Anda di halaman 1dari 20

PENGGUNAAN SIMULATOR RISIKO KARIES

(GIGI BERLUBANG)
MELALUI PENDEKATAN INTERPERSONAL
DALAM PELAKSANAAN UPAYA PENGEMBANGAN
DAN INOVASI PROGRAM
DI POLI GIGI PUSKESMAS RAWAT INAP SUNGAI PINYUH
Di derita 90%
penduduk
indonesia

Tingkat ke 6 dari 16 Penyakit kehilangan 3,86


keluhan kesehatan hari/bulannya
gigi dan mulut

72% mengalami
karies, 46,5%
karies aktif
Rasio gigi yang ditambal dibanding cabut 
1: 20 (tahun 2009-2010)

Perlu pelayanan kesgilut yang optimal

Mahalnya biaya perawatan gigi

Upaya dini penanggulangan kerusakan


yang lebih parah
Pengusul
 Program ini dikembangkan dari software komputer hasil
Disertasi dari DR.drg. Irene Adyatmaka.

Pelaku dan Penggerakan program


 Dijalankan dan diterapkan di Puskesmas Rawat Inap Sui.
Pinyuh tahun 2011 dan pada semua puskesmas di
Kabupaten Pontianak/Mempawah Kalimantan Barat awal
tahun 2013 atas inisiatif drg. Ety Wiyanti S.
(dokter gigi Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh)
Upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut yang dilakukan melalui program Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) Inovatif ini, adalah :

1. Sosialisasi pelaksanaan UKGS inovatif aplikasi


simulasi irene’s donut
a. Pencegahan (Preventif), wajib bagi semua siswa dan orangtua/wali:
 Penyuluhan Kesehatan
Gigi
 Pemeriksaan gigi berkala
 Sikat gigi bersama

b. Perawatan (Kuratif) diantaranya:


 Tindakan pencabutan gigi susu yang
diperlukan.
 Penambalan gigi susu dan gigi tetap
dengan glass ionomer cement (ART)
 Surface Protection dengan bahan
yang mengandung fluoride tinggi
untuk menambah kekuatan gigi.
UKGS Konvensional
 Methode penyuluhan
 Pemeriksaan sederhana

UKGS Inovatif
 Pendekatan interpersonal
 Peningkatan karakteristik keluarga (pengetahuan, sikap
dan praktek orang tua)
 Peran serta masyarakat
 Perubahan perilaku anak
Pihak yang terlibat , Keterlibatan pemangku kepentingan seperti
instansi pemerintah, warga masyarakat dan sektor swasta , serta
Pelaku utama dan Penggerak
 Pihak yang terlibat :
masyarakat khususnya anak anak dan orang tua, guru, kepala sekolah,
kepala daerah setempat, tenaga kesehatan

 keterlibatan instansi pemerintah :


 Surat permohonan dukungan program pelayanan kes. Gilut oleh Kepala Poli gigi
Puskesmas Rawat Inap kepada kepala dinas kesehatan Kab Pontianak yang diketahui
oleh kepala Puskesmas
Nota Dinas yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kab Pontianak No.
800/0447/DINKES-B tentang dukungan program pelayanan kesh. Gilut
Surat Pernyataan Bupati Pontianak No. 800/0449/Dinkes-B tentang alokasi dana
APBN/TP 2012 dapat digunakan untuk mendukung program kesh gilut untuk menekan
angka kerusakan gigi

 Keterlibatan warga masyarakat dan sektor swasta :


Dukungan masyarakat terhadap program ini terutama dari orangtua dibuktikan dengan
komitmen bersama dengan pihak sekolah untuk mengadakan dana sehat sebesar Rp.
5000/bln/anak, dan bantuan pihak swasta untuk pelayanan kesehatan gigi

 Peran Pelaku Utama dan penggerak


Melakukan upaya promotif, preventif dan kuratif yang mengharuskan intervensi dari
tenaga kesehatan gigi (dokter gigi maupun perawat gigi)
Tenaga pelaksana : Dokter gigi, Perawat gigi, Guru, Orang tua/ wali/anggota keluarga
Sumber dana : Sebagian besar bersumber dari swadana yang dikelola oleh Masyarakat
Output keberhasilan inisiatif

1. Muncul catatan penting tingkat kerusakan gigi


anak, sebelum dan sesudah dilakukan perawatan

2. Kemandirian pelayanan kesehatan gigi dan mulut

3. Intervensi lebih ekstra/mendalam pada individu


atau kelompok

4. Persentase keberhasilan (peningkatan persentase


kesehatan gigi atau penurunan persentase angka
kerusakan gigi dapat dilihat
Sistem Pemantauan Kemajuan dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan

1. Data awal kerusakan gigi anak

2. Analisa kerusakan gigi


3. Melakukan proses simulasi terhadap anak
dan orang tua  persentase dan saran yang
harus di kerjakan dipantau setiap 2 minggu
4. Evaluasi kegiatan tiap 2 minggu oleh guru dan
tiap 3 bulan oleh petugas kesehatan dari
puskesmas
5. Melakukan tindakan yang diperlukan sesuai
kebutuhan masing masing anak oleh tenaga
kesehatan  dokter gigi, perawat gigi
6. Pemantauan bertahap terhadap perilaku anak
oleh orang tua, guru, kepala sekolah dan petugas
kesehatan secara terjadwal dan berkesinambungan
Kendala utama yang dihadapi serta cara
penangulangan dan penyelesaian

Upaya penyelesaian
Kendala :
 Membentuk tim kerja untuk
 Minimnya tingkat melakukan kegiatan penyuluhan
interpersonal
pengetahuan masyarakat
 Tim ini akan mengelompokan
masyarakat agar lebih efektif dalam
Kurangnya minat menentukan cara cara yang tepat.
masyarakat terhadap
 Proses konsultasi yang dilakukan
kesehatan gigi dan mulut oleh tim.

 Penyuluhan interpersonal yang


Tidak tersedianya lebih efektif oleh tim.
sarana (alat dan bahan)
 Untuk mengatasi sarana yang tidak
yang dibutuhkan tersedia pembiayaan diperoleh secara
swadana
Manfaat yang dihasilkan
Penggunaan simulator risiko karies melalui komunikasi interpersonal dalam
upaya promotif preventif di bidang kesehatan gigi memiliki beberapa
manfaat diantaranya:
 Mengetahui langsung kondisi gigi geliginya, memberikan kesempatan
berdiskusi tentang keadaan gigi
 Memperoleh pengetahuan tentang kesehatan gigi dan penyakit-penyakit
gigi serta pencegahannya dari sumber yang terpercaya.
 Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, salah satu
keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
 Mengubah sikap dan prilaku untuk lebih peduli terhadap kesehatan gigi
 Memperoleh kesenangan, dengan berdiskusi kita seringkali
mendapatkan cerita lucu. Hal semacam ini dapat memberikan
keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rilrks dari
semua keseriusan di lingkungan kita.
 Dapat membantu memecahkan permasalahan tentang kesehatan gigi
Kelanjutan dan replikasi kegiatan
1. Membuat kesepakatan pihak yang terlibat (Kepala sekolah, guru,
orang tua) u / menghasilkan keputusan dan kebijakan yang
dilakukan bersama-sama dan berkelanjutan

2. Kaderisasi terhadap guru dengan memberikan pelatihan dan


pengetahuan tentang :

 Peran pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan ini yang
akan disebarluaskan secara langsung oleh guru maupun kader kesehatan
gigi yang sudah terlatih
 Pengenalan simulator dan unsur-unsur yang diperlukan
 Manajemen keuangan yang baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
dana yang dibutuhkan untuk kegiatan ini adalah adalah swadana
masyarakat maka pengelolaan keuangan yang bersifat terbuka, pencatatan
keuangan yang benar dan menarik minat pihak ketiga untuk membantu
terselenggaranya kegiatan ini serta dapat dipertanggungjawabkan kepada
semua anggota kelompok
Kelanjutan Replikasi Program
 Penerapan program di wilayah kerja puskesmas rawat inap sungai
pinyuh yang memperoleh tanggapan dan respon yang positif oleh
semua lapisan masyarakat, memungkinkan program ini dapat
diterapkan disemua puskesmas Kabupaten Mempawah Kalimantan
Barat.

 Program ini juga mulai dikembangkan dalam skala nasional mulai


tahun 2013.

 Untuk memudahkan pelaksanaan program di daerah pedalaman dan


daerah yang kondisi listriknya belum baik dan merata, sedangkan
dikembangkan aplikasi simulasi dengan konsep manual (menggunakan
lembar balik yang memiliki nilai konversi persentase kerusakan gigi).

 Hal ini diharapkan mampu mengubah paradigma masyarakat


indonesia untuk lebih peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut
Pengalaman dan pembelajaran masa depan
 Meremehkan kesehatan gigi anak
 hilang momentum perkembangan,
 proses pembelajaran terhambat,
 hilang konsentrasi,
 hilang percaya diri, ketidak mampuan bersaing di masa depan.

 Tumbuhnya gigi proses penting dari pertumbuhan anak

 Penggunaan simulator risiko karies ini mengingatkan


orang tua untuk menjadi 'Smile heroes' dengan
memperhatikan perawatan kesehatan Gigi dan mulut
anak sejak dini demi kesuksesan masa depan mereka.
lampiran

Anda mungkin juga menyukai