BANGSALSARI 3 JEMBER
Oleh :
Khairunnisa Fadhilatul Arba (NIM 201611101008)
Syeifira Salsabila (NIM 201611101016)
Ananda Regina Putri Darna (NIM 201611101027)
Afifah Rizki Fauziah (NIM 201611101032)
Nancy Amelia Rosa (NIM 201611101062)
Dara Kartika Hasna Sausan (NIM 201611101070)
Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu hal yang penting, maka usaha perawatan
kesehatan gigi dan mulut perlu dibina sejak dini. Oleh karena itu target pendidikan kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi anak usia sekolah adalah suatu ide yang
cemerlang (Wijaya, 2008). Anak-anak pada umumnya senang mengkonsumsi gula dan jarang
membersihkannya (Irene, 2012). Data terbaru oleh WHO Oral Health Media Center pada
bulan April 2012, terdapat sebanyak 60-90% anak usia sekolah dan orang dewasa di seluruh
dunia memiliki permasalahan gigi yang disebabkan karena kebersihan gigi dan mulut yang
buruk (Anggun, 2012).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 melaporkan bahwa penduduk Indonesia
menderita karies gigi (gigi berlubang) 1,4 pada usia 12 – 14 tahun, yang artinya pada satu
orang anak menderita karies 1 sampai dengan 2 gigi. Hasil Riset ini juga menyatakan,
prevalensi anak yang bermasalah gigi dan mulut pada kelompok umur 12 tahun sebesar 24,8%
yang menerima perawatan 28,4 %, effective medical demand 7%. Selain itu, riset tersebut
juga mengungkapkan bahwa dari 95.7 % masyarakat berusia lebih dari 12 tahun yang
menggosok gigi setiap hari, hanya 1,8 % yang menggosok gigi secara benar.
Anak usia Sekolah Dasar (SD) yang tergolong kedalam kelompok rawan penyakit gigi
dan mulut. Untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, pemerintah melalui Departemen
Kesehatan telah melakukan berbagai upaya pendekatan pelayanan kesehatan, yaitu promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan (Herijulianti dkk.,
2002).Usaha Kesehatan Gigi Sekolah( UKGS) menyelenggarakan program promotif berupa
pelajaran mengenai kesehatan gigi dan mulut, dan program preventif berupa sikat gigi massal
(Herijulianti dkk., 2002). Menurut Astoeti dkk. (2006), status kesehatan gigi dan mulut yang
optimal juga dapat dicapai dengan meningkatkan upaya promotif dan preventif sedini
mungkin.
Untuk meningkatkan program pencegahan penyakit gigi dan mulut anak, diperlukan
serangkaian program baik di sekolah, lingkungan sekitar maupun lingkungan keluarga yang
merupakan lingkup terkecil dari masyarakat. Salah satu rangkaian program tersebut adalah
usaha pembentukan kader-kader dokter gigi kecil yang merupakan bagian dari Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), keberadaannya perlu mendapat perhatian secara maksimal
(Houwink et al, 1993).
Kader dokter gigi kecil sekolah adalah seorang individu yang terorganisir dalam kurun
waktu tertentu dan selama itu kualitasnya terus ditingkatkan guna mencapai suatu tujuan yaitu
peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1999). Hal yang mendasari pentingnya kegiatan pelatihan dokter gigi kecil adalah golongan
masyarakat usia sekolah (6-18tahun) yang merupakan bagian yang besar dari penduduk
Indonesia (+ 29%), diperkirakan 50% dari jumlah tersebut adalah anak-anak sekolah, anak-
anak dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan sehingga masih mudah dibina dan
dibimbing (Entjang, 2000).
Sasaran dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah siswa kelas wakil dari
masing–masing SD dengan jumlah 28 orang dengan alasan sudah lancar membaca, bisa
berkomunikasi aktif dan mempunyai kesempatan yang lama untuk menyebarluaskan informasi
ke teman dan lingkungannya sebelum lulus Sekolah Dasar
Permasalahan Mitra
Berdasarkan studi pustaka tentang kesehatan gigi dan mulut di kecamatan bangsalsari, terdapat
masalah yang teridentifikasi sebagai berikut :
1. Kegiatan UKGS di sekolah SDN Bangsalsari 3 telah dilaksanakan namun tingkat DMFt
siswa SDN Bangsalsari 2 masih tergolong tinggi. Kegiatan UKGS diselenggarakan
bersama puskesmas kecamatan Bangsalsari namun belum berdampak terhadap DMFt
siswa.
2. Perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut pada siswa di SDN Bangsalsari 3 masih
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian mengenai pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut serta didorong pola konsumsi bahan makanan yang
dapat memicu timbulnya serangan karies gigi pada anak anak (Fatimatuzzahro, et al
2016)
3. Data lain yang menunjang adalah hasil survey yang telah dilakukan menunjukkan nilai
DMF-t pada kedua Sekolah Dasar tersebut kategori tinggi yaitu sebesar 6,1 yang berarti
rata-rata pada tiap anak terdapat 6 gigi karies yang tergolong tinggi (Fatimatuzzahro, et
al 2016)
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
1. Pembentukan kader dokter gigi kecil sekolah. SDN 003 Bangsalsari dibentuk 2 orang
kader dokter gigi kecil dari kelas III, IV dan V dengan paralel masing-masing 3 kelas
sehingga berjumlah 18 siswa. Siswa kelas III, IV dan V dipilih dikarenakan mereka
sudah lancar membaca, bisa berkomunikasi aktif dan mempunyai kesempatan yang lama
untuk menyebarluaskan informasi ke teman dan lingkungannya sebelum lulus Sekolah
Dasar. Diharapkan dengan terbentuknya kader dokter gigi kecil bisa mengoptimalkan
kegiatan UKGS.
2. Penyuluhan kader dokter gigi kecil tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuannya agar mereka mengetahui tentang kesehatan gigi dan mulut terlebih dahulu.
Isi penyuluhan adalah tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut antara lain cara
merawat kebersihan gigi dan mulut.
Metode : ceramah
Media : alat peraga (phantom dan sikat gigi)
Evaluasi : menguji pengetahuan dan sikap (perilaku) kader dokter gigi kecil tentang
kesehatan gigi dan mulut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara langsung
selama penyuluhan.
3. Pelatihan kader dokter gigi kecil sekolah. Pelatihan ini ditujukan kader dokter gigi kecil
sekolah. Isi pelatihan antara lain pengenalan alat dasar kedokteran gigi, cara
pemeriksaan gigi dan mulut sederhana, pengobatan sederhana dan cara melakukan
rujukan. Pelatihan dilakukan oleh pengabdi, dibantu mahasiswa.
Metode : ceramah dan diskusi
Evaluasi : menguji pengetahuan dan keterampilan kader dokter gigi kecil dengan
memberikan pretest, posttest dan check list.
4. Pendampingan kader dokter gigi kecil sekolah. Kegiatan ini bertujuan agar kader bisa
mandiri dalam mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang ditemui di
sekolah maupun di masyarakat sebatas kemampuan yang dimiliki. Pendampingan
dilakukan oleh pengabdi, dibantu mahasiswa.
5. Pemberian “Sertifikat pelatihan kader dokter gigi kecil”. Sertifikat tersebut sebagai
bukti bahwa murid tersebut telah melakukan pelatihan kader dokter gigi sekolah,
sekaligus memberikan penghargaan pada murid tersebut.
6. Tim penyusun kader dokter gigi kecil juga melibatkan beberapa mahasiswa FKG
Universitas Jember di dalam pelaksanaan pelatihan dokter gigi kecil agar dapat
membantu memperlancar pelaksanaan. Bagi mahasiswa, kegiatan ini dapat digunakan
sebagai wadah untuk belajar dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh sebelumnya
kepada masyarakat.
Alur Penerapan Ipteks bagi kader dokter gigi kecil sekolah dasar, seperti berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Pembentukan
Anggun, N.N., 2012, Hampir 90% kader dokter
Anak UsiagigiSekolah
kecil sekolah
dan Dewasa Punya Masalah Gigi
Berlubang, (online), Available: Http://jakarta.okezone.com/read/2012/
09/05/482/685563/hampir-90anak-usia sekolah-dewasa-punya-masalah-gigiberlubang
(Agustus 2014)
Penyuluhan kader dokter gigi kecil sekolah
Astoeti, TE. 2006. Total Quality Management
(SDN Dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di Sekolah.
003 Bangsalsari)
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Departemen Kesehatan., 1999. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi danMulut, Indonesia Sehat
2010. Jakarta. Pelatihan kader dokter gigi kecil sekolah
(SDN 003 Bangsalsari)
Departemen Kesehatan., 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas.
Jakarta.
Herijulianti, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 20013. Laporan RISKESDAS 2013 Provinsi Bali: Jakarta.
Tingkat pengetahuan
Rendah (Benar 1-4)
Sedang (Benar 5-7)
Tinggi (8-10)
3. Checklist
NO KEGIATAN SKOR
(1) (0)
1 2 3 4
I PersiapanSebelumMenyikat Gigi
1 Siswa menyebutkan dengan benar waktu yang tepat untuk menyikat
gigi dalam sehari
2 Siswa menyebutkan dengan benar frekuensi yang tepat untuk
menyikat gigi dalam sehari.
3 Menyiapkan pasta gigi, sikat gigi, gelas dan air kumur
4 Menempatkan pasta gigi pada sikat gigi dengan benar
II Pelaksanaan
5 Menyikat gigi depan yang menghadap kebibir dalam keadaan
tertutup dengan gerakan naik turun sebanyak 8-10 kali
6 Menyikat gigi belakang kiri yang menghadap kepipi dalam keadaan
tertutup dengan gerakan naik turun sedikit memutar sebanyak 8-10
kali.
7 Menyikat gigi belakang kanan yang menghadap kepipi dengan
gerakan naik turun sedikit memutar sebanyak 8-10 sekali
8 Menyikat gigi belakang kiri bawah yang menghadap kelidah
dengan gerakan dari arah gusi kearah tumbuhnya gigi sebanyak 8-
10 kali
9 Menyikat gigi depan bawah yang menghadap kelidah dengan
gerakan dari arah gusi kearah tumbuhnya gigi sebanyak 8-10 kali
10 Menyikat gigi belakang kanan bawah yang menghadap kelidah
dengan gerakan dari arah gusi kearah tumbuhnya gigi sebanyak8-10
kali
11 Menyikat gigi belakang kiri atas yang menghadap kelangit-langit
dengan gerakan dari arah gusi kearah tumbuhnya gigi sebanyak 8-
10 kali
12 Menyikat gigi depan atas yang menghadap kelangit-langit dengan
gerakan dari arah gusi kearah tumbuhnya gigi sebanyak 8-10 kali
Keterangan :
0 = salah
1 = benar
(Nilai = jumlah skor perolehan : sekor maksimal x 100)
4. Sertifikat Kader Dokter Gigi Kecil