Selama ini, usaha kesehatan gigi sekolah selain dilaksanakan melalui kegiatan pokokkesehatan
gigi dan mulut di Puskesmas, turut diselenggarakan secara terpadu oleh pihakswasta. Dalam hal
ini, sebagai instansi negeri yang bergerak aktif dalam bidang pendidikandan pengembangan
kesehatan, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarangmembangun kerjasama yang
saling menguntungkan bersama SLB Negeri Semarang dalammenyediakan pelayanan kesehatan
yang praktis bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang pada dasarnya membutuhkan
perhatian lebih pada masalah-masalah kesehatan gigi dan mulutyang kerap mereka alami.
Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang buruk merupakan masalahyang banyak ditemui pada
anak berkebutuhan khusus.Hal tersebut cenderung terjadi akibatkurangnya tingkat pengetahuan,
sikap dan motorik anak berkebutuhan khusus (Perwidananta,2016).Disamping itu, perhatian
pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap pelayanankesehatan siswa SLB masih tergolong
kurang (Kemenkes, 2010) sehingga tidak heran jikakelompok masyarakat/ siswa berkebutuhan
khusus acap kali tidak tersentuh pelayanankesehatan. Dengan kata lain, perlu adanya usaha
kesehatan gigi sekolah mandiri yanginovatif dalam mengatasi setiap permasalahan kesehatan
gigi dan mulut peserta didik SLB Negeri Semarang hingga tercapainya pemenuhan hak
danderajat kesehatan gigi yang optimaldalam rangka menyongsong Indonesia yang sehat.B.
TUJUAN1.
Tujuan UmumMelaksanakan usaha kesehatan gigi sekolah mandiri SLB Negeri Semarang
gunameningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik dengan cara
memberikan pelayanan promotif, preventif dan kuratif terbatas.2.
Tujuan Khususa.
Mengusahakan pelayanan kesehatan gigi promotif bagi didik SLB Negeri Semarang. b.
Mengusahakan pelayanan kesehatan gigi preventif bagi peserta didik SLB NegeriSemarang.c.
Mengusahakan pelayanan kesehatan gigi kuratif terbatas bagi peserta didik SLB Negeri
Semarang.d.
MANFAAT1.
Meningkatkan pengetahuan peserta didk SLB Negeri Semarang dalam hal menjagakesehatan
gigi dan mulut.2.
Mencegah kemunculan masalah kesehatan gigi dan mulut peserta didik SLB NegeriSemarang di
kemudian hari.3.
Pembantasan masalah kesehatan gigi dan mulut serta upaya penanggulanganterhadap rasa sakit
guna meningkatkan kualitas belajar.4.
Meningkatkan peran serta kader, guru dan orang tua dalam usaha menjaga kesehatandiri,
keluarga maupun kelompok masyarakat.D.
Sasaran sekunder : Guru, penanggung jawab UKS, orang tua peserta didik, pegawai/karyawan
sekolah.3.
BAB IIPERMASALAHANA.
OHIS buruk
Karies gigi
permanenKaries gig
isusuIndikasicabutGigi
hilangkarenakariesPit-
fissuredalamGangguan jaringanpenyanggaGigitertambaldengan baik
Keterangan :1.
Diketahui sebanyak 236 peserta didik memiliki status kebersihan gigi dan mulut(OHI-S) yang
buruk dengan nilai rata-rata 3,2.2.
Diketahui sebanyak 232 peserta didik mengalami masalah karies (lubang) gigi permanen dengan
nilai
Decay
rata-rata 4.3.
Diketahui sebanyak 100 peserta didik mengalami masalah karies (lubang) gigi susudengan nilai
Decay rata-rata 6
4.
Diketahui sebanyak 78 peserta didik terindikasi cabut gigi dengan kasus Gangreneradix/ sisa
akar.5.
Diketahui sebanyak 93 peserta didik memiliki pit dan fissure dalam (ceruk mahkotagigi).7.
enis penyakit gigi dan mulut yang dialami peserta didik SLB Negeri Semarangdidominasi oleh
Gangrene pulpae dengan prevalensi 55% ditemukan pada peserta didik jenjangSD sampai
dengan SMA di semua ketunaan. Sedangkan Hiperemi pulpae dengan prevalensi23% ditemukan
pada peserta didik jenjang TK dan SD yang menjalani periode gigi susu dantengah memasuki
periode gigi bercampur. Masalah lain yakni gangrene radix yang ditandaidengan
hilang/habisnya mahkota gigi dan meninggalkan sisa akar dengan prevalensi 18%