PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
perlu mendapatkan perhatian yang serius karena penyakit gigi dan mulut masih
kesehatan gigi, perlu menunjang upaya kesehatan agar menjadi derajat kesehatan
yang optimal, upaya dibidang kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,
perawatan (Pratiwi, 2007). Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem
pencernaan tubuh manusia. Selain itu mulut merupakan salah satu jalan masuk kuman
kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia adalah
mulut adalah 23,4% dan terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi
aslinya, dan 29,6% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan
gigi (Depkes RI, 2008). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
prevalensi penduduk Propinsi Bali yang bermasalah gigi dan mulut adalah 24,4%,
dan 38,8% yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi, serta 9,3% yang
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan kerusakan pada jaringan gigi
mulai dari email gigi hingga dentin atau tulang gigi. Gigi berlubang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti mikroorganisme, struktur gigi, substrat, dan waktu. Penjalaran
gigi berlubang dimulai dari email sampai ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan
terjadi peningkatan prevalensi karies gigi pada tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 %
(2007) menjadi 53,2% pada tahun 2013, yaitu kurang lebih di Indonesia terdapat
93.998.727 jiwa yang menderita karies gigi (Kemenkes RI, 2013). Karies gigi
kombinasi dari faktor diet, host, mikroorganisme dan waktu yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Diet merupakan asupan karbohidrat, host berupa
kuantitas dan kualitas dari saliva serta kualitas dari gigi, mikroorganisme yaitu
berkoloni pada permukaan gigi, waktu merupakan lamanya jangka waktu terpapar
gigi oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri dari plak gigi (Anonim, 2009).
kelompok usia 6-14 tahun dengan indeks DMF-T sebesar 2,21. Menurut pengamatan
lain ditemukan bahwa pravelensi karies gigi juga berhubungan dengan usia, sekitar
25% gigi yang tumbuh pada anak usia 12 tahun mengalami karies, pada usia 15 tahun
meningkat menjadi 33% dan setelah usia 30 tahun meningkat menjadi 67%. Pada usia
45 tahun aktivitas karies mulai menurun, tetapi pada usia ini penyakit periodontal
mulai aktif. Pada anak laki-laki biasanya jarang memperhatikan kebersihan gigi dan
mulutnya dan malas untuk menyikat gigi dibandingkan anak perempuan, untuk anak
2
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah satuan organisasi
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat serta menggunakan
hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi tepat guna dengan biaya yang
dapat ditanggung oleh pemerintah. Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut
sebagai salah satu kegiatan pokok Puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan pola
pelayanan kesehatasn gigi dan mulut, terutama ditujukan kepada golongan rawan
terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut, seperti: ibu hamil dan ibu menyusui,
anak prasekolah, dan anak sekolah dasar serta ditujukan pada keluarga dan
kesehatan gigi sebagai salah satu kegiatan pokok Puskesmas (Depkes RI, 2000).
diketahui tahun 2018 dengan kasus tertinggi karies gigi. Berdasarkan hal itu penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian karies gigi pada pasien yang berkunjung ke
3
B. Rumusan Masalah
Tegallalang, Kabupaten Gianyar, melayani pengobatan gigi dan mulut namun hingga
saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang karies gigi. Berdasarkan
“Bagaimanakah gambaran karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Gigi
2018? “
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karies gigi
pada pasien yang berobat ke Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas
2. Tujuan khusus.
a. Menghitung frekuensi karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik gigi
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun 2018
b. Menghitung frekuensi karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik gigi
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun 2018
c. Menghitung rata-rata karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik gigi
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang I, Kabupaten Gianyar tahun 2018.
4
d. Mengidentifikasi gigi yang paling sering terkena karies pada pasien yang
Kabupaten Gianyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa tentang gambaran
karies gigi pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Gigi Unit Pelayanan Teknis
2018.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan gigi
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih
lanjut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Manusia
beberapa tipe yaitu gigi seri (incisor), gigi taring (canine), gigi premolar (bicuspids)
a. Mahkota gigi, adalah: bagian gigi yang terlihat di dalam mulut yang berwarna
putih.
b. Akar gigi, adalah bagian gigi yang tertanam di dalam tulang rahang.
c. Leher gigi, adalah bagian gigi yang terletak di antara mahkota gigi dan akar gigi.
Bagian ini terletak di rongga mulut yang dikenal dengan mahkota gigi.
Apabila siswa tersenyum maka bagian inilah yang pertama kali terlihat, mahkota gigi
dilapisi oleh lapisan yang disebut email gigi, bagian bawah email gigi terdapat
6
Jaringan lunak yang menyokong tulang gigi dikenal dengan gusi, bagian
bawah gusi terdapat rongga - rongga tempat melekatnya gigi yang di sebut tulang
gigi. Bagian gigi yang melekat pada tulang gigi disebut akar gigi, bagian dalam akar
gigi terdapat rongga yang di sebut pulpa gigi dan dalam pulpa gigi terdapat serabut
saraf dan pembuluh darah. Struktur jaringan lunak berfungsi untuk menyokong gigi
a. Gigi susu
Gigi susu merupakan gigi yang tumbuh pertama kali di dalam rongga mulut
dan suatu saat akan tanggal. Gigi susu mulai tumbuh ketika bayi berumur enam
bulan. Bayi yang sudah berumur dua setengah sampai tiga tahun seluruh gigi susu
akan tumbuh sempurna dengan jumlah 20 buah. Setiap rahang terdapat sepuluh buah
gigi yang terdiri empat gigi seri, dua gigi taring, dan empat gigi geraham.
b. Gigi campuran
diikuti dengan tumbuhnya gigi tetap di dalam rongga mulut anak, sehingga di dalam
rongga mulut anak terdapat dua macam gigi yang sedang tumbuh yaitu gigi susu dan
gigi tetap.
c. Gigi Tetap
Gigi tetap adalah gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu yang jumlahnya
32 buah, gigi tetap yang pertama kali tumbuh adalah gigi geraham yang tumbuh
7
dibelakang gigi susu pada umur enam tahun, apabila gigi tetap seseorang tanggal
tidak digantikan oleh gigi lainnya sehingga yang bersangkutan akan ompong.
4. Fungsi gigi
a. Sebagai fungsi bicara, sehingga dalam mengucapkan kata-kata menjadi jelas dan
c. Alat untuk mengunyah sehingga makanan dengan mudah dapat ditelan dan
dicerna.
B. Karies Gigi
Karies gigi adalah proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi
faktor - faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies. Faktor - faktor tersebut antara lain: struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi
terjadinya karies antara lain: faktor usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, serta
pengetahuan sikap dan prilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Suwelo, 1992).
Pengertian karies gigi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu “ker“
yang artinya kematian dalam bahasa latin artinya kehancuran. Karies gigi berarti
8
“lubang gigi” yang di tandai dengan rusaknya email dan dentin yang progresif yang
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu
gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd dan Bechal,
1992).
Menurut Brauer (dalam Tarigan, 1990), karies gigi adalah penyakit jaringan
yang ditandai dengan kerusakan jaringan gigi, dimulai dari permukaan gigi (pit,
Karies gigi adalah proses kerusakan gigi yang dimulai dari email terus ke
dentin, proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factor) di dalam mulut
terdiri dari dua faktor antara lain faktor dari dalam dan faktor dari luar.
a) Komposisi gigi
9
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan ke dua
setelah email, sehingga dimana email sangat menentukan dalam terjadinya proses
karies gigi.
terdiri dari bahan anorganik 97%, bahan organik 1%, dan air 2 %. Bahan anorganik
terdiri dari apatit dan karbonat. Apatit menambah resistensi email terhadap serangan
b) Morfologi gigi
Permukaan oklusal gigi tetap, memiliki lekuk dan fissure yang bermacam-macam
dengan kedalaman yang beragam. Permukaan oklusal gigi tetap, lebih mudah terkena
karies di bandingkan permukaan lain, karena bentuknya yang khas sehingga sukar
dibersihkan.
c) Susunan gigi
Gigi geligi berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (over lapping)
d) Saliva
Dalam proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara makanan dan
saliva dengan gigi. Dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan gigi, saliva
pertama terhadap karies dan juga memegang peranan penting lain yaitu dalam proses
10
terbentuknya plak, saliva merupakan media yang baik untuk kehidupan
2) Mikroorganisme plak
Salah satu faktor yang menyebabkan karies yaitu plak. Plak merupakan suatu
endapan lunak dari sisa-sisa makanan yang menutupi dan melekat pada permukaan
gigi yang terdiri dari air liur (saliva), sisa-sisa makanan dan aneka ragam
Streptococcus berperan dalam proses awal karies yaitu lebih merusak lapisan luar
permukaan email, selanjutnya Lactobacilus mengambil alih peranan pada karies yang
3) Substrat
karies secara lokal didalam mulut. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang
bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan tumbuhnya
karies.
4) Waktu
1) Usia/umur
11
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah karies pun akan
bertambah, hal ini karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh
terhadap gigi.
2) Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi di bandingkan pada pria.
Demikian juga pada anak-anak, prevalansi karies gigi sulung anak perempuan sedikit
lebih tinggi di bandingkan anak laki-laki, hal ini disebabkan karena erupsi gigi anak
3) Letak geografis
mengandung unsur fluor, maka anak yang lahir di daerah ini akan mempunyai gigi
ekonomi dan prevalensi karies yaitu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah
pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi
dan lain - lain. Prilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah
karies.
Menurut Haditomo (dalam Suwelo, 1992), keadaan kesehatan gigi dan mulut
anak usia pra sekolah masih sangat ditentukan oleh kesadaran sikap dan prilaku serta
pendidikan ibunya. Mengubah sikap dan prilaku seseorang harus didasari motivasi
12
3. Proses terjadinya karies gigi
kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit
mempengaruhi. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu:
gigi dan saliva, mikroorganisme dan substrat serta waktu sebagai faktor tambahan.
lingkaran tersebut tumpang tindih, maka terjadi karies. Tiga faktor tersebut dapat juga
di uraikan dalam gambar tiga dimensi. Tiga faktor utama digambarkan sebagai tiga
silinder, ketebalan (tinggi) silinder menunjukkan faktor waktu. Apa bila silinder
tersebut saling memotong terjadinya karies. Hasil perpotongan (interaksi) tiga silinder
berbentuk ruangan.
besar peranan masing-masing silinder yaitu besarnya jari-jari silinder (tiga faktor
utama karies) dan tinggi silinder (faktor waktu). Makin besar ruangan, makin besar
karies yang timbul. Agar tidak atau sedikit mungkin terjadi karies, ruangan yang
terbentuk di perkecil. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan menjauhkan atau
memperkecil jari-jari ketiga silinder, sehingga ketiganya tidak saling bertemu. Cara
13
Gigi dan saliva
1) Penetrierende karies
Karies gigi yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut.
2) Unterminirende karies
Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah
14
b. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies gigi)
1) Karies Superficialis
2) Karies Media
3) Karies Profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
1) Kelas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi
2) Kelas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi molar atau premolar
3) Kelas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum
4) Kelas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan dan sudah
15
5) Kelas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 servical dari gigi-gigi depan maupun
gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatinal, ataupun buccal dari gigi.
karies yang terdapat pada incisal edge dan cups occlusal pada gigi belakang yang
Menurut Suwelo (1992) gigi yang paling sering terkena karies adalah molar
satu permanen rahang bawah. Gigi molar satu permanen rahang bawah adalah gigi
yang lebih dahulu erupsi yaitu pada usia enam sampai tujuh tahun, sehingga
kemungkinan untuk terkena karies lebih besar. Permukaan oklusal gigi molar satu
permanen juga bentuk yang unik yaitu dengan tonjolan pit dan fissure yang dalam
berikut:
a. Tahap I
Mula-mula lubang gigi tersebut sangat kecil, karena proses pelarutan kristal -
kristal mineral yang terus berlanjut sehingga lubang gigi dapat bertambah besar dan
b. Tahap II
dentin di bawahnya, karena dentin bersifat lebih lunak, perubahan yang terjadi pada
16
tahap ini adalah mulai dirasakan ngilu terhadap makanan manis, panas maupun
dingin. Perubahan lain pada tahap ini adalah kemungkinan gigi mulai sakit.
c. Tahap III
Kerusakan gigi sudah melewati lapisan email dan dentin, serta mencapai
bagian saraf di tengah gigi atau pulpa. Pada saat bakteri dari plak mencapai pulpa,
bakteri tersebut menyebarkan infeksi dan gigi benar - benar mulai terasa sakit.
terjadinya karies gigi dan kerusakan jaringan periodontal, kalau hal ini terjadi akan
Bila gigi telah berlubang dan menimbulkan rasa sakit berdenyut-denyut yang
terus menerus akan menyebabkan penderita tidak dapat bekerja atau berpikir dengan
baik. Bila gigi yang sudah meninggalkan sisa akar dan telah membusuk, maka gigi
tersebut akan mengeluarkan bau busuk yang bila gigi tidak di rawat maka bakteri
serta bau busuk akan tetap tersimpan dengan baik didalam rongga mulut (Tarigan,
1989).
Menurut Ford (1993), pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan cara
yang secara garis besar dibagi yaitu: pencegahan umum dan pencegahan khusus.
a. Pencegahan umum
17
1) Mengatur pola makanan
makan dan mengurangi konsumsi makanan yang dapat merusak gigi, yaitu: makanan
yang banyak mengandung gula, makanan yang mudah melekat pada permukaan gigi,
contohnya permen, biskuit, dodol, dan lain-lain,dan banyak makan makanan yang
mengandung air, dan berserat yang terdapat pada buah-buahan, seperti apel, jeruk,
Memeriksakan kesehatan gigi dan mulut sangat bagus, bila dilakukan secara
teratur ke Puskesmas, Rumah Sakit atau ke dokter gigi terdekat minimal enam bulan
sekali.
b. Pencegahan khusus
1) Menyikat gigi
kebersihan gigi, dan mulut dengan cara menyikat gigi secara teratur dan benar setiap
sesudah makan. Menyikat gigi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, pagi
membersihkan gigi dari sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi terutama
yang terdapat disela-sela gigi yaitu antara dua gigi atau disebut dengan permukaan
18
3) Kumur kumur
Selain menyikat gigi upaya yang dapat dilakukan untuk membersihkan plak
dan sisa makanan pada permukaan gigi adalah dengan melakukan kumur-kumur
Menurut Tarigan (1989), rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan sendirinya
dan karies akan terus meluas dengan cepat apabila karies tersebut tidak diperhatikan,
untuk menghindari hal tersebut maka karies gigi harus segera dilakukan perawatan
a. Penambalan
semula dengan melakukan pengeboran, untuk menambal gigi, selain jaringan gigi
yang sakit juga jaringan gigi sehat harus dibuang, karena biasanya bakteri-bakteri
tersebut telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Setelah itu baru
b. Pencabutan
rusak sehingga untuk penambalan sudah agak sukar dilakukan, maka tidak ada cara
lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Pencabutan gigi merupakan
tindakan terakhir yang dilakukan bila tidak ada lagi cara lain untuk mempertahankan
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
dengan banyak faktor (multiple factor) yang saling mempengaruhi antara lain faktor
dari dalam dan faktor dari luar. Faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang
predisposisi dan faktor penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses
terjadinya karies. Berdasarkan hal tersebut maka, kerangka konsep penelitian sebagai
berikut:
Faktor Luar:
- Usia
- Jenis Kelamin
Faktor Dalam:
- Gigi dan saliva - Suku Bangsa
- Mikroorganisme - Letak Geografis
Karies
- Substrat - Kultur Sosial Penduduk
Gigi
- Waktu - Kesadaran, Sikap, dan
perilaku Individu
terhadap Kesehatan Gigi
Keterangan:
Variabel yang diteliti adalah variabel dalam kotak dengan garis putus-putus.
20
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
2. Definisi operasional
Tabel 1
21
3. Jenis Perbedaan biologis laki-laki Melihat / Nominal
Kelamin dan perempuan yang memeriksa
menentukan perbedaan upaya buku register
menyelenggarakan penerus pasien
garis keturunan, yang terdiri
dari dua kriteria yaitu laki-
laki dan perempuan
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
1. Unit analisis
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesmas Tegallalang 1,Kabupaten Gianyar, pada bulan
a. Responden penelitian
Gianyar pada bulan Januari – Desember tahun 2018 yang berjumlah 1954 orang.
23
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder
dengan cara pemeriksaan buku register kunjungan pasien Poliklinik Gigi UPT
sekunder yang ada di Poliklinik Gigi UPT Kesmas Tegallalang 1 tahun 2018.
a. Pemeriksaan data/screening
yaitu memeriksa kartu status dan hasil pemeriksaan tentang karies gigi pada
responden.
24
b. Pengkodean/coding
Merubah data yang terkumpul ke dalam bentuk yang lebih singkat dengan
1) Gigi sehat 0
2) Karies 1
c. Tabulating
2. Analisis Data
jumlah karies
a) Rata-rata frekuensi karies gigi = x 100 %
jumlah kunjungan
frekuensi karies
b) Persentase frekuensi karies gigi = jumlah 𝑥 100%
kunjungan
25
`DAFTAR PUSTAKA
Agung A.A. G, 2016. The Oral Rinsing Habit with Water After Eating Food Sugary
Food Can Reduse Occuring of Dental Caries. Jurnal Kesehatan Gigi Vol.
4 No. 1. : 43.
Anonim, 2009. Gigi kurang bersih picu terjadinya karies.(online). tersedia dalam:
http://www.lifestyle.okezon.com/read/2008/gigi-kurang-bersih-picu-
terjadinya-karies. Html . Diakses tanggal 12 Februari 2019.
Depkes RI, 2000. Pedoman Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: t.p.
Hermawan, 2010. Brand Operation The Official MIM Academy course book. Jakarta
: Esensi Erlangga Group.
Kidd, E.A.M. dan Bechal S.J, 1992. Dasar-Dasar Karies. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Kuswelo 2010. Hubungan Karies Gigi dengan Umur dan Jenis Kelamin Siswa
Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates dan Puskesmas
Wuluhan Kabupaten Jember. Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 1
2010: 26-30.
26
Pratiwi 2007. Kesadaran Masyarakat dan Penanganan Kesehatan Gigi Termasuk
Pencegahan dan Perawatan. Yogyakarta : Gajah Mada.
Suwelo IS, 1999. Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Jakarta:
EGC.
________, 1990. Mengklasifikasikan Karies Gigi atas lima bagian dan diberi tanda
dengan nomor romawi. Jakarta: EGC.
27