Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DENTISTRY UPDATE

PRINSIP DAN PROSEDUR PERAWATAN


ONE VISIT ENDODONTIC

Oleh
Kelompok Tutorial IX (I) :

Anggota : Alfan Maulana Erdiansyah (NIM : 161610101081)


Nancy Amelia R (NIM : 161610101082)
Radin Ahmad Hizdbul M. (NIM : 161610101083)
Dara Kartika H (NIM : 161610101084)
Nailah Rahmadani (NIM : 161610101085)
Savira Aulia Rachim (NIM : 161610101086)
Ni Luh Putu Diah Laksmi (NIM : 161610101087)
Suci Hidayatur (NIM : 161610101088)
Tri Oktaviani (NIM : 161610101089)
Adilia Putri Istadi (NIM : 161610101090)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Prinsip dan
Prosedur One Visit Endodontic”. Laporan ini disusun untuk memenuhi laporan
dentistry update.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dosen-dosen pengampu mata kuliah dentistry update yang telah
membimbing jalannya kegiatan Student Center Learning dan memberi
masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 28 April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .. ........................................................................................ . 2

Daftar isi....................................................................................................... ...3

I. Pendahuluan
1.1. Latar belakang ................................................................................... ...4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................. .. 5
1.3 Tujuan ............................................................................................... .. 5
II. Tinjauan pustaka ................................................................................... ...6

III. Pembahasan .......................................................................................... 11

IV. Kesimpulan dan saran ......................................................................... 22

4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22

Daftar Pustaka ............................................................................................. 23

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan untuk gigi dengan pulpa mengalami kerusakan atau nekrosis
adalah perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar bertujuan membersihkan
rongga pulpa dari jaringan pulpa yang terinfeksi kemudian membentuk dan
mempersiapkan saluran akar tersebut agar dapat menerima bahan pengisi yang
akan menutup seluruh sistem saluran akar. Berdasarkan jumlah kunjungan,
perawatan saluran akar ada dua macam, yaitu perawatan saluran akar lebih dari
satu kali kunjungan (multivisit endodontic) dan perawatan saluran akar satu kali
kunjungan (one visit endodontic). Perawatan satu kunjungan meliputi
pembersihan saluran akar, sterilisasi dan obturasi dilakukan dalam satu
kunjungan. Perawatan satu kali kunjungan bila berhasil akan menghemat waktu,
menurunkan resiko infeksi antar kunjungan dan akan menghemat waktu, dan
jarang terjadi flare up, sehingga menjadikan perawatan saluran akar satu
kunjunngan banyak dilakukan oleh para dokter gigi (Rustin Savitri dkk, 2007).
Dalam kaitannya dengan jumlah kunjungan, perawatan one visit dengan
pemberian analgetika untuk menekan rasa nyeri tidak mendukung, sementara
perawatan multi visit memungkinkan operator mengetahui bagaimana keadaan
kesehatan jaringan saat akan dilakukan pengisian. Menurut beberapa penelitian
mengatakan tidak ada hubungan yang jelas antara keberhasilan maupun kegagalan
perawatan dengan jumlah kunjungan. Sementara itu ternyata keberhasilan
perawatan one visit ini mencapai 40,5% gigi non vital, 33,5% gigi dengan
kelainan periapeks dan 56,2% pada gigi dengan fistel. Sedangkan dalam kategori
timbulnya rasa nyeri dinyatakan bahwa pada gigi vital terdapat 35,5% kasus dan
gigi non vital pada 57,6% kasus. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih
jelas bagiamana perawatan endodontik satu kali kunjungan dan frekuensi maupun
sifat nyeri setelah perawatan satu kali kunjungan saluran akar.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perawatan one visit endodontic dan multivisit
endodontic?
2. Bagaimana prosedur perawatan one visit endodontic dan multivisit
endodontic?
3. Apa yang mendasari pertimbangan perawatan one visit endodontic dan
multivisit endodontic?
4. Bagaimana prognosis perawatan one visit endodontic dan multivisit
endodontic?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perawatan one visit endodontic
dan multivisit endodontic
2. Untuk memahami prosedur perawatan one visit endodontic dan multivisit
endodontic
3. Untuk memahami dasar pertimbangan perawatan one visit endodontic dan
multivisit endodontic
4. Untuk memahami prognosis perawatan one visit endodontic dan multivisit
endodontic

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Saluran Akar


Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap
tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam socket. Karena itu sebaiknya
seorang klinisi (Dokter Gigi, red) harus mengetahui prinsip-prinsip ilmu
endodontik secara benar yaitu pengetahuan mendiagnosis, cara merestorasi
jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan sisa jaringan, sehingga gigi
tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan menghindari
tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soketnya sehingga dapat
memperlambat resorbsi tulang alveolar gigi terkait. Keuntungan secara psikologis
yang diperoleh adalah gigi dapat bertahan secara alamiah. Pasien tetap memiliki
gigi asli dalam kedaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi
dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan. Dalam setiap melakukan
perawatan endodontik, prinsip prinsip perawatan endodontik harus selalu
diperhatikan, yaitu teknik asepsis, akses langsung saluran akar, pembersihan dan
pembentukan saluran akar, pengisian saluran akar, dan pembuatan restorasi
(penambalan, pembuatan onlay atau mahkota) yang benar, sehingga didapatkan
jaringan periodondal yang sehat. Umumnya kualitas restorasi sangat bergantung
pada tiga faktor, yaitu klinisi/Dokter Gigi, bahan restorasi, Laboratorium Gigi,
dan pasien. Tetapi dari keempat faktor penyebab kegagalan tersebut, yang sangat
memegang peranan adalah faktor klinisi/Dokter Gigi tersebut. Sedang bahan
restorasi adalah faktor terakhir kegagalan restorasi (penambalan, pembuatan onlay
atau mahkota) (Harty, 2003).
Kerusakan jaringan pulpa dapat ditandai dengan rasa nyeri, sensitif yang
berlangsung lama saat makan/minum panas atau dingin,diskolorasi
gigi,pembengkakan gusi. Kadangkala tanpa keluhan sama sekali. Dan bila kondisi
ini dibiarkan maka akan menimbulkan nyeri dan bengkak serta kerusakan tulang
penyangga gigi. Perawatan saluran akar dilakukan dengan cara mengangkat
jaringan pulpa yang mengalami radang atau terinfeksi. Jaringan pulpa dapat

6
mengalami peradangan atau infeksi karena adanya karies (keropos) gigi yang
dalam,tambalan yang sangat dalam sehingga mengiritasi saluran pulpa, gigi
pecah/patah sampai mendekati saluran pulpa karena trauma, atau kadang karena
peradangan gusi yang sudah parah (Harty, 2003).
Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-
organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikro-
organisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa
melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, danmenciptakan
lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhanjaringan. Hasil
pengisiansaluran akar yang kurang baik tidak hanyadisebabkan teknik preparasi
dan teknik pengisianyang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan
pengisi saluran akar (Harty, 2003).
Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi
ruangan antarabahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran akar
serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur. Kalsium hidroksida
[Ca(OH)2] merupakan bahan yang sering digunakan dalam perawatan resorbsi
dan perforasi akar (Harty, 2003).
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan,
yaitu :
1. Pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit
2. Saluran akar bersih dan kering
3. Tidak terdapat nanah
4. Tidak terdapat bau busuk

2.2 Macam-Macam Bahan Pengisi Saluran Akar


1) Golongan padat
Termasuk golongan padat ialah guttap silver point dan acrilic cone. Silver
point digunakan untuk saluran akar yang sempit, bulat mengecil, dan bengkok.
Kontraindikasinya gigi anterior, premolar akar tunggal, dan molar akar
tunggal yang besar (Harty, 2003).

7
2) Golongan pasta
Bahan ini tidak mengeras dalam saluran akar, mudah dimasukkan tapi
mudah keluar melalui foramen apikal, dan porus kebbocoran lebih besar.
Contoh : pasta dengan bahan dasar ZnO, bahan dasar Ca(OH)2, dan bahan
dasar resin. Zink Oxide Eugenol Merupakan serbuk amorf yang halus, rapuh,
mudah larut dalam asam, tidak larut dalam air/alkohol, antiseptik, dan
toksisitasnya rendah. ZnEO bersifat non toksik dan digunakan untuk
perawatan pulpektomi. Ca(OH)2, bersifat mempunyai efek bakteriostatik atau
bakterisid (Harty, 2003).
3) Golongan semen
Bahan ini setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras,
sukar dimasukkan dalam saluran akar yang sempit, mudah terdesak keluar
melalui foramen apikal, iritasi, dan sulit dikeluarkan. Contoh : oxycloride,
oxysulfate, zinc oxyfosfat, zinc oxyeugenol (Harty, 2003).
4) Golongan plastis
a) Amalgam
Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu
suatu paduan antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. Amalgam pertama kali
diperkenalkan oleh Taveau pada tahun 1826 di Paris. Pada waktu pertama kali
diperkenalkan, amalgam disebut silver amalgam, karena bagian terbesar
komponennya adalah perak. Black adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam
publikasinya pada tahun 1896, komposisi alloy amalgam adalah :
- Ag (perak) 68,50%
- Sn (Timah putih) 25,50%
- Au (emas) 5%
- Zn (seng) 1%
Amalgam telah dikenal sebagai bahan pengisi retrograde sejak lama.
Dewasa ini para peneliti terus berusaha mencari alternatif bahan pengisi
retrograde selain amalgam. Tidak ada bahan pengisi retrograde yang
ideal. Amalgam sebagai bahan pengisi retrograde memiliki Kekurangan: yaitu

8
kebocoran marginal, korosi, kontaminasi merkuri pada jaringan periapikal,
beberapa alloy sensitif terhadap kelembaban, memerlukan preparasi untuk
undercut dan dapat mewarnai jaringan lunak dan jaringan keras (Harty,
2003).
b) Gutta percha
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap
jaringan periradikuler dengan kombinasi semen saluran akar (siler) yang dapat
menginduksi pembentukan jaringan keras (respon osteogenic) den
merangsang penutupan apeks. Gutta percha tersedia dalam dua bentuk yang
mengalami dua fase yaitu: fase β dan fase α. Struktur isomer gutta percha
adalah trans-7, 4-polyisoprene, dimana memiliki struktur yang teratur yang
dapat mengalami kristalisasi sehingga tampak keras dan kaku. Untuk
mendapatkan kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan memiliki
sifat plastis maka gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan
dengan wax, zinc oxide, calsium hidroxide. Untuk mendapatkan suatu
pengisian yang hermetis sangat perlu diketahui sifat-sifat material gutta percha
point (Harty, 2003).
c) Pasta dan semen
Pasta dan Semen dapat dibagi dalam lima kelompok, berbahan dasar zinc
okside eugenol, resin komposit, guttap perca, bahan adhesif dentin, dan bahan
yang ditambah obat – obatan.
 Zinc oxide eugenol
Semen oksida dan seng eugenol adalah suatu semen tipe sedative
yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cair, dan berguna
untuk basis insulatif (penghambat). Bahan ini juga sering digunakan untuk
balutan sementara. pH-nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu
semen dental yang paling sedikit mengiritasi (Harty, 2003). Eugenol memiliki
efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah salah satukelebihan jenis
semen tersebut. Kelebihan lainnya adalah kemampuan semen
untukmeminimalkan kebocoran micro, dan memberikan perlindungan
terhadap pulpa. Bahan ini paling sering digunaakan ketika merawat lesi-lesi

9
karies yang besar. Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol
relatif lemah. Di tahun tahun terakhir ini mulai diperkenalkan semen-semen
oksida seng eugenol yang telah disempurnakan. Salah satu produk OSE
(Oksida Seng Eugenol) yang diperkuat dan cukup terkenal adalah produk yang
menggunakan polimer sebagai penguat. Selain itu, partikel-partikel bubuk
oksida seng telah “dirawat permukaan” untuk menghasilkan ikatan partikel-
partikel ke matriks yang lebih baik. Hal ini menghasilkan kekuatan yang lebih
besar dan durabilitas (masa pakai) yang lebih lama digunakan sebagai bahan
tambalan sementara. Sejumlah bahan lain, seperti resin hidroginase, dapat juga
dijumpai dalam beberapa produk. Kegunaan seng oksida eugenol yaitu
sebagai restorasi sementara dan menengah, bahan perekat/pengikat sementara
dan permanen untuk restorasi (Harty, 2003).
 Resin komposit
Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan
penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat komposit. Gabungan
matriks dan serta dapat menghasilkan komposit yang mempunyai kekuatan
dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional seperti keluli. Bahan
komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah berbanding dengan
bahan konvensional. Ini memberikan implikasi yang penting dalam konteks
penggunaan karena komposit akan mempunyai kekuatan dan kekakuan
spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional. Implikasi kedua ialah
produk komposit yang dihasilkan akan mempunyai kerut yang lebih rendah
dari logam (Harty, 2003).

10
BAB 3. PEMBAHASAN

Perawatan endodontik merupakan salah satu perawatan yang sering dilakukan


secara multivisit oleh kebanyakan dokter gigi, namun belakangan ini paradigma
ini mulai ditinggalkan. Adanya perkembangan dari alat dan bahan untuk
melakukan prosedur ini maka perawatan endodontik kini dapat dilakukan hanya
dalam satu kali kunjungan, namun hal ini masih menimbulkan banyak
kontroversi. Penelitian terkini mendapatkan hasil statistika yang tidak terlalu
signifikan antara perawatan endodontik multivisit dan sekali kunjungan ditinjau
berdasarkan nyeri pasca operasi dan juga prognosis jangka panjang.
Pada jurnal ini didapatkan hasil penelitian bahwa terdapat kesamaan
keberhasilan dan penyembuhan jaringan pada perawatan endodontik multivisit
maupun sekali kunjungan. Pada kasus infeksi saluran akar tanpa periodontitis
apikalis menunjukkan frekuensi penggunaan obat anti nyeri setelah obturasi
saluran akar. Namun untuk kasus disertai periodontitis apikalis menunjukkan pada
perawatan sekali kunjungan didapatkan penyembuhan jaringan yang lebih baik,
dan frekuensi nyeri yang rendah
Para penulis menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi komplikasi pasca
operasi pada perawatan endodoktik multivisit kemungkinan karena faktor terkait,
termasuk mekanik, cedera kimia, atau mikrobiologis dari jaringan periapical.
Komplikasi ini dapat tergantung dari kontaminasi debris pada saat ekstrusi saluran
akar, berubahnya microbiota dalam system saluran akar, preparasi saluran akar
yang tidak sempurna, jenis perawatan, medikasi intrakanal, atau penggunaan
bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi.
Penelitian ini dapat digunakan para dokter untuk memilih perawatan yang
akan dilakukan, baik multivisit atau sekali kunjungan pada kasus pulpa vital
maupun non-vital, dengan atau tanpa periodontitis apikalis, karena tidak
menunjukkan perbedaan dari kedua macam perawatan ini. Perawatan sekali
kunjungan disarankan pada kasus dengan periodontitis apikalis karena tingkat
keberhasilan lebih tinggi dan nyeri pasca operasi lebih rendah, namun dokter
dapat meminimalisir nyeri pasca operasi dengan memberikan obat anti nyeri.

11
Infeksi pulpa biasanya disebabkan karena karies, trauma, atau prosedur
operatif ang kurang tepat sehingga menyebabkan bakteri masuk kedalam kamar
pulpa. Infeksi pulpa dapat berkembang menjadi nekrosis pulpa dengan
periodontitis apikalis. Pada pemeriksaan radiografi terdapat gambaran radiolusent
pada apical gigi yang berada di bawah saluran akar utama maupun saluran akar
assesoris. Maka dari itu, keberhasilan perawatan di pengaruhi oleh efektiftitasnya
pembersihan saluran akar dan kemudian cairan yang terdapat di bawah foramen
apical akan hilang sepenuhnya dan mendorong proses penyembuhan pada region
foramen apikalis. Factor lain yang mempengaruhi keberhasilan adalah pertemuan
selama perawatan saluran akar. Secara umum biasanya dibutuhkan duakali
kunjungan untuk memastikan tidak ada keluhan sebelum dilakukan obturasi
saluran akar. Terkadang, terdapat beberapa factor yang menyebabkan infeksi
ulang yang disebabkan oleh adanya lekage dari apical dan tumpatan di koronal,
kegagalan dalam mengeliminasi bakteri yang ada di dalam saluran akar atau di
dalam tubuli dentin. Kemudian rasa sakit setelah obturasi dalam perawatan
saluran akar mengindikasikan tidak adekuatnya prognosis dan menirunkan
kemungkinan kesuksesan jangka panjang. Angka kejadian rasa sakit dan
pembengkakan selama perawatan saluran akar berkisar antara 0 – 65 %, dan kasus
ini selalu di ikuti dengan kasus emergensi dan sering membutuhkan kunjungan
tambahan untuk menanganinya.
Perawatan saluran akar dapatdilakukan dengan teknik one visit. Teknik ini
diharapkan dapat memberikan hasil yang baik. Banyak pasien yang tertarik untuk
melakukan teknik ini dikarenakan minimnya kunjungan dan lebih murah. Dalam
beberapa study teknik ini dapat efektif mengeliminasi inflamasi pada gigi vital
dan gigi non vital. Kemudian dalam penelitian, di teliti frekuensi rasa sakit pada
single visit teknik yang dilakukan pada gigi vital di bandingkan dengan gigi non
vital dengan maupun tanpa periapikal periodontitis.

12
3.1 Metode Penelitian
3.1.1. Subyek penelitian
Total ada 110 gigi yang telah di seleksi dari pasien yang datang ke Military
Dental Centre, Savar Cantonment, Dhaka. Gigi dengan atau tanpa gambaran
radiolusent did aerah periapikal (dengan diameter kurang dari 5mm) yang di
diagnosis dengan foto radiografi periapikal dan dibutuhkan perawatan endodontic
menjadi subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan secara cross section yang
dilakukan pada bulan maret 2016 sampai Februari 2017. Ekslusi kriteria dalam
penelitian ini adalah pasien dengan penyakit sistemik , pasien hamil dan pasien
dengan imuncomromise. Selain itu, gigi dengan adanya kalsifikasi pada saluran
akar dan gigi dengan perawatan saluran akar ulang merupakan salah satu ekslusi
kriteria. Masing masing peserta penelitian telah berpengalaman dan telah
melakukan persetujuan tertulis. Kemudian dilakukan pemeriksaan klinis dan
radiologis. Beberapa gigi dilakukan pemeriksaan vitalitas pulpa menggunakan
pulpa elekrtik tester dan foto radiografi periapikal pada saat pre-operatif untuk
menmeriksa morfologi saluran akar, status periodontal dengan melihat adanya lesi
periapikal dengan gambaran radiolusent. Lima puluh lima gigi vital dan
mengalami inflamasi dilakukan perawatan one visit dan lima puliuh lima gigi non
vital dengan atau tanpa lesi peiapikal juga dilakukan perawatan saluran akar one
visit.

13
3.2.2. Prosedur perawatan

Foto 1 : memperlihatkan representative dari foto radiografi dari prosedur


perawatan dari gigi vital (kolom atas) dan gigi non vital (kolom bawah)

Foto 1 menunjukkan prosedur penatalaksanaan gigi vital dan non vital.


Setelah gigi di preparasi dan di isolasi, open akses sesuai dengan letaksaluran
akar dan bersihkan jaringan nekrosis pada bagian koronal. Kemudian saluran akar
yang sudah di bersihkan di ukur dan ditentukan panjang kerja. Lakukan preparasi
secara biomechanical pada saluran akar menggunakan protapper filr dan irigasi
menggunakan 2,5% NaCl dan EDTA. Agar semear layer terangkat dengan cairan
EDTA dan kemudian di gunakan clorheksidin 2%. Sakuran akar di keringkan
dengan menggunakan paper point steril dan di obturasi dengan menggunakan
protapper GP menggunakan kalsium hidroksida dan sealer (sealapex). Kemudian
open akses di restorasi menggunakan restorasi permanen. pasien dilakukan control
untuk mengevaluasi rasa sakit pada hari ke 2 dan 7 setelah perawatan selesai.
Rasa sakit di evaluasi menggunakan rasa tidaknyaman namun tidak
memperhatikan durasinya, kebutuhan obat analgesic, toleransi rasa sakit,
gangguan pada aktivitas sehari hari atau pada saat tidur, dan gangguan pada saat
mengunyah.

14
Frekuensi dan derajad rasa sakit di ukur dengan verbal descriptive skala. Yaitu
skala 0 : tidak ada rasa sakit ; skala 1 : sakit ringan atau rasa tidak nyaman namun
tidak membutuhkan obat ; skala 2 : rasa sakit dan dapat di toleransi dengan
analgesic ; skala 3 : sakit parah dengan tidak dapat di toleransi dengan analgesic.
Kemudian hasil dari pengukuran di analisa menggunakan SPSS versi 17 dan nilai
p 0,05< yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.

3.2 Hasil Peneltian


Total sampel 110 pasien (62 pria dan 48 pasien) perempuan) dirawat dengan
terapi one visit. Jenis kelamin pasien adalah sebagai berikut: 28 untuk laki-laki
dan 23 untuk wanita di Grup I dan 34 untuk pria dan 25 untuk wanita di Grup II.
Perbedaan antara dua kelompok itu tidak signifikan secara statistik (p> 0,05). Usia
pasien berkisar antara 15 hingga 45 tahun.
Usia rata-rata adalah 29,8 ± 8,1 (kisaran: 16 hingga 45 tahun) dan 29,3 ± 9,0
tahun (berkisar antara 15 hingga 45 tahun, di grup I dan II. Perbedaan antara usia
rata-rata dua kelompok tidak signifikan (p> 0,05). Namun, semua karakteristik
dasar seperti pekerjaan, posisi gigi yang terlibat, riwayat dan kondisi periodontal
juga tidak signifikan.

Tabel I menunjukkan perbandingan status nyeri antara dua kelompok. Di


antara 110 gigi yang dirawat, 18 pasien merasakan nyeri ringan, 11 sedang, 4
berat dan 77 pasien tidak mengalami rasa sakit. Di sisi lain, 88 pasien tidak

15
merasakan sakit dan sisanya menunjukkan nyeri ringan dan sedang yang masing-
masing adalah 19 dan 3. Ketika perbedaan rasa sakit antara kedua kelompok
dinilai, ditemukan bahwa pada post-obturasi kedua; nyeri ringan (10,9 vs 21,8%),
nyeri sedang (9,1 vs 10,9%) dan sakit parah (3,6 vs 3,6%) ditemukan pada kedua
kelompok (Tabel I). Selain itu, tidak ada rasa sakit yang dialami ditemukan 76,4
dan 63,6% di Grup I dan II. Perbedaan antara dua kelompok tidak signifikan (p =
0,435). Pada hari ke 7 pasca- hari pertama, kedua kelompok mengalami nyeri
ringan (14,5 vs 20%), nyeri sedang (0,0 vs 5,5%). Dan mengalami perasaan tidak
sakit 85,5 dan 74,5% masing-masing Grup I dan II. Lagi-lagi hasil dari frekuensi
nyeri antara kedua kelompok adalah non -significant (p = 0,371).

3.3 Diskusi dan Pembahasan


Ada variasi dalam desain penelitian, rasa sakit yang berbeda pengukuran,
kondisi pra-operasi gigi, berbagai teknik persiapan dan perolehan, dan metode
pengumpulan dan analisis data nyeri pasca-obturasi. Oleh karena itu,
Perbandingan antara studi tentang rasa sakit tidak mudah. Oleh karena itu,
evaluasi jangka panjang diperlukan untuk menilai keberhasilan aktual klinis
endodontik pengobatan yang tidak mungkin dilakukan dalam jangka pendek.
investigasi menggunakan kriteria ada tidaknya rasa sakit pasca operasi. Sebuah
studi sebelumnya melaporkan nyeri pasca operasi dapat menjadi indikasi klinis
keberhasilan perawatan saluran akar.
Dalam kasus perawatan saluran akar tunggal di pulpa vital meradang, 76,4%
peserta tidak merasa sakit hari ke 2 diikuti oleh 8,5% pada hari ke 7. Sisanya gigi
mengalami nyeri pulpa sedang sakit hari ke 2 dan menghilang hari ke 7. Ada
beberapa penelitian koresponden dengan penelitian ini meskipun 90% merawat
gigi dengan kunjungan tunggal, perawatan saluran akar memiliki sedikit atau
tidak ada rasa sakit pada akhir 1 hari diikuti oleh 99% pada satu minggu.
Selanjutnya, studi lain mengungkapkan tingkat keberhasilan 90% setelah satu
minggu. Namun, tingkat keberhasilannya menurun di kelompok tempat
kunjungan perawatan saluran akar tunggal dilakukan pada gigi non vital. Saat ini
studi menunjukkan bahwa tidak ada rasa sakit yang dirasakan oleh 35 dan 45

16
peserta pada hari ke-2 dan hari ke-7 pasca-obtirasi. Gigi yang tersisa memiliki
gigi nyeri ringan (12 pada hari 2 dan 11) dan nyeri sedang pada 6 dan 3 kasus
pada kedua periode observasi. Mulhern et al. (1982) melaporkan bahwa 26,7%
peserta merasakan sakit setelah 1 hari diikuti oleh 6,7% setelah 1 minggu.
Selanjutnya, Pekruhnet et al. (1981) melaporkan 15,6% kasus memiliki
kondisinya relatif menyakitkan sedangkan Kane et al. (1999) menemukan
ketidaknyamanan berkepanjangan dalam dua kasus 80 gigi. Meskipun persentase
yang lebih tinggi nyeri post obturasi ditemukan pada hari ke-dua hari kedua
kelompok penelitian ini, secara bertahap menurun dengan meningkatnya periode
observasi.
Hasil serupa juga dilaporkan oleh Al-Negrish dan Al Habahbeh, (2006)
Mulhern et al. (1982). Perawatan ulang atau ekstraksi gigi harus tampil dalam
kasus di mana rasa sakit tetap bertahan bahkan setelah pengamatan tujuh hari
periode Penelitian ini menunjukkan bahwa rasa sakit itu secara signifikan lebih
tinggi pada pasien yang lebih tua daripada yang lebih muda pasien (pada dan di
bawah 25 tahun), yang juga didukung oleh Torabinezad et al. (1998) dan Cheng et
al. (2006) Ditemukan bahwa frekuensi posting penyakit nyeri pada kelompok
lansia tinggi yang mungkin disebabkan oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau
kurangi untuk mentolerir rasa sakit. Ada juga beberapa alasan rasa sakit pasca
operasi di vital gigi setelah didapat. Ini termasuk jaringan pulpa ke saluran akar,
kebocoran iritasi melalui apeks, oklusi tinggi dan pasien gagal mempertahankan
instruksi pasca operasi.Di sisi lain, dalam kasus non-vital gigi, rasa sakit pasca-
obturasi dapat terjadi karena penyembuhan yang tidak memadai pada lesi, anaerob
yang konstan infeksi atau resorpsi akar. Selain itu, beberapa mikroorganisme
dikatakan memiliki kemampuan bertahan melawan pertahanan kekebalan tubuh
dan bertahan di jaringan periradicular. Terkadang mungkin menghasilkan matriks
ekstraseluler atau pelindung plak. Dua spesies mikroorganisme seperti
Actinomycosis israeli dan propionicum memiliki kemampuan untuk mencegah
penyembuhan setelah saluran akar pengobatan.

17
3.4 Pembahasan Pertanyaan Kelompok D “Single visit vs multiple visit for
endodontic treatment: A review”
1. Pada kasus 1 tidak mengaplikasikan sealer sedangkan pada kasus 2
diaplikasikan sealer, apakah ada perbedaan diantara keduanya?
Pada kasus 2 diaplikasikan sealer, sedangkan pada kasus 1 disebutkan
obturasi dilakukan dengan menggunakan kombinasi kondensasi lateral dan
teknik warm gutta percha menggunakan System B tip (Sybron) dan injeksi
panas. Namun, dari hasil perawatan kasus 1 dan kasus 2 menunjukkan hasil
yang positif. Hal ini mungkin dikarenakan fungsi injeksi gutta percha sama
seperti sealer MTA, yaitu dapat membunuh mikroorganisme (Dennis, 2017).
2. Menurut kelompok kalian lebih baik teknik one visit atau multivisit?
Pertimbangan apa yang mendasari pilihan kalian?
Pertimbangan yang paling penting berada pada keterampilan dan
kemampuan operator dan tingkat kesulitan kasus. Jika pengalaman dan
kemampuan operator belum memadai untuk melakukan perawatan
endodontic yang kompleks misalnya pada perawatan akar ganda, maka
peraatan multivisit akan menjadi pilihan yang tepat.
Menurut Dennis (2017), perawatan saluran akar dengan satu kunjungan
lebih aman. Perawatan sekali kunjungan ini lebih aman pada gigi vital dan
non-vital, dan bahkan gigi dengan kelainan periapikal. Pemahaman
menyeluruh tentang prinsip-prinsip endodontik dasar penting dalam
mempertimbangkan setiap kasus secara individual sebelum membuat
keputusan apakah dapat diselesaikan dalam satu kunjungan atau tidak.
Keefektifan perawatan saluran akar sekali kunjungan dan kunjungan yang
lebih dari sekali tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, ketika penggunaan obat
intracanal mungkin tidak diperlukan oleh operator selama perawatan sekali
kunjungan, operator akan dengan hati-hati membersihkan saluran akar
tersebut menggunakan irigasi antimikroba yang memadai.
Ketidaknyamanan/nyeri pasca operasi juga serupa, meskipun pasien yang
menjalani PSA sekali kunjungan mungkin mengalami frekuensi

18
pembengkakan yang lebih tinggi dan lebih cenderung menggunakan
analgesik.
Tingkat keberhasilan dan jumlah komplikasi pasca operasi tergantung
pada kriteria pemilihan dan kondisi pasien. Tingkat keberhasilan tergantung
pada keterampilan yang dimiliki dokter dan teknik persiapan. Tingkat
keberhasilan dan prevalensi nyeri post-operatif dari satu kali kunjungan atau
beberapa kali kunjungan tidak memiliki perbedaan yang signifikan (Swetah
and Ranjan, 2017).
3. Apakah penyakit nekrosis pulpa dengan periodontitis apikalis benar-
benar dapat dilakukan perawatan dengan one visit?
Jika pada case report 2 didalam jurnal “Single Visit Endodontic in the
Management of Symptomatic Irreversible Pulpitis and Pulp Necrosis with
Apical Periodontitis: Report of Two Cases” disebutkan bahwa nekrosis pulpa
disertai periodontitis apikalis yang dilakukan satu kali kunjungan dengan
menggunakan bahan - bahan irigasi yg digunakan 2,5% sodium hipoklorit
dan 17% EDTA menunjukan hasil bahwa irigasi menggunakan natrium
hipoklorit lebih efektif dalam pengendalian infeksi saluran akar dari pada
penggunaan dresing calsium hidroxide antar kunjungan, sehingga lebih
efektif jika melakukan perawatan single visit. Kerugian perawatan satu kali
kunjungan adalah melelahkan pasien karena membuka mulut dalam jangka
waktu yang cukup lama, bila terjadi flare up pada perawatan kunjungan ganda
lebih mudah dilakukan drainase, tidak semua kasus dapat dilakukan dengan
perawatan endodontik satu kali kunjungan bila terjadi perdarahan atau
terdapat eksudat menjadi sulit untuk mengontrol dan menyelesaikan pada
kunjungan yang sama, dan tidak dapat dilakukan untuk kasus-kasus sulit
misalnya akar yang bengkok, adanya kalsifikasi, atau adanya saluran ganda
(Wahi MJ, 2008).
Pada jurnal lain “Perawatan Saluran Akar pada Gigi Incisivus Sentral dan
Lateral Maksila dengan Perbedaan Status Pulpa: Laporan Kasus”
menyebutkan bahwa perawatan endodontik sistem saluran disertai dengan
periodontitis apikal yang dirawat dua kali kunjungan dengan medikasi antar

19
kunjungan menggunakan kalsium hidroksida memiliki status mikrobiologis
yang lebih baik dibandingkan dengan yang dirawat dalam satu kali
kunjungan. Penelitian menunjukkan bahwa instrumentasi dan irigasi pada
perawatan saluran akar mengurangi jumlah mikroorganisme tetapi tidak
menghilangkan seluruhnya, sehingga dibutuhkan dressing intrakanal dengan
bahan rekomendasi yaitu Kalsium Hidroksida (Sornkul, 1992).

3.5 Pembahasan Pertanyaan Kelompok H “Single visit vs multiple visit for


endodontic treatment: A review”
1. Dovgan carrier itu yang seperti apa?
Dovgan Carrier merupakan sebuah alat yang dirancang untuk
menangani berbagai aplikasi MTA klinis mulai dari perbaikan perforasi
internal hingga pengisian saluran akar. Alat ini memiliki batang push NiTi
dan dapat ditekuk (sesuai keinginan) untuk penempatan presisi selain
kemudahan penggunaan. Dengan diameter luarnya, ia dirancang untuk
memasukkan MTA langsung ke puncak saluran akar. Semua Dovgan MTA
Carriers memiliki kunci luar yang dapat dilepas dan dapat dengan mudah
diubah jika terjadi penyumbatan atau kerusakan.
Instrument ini juga dapat digunakan untuk pengisian gutta percha
dengan konsistensi yang lebih padat dan kuat. Dovgan carrier dapat
digunakan jika ujung plugger yang tidak berfungsi atau menyentuh dasar,
atau explorer dengan ujung ultrasonik selama proses kondensasi. Dovgan
carrier memiliki keuntungan yaitu dapat meningkatkan aliran dan
pengisiannya menjadi lebih padat. Penggunaan instrument ini juga dapat
meningkatkan radiodensitas pada gambaran radiografi pasca operasi (Dutta,
2014).

20
Gambar. Dovgan Carrier
2. Mengapa plugger stainless steel lebih direkomendasikan dibandingkan
dengan plugger Ni-Ti?
Plugger stainless steel lebih direkomendasikan dibandingkan dengan
plugger Ni-Ti karena plugger stainless steel memiliki kelebihan:
 Plugger stainless steel dibuat untuk mendapatkan hasil kondensasi
lateral yang presisi dan optimal.
 Derajat fleksibilitasnya tinggi saat melakukan prosedur klinis.
 Tahan Korosi.
 Lebih cocok untuk saluran akar yang lurus sedangkan untuk
saluran akar yang bengkok lebih direkomendasikan menggunakan
plugger Ni-Ti meskipun plugger stainless steel diklaim memiliki
daya lentur yang bagus.
3. Bagaimana prosedur doube seal dan apakah harus selalu memakai
bahan IRM?
Pada perawatan saluran akar, saluran akar diirigasi dengan larutan
sodium hipoklorit 2% dan dikeringkan dengan papper point yang steril dan
didressing dengan kalsium hidroksida. Pada perencanaan restorasinya,
diberikan selapis kapas Zinc Phosphat Cement pada kamar pulpa. Kemudian
bahan Intermmediate Restorative Material (IRM) ditempatkan pada bagian
kavitas akses di bagian palatal sehingga membentuk “doube seal” yang pada
akhirnya direstorasi dengan menggunakan resin komposit. Bahan
Intermmediate Restorative Material (IRM) sebagai intermediet material
dapat diganti dengan bahan yang lain. Bahan tersebut salah satu contohnya
adalah GIC.

21
BAB 4. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dasar pertimbangan dalam penentuan perawatan endodontik satu kali
kunjungan (one visit treatment) dan perawatan endodontik beberapa kali
kunjungan (multi visit treatment) berada pada tingkat kesulitan suatu kasus beserta
tingkat kemampuan operator yang menangani. Perawatan endodontik satu kali
kunjungan memiliki beberapa keuntungan, diantaranya: (a) jumlah kunjungan
pasien berkurang, (b) mengeliminasi kemungkinan kontaminasi mikroba antar
kunjungan, (c) mengurangi risiko trauma, (d) ruang saluran akar dapat segera
digunakan untuk retensi pasak, dan (e) mempermudah dokter gigi untuk
melakukan obturasi saluran akar karena lebih familiar dengan anatomi saluran
akarnya. Sedangkan dengan perawatan endodontik beberapa kali kunjungan,
insiden angka flare up cenderung lebih rendah.
Perawatan saluran akar single visit merupakan salah satu pilihan perawatan
saluran akar yang menjanjikan untuk perawatan gigi vital yang terinflamasi
maupun gigi nonvital dengan atau tanapa lesi periapikal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dennis D,. 2018. Similar success rates were achieved in single- and multiple visit
endodontic treatment, The Journal of Evidence-Based Dental Practice, doi:
https:// doi.org/10.1016/j.jebdp.2018.10.003.
Dennis, Cut Nurliza. 2017. Single Visit Endodontic in the Management of
Symptomatic Irreversible Pulpitis and Pulp Necrosis with Apical
Periodontitis: Report of Two Cases. Int J Dentistry Oral Sci. 4(2), 418-421
Dutta, A., & Saunders, W. P. 2014. Calcium silicate materials in endodontics.
Dental Update, 41(8), 708-722.
Harty F. J. 2003. Endodontik Klinis alih bahasa Lilian Yuono. Jakarta:
Hipokrates.184-213.
Moreira MS, Anuar ASN-S, Tedesco TK, dos Santos M, Morimoto S. 2017.
Endodontic treatment in single and multiple visits: an overview of systematic
reviews. Journal of Endodontic 43(6):864-70.
Musale P., Khotare S., Soni A. 2018. Mineral trioxide aggregate pulpotomy:
patientslection and persepectives. Journal of Clinical, Cosmetic and
Investigetional Dentistry.
Pasril, Yusrini. 2017. Perawatan saluran akar pada gigi incisivus sentral dan
lateral maksila dengan perbedaan status pulpa: Laporan kasus. Insisiva Dental
Journal, Vol. 6 No.1
Rachmawati M., Fadil M,. Sukartini E., Armilia M. 2011. Perawatan saluran akar
satu kali kunjungan pada gigi insisivus dengan nekrosis pulpa tanpa lesi
periapikal (laporan kasus). Journal of Dental, Jaw and Face Development and
Science volume 10.
Rustin Savitri Andari, Retnowati Endang. 2007. Perawatan Saluran Akar Satu
Kali Kunjungan Pada Gigi Premolar Kedua Kiri Mandibula Dengan Nekrosis
Pulpa Disertai Lesi Periapikal, Majalah Kedokteran Gigi 2007, XIV (1),
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=10297, 27 April 2019.
Sornkul, E. a. 1992. Strength of roots before and after endodontic treatment and
restoration. Journal of Endodontics, 440443.
Swetah C., Ranjan M. 2017. Single visit vs. multiple visits for endodontic
treatment: A review. International Journal of Scientific Development and
Research
Torsten H,. John D. 2003. The use and predictable placement of mineral trioxide
aggregate in one visit apexification cases. Australian Endodontic Journal
volume 29.

23
Wahi MJ. 2008. Single visit endodontics. In: Garg N, Garg A. Textbook of
endodontics. Ontario: Unipress Pub; Available at:
www.endoweb.com/dentist/ mjwsvel.htm

24

Anda mungkin juga menyukai