Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH DISKUSI

PENCEGAHAN GINGIVITIS DAN KARIES PADA ANAK

DOSEN PEMBIMBING
drg. Deby Kania Tri Putri, M.Kes

Disusun oleh
Rindha Aulia Rahmah 2231111320021
Dinda Andira Salsabila 2231111320001
Hasnaa Ramadhani P. P. 2231111320061

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KLINIK ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................................i

PEMBAHASAN.....................................................................................................1

1. Triad Pedodontic......................................................................................1

2. Metode Preventif......................................................................................3

2.1 Metode Non Invasif..................................................................................3

2.1.1 KIE dan DHE..................................................................................3

2.1.2 Kontrol Plak....................................................................................4

2.1.3 Penilaian Resiko Karies..................................................................7

2.1.4 CPP ACP.........................................................................................8

2.1.5 Topical Aplikasi Fluor..................................................................11

2.1.6 Fissure Sealant..............................................................................16

2.2 Metode Invasif........................................................................................23

2.2.1 Preventif Adhesif Restoration.......................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

i
PEMBAHASA

1. Triad Pedodontic

 Pedodontic triangle dijelaskan oleh DR. GZ Wright pada tahun 1975.

Pedodontic Triangle menjelaskan tentang hubungan antara anak, orangtua

dan dokter gigi.

 Anak berada pada puncak segitiga sebagai fokus perhatian orangtua dan

dokter gigi, sedangkan orang tua dan dokter gigi berada pada dasar

segitiga.

 Ketiganya saling terkait. panah menunjukkan bahwa komunikasi itu timbal

balik
PEMBAHASA
1
2

 Modified Pedodontic Triangle

Komunitas telah menjadi bagian utama dari semua komponen lingkungan.

Oleh karena itu, baru-baru ini parameter baru juga telah ditambahkan,

yaitu masyarakat. Penggambaran ini tampak lengkap dengan fakta bahwa

komunikasi itu timbal balik dan masyarakat datang ke tengah segitiga yang

menunjukkan bahwa metode manajemen dapat diterima oleh masyarakat

dan masyarakat adalah faktor penting yang mempengaruhi perawatan.

 Pediatric Dentistry Treatment Model

Kedokteran gigi anak adalah penggabungan dari semua cabang kedokteran

gigi dan sebagian besar komponennya telah diturunkan dari atau terkait

dengan cabang kedokteran gigi lain tetapi keempat prinsip yang menonjol

dalam spesialisasi ini adalah pencegahan, penilaian dan manajemen risiko,

psikologi anak dan manajemen perilaku. Vivek P et al. (2012) telah

mengusulkan model baru berdasarkan segitiga pedodontik dan

menyebutnya model perawatan kedokteran gigi anak yang menyajikan


3

bekas segitiga sebagai bujur sangkar yang memiliki dokter gigi anak,

dokter anak, keluarga dan masyarakat yang memainkan peran penting

dengan pasien anak adalah pusat perhatian. (Marwah, 2019; McDonald,

2020)

2. Metode Preventif

2.1 Metode Non Invasif

Metode pencegahan non-invasif adalah suatu usaha pencegahan yang

sederhana tanpa pengambilan jaringan keras dan/atau lunak gigi. Metode ini

meliputi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terhadap orang tua dan

anak mengenai cara membersihkan gigi, modifikasi diet, informasi perawatan

pencegahan yang dapat dilakukan di klinik dokter gigi, dan pentingnya

melakukan kontrol berkala. Selain itu, metode noninvasif juga mencakup

profilaksis oral seperti pembersihan karang gigi, terapi fluoride, aplikasi CPP-

ACP, dan penutupan pit dan fisur. Berikut upaya pencegahan karies dan

gingivitis dengan metode noninvasif:

2.1.1 KIE dan DHE

KIE adalah singkatan dari komunikasi, informasi dan edukasi, yaitu suatu

proses yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi kesehatan

adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku

kesehatan masyarakat , dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode

komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi

massa (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi

adalah pesan yang disampaikan. Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan

merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena
4

merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap

memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu,keluarga,

kelompok ataupun masyarakat.

DHE yaitu usaha atau program yang terarah yang dilakukan untuk

mendapatkan keadaan rongga mulut yang sehat, bersifat persuasif dan sugestif.

Perbedaan DHE dan KIE adalah cakupannya, dimana DHE termasuk

bagian dari KIE.Apapun yang ditanyakan pasien masuk kedalam KIE,

contohnya rencana perawatan secara keseluruhan. Sedangkan untuk DHE hanya

sebatas motivasi, edukasi dan instruksi tentang kesehatan gigi dan mulut saja,

contohnya cara sikat gigi, kontrol plak, dan lain-lain. (Notoatmodjo, 2003)

2.1.2 Kontrol Plak

A. Usia 0-1 tahun

American Academy of Pediatric Dentistry 2018 mengeluarkan pedoman

untuk perawatan kesehatan mulut Perinatal dan Bayi yang menyatakan bahwa

pencegahan terjadinya early childhood caries perlu dimulai pada masa bayi.

Hal ini bisa dimulai dengan memberikan informasi kepada orangtua cara

untuk merawat kesehatan gigi anak. Melalui informasi yang diberikan,

orangtua dapat menyadari risiko karies serta menggunakan informasi tersebut

untuk melakukan pencegahan karies. Pencegahan yang dapat dilakukan

orangtua adalah membatasi asupan gula dalam makanan dan minuman;

Menghindari pemberian susu atau minuman yang mengandung gula dengan

botol pada malam hari; menghindari penggunaan botol bayi diluar 12 bulan

terutama jika
5

malam hari; dan menyikat gigi anak dua kali sehari dengan selapis tipis pasta

gigi berfluoridasi.

Kunjungan gigi pertama anak dan pemeriksaan mulut harus dilakukan

pada usia minimal 1 tahun walaupun tidak ada keluhan. Kunjungan pertama

ini memungkinkan dokter gigi dan orang tua untuk mendiskusikan cara-cara

untuk menjaga kesehatan mulut yang sangat baik sebelum ada masalah serius

yang memiliki kesempatan untuk berkembang. Pemeriksaan rongga mulut

pertama yang dilakukan pada bayi mungkin sangat sederhana dan singkat,

tapi merupakan langkah awal untuk mendapatkan kesehatan gigi dan mulut

yang baik.

Kontrol plak yang dapat dilakukan pada bayi dirumah adalah dengan

cara Sebagian besar telah menyarankan bahwa orang tua membungkus waslap

basah atau sepotong kain kasa di sekitar jari telunjuk dan bersihkan gigi dan

gusi. Apabila gigi sudah mulai erupsi, orangtua dapat mulai

menggunakan sikat gigi kecil yang lembut dengan elapis tipis pasta gigi

berfluoride . Posisi yang dapat digunakan pada saat menyikat gigi bayi adalah

posisi lap to lap atau posisi 2 lutut bertemu. [Gambar.4] Metode lain yang

dapat digunakan adalah dengan cara orang tua memeluk bayi di lengannya,

satu lengan anak menyelinap di belakang orang tua. Dengan cara ini orang tua

dapat menstabilkan anak dengan satu tangan dan bekerja dengan tangan

lainnya. [Gambar.5] (Marwah, 2019; AAPD; 2021)


6

[Gambar.4]

[Gambar.5]
B. Usia Pra Sekolah

Menyikat gigi sebagai salah satu kebiasaan yang perlu disosialisasikan dalam

upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak dan dilakukan sejak usia dini.

Peran serta orang tua diperlukan dalam membimbing, memberikan

pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas agar anak dapat

memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Keberhasilan pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,

metode penyikatan gigi, lamanya menyikat gigi serta frekuensi dan waktu

penyikatan yang tepat.Masa kanak-kanak awal merupakan masa yang ideal

untuk mempelajari berbagai keterampilan karena pada masa ini kemampuan

motorik dan kognitif anak mengalami perkembangan. Menyikat gigi

merupakan kegiatan motorik halus yang dapat diterapkan kepada anak pada

masa ini karena kemampuan motorik halus anak mulai berkembang. Hal ini

dibuktikan pada penelitian anak usia 3-


7

6 tahun di Jepang anak mampu menyikat gigi hampir semua permukaan

dalam mulut walaupun belum adekuat. Kemampuan kognitif anak dalam

tahap praoperasional, anak dapat belajar menggunakan dan mempresentasikan

objek dengan simbol seperti gambar dan bahasa.Bahasa dapat membantu anak

untuk berkomunikasi dan mengerti apa yang disampaikan orang lain sehingga

anak dapat mengingat kembali dan membandingkan objek dan pengalaman

yang telah diperoleh. Anak usia 5-7 tahun mampu memusatkan perhatian

dengan lebih baik dibandingkan anak yang lebih muda. Rangsangan eksternal

tampaknya menentukan sasaran perhatian anak prasekolah. Oleh karena itu,

penggunaan media disarankan untuk anak prasekolah untuk meningkatkan

kepahaman. Pengajaran cara menyikat gigi dengan metode yang tepat kepada

anak prasekolah ternyata dapat menurunkan indeks plak. Hal ini dibuktikan

oleh penelitian pada 40 anak usia 3-6 tahun di taman kanak-kanak Brazil,

anak diajarkan menyikat gigi dengan metode audiovisual, anak sebagai model

dan instruksi langsung. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengajaran

metode instruksi langsung memperlihatkan perbedaan penurunan indeks plak

yang lebih besar antara anak usia 3-4 tahun dengan anak usia 5-6 tahun, yang

diikuti metode audiovisual dan metode anak sebagai model.

2.1.3 Penilaian Resiko Karies

Penentuan aktivitas karies pada individu dapat dilakukan melalui penilaian

risiko karies. Salah satu tujuan dilakukan penilaian risiko karies ialah untuk

membantu mengidentifikasi faktor yang berperan pada karies tersebut sehingga

membantu memprediksi kerentanan seseorang terhadap karies saat ini atau karies
8

yang akan datang. Salah satu pemeriksaan dalam penilaian risiko karies yaitu

pemeriksaan aliran dan kekentalan saliva.Risiko karies pada masing-masing

individu berbeda-beda dikarenakan setiap individu memiliki keadaan rongga

mulut yang berbeda. Penilaian dalam risiko karies juga tidak hanya dapat

dipastikan hanya melalui salah satu faktor penilaian melainkan dapat

dikombinasikan dengan pemeriksaan yang lain sehingga dapat memprediksi risiko

karies yang akan datang.

2.1.4 CPP ACP

A. Definisi

Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)

adalah salah satu bahan remineralisasi dalam bidang kedokteran gigi yang

mengandung kasein berupa fosfoprotein kasein (CPP), kalsium dan fosfat

yang tinggi, sehingga mampu menghambat demineralisasi. CPP-ACP adalah

krim untuk aplikasi topikal di rumah. CPP-ACP dioleskan pada gigi setelah

menyikat gigi dan flossing dengan mengoleskan pada permukaan gigi dengan

jari bersih atau aplikator. CPP-ACP tidak perlu dibilas setelah pemakaian.

CPP-ACP dipertahankan dalam rongga mulut selama minimal 3 jam,

menyediakan sumber (Ca ) dan (PO ) yang tersedia secara hayati dalam
2+
4
3-

waktu yang lama dan meningkatkan menfaat fluoride yang ada (Rachmawati,

2019; Cameron AC, 2008)

B. Jenis CPP-ACP

Tooth mousse CPP-ACPF merupakan gabungan bahan antara CPP-ACP

dengan fluor, karena memiliki kandungan fluor sebanyak 900 ppm, sehingga

membuat CPP-ACPF memliki efek remineralisasi lebih tinggi daripada CPP-


9

ACP (Wiryani, dkk. 2016). Penambahan fluor pada CPP-ACPF dapat

membantu proses remineralisasi lebih sinergis membentuk nanokompleks

yang membantu dalam meningkatkan remineralisasi gigi. Ion fluor akan

menggantikan ion hidroksil pada email sehingga membentuk fluorapatit yang

lebih tahan terhadap asam (Kidd dan Bechal, 2014).

C. Mekanisme Aksi

Casein phosphopeptide (CPP) berisi susunan multiphosphoseryl dengan

kemampuan menstabilkan kalsium fosfat pada nanokomplek dalam larutan

seperti amorphous calcium phosphate (ACP). CPP-ACP melepaskan ion

fluorida, kalsium, dan fosfat untuk remineralisasi lokal email. CPP-ACP

dapat melokalisasi ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi untuk

membantu mempertahankan keadaan netral pada enamel gigi sehingga proses

buffer oleh saliva terjaga dan terjadilah proses remineralisasi yang bisa dilihat

melalui beberapa faktor seperti kekerasan enamel gigi, struktur morfologi

enamel gigi dan translusensi enamel. Kasein memiliki kemampuan

menstabilkan ion

kalsium dan fosfat (PO ) yang merupakan turunan dari fosfor dengan
4
3-
1

cara melepaskan sekumpulan peptida melalui kerja enzimatik pada pH netral

yang nantinya akan menghasilkan agen remineralisasi. Ion kalsium dan fosfat

berbentuk struktur kristal dalam pH netral, namun CPP-ACP menjaga ion

kalsium dan fosfat dalam keadaan amorf (tidak berbentuk). Dalam kondisi ini

ion kalsium dan fosfat dapat masuk dalam enamel gigi sulung dengan cara

berdifusi. Konsentrasi ion kalsium dan fosfat yang tinggi dalam plak gigi dan

saliva terbukti dapat membantu remineralisasi dan mengurangi resiko

demineralisasi pada enamel. CPP-ACP akan masuk ke dalam sub permukaan

melalui permukaan enamel yang porus. Saat mencapai lesi sub permukaan,

CPP-ACP melepaskan ion kalsium dan fosfat yang akan mengendap di dalam

enamel rod. CPP memiliki kemampuan mengikat yang tinggi dengan kristal

apatit sehingga meningkatkan proses terjadinya remineralisasi (Rachmawati,

2019; Cameron AC, 2008).

Mekanisme dari CPP-ACPF yaitu ketika gc tooth mousse plus

diaplikasikan pada permukaan enamel, ion kalsium, fosfat dan fluor yang

berasal dari bahan tersebut akan berkontak dengan permukaan enamel

sehingga akan mengikat protein yang ada pada plak dan saliva, dan terjadilah

mineral apatit yang membuat ion kalsium dan fosfat yang ada di saliva

meningkat dan membuat pH didalam mulut yang tadinya asam menjadi

normal (Shetty S, dkk. 2014).


1

D. Indikasi CPP-ACP

 Pasien usia di atas 6 tahun

 Pasien yang berisiko karies

 Pasien yang memiliki gigi erosi

 Pasien dengan lesi white spot

 Pasien dengan kontrol plak yang buruk

 Pasien dengan xerostomia (Cameron AC, 2008).

E. Kontraindikasi CPP-ACP

 Pasien dengan alergi protein susu

 Pasien dengan alergi terhadap pengawet benzoate (Cameron AC, 2008).

2.1.5 Topical Aplikasi Fluor

A. Definisi
Topikal Aplikasi Fluorida merupakan pengaplikasian agen yang

mengandung fluorida dalam konsentrasi tinggi ke permukaan gigi secara

berkala untuk mencegah perkembangan karies. Mereka memberikan efek anti

karies dengan meningkatkan konsentrasi pada permukaan email.

Fluoroapatite dan fluorohydroxyapatite yang terbentuk lebih resisten

terhadap pelarutan
1

sehingga permukaan gigi lebih resisten terhadap perkembangan lesi karies.

Topikal fluorida dapat diberikan secara profesional atau dilakukan oleh

individu sendiri dengan pemberian setiap hari. Fluorida yang diberikan

secara profesional memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan yang

diberikan secara individual.

B. Mekanisme Kerja Topikal Aplikasi Fluorida

Mekanisme kerja fluorida dalam mencegah terjadinya karies adalah

dengan tiga cara yaitu: (1) meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap

demineralisasi, (2) meningkatkan proses remineralisasi, (3) mengurangi

potensi kariogenik dari plak gigi. Fluorida dalam lingkungan asam

mengurangi pelarutan kalsium hidroksiapatit dengan menghambat proses

demineralisasi email. Keberadaan akan merubah hidroksil apatit pada enamel

menjadi fluor apatit. Hasil dari reaksi ini adalah ikatan hydrogen meningkat,

crystal lattice yang lebih padat, dan lebih tahan terhadap asam. Email yang

terpapar fluorida dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

terbentuknyan endapan kalsium fluorida pada permukaan email. Kalsium

fluorida dapat disuplai sebagai reservoir fluorida untuk remineralisasi email.

Pelepasan fluorida meningkatkan saturasi mineral saliva dan dapat membantu

perbaikan lesi dan menurunkan demineralisasi. Reminerlisasi akan terjadi

ketika pH naik di atas tingkat kritis 5,5. Adanya fluorhidroksiapatit dalam

larutan selama proses demineralisasi hidroksiapatit akan membuat larutan

sangat jenuh. Keadaan ini akan mempercepat terjadinya proses remineralisasi.

Ion fluorida akan terserap sebagian ke dalam permukaan kristal dan

melindungi kristal tersebut dari


1

pelarutan. Setelah terjadinya siklus demineralisasi dan remineralisasi secara

berulang, bagian luar email akan berubah dan menjadi lebih tahan terhadap

lingkungan asam karena penurunan tingkat pH kritis kristal yang baru

terbentuk (pH 4,5). Ion fluorida diketahui dapat mempengaruhi fisiologi

mikroba (bakteri kariogenik) dengan mempengaruhi proses demineralisasi

secara langsung. Fluorida dapat menghambat aktivitas glikolisis bakteri

kariogenik secara langsung. Pada proses tersebut terjadi pemecahan metabolik

glukosa dan gula lainnya melepaskan energi dalam bentuk ATP. Fluorida

memberikan efek pada bakteri mulut dengan penghambatan langsung enzim

seluler atau meningkatkan permeabilitas proton membrane sel dalam bentuk

fluor hibrida (HF).

C. Macam-Macam Sediaan Topikal Aplikasi Fluorida

1. Pengaplikasian secara individual

a. Pasta gigi
Pasta gigi berfluor adalah bentuk aplikasi topikal fluorida yang paling

umum digunakan di seluruh dunia. Fluorida pada pasta gigi dapat diserap

langsung oleh plak gigi dan email yang mengalami demineralisasi serta dapat

meningkatkan konsentrasi fluorida dalam saliva. Menyikat gigi dengan pasta

gigi berfluorida dapat meningkatkan konsentrasi fluorida dalam saliva 100

hingga 1000 kali lipat. Keadaan ini akan bertahan 1 sampai 2 jam.

European Academy of Paediatric Dentistry (EAPD) merekomendasikan

semua orang untuk menggunakan pasta gigi berfluorida untuk pencegahan utama

terhadap karies. Cara paling efektif adalah dengan menyikat gigi dua kali sehari.

Anak juga harusnya tidak berkumur setelah menyikat gigi dan hanya

memuntahkkan pasta gigi.


1

American Dental Association (ADA) menyarankan pengasuh anak

dibawah 2 tahun untuk menyikatkan gigi anak dengan air dan berkonsultasi

terlebih dahulu ke dokter atau dokter gigi sebelum menggunakan pasta gigi

berfluorida. Rekomendasi lain mengusulkan untuk anak dibawah 2 tahun

menggunakan pasta gigi berfluorida dengan ukuran “olesan” (sekitar 0,1gram

pasta gigi atau 0,1 miligram fluorida). Penggunaan pasta gigi berfluorida pada

anak dibawah 3 tahun dilakukan segera setalah gigi erupsi. Jumlah pasta gigi yang

digunakan tidak lebih dari seoles atau seukuran sebutir beras.

b. Obat kumur

Obat kumur yang mengandung fluorida adalah larutan terkonsentrasi yang

digunakan untuk berkumur dan dimuntahkan setelahnya. Penggunaanya bisa

sehari-hari atau tiap minggu. Obat kumur berfluorida digunakan sebagai tambahan

pasta gigi berfluorida untuk kontrol dan pencegahan terhadap karies. Ada empat

senyawa yang umum digunakan sebagai obat kumur, yaitu: (1) 0,2% sodium

fluorida – 900 ppm untuk pemakaian tiap minggu; (2) 0,05% sodium fluorida –

225 ppm untuk penggunaan harian; (3) 0,01% acidified sodium fluorida pada pH

4 – 45 ppm; (4) stannous fluorida.

Penggunaan obat kumur tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun

karena adanya resiko tinggi untuk tertelan. Obat kumur yang ditelan berulang kali

dapat menyebabkan fluorosis. Obat kumur digunakan sebanyak 10 ml selama satu

menit dalam sekali pakai. Setalah digunakan sisanya dikeluarkan. Pasien juga

diinstruksikan untuk tidak makan dan minum selama satu jam setelah pemakaian.

2. Pengaplikasian secara profesional


a. Varnish fluorida
1

Varnish fluorida dikembangkan pada akhir tahun 1960an dengan tujuan untuk

lebih meningkatkan efek topikal fluorida dengan memperpanjang waktu kontak

antara enamel gigi dengan fluorida. Varnish merupakan cara yang pengaplikasian

topikal fluorida yang paling nyaman dan aman karena dapat meminimalisir

tertelannya fluorida pada anak dibawah 6 tahun dan menjadi satu-satunya

rekomendasi untuk anak diusia ini.24,25 American Dental Association (ADA)

menilai “tinggi” kualitas dan efektifitas dari varnish fluorida dalam mencegah dan

mengendalikan karies gigi pada gigi primer dan permanen. Varnish tersedia dalam

dua 25 sediaan yaitu sodium fluorida (2,26% 22600 ppm fluorida) dan

difluorsilane (0,1% 1000 ppm fluorida). Kebanyakan varnish yang digunakan

adalah 5% sodium fluorida. Mereka sering diberi pemanis dengan xylitol dan

berbagai zat perasa sehingga lebih diterima oleh kalangan anak-anak. Secara

umum pengaplikasian membutuhkan 0,2 hingga 0,5 ml dengan penggunaan

partikel fluorida sekitar 5 hingga 11 mg.

b. Gel/foam fluorida

Fluorida gel atau foam tersedia dalam acidulated phosphate fluoride (1,23%

12300 ppm fluorida), 2% senyawa narium fluorida netral (9000 ppm fluorida), dan

sodium fluorida (0,9% 9040 ppm fluorida). Penggunaan gel atau foam

kemungkinan hanya akan bermanfaat bagi pasien dengan resiko karies yang tinggi

terutama yang tidak mengonsumsi air berfluorida dan menyikat gigi dengan pasta

gigi berfluorida.

D. Macam-Macam Senyawa Topikal Aplikasi Fluorida

 Natrium fluorida

 Stannous fluorida

 Acidulated phosphate fluoride (APF)


1

 Amina fluorida

 Sodium monofluorofosfat

 Silver diamine fluoride

E. Indikasi dan Kontra Indikasi Fluoride Varnish

1. Indikasi Fluoride Varnish

Fluoride varnish diindikasikan pada anak-anak yang memilki resiko karies yang

sedang maupun tinggi. Seorang anak dikatakan beresiko jika :

 Anak yang minum susu dengan botol lebih dari setahun.

 Anak-anak berkebutuhan khusus

 Sering memakan makanan yang kariogenik

 Terdapat plak pada gigi

 . Jarang menyikat gigi

 Memilki riwayat keluarga yang karies

 Terdapat white spot

2. Kontra Indikasi Fluoride Varnish

 Anak dengan resiko karies yang rendah

 Anak yang mengkonsumsi air berfluoride

 Anak yang melakukan perawatan fluoride secara rutin

 Gingivitis ulseratif dan stomatitis

 Hipersensitif terhadap kolofori dan sejenisnya

2.1.6 Fissure Sealant

A. Definisi
1

Fissure sealant adalah memasukkan bahan ke dalam pit dan fissure

oklusal gigi yang rentan karies, sehingga membentuk lapisan pelindung yang

terikat secara mikromekanis yang memotong akses bakteri penghasil karies

dari sumber nutrisinya. Fissure sealant adalah cara sederhana dan ekonomis

untuk mencegah atau menahan karies pit dan fissure. Fissure sealant tidak

boleh dianggap sebagai restorasi permanen (Marwah, 2019; Cameron AC,

2008).

B. Indikasi Fissure Sealant

 Semua gigi geraham permanen pada anak-anak dengan risiko karies

sedang atau tinggi

 Gigi premolar pada anak-anak yang berisiko tinggi karies

 Anak-anak dengan risiko rendah dengan pit dan fissure yang dalam

 Gigi posterior sulung pada anak-anak dengan risiko karies tinggi

 Pit dan fissure yang dalam, yang dapat menyebabkan sonde tersangkut

 Pit dan fissure dengan tampilan dekalsifikasi minimal

 Tidak ada bukti radiografi atau klinis karies proksimal

 Kemungkinan isolasi yang memadai

 Karies email yang di pit dan fissure

 Pit dan fisura bebas karies

 Jika pasien menginginkan (Cameron AC, 2008; Marwah, 2019).

C. Kontraindikasi Fissure Sealant

 Pit dan fissure yang menyatu dengan baik dan dapat self-cleansing

 Bukti radiografi atau klinis karies interproksimal


1

 Gigi tidak sepenuhnya erupsi

 Kemungkinan isolasi tidak memadai

 Harapan hidup gigi terbatas

 Karies dentin (Marwah, 2019).

D. Bahan Sealant

Bahan sealant terdiri atas 2 jenis yaitu berbasis resin komposit dan semen

ionomer kaca (GIC).

 Resin Komposit

Sealant berbasis resin lebih dianjurkan dibandingkan sealant glass ionomer,

karena sealant glass ionomer tidak memiliki retensi yang baik.

Indikasi:

 Digunakan pada geligi permanen

 Kekuatan kunyah besar

 Insidensi karies relatif rendah

 Gigi sudah erupsi sempurna

 Area bebas kontaminasi atau mudah dikontrol

 Pasien kooperatif, karena banyaknya tahapan yang membutuhkan

waktu lebih lama

 GIC

GIC dapat digunakan pada individu dengan karies aktif tinggi.

Indikasi:

 Kekuatan kunyah relatif tidak besar

 Pada insidensi karies tinggi


1

 Gigi yang belum erupsi sempurna

 Area yang kontaminasi sulit dihindari

 Pasien kurang kooperatif (Cameron AC, 2008).

E. Jenis Pit dan Fissure Sealant

Pit dan fissure sealant diklasifikasikan menjadi lima jenis:

1. Menurut struktur kimia monomer yang digunakan:

 Methyl methacrylate (MMA)

 Triethylene glycol dimethacrylate (TEGDM)

 Bis phenol dimethacrylate (BPD)

 Bis-GMA is the reaction product of Bis phenol A and glycidyl

methacrylate (GMA) with a methyl methacrylate monomer

 ESPE monomer

 Propyl methacrylate urethane (PMU)

2. Berdasarkan generasi:

 Sealant generasi pertama:

o Dipolimerisasi dengan sinar UV

o Memiliki penyerapan yang berlebihan dan polimerisasi sealant

yang tidak sempurna pada kedalamannya

 Sealant generasi kedua:

o Self cure atau chemical cure resin

o Berdasarkan sistem katalis akselerator

 Sealant generasi ketiga:

o Light cured dengan visible (blue) light


2

 Generasi keempat:

o Fluoride releasing sealant

3. Berdasarkan filler:

o Unfilled: Keuntungannya mencakup aliran yang lebih baik dan

banyak lagi retensi tetapi, terkikis dengan cepat

o Filled: Keuntungannya termasuk ketahanan terhadap keausan

tetapi, mungkin membutuhkan penyesuaian oklusal.

4. Berdasarkan warna:

 Clear:

o Estetika

o Sulit dideteksi dalam kunjungan selanjutnya

 Tinted/opaque:

o Dapat diidentifikasi

 Berwarna:

o Berdasarkan teknologi perubahan warna

o Mudah dilihat selama penempatan dan penarikan kembali

5. Berdasarkan curing:

 Autopolimerisasi

 Light cure (Marwah, 2019).


2

F. Teknik Aplikasi Fissure Sealant (Resin)

 Isolasi gigi dengan rubber dam atau menggunakan cotton roll. Jika gigi

tidak dapat diisolasi, maka perawatan fissure sealant menggunakan

bahan GIC.

 Bersihkan debris. Dalam banyak kasus, pelebaran minimal dari fisura

oklusal dengan bur fisura intan yang sangat, tipis, kecil, dan runcing

akan memfasilitasi penetrasi bahan sealant ke kedalaman fisura. Ini juga

menghilangkan lapisan permukaan email yang lebih tahan asam yang

melapisi dinding fisura oklusal.

 Etsa gigi dengan etsa gel selama 20 detik dan cuci dengan air yang

banyak dan keringkan dengan irigasi udara selama 20 detik.

 Jika gigi terkontaminasi harus dilakukan etsa ulang selama 15 detik.

 Oleskan lapisan tipis sealant pada pit dan fissure, pastikan untuk

memasukkan ekstensi bukal pada gigi geraham bawah dan alur palatal

pada gigi geraham atas.

 Light cure selama 20 detik.


2

 Lepas rubber dam dan periksa oklusi (Cameron AC, 2008).

G. Teknik Aplikasi Fissure Sealant (GIC)

 Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi

fissure sealant menggunakan brush dan pumice

 Pembilasan dengan air

 Isolasi gigi menggunakan cotton roll atau gunakan rubber dam

 Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik

 Aplikasi bahan dentin kondisioner selama 10-20 detik (tergantung

instruksi pabrik). Hal ini akan menghilangkan plak dan pelikel dan
2

mempersiapkan semen beradaptasi dengan baik dengan permukaan gigi

dan memberikan perlekatan yang bagus

 Permukaan pit dan fisura dilakukan pembilasan, lalu dikeringkan

selama 20-30 detik

 Aplikasikan bahan GIC pada pit dan fisur

 Segera aplikasi bahan varnish setelah aplikasi fissure sealant dilakukan

 Evaluasi permukaan oklusal, cek oklusi menggunakan articulating

paper, serta penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih

(Cameron AC, 2008).

2.2 Metode Invasif

Metode pencegahan invasif adalah suatu tindakan pencegahan dengan

cara pengambilan jaringan keras dan/atau lunak gigi. Salah satu metode

pencegahan invasif adalah PAR.

2.2.1 Preventif Adhesif Restoration

A. Definisi

Preventive adhesive restoration adalah suatu teknik untuk merestorasi

gigi yang hanya membutuhkan preparasi gigi minimal untuk menghilangkan

karies tetapi juga memiliki pit fissure yang rentan (Dean JA, 2016).

B. Tipe-tipe Preventive Adhesive Restoration

Terdapat 3 tipe yang diperkenalkan oleh Simon (1980) dan Hicks (1984):

 Tipe A: Memerlukan preparasi minimal pada pit dan fisur dengan

menggunakan round bur no 1/4 dan 1/2


2

 Tipe B: Pembuangan karies dengan menggunakan round bur no. 1 atau 2.

Pembuangan karies pada tipe ini biasanya lebih dari setengah total

kedalaman enamel yang terlibat, tetapi kavitasi masih berada di enamel.

 Tipe C: Pembuangan karies dengan round bur no. 2 atau lebih, kavitas

biasanya sudah mencapai dentin dan memerlukan kalsium hidroksida

sebagai basis restorasi.

C. Indikasi

 Eksplorer tertahan pada pit dan fisur dari permukaan yang utuh,

menandakan adanya karies

 Gambaran klinis yang opaque sepanjang pit dan fisur, yang

mengindikasikan karies dini pada dasar pit dan fisur (Cameron AC, 2008)

D. Kontraindikasi

 Diperlukannya restorasi karies interproksimal

 Melibatkan karies yang luas sehingga memerlukan restorasi seluruh

permukaan gigi (Cameron AC, 2008)

E. Teknik Preventive Adhesive Restoration

 Karies diidentifikasi dengan pemeriksaan visual yang cermat dari

permukaan oklusal gigi yang kering dengan menggunakan explorer yang

tajam, cermin, dan lampu

 Gigi dianestesi jika perlu, diisolasi, dan diperiksa ulang sehingga luasnya

proses karies dapat ditentukan. Bur dapat digunakan untuk mendapatkan

akses ke kedalaman lesi dan untuk menyelesaikan pembuangan karies


2

 Preparasi yang tidak boleh meluas ke kontak oklusal, dicuci, dikeringkan,

dan diperiksa

 Etsa permukaan gigi menggunakan asam fosfat 37% biasanya digunakan

selama 20 detik.

 Gigi dicuci bersih selama kurang lebih 30 sampai 40 detik dan benar-benar

kering.

 Aplikasikan bonding

 Kavitas diisi dengan komposit light-curing atau ionomer kaca yang

dimodifikasi resin

 Light-curing ditempatkan di atas area sealant. Bahan dipolimerisasi

dengan light cure sesuai dengan instruksi pabrik.

 Rubber dam dilepas, dan kontak oklusal diperiksa


DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatric Dentistry. Perinatal and infant oral


health care. The Reference Manual of Pediatric Dentistry. Chicago, Ill.: American
Academy of Pediatric Dentistry; 2021:262-6.
Cameron AC, Widmer RP. 2008. Handbook of Pediatric Dentistry.
Australia: Elsevier.
Kidd, E.A.M., dan Bechal, S.J. 2014. Dasar-dasar karies penyakit dan
penanggulangannya. Jakarta: EGC.
Marwah N. 2019. Textbook of Pediatric Dentistry. Jaypee Brothers
Medical Publishers Pvt
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta. 2003.
Rachmawati D, Kurniawati C, Hakim L, Roeswahjuni N. 2019. Efek
Remineralisasi Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-
ACP) terhadap Enamel Gigi Sulung). E-Prodenta Journal of Dentistry: 3(2).
Shetty S, dkk. 2014. Enamel emineralization assessment after treatment
with three different remineralizing agents using surface microhardness: An in
vitro study. Journal of Conservative Dentistry: 17(1).
Wiryani, dkk. 2016. Pengaruh Lama Aplikasi Bahan Remineralisasi
Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate Fuoride (CPP-ACPF)
Terhadap Kekerasan Email. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2(3).

Anda mungkin juga menyukai