Anda di halaman 1dari 9

1.

Gigi tumbuh
Biasanya, pada proses gigi tumbuh anak akan memproduksi banyak air liur. Sudah tentu ia
akan merasa tak nyaman pada bagian gusinya. Dan jika diperhatikan akan terlihat adanya
kemerahan dan sedikit bengkak.

Pada pertumbuhan gigi susu, tingkah anak yang suka menggigit atau mengunyah benda
keras adalah usaha alami untuk membantu jalan keluarnya pertumbuhan gigi. Anak dapat
dibantu dengan pereda nyeri apabila ia susah tidur dan tidak mau makan. Namun, untuk
pemberian obat apa pun sebaiknya konsultasikan dulu kondisi anak ke dokter.

2. Sariawan
Ketika belum memiliki gigi susu, anak pasti mengonsumsi makanan lunak atau cair. Ketika
anak berlum memiliki gigi, tak jarang orang tua berasumsi bahwa membersihkan rongga
mulut anak dirasa tak perlu. Padahal, ini sangat penting karena gusi anak yang rentan dan
lidahnya dapat menjadi sarang bakteri atau jamur. Jika ini terjadi, dapat timbul masalah
seperti sariawan yang kemunculannya akan sangat mengganggu anak akibat adanya lesi di
mulut. Aktivitas anak pun jadi terganggu.
Bagi para orang tua, yang paling baik adalah selalu membersihkan rongga mulut anak, gusi,
dan lidah dengan kain atau sikat halus. Dengan menjaga kebersihan rongga mulut anak
setiap pagi dan malam, risiko terjadinya sariawan pada anak dapat dicegah.

3. Gigi berlubang
Apabila sejak kecil anak sudah dibiasakan untuk dibersihkan rongga mulut lidah dan giginya,
maka sebenarnya tidak ada alasan untuk terjadi lubang gigi, apalagi gigi gerepes. Lubang
gigi ini disebut juga dengan karies gigi. Anak kecil memang lebih rentan mengalami gigi
berlubang. Dengan hanya mengalami penurunan pH sedikit (6,5) pada mulut, anak dapat
mengalami masalah lubang gigi.

Untuk mencegah terjadinya kondisi ini, pemeriksaan berkala ke dokter gigi harus sejak dini
dilakukan, Jadi apabila terdeteksi ada gigi yang baru berlubang sedikit, maka bisa segera
ditambal tanpa anak merasakan sakit ketika dilakukan penambalan oleh dokter gigi.
Penanganan dini ini juga berdampak baik terhadap psikologis anak. Ia dapat tumbuh
dewasa tanpa harus takut ke dokter gigi.

4. Gigi patah
Anda sebagai orang tua pasti tak ingin hal buruk terjadi pada buah hati. Namun, apabila
secara tak sengaja anak mengalami patah gigi, segera bawa anak ke dokter gigi. Gigi yang
mengalami cedera tersebut biasanya akan diperiksa dengan radiologi. Tujuannya untuk
menentukan posisi patah dari gigi tersebut. Apakah gigi yang patah tersebut sudah
mencapai sarafnya atau masih di bagian dentin. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, dokter
gigi kemudian dapat menentukan apakah gigi patah tersebut bisa segera ditambal atau
dirawat saluran akarnya.

5. Radang gusi
Radang gusi sering terjadi pada balita yang mengalami kekurangan vitamin C atau
perawatan gigi yang buruk. Biasanya radang gusi ditandai dengan adanya gusi berdarah
dan sariawan. Untuk mencegah terjadinya kondisi ini, pastikan asupan nutrisi anak tercukupi
sekaligus menjaga kebersihan mulutnya. Pada rongga mulut anak juga bisa terbentuk
karang gigi. Oleh karena itu, pemeriksaan berkala dan pembersihan karang gigi juga penting
untuk anak.
6. Gigi maju (tonggos)
Banyak kebiasaan buruk pada anak yang dapat menyebakan masalah gigi tonggos, seperti
mengisap jari, bibir bawah, atau menggunakan dot hingga usia lebih dari 3 tahun. Ketiganya
berkontribusi terhadap meningkatnya risiko gigi tonggos. Tekanan ketika mengisap akan
terdistribusi pada langit-langit mulut, sehingga menyebabkan gigi terdorong ke depan.
Jika kebiasaan buruk tersebut bisa cepat dihentikan, masih ada kemungkinan posisi gigi
akan baik dengan sendirinya (self-correction). Namun, jika kebiasaan buruk ini terus
dilakukan, maka gigi yang terdorong ini akan sulit untuk kembali ke posisi semula. Bukan tak
mungkin gigi tersebut justru akan membutuhkan perawatan khusus ortodontik.

7. Susunan gigi tidak rapi


Selain herediter (menurun secara genetik dari orang tua), masalah gigi dengan susunan
tidak rapi juga dapat disebabkan apabila ada gigi susu yang tanggal lebih dulu. Ruangan
bekas gigi yang dicabut harus tetap dipertahankan untuk tempat pertumbuhan gigi tetapnya
nanti. Biasanya, dokter gigi akan membuatkan space maintaner untuk memastikan ruang
tersebut terjaga.
Pertumbuhan dari gigi ini akan memengaruhi bentuk rahang. Demikian pula untuk gigi susu
yang persisten (tidak mau tanggal,) gigi tetap bisa terpaksa keluar ke arah yang tidak
semestinya sehingga pertumbuhan gigi anak terlihat berjejal. Gigi susu yang persisten ini
perlu bantuan dokter gigi untuk mencabutnya, sehingga posisi dari gigi tetap akan tumbuh
ke arah yang semestinya.

Nah, itulah tujuh masalah gigi dan mulut yang sering dialami anak-anak. Peran orang tua
sangat besar dalam memastikan kesehatan gigi dan mulut anak di masa perkembangannya.
Memang ada banyak sekali yang perlu diperhatikan. Tapi percayalah akan sangat sepadan,
karena anak akan mendapatkan senyum yang sehat ketika ia tumbuh besar dan dewasa.

Oleh: drg. Merry Ristiana M., M.M.

Sebagian besar dari kita mungkin pernah menemui anak-anak yang giginya berlubang
(karies). Jika hal tersebut terjadi, biasanya orang dewasa yang ada di dekatnya akan
berkata, “Tidak apa-apa karena masih anak-anak, nanti giginya juga akan tanggal dan akan
ada gigi baru yang menggantikan gigi yang rusak itu”. Tetapi, benarkah masalah gigi
berlubang (karies) sesederhana itu? Yuk kita simak ulasannya di bawah ini!

Gigi berlubang (karies) adalah suatu kondisi kerusakan pada struktur gigi. Jika tidak
ditangani dengan segera maka akan menyebabkan nyeri dan penyakit lainnya. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 93% anak usia
dini (usia 5-6 tahun) mengalami gigi berlubang. Dengan kata lain, berarti hanya ada 7%
anak Indonesia yang bebas dari gigi berlubang atau karies gigi. Hasil Riskesdas 2018 ini
juga menunjukkan bahwa rata-rata anak usia 5-6 tahun mengalami lubang pada delapan
giginya.

Kesehatan gigi dan status gizi memiliki hubungan dua arah mata panah. Pertama, asupan
zat gizi dapat mempengaruhi kesehatan gigi seseorang. Kedua, kesehatan gigi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
Asupan zat gizi dan kesehatan gigi
Secara garis besar, ada empat faktor yang dapat menyebabkan gigi berlubang, yaitu
1) host atau gigi itu sendiri, 2) substrat, 3) mikroorganisme, dan 4) waktu (lihat gambar 1)
(Shafer, 2012). Gigi berlubang akan timbul jika keempat faktor tersebut bekerja sama.
Apabila terdapat host atau gigi yang rentan terpapar mikroorganisme (misalnya: Streptococcus
mutans) karena keberadaan substrat (misalnya: karbohidrat) disertai oleh jangka waktu yang
sesuai atau mendukung, maka proses gigi berlubang pun akan terjadi. Selain faktor
langsung di dalam mulut yang berhubungan dengan terjadinya karies, terdapat pula faktor
tidak langsung (faktor predisposisi) yang juga disebut sebagai risiko luar, antara lain usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut (Laelia, 2011).

Gigi yang sehat dan kuat dapat mengurangi risiko gigi berlubang. Perkembangan gigi dapat
dimulai sejak janin masih dalam kandungan. Pada tahap ini, status gizi ibu memiliki peran
penting. Penelitian menunjukkan bahwa gigi pada anak yang dilahirkan dari ibu dengan
status gizi kurang saat kehamilan memiliki ketahanan yang lebih rendah terhadap
terbentuknya karies pada kemudian hari.

Gigi merupakan organ terpadat dengan kandungan kalsium tertinggi di dalam tubuh
manusia. Oleh sebab itu, kekurangan kalsium selama periode pertumbuhan dapat
menyebabkan enamel gigi menjadi lebih tipis (hipoplasia enamel) yang dapat meningkatkan
kejadian karies gigi (Anbasari, 2013 dan Sirat, 2017). Selain itu, tingkat konsumsi vitamin D
pada masa kehamilan juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya karies pada anak.
Semakin tinggi dosis vitamin D yang dikonsumsi, maka semakin rendah pula risiko gigi
karies pada anak (Tanaka et al, 2015). Selain itu, defisiensi energi, protein, vitamin A, C,
asam folat, mineral, zat besi, seng, kalsium, fosfor dan fluor juga dapat menyebabkan
kelainan pada gigi anak (Agung dan Nurlitasari 2017). Pemberian fluor pada masa awal
perkembangan kehidupan anak. Fluor dapat disuplai melalui air yang diperkaya fluor,
ikan, pasta gigi, atau cairan pencuci mulut (mouthwash). Konsumsi fluor berlebihan
membuat gigi tampak bercak-bercak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mencantumkan
fluor sebagai salah satu gizi esensial karena mempunyai peranan penting dalam proses
pencegahan karies gigi.

Kesehatan gigi dan status gizi


Mencegah gigi berlubang itu sangat penting karena penelitian menunjukkan bahwa gigi
berlubang dapat mempengaruhi status gizi anak (Bertalina dan Simbolon,2014). Penelitian
tersebut juga didukung oleh penelitian lain yang menyatakan bahwa penderita gigi
berlubang dengan lubang hingga menembus jaringan pulpa akan merasa tidak nyaman
apabila lubang tersebut kemasukan makanan. Rasa ketidaknyamanan pada gigi tersebut
dapat menyebabkan penurunan nafsu makan yang akan berakibat pada status gizi kurang
pada anak (Ghofur dan Firmansyah, 2012).

Kesehatan gigi tidak hanya berpengaruh pada status gizi anak karena dapat mengganggu
fungsi mengunyah, namun juga dapat mempengaruhi fungsi lainnya seperti:

1. Merangsang pertumbuhan tulang rahang


2. Mempertahankan ruang dalam lengkung gigi untuk persiapan tumbuhnya gigi permanen
3. Penentu arah pertumbuhan gigi permanen
4. Mempermudah pelafalan huruf-huruf
5. Estetika

1. Gigi berlubang
Gigi berlubang biasanya disebabkan karena mereka tidak rutin menyikat gigi. "Orang tua
biasanya suka membiarkan anaknya kalau mereka tidak mau sikat gigi sehabis makan atau
sebelum tidur. Ini yang harus dihindari."

Jika hal ini terlalu lama dibiarkan maka gigi akan mudah berlubang. Oleh karenanya orang
tua harus lebih rajin mengingatkan anaknya untuk menyikat gigi. Tak cuma itu, orang tua juga
seharusnya bisa menjadi role model bagi anak-anaknya agar mau menyikat gigi.

2. Masa peralihan gigi susu yang tak sempurna


Masa peralihan gigi susu ke gigi permanen pada anak dimulai di usia enam tahun. "Pada usia
ini masalah yang sering muncul adalah gigi susu yang masih ada tapi gigi permanennya
sudah tumbuh," katanya. "Giginya pun jadi dobel."

Hal ini akan menyebabkan gigi permanen terjepit dan tumbuh tak beraturan.

3. Gusi bengkak
Gusi bengkak bisa disebabkan karena banyak hal. Di antaranya karena gigi berlubang atau
karena akar gigi susu yang tertinggal.Namun penyebab yang umum terjadi adalah karena
akar gigi susu yang tak dicabut sempurna dan menyebabkan gusi membengkak.

Baca artikel CNN Indonesia "Masalah Gigi yang Paling Banyak Diderita Anak Usia Sekolah"
selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150309143630-255-
37737/masalah-gigi-yang-paling-banyak-diderita-anak-usia-sekolah.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

1. Gigi gigis akibat minum susu dari botol dot


Gigi gigis merupakan pembusukan gigi anak akibat kebiasaan minum susu
dengan botol dot. Apalagi bila dilakukan sambil tidur, ini akan membuat
gigi cepat rusak.
Minum susu dari botol dalam posisi tidur mungkin nyaman untuk bayi.
Namun, jika dilakukan selama berjam-jam, hal ini dapat membahayakan
gigi bayi.

Air susu yang menempel atau menggenang di sekitar gigi dalam waktu
yang cukup lama bisa membuat gigi rentan terhadap bakteri dan asam.

Susu mengandung gula yang merupakan makanan bagi bakteri. Gula dari
susu yang menempel pada gigi akan membantu bakteri berkembang biak
pada gigi sehingga gigi menjadi berlubang.

Gigi depan atas si anak merupakan yang paling rentan rusak karenanya.
Jika terdapat tanda kerusakan seperti bintik putih atau kuning pada gigi,
segeralah bawa anak Anda ke dokter gigi.

Lanjutkan Membaca
Apabila tidak diobati, kondisi ini tidak hanya akan menjadi penyebab gigi
rusak, tapi juga mengakibatkan rasa sakit dan membuat anak sulit
mengunyah makanan.

Cara mencegah gigi gigis akibat pemakaian botol dot

Orangtua dapat membantu anak mengatur waktu khusus untuk minum susu setiap
hari. Hal ini penting karena penggunaan botol susu sepanjang hari bisa merusak gigi
susu.
Jika anak sudah beranjak besar, tidak ada salahnya untuk mengajarinya minum susu
dengan gelas. Ini juga lebih baik untuk melatih keterampilan motorik dan koordinasi
anak.
2. Gigi berlubang atau karies gigi

Gigi berlubang terjadi saat bakteri menggerogoti lapisan enamel gigi


sehingga menyebabkan pembusukan. Bakteri berasal dari makanan yang
tersisa pada gigi dan tidak dibersihkan.
Makanan yang menempel pada gigi akan menjadi makanan untuk bakteri
berkembang biak. Bakteri gigi lantas menghasilkan asam yang dapat
menghancurkan lapisan enamel gigi.

Lama-kelamaan, terbentuklah lubang yang akan terus membesar jika tidak


diobati. Tanpa upaya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anak,
lubang pada gigi susu anak dapat berpindah ke gigi permanennya.

Jika gigi susu rusak, mereka tidak dapat membantu gigi permanen untuk
tumbuh di posisi yang tepat. Hal ini bisa menyebabkan gigi bertumpuk
atau miring.

Tidak hanya itu, gigi berlubang juga dapat menyebabkan gusi bengkak dan
meningkatkan risiko penyebaran infeksi ke area tubuh lainnya.
3. Gingivitis (peradangan gusi)
Salah satu penyebab masalah kerusakan gigi anak ialah peradangan gigi
alias gingivitis.
Kondisi ini biasanya disebabkan karena anak sering makan makanan ringan,
seperti coklat dan permen, serta diperparah dengan kebiasaan buruk
menggosok gigi.

Selain itu, penyebab lain dari gingivitis ialah penumpukan plak pada gigi.
Plak terbentuk dari sisa makanan, liur, dan bakteri yang memadat.

Penumpukan plak membuat bakteri terus menempel pada gigi dan


berkembang biak. Kondisi ini bisa memburuk bila anak tidak terbiasa
menyikat gigi secara teratur.

Gingivitis ditandai dengan gusi berdarah, bengkak, dan meradang. Jika


buah hati Anda mengalami gejala ini, sebaiknya segera periksakan ia ke
dokter gigi terdekat.
ARTIKEL TERKAIT

GIGI ANAK
Tips Mengobati Sakit Gigi Anak dengan Cara Alami

Bagi orang dewasa, memilih obat sakit gigi dan pereda nyeri mungkin tidaklah sulit. Namun, Anda
tidak boleh sembarangan memberikan obat sakit gigi untuk anak-anak mengingat risiko efek
sampingnya. Tiga cara alami mengobati sakit gigi anak ini mungkin bisa jadi andalan Anda. Cara
alami mengobati sakit gigi anak Sebagian besar kasus sakit gigi anak biasanya disebabkan oleh gigi
[…]

Ditinjau oleh Dr. drg. Pradnya Paramita, MARS• Mar 10

4. Terlalu lama mengisap jempol


Mengisap jempol atau dot merupakan aktivitas yang normal untuk bayi dan
balita. Hal ini memberikan mereka perasaan tenang, aman, dan nyaman.

Akan tetapi, kebiasaan mengisap jempol dan dot perlu dihindari begitu
anak telah berusia lima tahun karena dapat menjadi penyebab rusaknya
gigi anak.

Kebiasaan tersebut bisa membuat gigi bagian atas menjadi keluar jalur.
Akibatnya, anak jadi lebih sulit menggigit atau mengunyah.

Ditambah lagi, tekanan berulang pada gigi saat anak mengisap jempol dan
dot juga bisa membuat membuat rahang atas dan bawahnya menjadi tidak
sejajar.
5. Gigi yang lebih sensitif
Apabila anak memiliki gigi yang sensitif, ia bisa merasa tidak nyaman atau
terganggu saat makan. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab gigi
anak rusak, di antaranya:
 adanya lubang serta rongga yang berkembang di dalam gigi,
 terjadinya pergerakan gigi,
 susunan rahang yang abnormal sehingga anak kerap menggertakkan gigi,
dan
 terdapat gigi yang patah

Anda mungkin juga menyukai