KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan
diperoleh sebagai akibat stimulus yang ditangkap pancaindra. Apabila
materi atau objek yang ditangkap pancaindra adalah tentang gigi, gusi
serta kesehatan gigi pada umumnya, pengetahuan yang diperoleh adalah
mengenai kesehatan gigi (Budiharto, 2010).
Orang tua yang memiliki pengetahuan rendah tentang kesehatan gigi
dan mulut merupakan faktor predisposisi dari sikap dan perilaku yang
tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak, karena pengetahuan
orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya sikap dan perilaku
(Eriska, dalam Worang dkk, 2014). Pengetahuan merupakan ranah
kognitif yang mempunyai tingkatan menurut Budiharto (2010) yang
disertai dengan contoh kesehatan gigi yaitu:
a. Mengetahui, merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Misalnya, mengingat atau mengingat kembali suatu objek atau
rangsangan tertentu. Contohnya mengingat kembali fungsi gigi selain
untuk mengunyah adalah untuk bicara dan estetika.
b. Memahami, merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar
objek yang diketahui. Contohnya, mampu menjelaskan tanda-tanda
radang gusi.
c. Aplikasi, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasiatau kondisi sebenarnya. Contohnya,
memilih sikat gigi yang benar untuk menggosok gigi dari sejumlah
model sikat gigi yang ada, setelah diberi penjelasan dengan contoh.
d. Analisis, merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
7
8
2. Persistensi Gigi
a. Pengertian Persistensi Gigi
Persistensi gigi merupakan gigi sulung yang tidak tanggal ketika
seharusnya sudah tanggal. Gigi sulung tampak masih ada ketika gigi
tetap pengganti muncul, sehingga terlihat berjejal atau berlapis
(Maulani, 2005).
b. Penyebab Persistensi Gigi
Menurut (Foster dalam Erliera, 2015) terjadinya gigi berjejal atau
persistensi dipengaruhi oleh faktor herediter dan lingkungan. Faktor
herediter yang menyebabkan gigi berjejal atau persistensi adalah
pengaruh susunan genetik yang menentukan karakteristik rahang dan
gigi seseorang, sedangkan faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya gigi berjejal adalah beberapa kondisi yang terjadi pada gigi
desidui yaitu premature loss dan karies gigi. Selain faktor tersebut
faktor gizi juga diduga dapat mempengaruhi terjadinya kasus gigi
berjejal atau persistensi.
Gigi sulung yang mengalami kerusakan karena berlubang dan lain-
lain sehingga gigi tersebut mati, maka proses pengeroposan akar gigi
sulung tidak bisa berlangsung. Akibatnya gigi tetap akan tumbuh tanpa
suatu petunjuk jalan yang betul sehingga mengakibatkan letak dari gigi
tetap tersebut salah kedudukannya setelah erupsi. Maka gigi tetap itu
9
3. Pertumbuhan Gigi
a. Proses Pertumbuhan Gigi
Pertumbuhan gigi di awali dengan terbentuknya benih gigi susu
dan gigi sulung saat di dalam kandungan. Benih gigi didalam
kandungan terbentuk saat usia 11/2 bulan – 2 bulan, sedangkan benih
gigi tetap atau gigi dewasa mulai terbentuk pada waktu usia kehamilan
8-9 bulan.
Benih-benih itu masing-masing berada dalam satu kantongan
(folikel). Benih gigi yang berada di dalam kantongan itu baru
mahkotanya saja, akarnya belum terbentuk. Ketika bayi telah lahir,
maka perlahan akan terbentuk akar gigi. Akar gigi susu atau gigi
sulung terlebih dahulu yang akan tumbuh mulai dari leher gigi ke
bawah (untuk rahang atas tentunya juga keatas). Sambil tumbuh
tersebut, ia mendorong mahkota gigi ke arah permukaan tulang rahang
di dalam rongga mulut. Sampai akhirnya pada waktu bayi berumur
sekitar 6 bulan, maka gigi akan ada yang mulai muncul di dalam
rongga mulut (Machfoedz, 2005).
Pada orang dewasa terdapat 32 gigi permanent, masing-masing 16
pada mandibular dan 16 pada maksila yang pada masing-masing
kuadran terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi geraham kecil, dan
3 gigi geraham besar. Pada anak-anak usia 6 bulan sampai 6 tahun
mempunyai gigi sulung yang berjumlah 20 gigi, masing-masing 10
pada mandibuladan 10 pada maksila, yang pada masing-masing
kuadran terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring dan 2 gigi geraham. Pada
umumnya gigi sulung mengalami erupsi lengkap pada anak usia 2
tahun, sedangkan pada anak usia 6-12 tahun mempunyai gigi geligi
campuran gigi sulung dan gigi permanen (Basmajian, 1995, dalam
Koesoemahardja, H.D, 2013).
b. Proses Tumbuh pada Pergantian Gigi
Menurut waktu pertumbuhan gigi, gigi terdiri dari gigi sulung, gigi
tetap, dan gigi bungsu. Gigi sulung atau gigi susu adalah gigi yang
11
pertama kali di dalam rongga mulut dan suatu saat akan tanggal.
Tanggalnya gigi susu menunjukkan proses awal dari pertumbuhan gigi
tetap. Gigi tetap adalah gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu dan
apabila tanggal tidak akan digantikan oleh gigi lainnya (Paramita,
2000).
Proses tumbuh pada pergantiaan gigi sulung ke gigi tetap, pertama
akar dari gigi sulung mengalami pengeroposan dari bawah atau dari
ujung akar, sementara itu benih gigi tetap yang berada dibawahnya
bergerak ke atas mengikuti akar gigi yang makin menghilang.
Sementara itu gigi tetap tadi membangun akar mulai dari leher gigi, ke
bawah (ke atas untuk rahang atas) seakan-akan mendorong mahkota
gigi tetap tersebut untuk segera muncul ke ruang mulut. Pada saat akar
gigi sulung habis sampai leher gigi di dalam proses pengeroposan tadi,
maka mahkota gigi sulung akan goyang, siap untuk tanggal dan diganti
oleh gigi tetap. Proses ini dikenal sebagai proses pergantian gigi yang
sehat. Sementara itu gigi sulung yang tidak mengalami proses
pengeroposan tersebut akan sulit lepas, karena ada akarnya yang masih
menancap terutama di dalam gusi. Perlu dicatat bahwa pada usia 6-12
tahun adalah masa peralihan antara gigi sulung kegigi tetap karena
antara usia 6-12 tahun tersebut terdapat baik gigi sulung maupun gigi
tetap, maka diberi nama masa gigi bercampur atau gigi geligi masa
peralihan (Machfoedz,2005).
Terdapat dua tahap transisi dari gigi sulung ke gigi permanen yaitu
tanggalnya gigi geligi sulung insisivus atas dan bawah dan erupsinya
gigi molar satu permanen (first transitional period) dan tahap kedua
adalah erupsinya gigi molar dua permanen dan tanggalnya gigi geligi
sulung molar satu, dan kaninus (second transitional period)
(Koesoemahardja, H.D, 2013).
2) Gigi Tetap
Gigi tetap jika muncul semua berjumlah 32 buah. Jenis gigi
tetap terdiri dari 8 gigi insisif, 4 gigi kaninus, 8 gigi premolar, 12
gigi molar (Maulani, 2005). Adapun karakteristik dari setiap gigi
menurut Wangidjaja (2013) adalah sebagai berikut :
a. Gigi Insisif Pertama Atas
Gigi insisif pertama atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang
terletak di kiri kanan dari garis tengah/median. Akarnya
bertumbuh baik, tebal, dan apeksnya bundar.
b. Gigi Insisif Kedua Atas
Gigi ini adalah gigi kedua dari garis tengah. Bentuk
fungsionalnya sama dengan gigi insisif pertama atas, sehingga
mempunyai tugas yang sama didalam mulut yaitu, untuk
menggigit dan memotong makanan. Akarnya lebih langsing
dan apeksnya runcing.
15
B. Kerangka Konsep
Dari urutan teori yang telah disebutkan diatas maka kerangka konsep
penelitian ini.
Variabel Terpengaruh
1. Persistensi Gigi
2. Angka persistensi
gigi
C. Pertanyaan Peneliti