PENDAHULUAN
gigi dan mulut yang optimal pada individu, kelompok dan masyarakat (Kemenkes
RI, 2016). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan
Pendidikan kesehatan anak adalah bagian dari usaha yang dapat dipandang
mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 67,3% pada kelompok umur
5-9 tahun. Pada Provinsi Jambi prevalensi penduduk mempunyai masalah kesehatan
gigi dan mulut sebesar 45% hanya terdapat 9,5% yang menerima perawatan dan
pengobatan dari tenaga medis. Adapun rincian masalah kesehatan gigi dan mulut di
provinsi Jambi sebesar 37,7% mengalami gigi rusak/berlubang sakit, 15,6% gigi
hilang karena dicabut/tanggal sendiri dan 2,7% gigi telah ditambal/ditumpat karena
berlubang dan sekitar 6,0% gigi mengalami goyang (Kemenkes RI, 2018).
1
2
Usia yang sangat rentan terhadap kesehatan gigi dan mulut anak adalah anak
sekolah dasar yaitu pada usia 6-12 tahun, oleh karena itu orangtua perlu tahu
pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Orangtua memeliki peranan yang sangat
mengarah kepada timbulnya suatu penyakit. Pengetahuan ini erat pula kaitannya
2009).
khususnya mengenai periode bercampurnya gigi susu dan tetap. Tanggalnya gigi
secara prematur dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya gigi tetap, dan
gigi susu yang bertahan lama dari yang seharusnya juga menyebabkan gangguan
pada pertumbuhan gigi tetap. Hal ini mengakibatkan gigi tetap erupsi pada tempat
Persistensi gigi sulung adalah suatu keadaan dimana gigi sulung belum
tanggal walaupun waktu tanggalnya sudah tiba. Akibat yang ditimbulkan dari
persistensi gigi antara lain karies gigi, maloklusi dan berkurangnya estetika
terutama pada gigi depan (Yani, 2016). Maloklusi adalah setiap keadaan yang
menyimpang dari oklusi normal. Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi dalam
lengkung teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dan
gigi bawah. Maloklusi sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi bila tidak dirawat
3
keserasian wajah yang berakibat pada gangguan fisik maupun mental (Laguhi,
dkk, 2014).
Januari 2021 diperoleh data bahwa pasien tersebut mengeluhkan gigi 84 terasa
menyikat gigi pagi ketika mandi, sore ketika mandi, dan malam ketika menjelang
tidur, tehnik menyikat gigi secara horizontal atau tidak menggunakan teknik
kombinasi, serta sering mengonsumsi makanan manis. Selain itu, belum pernah
dengan kasus tersebut, maka perlu dilakukan studi kasus persistensi gigi 84
dengan teknik pencabutan topikal anastesi pada pasien anak usia 8 tahun di Klinik
kasus persistensi Gigi 84 dengan teknik pencabutan topikal anastesi pada pasien
anak usia 8 tahun di Klinik Jurusan Keperawatan Gigi Jambi tahun 2021?
4
pada kasus persistensi gigi 84 dengan teknik pencabutan topikal anastesi pada
pasien anak usia 8 tahun di Klinik Jurusan Keperawatan Gigi Jambi tahun 2021.
teknik pencabutan topikal anastesi pada pasien anak usia 8 tahun di Klinik
dengan teknik pencabutan topikal anastesi pada pasien anak usia 8 tahun di
mulutnya.
5
TINJAUAN PUSTAKA
dan mandibula (rahang bawah). Menurut Sadler, pertumbuhan rahang atas dan
rahang bawah disiapkan untuk tumbuhnya gigi. Sejak usia 6 minggu dalam
kandungan sudah mulai terbentuk bagian gigi yaitu, dentin (lapisan di bawah
Proses tumbuh pada pergantiaan gigi sulung ke gigi tetap, pertama akar dari
gigi sulung mengalami pengeroposan dari bawah atau dari ujung akar, sementara
itu benih gigi tetap yang berada di bawahnya bergerak ke atas mengikuti akar gigi
yang makin menghilang. Sementara itu gigi tetap tadi membangun akar mulai
dari leher gigi, ke bawah (ke atas untuk rahang atas) seakan- akan mendorong
mahkota gigi tetap tersebut untuk segera muncul ke ruang mulut. Pada saat akar
gigi sulung habis sampai leher gigi di dalam proses pengeroposan tadi, maka
mahkota gigi sulung akan goyang, siap untuk tanggal dan diganti oleh gigi tetap.
Proses ini dikenal sebagai proses pergantian gigi yang sehat (Djamil, 2011).
sehingga gigi tersebut mati, maka proses pengeroposan akar gigi sulung tersebut
tidak bisa berlangsung. Akibatnya gigi tetap akan tumbuh tanpa suatu petunjuk
jalan yang betul sehingga mengakibatkan letak dari gigi tetap tersebut salah
6
7
kedudukannya setelah erupsi. Sebagai akibatnya, maka gigi tetap itu bisa menjadi
desakan, sehingga gigi geligi tersebut dikemudian hari menjadi berjejal (Djamil,
2011).
Sementara itu gigi sulung yang tidak mengalami proses pengeroposan tersebut
akan sulit lepas, karena ada akarnya yang masih menancap terutama di dalam gusi.
Perlu dicatat bahwa pada usia 6-12 tahun adalah masa peralihan antara gigi sulung ke
gigi tetap karena antara usia 6-12 tahun tersebut terdapat baik gigi sulung maupun gigi
tetap, maka diberi nama masa gigi bercampur atau gigi geligi masa peralihan
Erupsi gigi sulung dimulai pada usia 6 bulan dan pada usia 2 tahun
gigi sulung sudah lengkap sebanyak 20 gigi. Lebih jelasnya waktu erupsi
gigi sulung dapat dilihat dalam tabel 1 dan tabel 2 di bawah ini Djamil
(2011).
Tabel 1
Erupsi Gigi Sulung Rahang Atas
Tabel 2
Erupsi Gigi Sulung Rahang Bawah
Gigi tetap yang pertama erupsi dalam rongga mulut adalah gigi
molar pertama pada usia 6 tahun yang sering disebut dengan six year
molar dan pada usia 17-21 tahun gigi molar terakhir atau biasa disebut
gigi bungsu mulai erupsi. Adapun urutan waktu erupsi gigi tetap dapat
Tabel 3
Erupsi Gigi Tetap Rahang Atas dan Rahang Bawah
Gigi Insisif Pertama (I1) 7-8 Tahun Gigi Insisisif Pertama 7-8 Tahun
Gigi Insisif Kedua (I2) 8-9 Tahun Gigi Insisif Kedua (I2) 8-9 Tahun
Gigi Caninus (C) 11-12 Tahun Gigi Caninus (C) 11-12 Tahun
Gigi Premolar Pertama 10-11 Tahun Gigi Premolar Pertama 10-11 Tahun
(P1) (P1)
Gigi Premolar Kedua 10-12 Tahun Gigi Premolar Kedua 10-12 Tahun
(P2) (P2)
Gigi Molar Pertama (M1) 6-7 Tahun Gigi Molar Pertama 6-7 Tahun
(M1)
Gigi Molar Kedua (M2) 12-13 Tahun Gigi Molar Kedua (M2) 12-13 Tahun
Gigi Molar Ketiga (M3) 17-21 Tahun Gigi Molar Ketiga (M3) 17-21 ahun
Sumber : Djamil,, 2011
9
Gigi sulung disebut gigi susu yang merupakan panduan jalan gigi tetap. Gigi
sulung erupsi pertama kali terjadi pada usia 6 bulan dan terakhir kira-kira 28
bulan dan gigi sulung tanggal pertama kali terjadi pada usia 6 tahun dan terakhir
kira-kira 12 tahun (Pratiwi, 2007). Fungsi gigi sulung didalam rongga mulut
antara lain sebagai organ pengunyahan yang berperan penting dalam sistem
pecernaan untuk menunjang nutrisi terhadap tumbuh kembang anak. Selain itu,
fungsinya juga menjaga estetik, fungsi bicara, penyedia ruang untuk gigi
yaitu masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan peralihan gigi tetap dan
merupakan usia yang dianggap rawan terhadap penyakit gigi dan mulut. Masalah
yang terjadi pada gigi anak usia sekolah selain karies yaitu persistensi
Persistensi gigi merupakan suatu keadaan gigi susu masih berada di mulut
atau belum lepas, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya sudah tumbuh.
Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu tidak goyang. Persistensi gigi
sulung atau disebut juga over retained decious teeth berarti gigi sulung yang
sudah melewati waktu tanggalnya tetapi tidak tanggal. Perlu diingat bahwa waktu
10
tanggal gigi sulung adalah apabila gigi permanen pengganti telah erupsi tetapi gigi
Akibat yang ditimbulkan dari persistensi gigi antara lain karies gigi,
2016).
a. Karies Gigi
jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik
b. Maloklusi
teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dan
gigi bawah. Maloklusi sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi bila tidak
berbicara, mudah terserang karies gigi, posisi gigi yang lebih mudah terkena
2.4.1 Indikasi
1. Infeksi diperiapikal dan interradikullar dan tidak dapat disembuhkan
telah erupsi.
rheumatic heart disease yang akut, kronis, penyakit ginjal atau kidney
disease.
4. Pada penyakit sistematik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh
menyebabkan metastase.
Mobiliti untuk melihat derajat ke goyangan gigi (Gultom dan Laut, 2018).
Anastesi topikal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi cukup. Anastesi ini bersifat
reversibel, artinya fungsi saraf akan pulih kembali setelah kerja obat habis.
(tanpa penyuntikan), karena umunya akar gigi anak-anak akan hilang pada saat
gigi tetapnya akan muncul. Teknik ini terbukti dapat mengurangi kecemasan pada
2. Anastesi infiltrasi
Teknik yang lebih sering digunakan untuk menghentikan persepsi rasa sakit
metode yang disebut anastesi infiltrasi (Howe, 1992). Peralatan yang diperlukan
untuk anastesi lokal harus dapat digunakan dengan mudah dan harus selalu dalam
keadaan steril. Peralatan anastesi lokal yang paling sering digunakan pada praktek
sebagai berikut :
15
c. Mengolesi gusi pada daerah gigi yang akan dicabut dengan gerakan satu
kali.
f. Meletakkan kapas sambil ditekan pada daerah bukal atau labial dan
g. Meletakkan ujung tang pada bagian bukal atau labial dan lingual atau
h. Pada gigi yang mempunyai akar tunggal, memutar gigi satu arah
yang tampak dalam bentuk data, baik berupa gambar, kata, maupun
kejadian.
16
17
giginya yaitu gigi 84 goyang secara horizontal dengan gigi pengganti telah
erupsi.
teliti yan terdapat pada dokumen. Data dokumen dapat berupa tulisan atau
gambar.
18
dalam penelitian.
19
3.7.1 Perencanaan
kumur.
3.7.2 Pelaksaan
3.7.3 Evaluasi
Pada tahap ini peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusus laporan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Djamil, M. S., 2011. A-Z Kesehatan Gigi, Panduan Lengkap Kesehatan Gigi
Keluarga. Solo : Metagraf.
Dwiastuti, Rini, 2017. Metode Penelitian Sosial Pertanian. Malang : UB Press
Gultom E. dan Laut D. M., 2018. Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut II & III. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Edisi 2018
Howe, G.L. 1999. Pencabutan Gigi Geligi Edisi II. Jakarta : EGC.
___________, 2016. Izin dan Penyelenggaraan Praktek Terapis Gigi dan Mulut..
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
___________, 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta :
Kemenkes RI
Pedersen G. W., 2012. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC
Pratiwi A., Sulastri, Hidayati, 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Tentang Jadwal Pertumbuhan Gigi dengan Kejadian Persistensi Anak Usia
23
6-10 Tahun di SDN Wojo I Bantul. Jurnal Gigi dan Mulut Vol.1 No.1
Maret 2014.