Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan dari tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kondisi kelelahan setiap orang biasanya berbeda-beda, tetapi semuanya bermuara
pada kehilangan efisiensi dan penurunan ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan
bahwa kelelahan berperan dalam menjaga homeostatis tubuh.
Kelelahan otot adalah ketidakmampuan otot untuk berkontraksi dan
memetabolisme bahan-bahan yang dibutuhkanuntuk menghasilkan pengeluaran
kerja yang sama, walaupun impuls saraf berjalan secara normal dan potensial aksi
normal menyebar ke serabut otot.
Aktifitas kontraktil di otot tidak bisa berlangsung terus menerus. Pada
akhirnya ketegangan otot menururn seiring dengan timbulnya kelelahan. Jenis
kelelahan: kelelahan otot, kelelahan neuromoskuler dan kelelahan sentral. sifat
kelelahan dapat terjadi secara lokal atau menyeluruh, kelelahan yang menyertai
olahraga endurance, kelelahan dan kinerja olahraga.
Kelelahan dapat diklasifikasikan menjadi kelelahan yang berlokasi di
sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan pusat dan kelelahan yang
berlokasi di luar saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan perifer.

1
BAB II
DASAR TEORI

1. Definisi Kelelahan Otot


Menurut Suma’mur (2009) kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat
kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik
yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi
semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot
yang kuat dan lama , di mana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam
jangka waktu tertentu. Kelelahan otot menunjuk pada suatu proses yang
mendekati definisi fisiologis yang sebenarnya yaitu berkurangnya respons
terhadap stimulasi yang sama. (Wignjosoebroto, 2000)
Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi
semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh
(Suma’mur P.K., 1996). Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak
hilang waktu istirahat (Yayasan Spirita, 2004). Istilah kelelahan mengarah
pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun
itu bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat
adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan
mental atau mental fatigue (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003). Menurut
Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemuliham
setelah istirahat.

Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat


kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan
peluangterjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara
statispun(static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup
lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot,
tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang
bersifat berulang (repetitive) (Nurmianto, 2003).

2
2. Jenis-jenis Kelelahan Otot
Kelelahan dapat diklasifikasikan menjadi kelelahan yang berlokasi di
sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan pusat dan kelelahan yang
berlokasi di luar sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan perifer.
a. Kelelahan Pusat
Kelelahan pusat disebabkan karena kegagalan sistem saraf pusat
merekrut jumlah dan mengaktifkan motor unit yang dilibatkan dalam
kontraksi otot. Padahal kedua hal tersebut berperan dalam besarnya
potensial yang dihasilkan selama kontraksi otot. Dengan demikian,
berkurangnya jumlah motor unit dan frekuensi pengaktifan motor unit
menyebabkan berkurangkan kemampuan kontraksi otot.
b. Kelelahan Perifer
Kelelahan perifer merupakan kelelahan yang disebabkan karena
faktor di luar sistem saraf pusat.Kelelahan perifer tersebut disebabkan
ketidakmampuan otot untuk melakukan kontraksi dengan maksimal yang
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah gangguan pada
kemampuan saraf, kemampuan mekanik kontraksi otot, dan kesediaan
energi untuk kontraksi. Kelelahan pada gangguan saraf merupakan
gangguan neuromuscularjunction, ketidakmampuan sarcolemma
mempertahankan konsentrasi Na+ dan K+ sehingga menurunkan
depolarisasi sel dan amplitudo potensial aksi. Gangguan pada saraf
tersebut akan berdampak pada berkurangnya kemampuan perambatan
impuls dan ketidakmampuan membran otot untuk mengkonduksi potensial
aksi. Gangguan perambatan impuls sehingga menuntut frekuensi stimulus
yang tinggi.
(Grandjean, 2000)

3. Mekanisme Kelelahan Otot (Fatigue)


Kontraksi merupakan hal terpenting dari otot. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan adenosin triposphate (ATP) sebagai energi kontraksi.Mekanisme
kontraksi otot berlangsung melalui daur reaksi yang kompleks.Hal ini dapat

3
dijelaskan melalui teori pergeseran filamen (sliding filament theory).
Keseluruhan proses membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP yang
disimpan dalam kepala miosin. Tahapan kontraksi otot hingga relaksasi.
Pada neuromuscular junction, asetilkolin dilepaskan dari synaptic terminal
menuju reseptor dalam sarkoma. Hasil perubahan potensial transmembran dari
serabut otot akan menghasilkan pontensial aksi yang menyebar melintasi
seluruh permukaan dan sepanjang tubulus T. Retikulum sarkoplasma
melepaskan cadangan ion kalsium, sehingga meningkatkan konsentrasi
kalsium di sarkoplasma dan sekitar sarkomer. Ion Kalsium berikatan dengan
troporin dan menghasilkan perubahan orientasi kompleks troponin-
tropomiosin yang terlihat pada bagian yang aktif dari aktin, meosin cross
bridge terbentuk pada saat kepala miosin berikatan dengan bagian yang aktif.
Kontraksi otot dimulai sebagai siklus yang berulang dari meosin cross bridge.
Siklus ini terjadidengan adanya hidrolisa ATP. Proses ini menimbulkan
pergeseran filamen dan pemendekan serabut otot. Pontensial aksi dibangkitkan
dengan adanya pemecahan asetikolin oleh asitilkolinesterase. Retikulum
sarkoplasma akan menyerap kembali ion kalsium sehingga konsentrasi ion
kalsium menurun.
Saat mendekati fase istirahat, kompleks troponin-tropomiosin akan
kembali ke posisi awal. Sehingga mencegah interaksi cross bridge lebih lanjut.
Tanpa interaksi cross bridge lebih lanjut maka pergeseran filamen tidak akan
timbul dan kontraksi akan berhenti. Relaksasi otot akan terjadi dan otot akan
kembali secara pasif pada resting lenght.
Selama ATP tersedia daur tersebut dapat terus berlangsung. Pada keaadan
kontraksi, ATP yang tersedia didalam otot akan habis terpakai 1 detik. Oleh
karena itu ada jalur metabolisme produktif yang menghasilkan ATP. ATP
dengan bantuan kretin kinase akan segera menjadi kretin pospat. Persediaan
kretin pospan ini hanya cukup untuk beberapa detik, selanjutnya ATP
diperoleh dari posforilasi oksidatif. Apabila oksigen tidak cukup maka asam
piruvat akan diubah menjadi asam laktat, yang apabila menumbuk akan terjadi
kelelahan otot.

4
Selama latihan berat banyak oksigen dibawa kedalam otot, tetapi oksigen
yang mencapai sel otot tidak cukup. Asam laktat akan menumpuk dan
berdifusi ke dalam cairan jaringan dan darah. Keberadaan asam laktat di
dalam darah akan merangsang pusat pernafasan sehingga frekuensi dan
kedalaman napas pun meningkat. Hal ini berlangsung terus-menerus, bahkan
setelah kontrasi itu selesai sampai jumlah oksigen cukup untuk
memungkinkan sel otot dan hati mengoksidasi asam laktat dengan sempurna
menjadi glikogen.
(Sherwood, 2014)

4. Faktor Penyebab Kelelahan Otot


Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang
menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain:
a. Penumpukan Asam Laktat
Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam
laktat telah lama dicurigai. Penumpukan asam laktat pada intramuscular
dengan menurunnya puncak tegangan (ukuran dari kelelahan apabila rasio
asam laktat pada otot merah dan otot putih meningkat, puncak tegangan
otot menurun. Jadi bisa diartikan bahwa besarnya kelelahan pada serabut-
serabut otot putih berhubungan dengan besarnya kemampuan merea untuk
membentuk asam laktat. Pendapat bahwa penumpukan asam laktat
menyertai didalam proses kelelahan selanjutnya diperkuat oleh fakta
dimana dua mekanisme secara fisiologi yanga karenanya asam laktat
menghalang-halangi fungsi otot. Kedua mekanisme tersebut tergantung
kepada efek asam laktat pada pH intraseluler atau konsentrasi ion
hydrogen (H). Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi H
meningkat, dan pH menurun. Di pihak lain, peningkatan konsentrasi ion H
mnghalangi proses rangkaian eksitasi, oleh menurunnya sejumlah Ca yang
dikeluarkan dari reticulum sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikat
troponin. Peningkatan konsentrasi ion H juga menghambat kegiatan
fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat didalam aerobic glikolisis.
Demikian lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP
untuk energi.
b. Pengosongan Penyimpanan ATP dan PC
Karena ATP merupakan sumber energi secara langsung untuk
kontraksi otot dan PC dipergunakan untuk Resintesa ATP secepatnya,
pengosongan Fosfagen intraseluler mengakibatkan kelelahan. Bahwa
kelelahan tidak berasal dari rendahnya fosfagen didalam otot. Penelitian

5
terhadap otot katak yang dipotong pada otot sartoriusnya. Sebagai contoh,
telah diingatkan bahwa selama kegiatan kontraksi, konsentrasi ATP
didaerah miofibril mungkin lebih berkurang daripada dalam otot
keseluruhan. Oleh karena itu, ATP menjadi terbatas di dalam mekanisme
kontraktil, walaupun hanya terjadi penurunan yang moderat dari jumlah
total ATP didalam otot. Kemungkinan yang lain adalah bahwa hasil energi
didalam pemecahan ATP lebih sedikit dari jumlah ATP yang tersedia
didalam batas-batas untuk kontraksi otot. Alasan dari penurunan ini
mungkin dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi ion H dalam
jumlah kecil sampai besar didalam intraseluler, dan merupakan penyebab
utama dari penumpukan asam laktat.
c. Pengosongan Simpanan Glikogen Otot
Seperti halnya dengan asam laktat dan kelelahan, hubungan sebab
akibat antara pengosongan glikogen otot dan kelelahan otot tidak dapat
ditentukan dengan tegas. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kelelahan selama periode latihan yang lama. Rendahnya tingkatan/level
glukosa darah, menyebabkan pengosongan cadangan glikogen hati.
Kelelahan otot lokal disebabkan karena pengosongan glikogen cadangan
otot.

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Persiapan Alat dan Bahan
(1) Ergometer
(2) Kimograf
(3) Sphygomomanometer
(4) Metronom
(5) Stopwatch
(6) Medline (meteran)
(7) Alat pengikat lengan atas
(8) Metras
(9) Manik-manik
(10) Dumbbell 0,5 kg
(11) Penggaris siku-siku besar
(12) Benang dan jarum jahit
(13) Penutup mata
(14) Lap putih

3.2 PROSEDUR

Prosedur Percobaan
Percobaan berikut dilakukan pada orang coba laki-laki dan perempuan.
Jika kaena suatu sebab tidak dapat dibuat berpasangan maka orang coba
dengan dengan jenis kelamin yang terbatas dapat dilakukan pada dua orang
coba dengan jenis kelamin yang sama.
Sebelum percobaan dimulai ukur dan lingkar lengan atas, lengan bawah,
panjang telapak tangan sampai ujung jari tengah dengan Medline (meteran).

1. Percobaan Kerja dan Istirahat pada Kelelahan Jari Tangan


1. Siapkan ergometer dan kimograf. Selanjutnya, atur posisi kedua alat
sedemikian rupa agar alat pencatat ergometer berada ditengah kertas
kimograf dan dapat dijalankan tanpa hambatan.
2. Dudukkan orang coba dalam posisi tegak lurus.
3. Orang coba meletakkan lengan bawah kanannya di atas landasan alat
ergometer sedang jari telunjuk memegang pelatuk penarik beban ergograf.
Sementara itu, tangan kiri diistirahatkan di atas meja (mata ditutup).

7
4. Lakukan tarikan setiap 3 detik mengikuti irama metronom dengan sekuat –
kuatnya tanpa mengikutsertakan jari lainnya, otot tangan dan legan.
Lakukan aktifitas ini sampai dengan penurunan hasil pencatatan
melampaui setengah tinggi pencatatan awal. Apabila pencatatan telah
menunjukkan setengah hasil pencatatan awal, orang coba dinyatakan telah
mengalami kelelahan. Pada saat melakukan percobaan, orang coba
hendaknya memusatkan perhatiannya pada tugas ini.
5. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu yang
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna, dan ekskresi keringat).
6. Segera setelah berhenti percobaan pada tangan kanan, tarik ergograf pada
tangan kiri segera dimulai dan lakukan pengamatan seperti pada tangan
kiri.
7. Ulangi percobaan butir 1-6 pada orang coba dengan jenis kelamin berbeda.
8. Catat seluruh hasil percobaan.

2. Pengaruh Pemijatan Pada Kelelahan


1. Percobaan ini dilakukan oleh 2 orag coba dengan jenis kelamin berbeda
yang lain.
2. Pasangkan manset sphygmomanometer pada lengan atas kanan dan kiri
orang coba dan pompalah manset sampai tekanan kurang lebih 20 mmHg
di bawah tekanan systole pada tangan kanan.
3. Lakukan tarikan ergograf setiap 3 detik menurut irama metronom sampai
terjadi penurunan pencatatan lebih dari setengah tinggi pencatatan awal.
4. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu yang
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna, dan ekskresi keringat).

8
5. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti, lakukan
pemijatan hingga kelelahan menghilang.
6. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu yang
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna, dan ekskresi keringat).
7. Ulangi percobaan pada butir 1-8 pada orang coba dengan jenis kelamin
berbeda.

3. Pengaruh Suhu Dingin dan Panas pada Kelelahan


1. Percobaan ini dilakukan oleh 2 orang coba dengan jenis kelamin yang
berbeda yang lain.
2. Lakukan tarikan ergograf dengan tangan kanan setiap 2 detik menurut
irama metronom sampai terjadi menurunan pencatatan lebih dari setengah
tinggi pencatatan awal.
3. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu yang
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna, dan ekskresi keringat).
4. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti, lakukan
pemaparan dengan sinar infra merah hingga kelelahan menghilang.
Pemajanan sinar infra red dilakukan dalam jarak 30 cm dari permukaan
kulit
5. Lakukan prosedur yang sama pada jari kiri. Segera setelah tarikan jari kiri
menunjukkan setengah panjang awal, celupkan lengan bawah ke dalam air
es dengan suhu 20○C selama 5 menit.
6. Selanjutnya lakukan tarikan ergograf kembali sampai timbul kelelahan.
7. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kiri berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi

9
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu yang
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna, dan ekskresi keringat). Catat waktu timbulnya kelelahan
8. Ulangi percobaan butir ke 1-8 pada orang coba dengan jenis kelamin
berbeda.
6. Pengaruh Beban Kerja Pada Kelelahan
1. Siapkan dua orang coba yang berbeda (laki-laki dan perempuan).
2. Orang coba dalam keadaan duduk tegak, dengan membawa dumbell
sebesar 0,5 kg. Lengan atas bergerak bebas.
3. Lakukan gerakan siku dengan pergelangan tangan setiap 1 detik sesuai
irama metronome dari samping ke depan.
4. hitung waktu dan jumlah gerakan hingga timbul kelelahan.

10

Anda mungkin juga menyukai