Anda di halaman 1dari 12

ELEMENTARY DENTAL EDUCATION (EDE) DAN DOKTER GIGI KECIL SDN

KARANGKEMBANG UNTUK GIGI MULUT YANG SEHAT

Zahra Lutfiah Safitri


Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Email : zahralutfiahsafitri@gmail.com

Awalia Aprilizahrani Patiran


Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Email : awaliazpatiran@gmail.com
Noviannisa Luthfi Pribadini Maskur
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Email : pribadinim@gmail.com

Ardhito Yoga Rasena


Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Email : yogadhito@gmail.com

Fadhilah Ariana Ramadhani


Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Email : fadhilah.ariana@gmail.com

Genoveva Callista Harelas


Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan
Email : genoveva.callista.harelas-2017@fkh.unair.ac.id

Annisa Maghfiroh Rahmadini


Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Email : icarahmadini13@gmail.com
ABSTRAK

Pertumbuhan gigi di usia dini atau disebut gigi sulung dapat memengaruhi pertumbuhan
gigi di saat dewasa. Gigi di usia anak yang tidak dijaga dapat menimbulkan masalah ketika sudah
menjadi gigi permanen ketika dewasa. Gigi sulung yang rusak juga dapat mengganggu proses
pencernaan mengingat gigi merupakan salah satu organ dalam sistim organ pencernaan yang dapat
memengaruhi pengolahan dan penyerapan makanan.

Berdasarkan hasil observasi tim KKN Karangkembang, didapatkan bahwa cukup banyak
atau sekurang-kurangnya 50% dari total siswa di tiap kelas SDN Karangkembang mengalami
masalah gigi, yaitu gigi berlubang. Sayangnya, masalah tersebut masih dianggap hal kecil yang
belum ditangani dan diperhatikan dengan baik.

Oleh sebab itu, tim KKN merasa perlunya seorang sosok yang dapat mencontohkan dan
mengingatkan siswa-siswa tersebut untuk tetap menjaga kesehatan gigi meskipun tim KKN sudah
tidak bertugas di Desa Karangkembang, sehingga tim KKN membentuk beberapa siswa SDN
Karangkembang yang diberikan kepercayaan untuk menjadi dokter gigi kecil yang nantinya menjadi
pioneer dan orang yang mengajak siswa-siswa lain untuk menjaga kesehatan giginya.

Disebabkan keterbatasan waktu, maka pembentukan dokter gigi kecil hanya dilakukan di
kelas 4 dan 5 dengan harapan kegiatan mereka belum terlalu padat sebagaimana kelas 6 namun juga
sudah cukup dewasa untuk mampu membagikan ilmu yang tim KKN berikan kepada teman-teman
lainnya dengan proses sosialisasi Elementary Dental Education terlebih dahulu ke kelas-kelas,
dilanjutkan dengan pembekalan dokter gigi kecil, dan presentasi tiap dokter gigi kecil di hadapan
siswa-siswa lain, dan diakhiri dengan penobatan 7 dokter gigi kecil (5 orang kelas 5 dan 2 orang
kelas 4).

KATA KUNCI : Elementary Dental Education (EDE), Dokter Gigi Kecil, Siswa Sekolah Dasar

ABSTRACT

Dental growth at an early age or called deciduous teeth can affect tooth growth in adulthood.
Children's teeth that is not taken care of can cause problems when they become permanent teeth as
an adult. Damaged primary teeth can also interfere with the digestive process considering the teeth
are one of the organs in the digestive organ system that can affect the processing and absorption of
food.

Based on the observation results of the Karangkembang Community service program's team,
it was found that quite a lot or at least 50% of the total students in each class of Karangkembang
elementary school experienced dental problems, namely cavities. Unfortunately, the problem is still
considered a small thing that has not been handled and addressed properly.

Therefore, the Community service program's team felt the need for a figure who could
exemplify and remind these students to maintain dental health even though the Community servic
program’s team was no longer in Karangkembang Village, so the community service program's
team formed a number of Karangkembang Elementary School students who were given the
confidence to become small dentists who later became pioneers and people who invited other
students to take care of their dental health.

Due to time constraints, the formation of small dentists was only done in grades 4 and 5 in
the hope that their activities would not be too dense as in class 6 but were also mature enough to be
able to share the knowledge that the Community service program's team gave to other friends
through the socialization process of Elementary Dental Education first to the classes, followed by
the provision of a small dentist, and the presentation of each small dentist in front of other students,
and ended with the coronation of 7 small dentists (5 class 5 and 2 class 4).

KEY WORDS: Elementary Dental Education (EDE), Small Dentists, Elementary School Students
PENDAHULUAN

Desa Karangkembang merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Babat,
Kabupaten Lamongan. Desa Karangkembang terdiri dari dua dusun, yaitu dusun Podang dan dusun
Karang Asem. Dalam lingkungan Desa Karangkembang memiliki beberapa institusi pendidikan,
salah satunya adalah Sekolah Dasar untuk anak-anak usia 6 – 12 tahun. Sekolah Dasar (SD) yang
terdapat dalam desa ialah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karangkembang. SDN Karang kembang
terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas 1 hingga kelas 6 SD, dengan tiap kelas terisi kurang lebih 15 – 20
orang siswa.

Pada tanggal 6 Januari 2020 tim KKN Ke-61 Karangkembang yang terdiri dari 8 orang
mahasiswa multidisiplin ilmu, melakukan observasi ke SDN Karangkembang terkait masalah
kesehatan yang mungkin ada di lingkungan siswa. Setelah melakukan observasi, mahasiswa melihat
adanya masalah kesehatan yang cukup mayoritas di lingkungan siswa, yaitu masalah terkait gigi
berlubang. Dari kurang lebih 18 orang siswa di tiap kelas ada sekitar 8 – 9 orang yang mengalami
gigi berlubang. Melihat masalah tersebut, tim KKN merasa perlu adanya penanganan yang bersifat
continue dan dapat dilanjutkan meski tim KKN telah meninggalkan desa.

Beberapa solusi yang dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan gigi di siswa SD antara
lain dengan mengadakan sosialisasi Elementary Dental Education (EDE) dan pembentukan dokter
gigi kecil. Kedua usaha tersebut merupakan upaya promotif dalam mempromosikan kesehatan gigi
dan mulut di lingkungan siswa SD dan membentuk kader-kader kesehatan sebagai pioneer kesehatan
gigi yang dapat menggerakkan upaya-upaya kesehatan di lingkungan sekolah.

Promosi kesehatan atau health promotion merupakan sebuah upaya penting yang harus
dilakukan dengan kolaborasi bersama masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang sehat baik
secara fisik maupun mental (BHP UMY, 2010). Dalam hal ini sosialisasi Elementary Dental
Education (EDE) diharapkan dapat menjadi promosi kesehatan yang mudah diterima oleh siswa SD,
dan pembentukan dokter gigi kecil diharapkan dapat membuat promosi kesehatan tersebut
berlangsung secara berkelanjutan.

Selain itu, pembentukan dokter gigi kecil dilakukan karena pendidikan dan pelayanan
kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik daripada diberikan pada usia yang sudah ‘agak
terlambat’, selain itu lingkungan sekolah lebih mudah dijangkau karena sudah terorganisir dengan
baik (Depkes RI, 2008). Nantinya dokter gigi kecil adalah siswa yang telah terlatih untuk ikut
melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman,
keluarga dan lingkungannya.

Solusi-solusi tersebut didasari karena anak-anak berusia sekitar 6 hingga 12 tahun atau
anak-anak usia sekolah masih kurang menyadari cara merawat kebersihan mulut. Karena itu, upaya
menjaga kesehatan mulut harus dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar adalah waktu yang
ideal untuk melatih keterampilan motorik anak, termasuk menyikat gigi. Salah satu upaya dalam
meningkatkan kesehatan mulut adalah metode pendidikan kesehatan. Keterampilan menyikat gigi
harus diajarkan dan ditekankan pada anak-anak di segala usia, terutama anak sekolah karena pada
usia itu mudah diterima dan menanamkan nilai-nilai dasar.

Anak-anak sekolah perlu belajar bagaimana meningkatkan keterampilan menyikat gigi


mereka, terutama di anak-anak dengan tingkat kebersihan mulut yang rendah dan keterampilan
menyikat yang tidak memadai, diharapkan dapat mengubah perilaku itu berdampak buruk terhadap
kesehatan dan terkait dengan norma kesehatan. Model yang baik dan teknik sederhana perlu
diberikan sebagai contoh cara menyikat gigi yang mendidik gigi untuk anak-anak. Cara untuk
menyajikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak harus dibuat sebagai semenarik
mungkin melalui konseling yang menarik tanpa mengurangi konten, simulasi, atau siaran langsung
demonstrasi, program audio visual atau menyikat gigi yang dikendalikan (Jatmika dan Maulana,
2018). Sehingga berdasarakan penjelasan tersebut tim KKN meyakini EDE dapat menjadi solusi
yang paling sesuai.

Solusi tersebut diharapkan dapat mengurangi angka karies gigi (gigi berlubang) pada anak
dan terbentuknya perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang benar. Sehingga nantinya
program-program tersebut dapat memberikan manfaat berupa terbentuknya anak-anak Desa
Karangkembang yang sehat dan berpengetahuan luas seputar kesehatan gigi dan mulut.
METODE

Metode yang digunakan dalam pemberian informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut
adalah sosialisasi secara lisan door to door ke setiap kelas di SDN Karangkembang dengan bentuk
program Elementary Dental Education (EDE). EDE dikemas dalam bentuk yang menyenangkan
dan mudah diterima oleh siswa. Tim KKN menyampaikan materi terkait kesehatan gigi dan mulut
melalui presentasi oral menggunakan flipchart berwarna dan bergambar agar mudah dipahami oleh
siswa. Flipchart terdiri dari waktu yang tepat untuk menggosok gigi, makanan yang baik dan buruk
untuk gigi, alat dan bahan yang tepat untuk menggosok gigi, langkah-langkah menggosok gigi, dan
waktu yang tepat untuk mengganti sikat gigi dan mengunjungi dokter gigi.

Untuk menambah pemahaman siswa, tim KKN juga menggunakan phantom gigi untuk
dapat mempraktikan langsung cara menggosok gigi pada gigi sesuai dengan bagian-bagiannya.
Phantom utuh berbentuk rahang lengkap dengan 32 gigi buatan dan gusi, phantom dapat dibuka
seperti mulut yang membuka sehingga bagian dalam gigi juga dapat terlihat untuk keperluan
mempejelas cara menyikat gigi.

Setelah presentasi, tim KKN melakukan tanya jawab dan review materi untuk memastikan
pemahaman dari siswa, dan beberapa siswa juga berkesempatan mencoba menggosok phantom
secara langsung, selain itu tim KKN juga mengajarkan lagu mengenai cara menyikat gigi yang benar
agar langkah-langkah tersebut lebih mudah diingat oleh siswa.

Sedangkan untuk pembentukan dokter gigi kecil, diawali dengan sosialisasi terlebih dahulu
untuk yang ingin mendaftarkan diri, kemudian di hari selanjutnya tim KKN melakukan bimbingan
pada calon dokter gigi kecil terkait materi-materi seputar anatomi gigi anak dan dewasa, cara
merawat kesehatan gigi dan mulut, dan penyakit-penyakit yang dapat membahayakan gigi.
Selanjutnya tiap calon dokter gigi kecil diberikan kesempatan untuk mengulang materi yang
diberikan dan mencoba mempraktikan cara menggosok gigi yang benar ke phantom. Lalu, di hari
selanjutnya, tiap calon dokter gigi kecil diminta mempresentasikan hasil bimbingan yang
diterimanya di depan kelas kepada teman-temannya, kemudia dengan pertimbangan dari hasil
presentasi tiap calon dokter gigi kecil dan rekomendasi guru kelas, dipilihlah 7 orang dokter gigi
kecil yang terdiri dari 5 siswa kelas 5 dan 2 siswa kelas 4.

Setelah terpilih dokter gigi kecil disematkan pin penanda dan dijelaskan tugasnya selama
di sekolah, yaitu mengingatkan teman-teman lainnya untuk sikat gigi dua kali sehari, mengurangi
makanan manis, dan cara menggosok gigi yang benar. Selama beberapa hari awal setelah pemilihan
tim KKN juga tetap melakukan monitoring dan reminder kepada dokter gigi kecil terpilih terkait
tugas yang diberikan. Setelah itu tim KKN juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk
selanjutnya membantu memonitoring, memotivasi, dan mengingatkan dokter gigi kecil terpilih
terkait tugas-tugasnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilaksanakan Elementary Dental Education (EDE) dan pembentukan dokter gigi
kecil, sebagai bentuk monitoring hasil dari upaya yang dilakukan, tim KKN melakukan observasi
acak dengan bertanya pada beberapa kelas yang diisi kegiatan oleh tim KKN setelah pelaksanaan
EDE dan pelantikan dokter kecil. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan ringan yang dapat
merepresentasikan pengaruh EDE dan pembentukan dokter gigi kecil kepada siswa, pertanya
tersebut antara lain seperti, ‘apakah siswa telah menyikat gigi sebelum ke sekolah?’ lalu bagaimana
cara mereka menyikat gigi.

Dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan didapatkan hasil bahwa kurang lebih 95%
siswa telah menyikat gigi sebelum pergi ke sekolah, dan semua siswa yang ditanya masih mengingat
cara menyikat gigi yang benar dan berusaha menerapkannya. Selain itu para dokter gigi kecil juga
cukup baik menjalankan tugasnya, yaitu mereka mengingatkan melalui grup kelas untuk menyikat
gigi sebelum berangkat sekolah dan mengingatkan cara menyikat gigi yang benar, yang format
penulisan untuk mengingatkan kedua hal tersebut dibantu oleh tim KKN untuk membuatnya.

Dengan komitmen dari pihak sekolah untuk membantu memonitoring siswa juga dokter
kecil terpilih, tim KKN optimis bahwa kedua program tersebut dapat menjawab masalah yang ada
di lingkungan anak Desa Karangkembang terkait kesehatan gigi dan mulut. Sehingga program
tersebut dapat mencapai tujuannya yaitu mengurangi angka karies gigi (gigi berlubang) pada anak
dan terbentuknya perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang benar.

Melihat pemahaman siswa dan kemampuan mengingat siswa terhadap materi yang
diberikan tim KKN, maka tim KKN dapat menilai bahwa metode yang digunakan dalam
menjalankan program-program tersebut sudah tepat diberikan kepada siswa, yaitu dengan
mempresentasikan materi menggunakan flipchat yang dibentuk sedemikian rupa dengan gambar dan
warna-warni yang menarik. Hal ini dikarenakan pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa adanya bantuan
sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media,
diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan
dan suara yang direkam (Hujair AH Sanaky, 2009: 3).

Selain itu, gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan
lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit, maka pembelajar akan lebih mudah menangkap
gambar daripada uraian dengan kata-kata (Edgar Dale, 1963:57).

Adapun manfaat gambar sebagai media gambar antara lain (1) Menimbulkan daya tarik
bagi siswa dengan berbagai warna akan lebih menarik dan dapat membangkitkan minat serta
perhatian siswa. (2) Mempermudah pengertian siswa suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat
dibantu dengan gambar sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang dimaksud. (3)
Memperjelas bagian-bagian penting melalui gambar dapat pula memperbesar bagian-bagian yang
penting atau yang kecil. Sehingga dapat diamati lebih jelas. (4) Menyingkat suatu uraian panjang,
uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

Selain menggunakan flipchart, tim KKN juga menggunakan phantom gigi yang
membuat siswa dapat mencoba mengaplikasikan cara menyikat gigi secara langsung pada
bagian-bagian gigi. Tim KKN juga berusaha mempermudah siswa untuk mengingat cara
menyikat gigi yang benar dengan mengajarkan lagu yang dapat dinyanyikan yang liriknya
merupakan langkah-langkah menyikat gigi yang benar.

Cara pembelajaran tersebut menurut piramida media pembelajaran dapat


memberikan hasil pembelajaran yang lebih konkret dan retensi memori yang lebih baik
karena adanya suatu hal yang didengar dan melakukan pengalaman secara langsung.

Gambar 1. Piramida Media Pembelajaran

Sedangkan dalam pembentukan dokter gigi kecil, tim KKN berusaha membuat model
pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang didapat dari teman sebaya atau rekan dengan
strata pendidikan yang sama namun memiliki pengalaman belajar yang lebih banyak. Model
pembelajaran ini merupakan pengajaran yang melibatkan siswa untuk menekankan interaksi antar
satu sama lain. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasasi materi mengenai
kesehatan gigi dan mulut yang tim KKN berikan dengan lebih mudah, karena siswa akan lebih
mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari tim KKN karena taraf
pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan (Sulaiman dan Wahyuni, 2001:2).

Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana siswa lain selain dokter gigi kecil secara tidak
sengaja me-review materi yang tim KKN berikan dan mengoreksi satu sama lain ketika dokter gigi
kecil melakukan presentasi di depan kelas mereka. Mereka dapat saling mengingatkan dan
menambahkan apabila ada kekeliruan penjelasan yang diberikan, pun sebaliknya dokter kecil
terpilih membantu menjelaskan kembali kekeliruan yang sebelumnya dipahami oleh teman-
temannya.

Selain itu, sebagaimana yang dikatakan Depkes (2008) bahwa pemberian pendidikan dan
pelayanan kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik dibanding pada usia yang ‘terlambat’.
Hal ini dikarenakan pada masa usia sekolah dasar pertumbuhan otak anak masih berkembang cukup
pesat sehingga memiliki kemampuan menghafal dan daya ingat yang lebih baik dan lebih lama
dibanding usia-usia setelahnya, sehingga pemberian pembelajaran pada saat anak usia sekolah
memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat diingat dengan mudah dan dalam waktu yang cukup
lama oleh anak. Sehingga, harapannya, pembelajaran yang didapat oleh siswa saat ini dapat diingat
hingga ia tumbuh remaja bahkan dewasa dan nantinya ilmu tersebut yang mereka miliki dapat
diberikan kepada teman baru di sekolah barunya nanti, atau kepada adik-adiknya dan keluarganya
di rumah.
SILMPULAN

Berdasarkan permasalahan yang didapatkan oleh tim KKN di SDN Karangkembang yaitu
masih kurangnya perhatian siswa terhadap kesehatan gigi dan mulutnya, maka tim KKN membuat
program yang bertujuan memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat dipraktikan dan diingat
terus menerus, yaitu berupa sosialisasi Elementary Dental Education (EDE) dan pembentukan
dokter gigi kecil. Kedua program tersebut dirasa cukup berhasil mencapai tujuan tim KKN yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya
berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan tim KKN dalam beberapa hari setelah program
dilaksanakan.

Metode yang tim KKN lakukan dirasa sudah tepat karena menggunakan alat-alat dan media
pembelajaran yang dapat memudahkan siswa untuk memahami materi dan mengingat materi yang
telah diberikan. Selain itu dengan pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dan pihak sekolah
dengan membentuk dokter gigi kecil membuat adanya program tim KKN yang membekas dan dapat
dilanjutkan sebagai program yang berkelanjutan di SDN Karangkembang agar kesehatan gigi dan
mulut siswa dapat tetap terjaga meski setelah tim KKN meninggalkan Desa Karangkembang.

SARAN

Saran yang dapat diberikan untuk tim KKN periode selanjutnya yang mungkin akan
melanjutkan program yang sama, diharapkan dapat menyiapkan waktu yang lebih lama untuk
pembekalan dokter gigi kecil, pada tim KKN periode ini dirasa waktu yang ada terlalu terbatas
karena program pembentukan dokter gigi kecil merupakan inisiatif yang baru muncul setelah
pertengahan waktu KKN sehingga persiapan kurang cukup, termasuk persiapan waktu. Selain itu,
diharapkan pelantikan dokter gigi kecil dibuat lebih meriah agar seluruh kelas mengetahui dokter
gigi kecil terpilih di sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA

BHP UMY. 2010. Promosi Kesehatan Indonesia Kurang Maksilmal. Diakses melalui
www.umy.ac.id pada tanggal 29 Januari 2020 pukul 7:07

Irfan. 2017. Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Kemampuan Bercerita Dalam Bahasa
Bugis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Sinjai Timur. Universitas Negeri Makasar.

Malinda. 2019. PTK Guru Matematika SMA (Penelitian Tindakan Kelas) : Penerapan Metode
Kooperatif Model Group. Buku Pendidikan Deepublish.

Memori Ingatan Anak itu Lebih Kuat!. 2017. Diakses melalui www.kompasiana.com pada tanggal
29 Januari 2020 pukul 7:30

Wijaya, Awi. Program Dokter Kecil. 2010. Diakses melalui www.infodokterku.com pada tanggal
29 Januari 2020 pukul 7:15
UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terlaksananya KKN BBM UNAIR ke-61 Karangkembang kami selaku tim KKN
mengucapkan terima aksih kepada pihak-pihak terkait, yaitu perangkat Desa Karangkembang, Dinas
Pertanian dan Kehutanan, Puskesmas Karangkembang, dan pihak SDN Karangkembang atas
kerjasama dan dukungannya terhadap program-program yang tim KKN jalani.

Anda mungkin juga menyukai