut-denyut yang

terus menerus akan menyebabkan penderita tidak dapat bekerja atau berpikir dengan

baik. Bila gigi yang sudah meninggalkan sisa akar dan telah membusuk, maka gigi

tersebut akan mengeluarkan bau busuk yang bila gigi tidak di rawat maka bakteri

serta bau busuk akan tetap tersimpan dengan baik didalam rongga mulut (Tarigan,

1989).

8. Pencegahan karies gigi

Menurut Ford (1993), pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan cara

yang secara garis besar dibagi yaitu: pencegahan umum dan pencegahan khusus.

a. Pencegahan umum

17
1) Mengatur pola makanan

Sebaiknya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari agar menjaga, pola

makan dan mengurangi konsumsi makanan yang dapat merusak gigi, yaitu: makanan

yang banyak mengandung gula, makanan yang mudah melekat pada permukaan gigi,

contohnya permen, biskuit, dodol, dan lain-lain,dan banyak makan makanan yang

mengandung air, dan berserat yang terdapat pada buah-buahan, seperti apel, jeruk,

tebu, semangka dan sayur-sayuran.

2) Pemeriksaan gigi secara teratur

Memeriksakan kesehatan gigi dan mulut sangat bagus, bila dilakukan secara

teratur ke Puskesmas, Rumah Sakit atau ke dokter gigi terdekat minimal enam bulan

sekali.

b. Pencegahan khusus

1) Menyikat gigi

Dilakukan dengan pemeliharaan kebersihan mulut, yaitu memelihara

kebersihan gigi, dan mulut dengan cara menyikat gigi secara teratur dan benar setiap

sesudah makan. Menyikat gigi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, pagi

setelah makan dan malam sebelum tidur.

2) Pemakaian benang gigi (dental floss)

Menurut Ford (1993) benang gigi (dental floss) diperlukan untuk

membersihkan gigi dari sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi terutama

yang terdapat disela-sela gigi yaitu antara dua gigi atau disebut dengan permukaan

interdental yang tidak dapat dihilangkan dengan menyikat gigi.

18
3) Kumur kumur

Selain menyikat gigi upaya yang dapat dilakukan untuk membersihkan plak

dan sisa makanan pada permukaan gigi adalah dengan melakukan kumur-kumur

setelah makan (Agung, 2016).

9. Perawatan karies gigi

Menurut Tarigan (1989), rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan sendirinya

dan karies akan terus meluas dengan cepat apabila karies tersebut tidak diperhatikan,

untuk menghindari hal tersebut maka karies gigi harus segera dilakukan perawatan

antara lain dengan:

a. Penambalan

Gigi yang karies dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan,

semula dengan melakukan pengeboran, untuk menambal gigi, selain jaringan gigi

yang sakit juga jaringan gigi sehat harus dibuang, karena biasanya bakteri-bakteri

tersebut telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Setelah itu baru

dilakukan penambalan, untuk mengembalikan bentuk semula dari gigi tersebut

sehingga di dalam pengunyahan dapat berfungsi kembali dengan baik.

b. Pencabutan

Penatalaksanaan pencabutan harus dilakukan, bila gigi telah sedemikian

rusak sehingga untuk penambalan sudah agak sukar dilakukan, maka tidak ada cara

lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Pencabutan gigi merupakan

tindakan terakhir yang dilakukan bila tidak ada lagi cara lain untuk mempertahankan

gigi tersebut di dalam rahang.

19
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Menurut Suwelo (1992) karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan

dengan banyak faktor (multiple factor) yang saling mempengaruhi antara lain faktor

dari dalam dan faktor dari luar. Faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang

langsung berhubungan dengan karies, sedangkan faktor luar merupakan faktor

predisposisi dan faktor penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses

terjadinya karies. Berdasarkan hal tersebut maka, kerangka konsep penelitian sebagai

berikut:

Faktor Luar:

- Usia
- Jenis Kelamin
Faktor Dalam:
- Gigi dan saliva - Suku Bangsa
- Mikroorganisme - Letak Geografis
Karies
- Substrat - Kultur Sosial Penduduk
Gigi
- Waktu - Kesadaran, Sikap, dan
perilaku Individu
terhadap Kesehatan Gigi
Keterangan:

- - - - - - - - : Variabel yang diteliti

_________ : Variabel yang tidak diteliti

Variabel yang diteliti adalah variabel dalam kotak dengan garis putus-putus.

Gambar 2 : Kerangka konsep penelitian

20
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, untuk memudahkan pengukuran

variabel maka, ditetapkan variabel penelitian yaitu: karies gigi.

2. Definisi operasional

Tabel 1

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Cara Skala


Penelitian Pengukuran Pengukuran
1. Karies Kerusakan gigi yang dimulai Melihat / Nominal
Gigi dari lapisan terluar berlanjut
memeriksa
ke lapisan yang paling dalam
buku register
yang ditandai dengan
menyangkutnya sonde pada pasien
saat digoreskan ke
permukaan gigi termasuk sisa
akar
Karies : 1
Sehat : 0

Lama hidup responden


2. Umur Melihat / Ordinal
Remaja : 7-18 tahun
memeriksa
Dewasa : 19-70 tahun
buku register
pasien

21
3. Jenis Perbedaan biologis laki-laki Melihat / Nominal
Kelamin dan perempuan yang memeriksa
menentukan perbedaan upaya buku register
menyelenggarakan penerus pasien
garis keturunan, yang terdiri
dari dua kriteria yaitu laki-
laki dan perempuan

22
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002).

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis

(UPT) Kesmas Tegallalang 1, Kabupaten Gianyar tahun 2018.

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan bulan Mei 2019.

C. Unit Analisis dan Responden Penelitian

1. Unit analisis

Unit analisis penelitian adalah pasien yang berkunjung ke Poliklinik Gigi

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang 1,Kabupaten Gianyar, pada bulan

Januari – Desember tahun 2018.

a. Responden penelitian

Responden penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung ke

Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I Kabupaten

Gianyar pada bulan Januari – Desember tahun 2018 yang berjumlah 1954 orang.

23
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang di kumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder

dengan cara pemeriksaan buku register kunjungan pasien Poliklinik Gigi UPT

Kesmas Tegallalang 1 tahun 2018.

2. Teknik pengumpulan data

Penelitian ini tidak melakukan pengumpulan data, sebab menggunakan data

sekunder yang ada di Poliklinik Gigi UPT Kesmas Tegallalang 1 tahun 2018.

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku register

kunjungan pasien di Poliklinik Gigi UPT Kesmas Tegallalang 1.

E. Pengolahan dan analisis data

1. Tehnik pengolahan data

Data yang diperoleh diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan data/screening

yaitu memeriksa kartu status dan hasil pemeriksaan tentang karies gigi pada

responden.

24
b. Pengkodean/coding

Merubah data yang terkumpul ke dalam bentuk yang lebih singkat dengan

menggunakan kode seperti di bawah ini:

Kriteria Gigi permanen

1) Gigi sehat 0

2) Karies 1

c. Tabulating

Memindahkan data hasil pemeriksaan kedalam bentuk tabel/grafik.

2. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis secara univariat berupa frekuensi.

Persentase dan mean (rata-rata) dengan rumus-rumus yaitu:

jumlah karies
a) Rata-rata frekuensi karies gigi = x 100 %
jumlah kunjungan

frekuensi karies
b) Persentase frekuensi karies gigi = jumlah 𝑥 100%
kunjungan

25
`DAFTAR PUSTAKA

Agung A.A. G, 2016. The Oral Rinsing Habit with Water After Eating Food Sugary
Food Can Reduse Occuring of Dental Caries. Jurnal Kesehatan Gigi Vol.
4 No. 1. : 43.

Anonim, 2009. Gigi kurang bersih picu terjadinya karies.(online). tersedia dalam:
http://www.lifestyle.okezon.com/read/2008/gigi-kurang-bersih-picu-
terjadinya-karies. Html . Diakses tanggal 12 Februari 2019.

Besford, J. 1996. Mengenal Gigi Anda. Jakarta: Arcan.

Boedihardjo S.B, 1995. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga. Surabaya:


Airlangga University Press. Departemen Kesehatan (Depkes).

Depkes RI, 2000. Pedoman Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: t.p.

_________, 2007. Karies Gigi. Jakarta: t.p.

_________, 2008. Prevalansi Penduduk Mengalami Masalah Kesehatan Gigi dan


Mulut. Jakarta: t.p

Ford T.R.P, 1993. Restorasi Gigi. Jakarta: EGC.

Hermawan, 2010. Brand Operation The Official MIM Academy course book. Jakarta
: Esensi Erlangga Group.

Kidd, E.A.M. dan Bechal S.J, 1992. Dasar-Dasar Karies. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

Kuswelo 2010. Hubungan Karies Gigi dengan Umur dan Jenis Kelamin Siswa
Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates dan Puskesmas
Wuluhan Kabupaten Jember. Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 1
2010: 26-30.

Paramita P, 2000. Memahami Pertumbuhan Gigi Anak. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Prasetiyo G, Yuniarti, dan Irasanti, 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai


Anatomi dan Karies Gigi dengan Status Karies Gigi (Kajian pada
Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kedokteran Unisba). Prosiding
Pendidikan Dokter ISSN 2460-657X : 1005-1006.

26
Pratiwi 2007. Kesadaran Masyarakat dan Penanganan Kesehatan Gigi Termasuk
Pencegahan dan Perawatan. Yogyakarta : Gajah Mada.

Suryanegara R, 2000. Memperbaiki dan Memperindah Posisi Gigi Anak. Bandung:


KDT.

Suwelo IS, 1999. Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Jakarta:
EGC.

Tarigan R, 1989. Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta: EGC.

________, 1990. Mengklasifikasikan Karies Gigi atas lima bagian dan diberi tanda
dengan nomor romawi. Jakarta: EGC.

Tedjasulaksana, R dan Sumerti. 2006. Preventive Dentistry II. Denpasar: tp.

27

Anda mungkin juga menyukai