Anda di halaman 1dari 13

1.

RSUD Sragen --> Pelayanan Persalinan Pada Pasien Suspect atau Terkonfirmasi
Covid-19
2. RSIA Restu Ibu Sragen --> Kelas Online Ibu Hamil dan Anak (Kelon Bumila)
3. Puskesmas Tanon --> 2 Kain Perca Selamatkanmu (Kacamu)
4. Puskesmas Sukodono --> Penggalangan Dana Lima Ribu (Gandaru)
5. Puskesmas Gemolong --> Tanggap dan Waspada Masalah Covid-19 (Tawa Mas
Covid)
6. Puskesmas Sambungmacan 2 --> Gerakan Inovasi Cuci Tangan Penuh Makna
(Gincu Pena)
7. Puskesmas Masaran 1 --> Isolasi Mandiri di Rumah Hantu (Rumah Hantu)
2. GEMPITA 3M” Germas di Era Pandemi agar tetap Produktif Sehat dan Bugar dengan
3M (memakai masker, mencuci tangan,dan menjaga jarak).

Tim kesehatan gigi dan mulut dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
bekerja sama dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas Kelurahan Batu Ampar mencoba
untuk menerapkan telesurvei di masyarakat. Telesurvey di bidang kedokteran gigi
merupakan metode survey kesehatan gigi jarak jauh yang memanfaatkan teknologi
informasi untuk membantu mengetahui status kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. 

Telesurvey dapat menjadi pilihan inovatif sebagai salah satu upaya untuk menjaring data
kesehatan gigi dan mulut di masyarakat di masa pandemi. 

Metode yang dilakukan dengan survei melalui pengumpulan data berupa foto intra oral
subjek secara daring serta pengisian kuesioner. Kegiatan telesurvey ini memiliki peranan
penting sebagai dasar penetapan kebijakan-kebijakan berorientasi pada data masalah
kesehatan yang terjadi di tengah masyarakat dan berdasar pada bukti-bukti ilmiah dari
penelitian-penelitian di bidang kedokteran gigi.

Di Bulan Agustus 2020 ini, di Kelurahan Batu Ampar Kecamatan Kramat Jati telah
dilaksanakan program telesurvey kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh tim
yang terdiri dari kerjasama Puskesmas Kelurahan Batu Ampar dan juga Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Masyarakat dan Pencegahan (IKGMP) dari Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Program telesurvey ini dilaksanakan pada masyarakat pada
beberapa sampel kelompok usia yang dapat mencerminkan status kesehatan gigi dan
mulut di masyarakat.

Masyarakat di Batu Ampar diberikan sosialisasi secara online yang menjelaskan


mengenai tujuan program telesurvey kedokteran gigi, mengajarkan kepada masyarakat
cara pengambilan foto gigi yang baik dan benar, serta mengenai pengisian kuesioner yang
dibutuhkan. 

Dalam teknis pelaksanaannya, masyarakat pun diminta untuk melakukan pengambilan


foto gigi serta mengisi kuesioner. Data kemudian diolah dan di analisis untuk kemudian
hasil analisis tersebut dijadikan acuan dalam penetapan kebijakan intervensi bagi
masyarakat.  
Hasil telesurvey yang telah dilaksanakan menunjukan bahwa di Kelurahan Batu Ampar
87,8% dari populasi mengalami gigi berlubang. Selain itu 75,6 % dari populasi memiliki
kebiasaan makan dan minuman manis yang menjadi faktor resiko gigi berlubang. 

Banyaknya jumlah masyarakat yang masih memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi


makanan dan minuman manis merupakan salah satu faktor utama penyebab tingginya
angka jumlah penyakit gigi berlubang di kelurahan Batu Ampar. 

Oleh karena itu, tim dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia beserta dengan
Puskesmas Kelurahan Batu Ampar merencanakan program intervensi untuk mendorong
perubahan perilaku di masyarakat terkait pola diet makanan dan minuman manis yang
berdampak pada penyakit gigi berlubang di masyarakat.

Program intervensi yang telah dilaksanakan antara lain adalah dengan memberikan video
edukasi bagi masyarakat terkait dengan pengaruh diet makan dan minuman manis
terhadap kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.

Metode telesurvey ini merupakan metode solutif untuk pengumpulan data kesehatan gigi
dan mulut di masyarakat di masa pandemi COVID-19. Keberhasilan teledentistry
bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah ketersediaan perangkat gadget,
infrastruktur seperti akses internet, kualitas foto, pelatihan dan keterampilan dari subjek
terkait. 

Program ini pun memiliki beberapa keterbatasan yakni antara lain beberapa data
kesehatan gigi dan mulut tidak dapat di dapatkan dari foto saja (seperti kesehatan gusi
dan kebersihan mulut). Akan tetapi, dimasa pandemi ini program telesurvey dapat
menjadi solusi inovatif bagi pembuat kebijakan program berbasis data dan riset, demi
memajukan kesehatan gigi dan mulut masyarakat di masa pandemi COVID 19.

Link panduan masyarakat cara pengambilan foto gigi dan mulut untuk telesurvey dan
kuesioner (panduanumum.carrd.co).

Tim Penilai Independen Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Provinsi berkunjung ke


Kabupatena Maros, dalam rangka penilaian salah satu inovasi pelayanan publik di TK Oriza
Sativa Kelurahan Alepolea Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Rabu 20 November 2019.

MTKS GAMMARA PKM LAU merupakan (manajemen terpadu anak sehat, gerakan makan
sayur dan buah serta cuci tangan dan sikat gigi bersama).

Sebuah kegiatan INOVASI PUSKESMAS LAU yang bertujuan mengedukasi anak secara
dini untuk mau berprilaku hidup sehat sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatannya melalui manajemen secara terpadu dan pelayanan kesehatan yang bermutu,
Inovasi ini dimulai sejak Agustus 2018 yang lalu hingga sekarang, menurut Inovator
Kegiatan ” Taufiq dahlan”

Baca Juga: PKD GP Ansor Maros Ulas Sejarah Kebangsaan Indonesia


Turut hadir dalam kegiatan ini yakni, Sekertaris Kecamatan Lau, Penanggungjawab upaya
kesehatan masyarakat PKM Lau,Tim Penggerak PKK Kecamatan Lau, Kepala Sekolah TK
Oriza Sativa beserta staf, Tim Bagian organisasi dan tata laksana (ORTALA) Kabupaten
Maros dan penanggung jawab GIZI serta promosi kesehatan PKM LAU, beserta orang
tua/wali peserta didik.

“Inovasi MTKS GAMMARA PKM LAU merupakan satu-satunya inovasi layanan Pablik
yang mewakili Kabupaten Maros menuju Top 30 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan,” menurut
tim ORTALA Kabupatej Maros Hamriadi

Materi MATA HATI

MATA HATI merupakan inovasi kami dalam mendorong kemandirian untuk hidup

sehat dan kewaspadaan dini ibu hamil dan bayi berisiko pada individu, keluarga,

kelompok kader kesehatan dan masyarakat diseluruh wilayah kerjanya dengan

prinsip keterpaduan dan berkesinambungan pada kegiatan UKM dan UKP

secara lintas program dan lintas sektor. MATA HATI memerlukan alat pendukung

yang memiliki cakupan luas namun mudah diakses. Kegiatan MATA HATI

memanfaatkan teknologi tepat guna yaitu melalui aplikasi e-MataHatiKU.

Tim MATA HATI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, perawat

gigi, nutrisionis, epidemiolog, sanitarian, pranata laboratorium, apoteker,

penyuluh kesehatan masyarakat dan rekam medis. Dokter umum menjadi team

leader dalam pelaksanaan kegiatan Tim MATA HATI dengan memberikan

pelayanan secara holistik dan komprehensif pada ibu hamil, keluarga dan

komunitas serta berkolaborasi dengan lintas program dan lintas sektor.

Strategi pelaksanaan inovasi MATA HATI menggunakan indikator berikut :

1. ANC TERPADU

a. Menggunakan checklist ANC terpadu dan pemberian stiker MATA HATI


b. Pemantauan laporan kohort ibu hamil

2. Kader Pokjamping

Pemantauan pelaporan dan pengisian buku Pokjamping CANTIK

3. Keluarga ibu hamil

Pemantauan pengisian buku pantau PENDEKAR WAYANG

4. Lintas Sektor

a. Kontak MATA HATI melalui rapat koordinasi, telpon, pesan (WA)

b. Kunjungan dengan tokoh masyarakat ke rumah ibu hamil yang berisiko dan

tidak mau ANC Terpadu

5. Aplikasi e-MataHatiKU

Sistem pelaporan dan pemantauan pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir.

Hasil kegiatan

Hasil Kegiatan tim MATA HATI adalah sebagai berikut:

Kesimpulan

Inovasi Mata Hati mengoptimalkan tatalaksana pemantauan ibu hamil sebagai

berikut:

1. Peran Petugas : meningkatkan kunjungan ANC Terpadu

2. Peran Kader : Kader mudah mengenali dan memantau kondisi ibu hamil.
3. Peran Keluarga : dukungan dan kepedulian keluarga terhadap ibu hamil

terpantau

4. Peran Linsek : Koordinasi permasalahan ibu hamil berisiko menjadi cepat,

jaringan Lintas sektor meluas hingga ke pedukuhan

5. Sistem Pelaporan : Pemantauan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir

Puskesmas Gribig Inovasikan Bumil ‘Berdasi


Merah’
MALANGVOICE – Pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
(bumil) juga akan mempengaruhi kesehatan janin di dalamnya. Namun,
kurangnya pengetahuan bumil bahwa gangguan pada gigi yang dapat
berbahaya bagi perkembangan janin.

Hal ini dapat terlihat dari hasil pencapaian kinerja Puskesmas Gribig untuk
Bumil yang mendapat perawatan kesehatan gigi masih jauh dari target.

Menurut Kepala Puskesmas Gribig Kota Malang, Drg. Dinna Indarti,


sampai saat ini hanya mencapai 36 persen dari target 40 persen.

“Karena mereka (Bumil) masih belum memamahami seperti di trimester


ke berapa harus atau tidak boleh untuk memeriksakan gigi,” ujar Dinna
kepada MVoice, Rabu (28/3).

Salah satu contoh pada trimester pertama, bumil kerap kali mengalami
mual dan muntah. Di tahap inilah, tidak disarankan bagi bumil untuk
membersihkan mulut dan gigi setelah muntah dengan cara menggosok
gigi.

“Karena saat muntah, isi asam lambung akan menimbulkan korosi pada
gigi dan membuat gigi menjadi lebih lunak. Jika menggosok gigi, maka
enamel gigi akan terkikis sehingga menimbulkan kerusakan. Sebagai
gantinya, bisa membersihkan mulut dengan cara berkumur dengan air
bersih,” imbuhnya.

Dinna menambahkan perlu adanya peran dokter gigi dalam melakukan


inovasi untuk strategi pencapaian bumil yang mendapat perawatan
kesehatan gigi.

“Contohnya karies gigi dan gusi Berdarah yang merupakan kasus


terbanyak pada pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil di
Puskesmas Gribig. Karena dua keluhan ini yang dianggap biasa
sebenarnya berdampak pada kehamilan,” tegasnya.

Untuk itu, Dinna mengatakan bahwa di Puskesmas Gribig sudah


menerapkan KMS gigi bumil dengan slogan Bumil Berdasi (Ibu Hamil
Bebas Karies dan Gusi Berdarah). Dengan harapan mendapatkan bumil
yang bebas karies dan gusi berdarah dapat terwujud. Sekaligus akan
menurunkan angka kematian ibu.

“Bumil Berdasi ini adalah pemeriksaan kesehatan gigi yang dilakukan di


ruangan kesehatan gigi dan mulut serta posyandu menggunakan Kartu
Kesehatan Gigi dan Mulut yang dibuat khusus untuk mengetahui
kesehatan gigi dan mulut tiap trimester kehamilan,” imbuhnya.

Sekadar diketahui, adanya perubahan hormonal pada bumil akan


berpengaruh pada keadaan gigi dan mulut pada janin. Oleh sebab itu
kesehatan gigi dan mulut harus dijadikan perhatian utama saat
kehamilan.

Sementara itu, kerusakan atau pembusukan gigi bisa saja terjadi saat
hamil. Namun hal ini tidak disebabkan oleh perubahan hormon,
melainkan akibat bumil itu sendiri yang tidak rajin menjaga kebersihan
mulut dan giginya.(Der/Aka)

Puskesmas II Denpasar Barat mengikuti  Lomba Tenaga Kesehatan Teladan (Nakes) yang

di wakilkan oleh drg. Ni Made Ardani. Penilaian Nakes Teladan ini dilakukan oleh Tim

Penilaian dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Tim melakukan penilaian untuk melihat sejauh

mana kualitas tenaga kesehatan di Puskesmas II Denpasar Barat. Kegiatan ini dilaksanakan

pada tanggal 17 Mei 2019 bertempat di Puskesmas II Denpasar Barat, selanjutnya

mengunjungi rumah kediaman drg. Ni Made Ardani dan tempat praktik drg. Ni Made Ardani.
Tim Penilai yang di datang disambut oleh Kabid P2P Dikes Kota Denpasar,beberapa staf

Dikes Kota Denpasar,Kepala Puskesmas II Denpasar Barat & Staf Puskesmas II Denbar.

Tim penilai juga disambut dengan penampilan “Senam Gosok Gigi” dari Siswa-Siswi Binaan

Puskesmas II Denpasar Barat.

Ketua tim penilaian Nakes Teladan Prov Bali I Wayan Widia bersama 4 orang tim penilaian

dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali melakukan penilaian ke Puskesmas II Denpasar Barat

khususnya kepada tenaga dokter gigi. Adapun 3 kriteria dalam penilaian ini adalah ujian

tertulis,wawancara dan kunjungan lapangan. Kunjungan lapangan ini diadakan agar tim

penilai dapat melihat sejauh mana hubungan nakes dengan masyarakat disekitar dan

inovasi yang telah dibuat.

Sebagai perwakilan Nakes Teladan dari Puskesmas II Denpasar Barat, drg Ni Made Ardani

membuat beberapa inovasi diantara nya :  GARDU YANG GITA (Gerakan Terpadu Sayangi

Gigi Balita) integrasi program UKGM,Anak,Gizi. Inovasi selanjutnya GARDU LASSEGAR

(Gerakan Terpadu Lansia Senyum Sehat Bugar) integrasi program

Lansia,Yankestradkom,UKGM pada kegiatan Prolanis. Inovasi TAS GILUT (Duta Kesehatan

Gigi dan Mulut), Inovasi CECE DEFI (Pencegahan Karies Dengan Fissure Sealant), Inovasi

KELOM DOGICIL (Kelompok Dokter Gigi Kecil) dan Inovasi AYU MILA SEKSI (Kegiatan

Ayo Bumil Kita Sikat Gigi).

Diharapkan dengan diadakan penilaian Nakes Teladan ini kinerja tenaga di puskesmas bisa

lebih optimal, melalui momen penilaian ini mengajak seluruh masyarakat untuk memahami

tentang penting nya kesehatan.

KURSI TANGKAS
Kursi Penantang Karies UPT Puskesmas Bontokassi Kab. Takalar
By: Nuridah, AMKG
I. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan secara keseluruhan telah menetapkan indikator status kesehatan gigi
dan mulut masyarakat yang mengacu kepada Global Goals For Oral Health 2020
yang dikembangkan oleh FDI, WHO, dan IADR.
Program UKGS sudah berjalan sejak tahun 1951, status kesehatan gigi pada anak
usia 12 tahun masih belum memuaskan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2017
(Kemenkes), menunjukkan prevalesi karies gigi dalam 12 bulan terakhir di
Indonesia adalah 46,5% dan yang mempunyai pengalaman karies sebesar 72,1%.
Prevalensi karies aktif kelompok umur 12 tahun sebesar 29,8% sedangkan
pengalaman karies 36,1%. Besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani dan
memerlukan penumpatan dan pencabutan pada usia 12 tahun sebesar 62,3%
sedangkan persentasi dari jumlah gigi tetap yang sudah ditumpat pada usia ini
baru mencapai 0,7% dan telah terlanjur dicabut sebesar 26,2%.

A.      TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar di
wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi.

2. Tujuan Khusus
A. Menurunkan angka karies di wilayah kerja UPT Puskesmas
Bontokassi Kabupaten Takalar.
B. Mengurangi rasa takut peserta didik dalam pemberian tindakan
medik gigi di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi Kabupaten
Takalar.
C. Membebaskan karies pada peserta didik di MIS Sawakong.
B. MASALAH
Adapun  masalah – masalah  yang dihadapi dalam  pelaksanaan kegiatan Inovasi
UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di UPT Puskesmas Bontokassi Kabupaten
Takalar antara lain :

1. Beberapa peserta didik tidak memiliki kartu jaminan kesehatan sehingga


untuk melakukan rujukan ke Rumah sakit pada peserta didik yang
membutuhkan tindakan medik gigi yang lebih lanjut mengalami kesulitan
dipembiayaan.
2. Adanya tugas rangkap ( over lapping job ) petugas/inovator, sehingga
kegiatan kurang bisa berjalan dengan maksimal.
3. Peralatan medis gigi sebagai pendukung kegiatan yang masih belum
maksimal.
 

1. Langkah-langkah Inovatif dan Kreatif Kegiatan Kursi Tangkas


Dari beberapa program yang ada di UPT Puskesmas Bontokassi, salah satu
program yang menjadi program andalan adalah Kegiatan “KURSI
TANGKAS” Kegiatan ini berisi tentang kegiatan menuntaskan karies yang
terlanjur ada pada peserta didik Sekolah Dasar dalam kurung waktu tertentu
sehingga peserta didik meninggalkan Sekolah Dasar telah terbebas dari karies
(Free Caries). Dalam pelaksanaan kegiatan ini dipandu oleh buku Rapor
Kesehatanku dan Buku Rekaman Kesehatan Gigi Kursi Tangkas sendiri yang
di dalam buku ini  berisi informasi/catatan kesehatan gigi per individu. Tujuan
pembuatan buku ini adalah sebagai media untuk mengetahui keadaan kesehatan
gigi setiap peserta didik dan merencakan perawatan bagi yang membutuhkan
serta mengetahui seberapa jauh tindakan penanganan setiap peserta didik dalam
rangka kegiatan ini. Buku Rekaman Kursi Tangkas ini disimpan di Ruang UKS
yang dikoordinir oleh Guru UKS dan Dokter kecil serta Dokter Kecil UKGS.
Selain Buku Rekaman Kursi Tangkas, kegiatan inovasi ini dapat pula dipantau
memalui Kantong UKGS yang ada di Puskesmas yang isinya singkron dengan
Buku Rekaman Kursi tangkas di Sekolah. Sehingga kami petugas lebih mudah
memantau percepatan bebas karies pada setiap sekolah di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bontokassi secara berkala.

Pada awal Tahun 2017, Program Inovasi UKGS Kursi  Tangkas telah


mengupayakan pelaksanaan pada satu sekolah yaitu MIS Sawakong Desa
Sawakong Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Program ini dimulai
dari :
1. Melakukan advokasi dengan pihak sekolah;
2. Melakukan advokasi dengan pemerintah Desa Sawakong tentang kegiatan
inovatif yang akan dilaksanakan ( Kursi Tangkas )
3. Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kemenag dan
Aparat Kecamatan dan Aparat Desa Sawakong dengan mengundang lintas
sektor yang terkait, dalam rangka sosialisasi tentang kegiatan Inovasi Kursi
Tangkas.
4. Dalam proses sosialisasi tersebut dibuat kesepakatan/penggalangan
komitmen tentang penyelenggaraan/replikasi Inovasi Kursi Tangkas untuk
sekolah yang belum memiliki.
5. Menetapkan jadwal pelaksanaan kegiatan.
6. Menetapkan jenis pelayanan Inovasi Kursi Tangkas.
7. Melengkapi sarana dan prasarana pendukung kegiatan
Dalam penyelenggaraan kegiatan Kursi tangkas ini kami memilih satu sekolah
Dasar sebagai pemula dengan pertimbangan :

1. Kriteria pertama dalam penentuan lokasi berdasarkan hasil pemeriksaan


berkala kesehatan gigi dan mulut tahun 2016 (data terlampir) yang
menyatakan bahwa MIS Sawakong adalah tertinggi pada angka karies,
sehingga dilakukan pendataan kembali secara spesifik tentang keadaan karies
yang sedang dialami peserta didik tersebut;
2. Tingginya rasa takut anak bilamana berhadapan dengan tenaga kesehatan
gigi dan mulut (data terlampir), sehingga untuk melakukan tindakan
pemeriksaan maupun tindakan medis kami mengalami kesulitan.
Dalam menentukan waktu  pelaksanaan berdasar kepada :

2016. RUK UPT. Puskesmas Bontokassi tahun 2016.


2017. Jadwal dibuat pada awal tahun 2017 berdasarkan data tahun 2016 yang
telah ditandantangani oleh Kepala UPT.Puskesmas Bontokassi dan Camat
Galesong selatan dan dikirim ke MIS Sawakong untuk diketahui;
2018. Pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan Januari 2017 dan selanjutnya
untuk tahun 2018 dijadwalkan kembali berdasarkan capaian tahun 2017.
Begitupun jadwal tahun 2019  disusun berdasarkan capaian tahun 2018.
2019. Untuk tahun 2017 pelaksanaan kegiatan satu kali sebulan selama satu
tahun.
2020. Persuratan dilakukan satu kali di awal tahun 2017 dengan melampirkan
jadwal pelaksanaan selama satu tahun;
2021. Pada tahun 2018 pelaksanaan kegiatan berlangsung sekali sebulan
berdasarkan tingkat kebutuhan;
2022. Pada tahun 2019 pelaksanaan kegiatan sebanyak dua kali sebulan
berdasarkan kebutuhan.
Adapun Penatalaksanaan penyelenggaraan kegiatan kursi tangkas adalah :

1. Persiapan :
1). Instrumen : kaca mulut, Sonde, pinset, excavator,   kapas alkohol, handscoon,
masker, nierbekken;

2). Siapkan Dokter Kecil UKGS yang akan membantu dalam proses pelaksanaan
kegiatan;

3). Siapkan peserta didik dalam ruangan yang cukup kondusif untuk dilakukan
pemeriksaan awal.

1. Pelaksanaan
1). Dokter Kecil UKGS memanggil satu per satu murid yang akan diperiksa;

2). Tenaga kesehatan gigi melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
murid;

3). Catat hasil pemeriksaan pada Buku Rekaman ”Kursi  Tangkas”;


4). Setelah semua murid diperiksa maka disampaikan kepada guru UKS hasil
pemeriksaan tersebut;

5). Berikan surat persetujuan orang tua untuk tindakan perawatan pada
anaknya (Informed Consent).
6). Berikan tindakan pada peserta didik dengan indikasi perawatan di Kursi
Tangkas;

7). Berikan rujukan ke Puskesmas untuk peserta didik yang membutuhkan


perawatan lebih lanjut dan tidak bisa ditangani di Kursi tangkas;

8). Murid yang akan diberikan tindakan diantar oleh guru UKS/orang tua ke
Puskesmas.

1. Penyelesaian
1).Catat tindakan kedalam Buku Rekaman ”Kursi tangkas” ;
2).Berikan edukasi kepada anak untuk mampu memelihara kesehatan giginya
sendiri;
3).Berikan komunikasi therapeutik pada anak sesuai tindakan yang telah
diberikan.

Tahap-tahap UKGS yang telah dilakukan di MIS Sawakong sebagai Sekolah


Binaan UPT Puskesmas Bontokassi adalah :

1. Tahap I (satu) / Paket Minimal UKGS


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk peserta didik di MIS Sawakong
meliputi :

1. Pelatihan pada guru UKS tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Takalar dengan Narasumber Tenaga Kesehatan Gigi dari Dinas Kesehatan
Privinsi Sulsel.
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
UKS/dokter kecil minimal satu kali sebulan;
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan sikat gigi
bersama sekali seminggu untuk kelas I sampai VI.
4. Tahap II (dua) / Paket Standar UKGS
Kegiatannya meliputi :

1. Pelatihan pada guru UKS tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Takalar dengan Narasumber Tenaga Kesehatan Gigi dari Dinas Kesehatan
Privinsi Sulsel.
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
UKS/dokter kecil minimal satu kali sebulan;
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan sikat gigi
bersamam setiap hari untuk kelas I sampai VI .
4. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru;
5. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun
ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung dengan persetujuan orang tua
murid (Informed Consent) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi di Kursi
Tangkas;
6. Surface Protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan
di Kursi Tangkas di ruang UKS);
7. Rujukan bagi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
8. Tahap III (tiga) / paket Optimal UKGS
Kegiatannya meliputi :

1. Pelatihan pada guru pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan
kresehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakanoleh
Dinas Kesehatan dengan Narasumber Tenaga Kesehatan Gigi.
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
UKS/dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku minimal satu kali
sebulan;
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan sikat gigi
bersmam setiap hari untuk kelas I sampai VI;
4. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru;
5. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun
ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung dengan persetujuan orang tua
murid (Informed Consent) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi di Kursi
Tangkas.
6. Surface Protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan
di sekolah di ruang UKS di Kursi tangkas).
7. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai VI
(care on demand) di Kursi Tangkas;
8. Rujukan bagi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
 
4. Hasil Pelaksanaan:
Pada tahun 2016 keadaan karies di Mis Sawakong DMF-T 45% dan def-t 48%
mengalami penurunan di tahun 2017 sebanyak DMF-T 38% dan def-t 20%,
Sehingga program inovasi kursi tangkas ini dianggap berhasil. Sehingga
mendapatkan simpati para pengambil kebijakan untuk membuat regulasi untuk
direplikasi ke sekolah dasar lainnya di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bontokassi.Pada tahun 2018 penggunaan kursi tangkas ini semakin
nampak dampak positifnya, seperti menurunnya karies pada peserta didik di Mis
sawakong sebanyak DMF-T 28% dan def-t 13% sesuai data hasil pemeriksaan
berkala tahun 2018.
Adapun out put dari inovasi Kursi Tangkas ini adalah :

Pertama : Pada tahun 2017 diperoleh data 62% peserta didik terbebas dari  karies
di MIS Sawakong dan pada tahun 2018 72% peserta didik Mis Sawakong terbebas
dari karies.

Kedua : Pada tahun 2019 kursi tangkas telah direplikasi ke salah satu  sekolah
dasar di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi yaitu SDN No.79 Sawakong
Towa Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar, SDN No.76 Tarowang.
Ketiga : Pada tahun 2018 Tidak ada lagi rasa takut peserta didik ketika harus
mendapatkan  pelayanan kesehatan gigi karena kursi tangkas kelihatan seperti
kursi biasa dan sangat sederhana.

Anda mungkin juga menyukai