DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “”.
Makalah ini penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak dan sejumlah referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................iv
ABSTRAK ....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
3.1 Kesimpulan...........................................................................................7
3.2 Saran......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................8
iii
Abstrak
v
PENDAHULUAN
Latar Belakang
terjadinya kerusakan pada jaringan penyangga gigi dan mukosa mulut . Plak
adalah deposit lunak, tidak berwarna, mengandung bakteri, dan melekat pada
permukaan gigi Hal penting dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah
kesadaran dan perilaku pemeliharaan dari masing- masing individu. Pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut sangat eratkaitannya dengan kontrol plak atau
menghilangkan plak secara teratur. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan
adalah membersihkan mulut dengan menyikat gigi, flossing, dan pemeriksaan gigi
secara teratur ke dokter gigi.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai
permasalahan kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi sepuluh kelompok
penyakit yang dikeluhkan masyarakat, yang menduduki peringkat pertama adalah
penyakit gigi dan mulut dengan angka prevalensi 61% penduduk (DEPKES,
2012).
Karies menjadi masalah yang dominan di bidang Ilmu Kedokteran Gigi
sehingga perlu diperhatikan pencegahan dan penanggulanganya. Karies gigi yang
berkembang dalam rongga mulut bersifat kronis sehingga menyebabkan gangguan
seumur hidup bagi penderitanya, namun masalah ini sering diabaikan oleh
masyarakat dan perencana program kesehatan di Indonesia karena tidak sampai
membahayakan jiwa sehingga penanggulangan maupun pencegahannya sering
diabaikan.
Penyakit gigi dan mulut yang dialami di Indonesia mayoritas disebabkan
karena faktor kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut dinilai
menjadi salah satu faktor yang berperan langsung terhadap proses terjadinya
karies gigi dan menduduki peringkat pertama penyebab karies gigi.
Insidensi karies di Indonesia cenderung tinggi sebesar 88,8% (RISKESDAS,
2018) dan Sulawesi Selatan termasuk dalam 19 provinsi yang memiliki
prevalensinya diatas prevalensi nasional yaitu 25,3%.
Menyikat gigi adalah tindakan pencegahan plak yang paling mudah dilakukan.
Menyikat gigi menjadi cara paling efektif untuk menghilangkan penyebab dari
berbagai masalah kesehatan gigi jika dilakukan dengan benar. Menyikat gigi
berfungsi menghilangkan sisa makanan yang menempel di gigi, menyikat gigi
juga ditujukan untuk menghilangkan plak dan debris. Menyikat gigi dengan waktu
dan cara yang benar sangatlah penting karena gigi dan mulut yang sehat
mencerminkan kualitas hidup yang baik. Namun berdasarkan hasil survei nasional
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 melaporkan bahwa, dari 93,8%
masyarakat Indonesia yang sudah berperilaku menyikat gigi setiap hari, hanya
2,3% saja yang berperilaku benar dengan prevalensi karies mencapai angka
53,2%. Riskesdas juga melaporkan di Sumatera Barat, dari 93,7%, masyarakat
yang telah menyikat gigi dua kali sehari, hanya 1,4 persen yang sudah
melakukannya di waktu yang benar dan memiliki prevalensi karies yang masih
tergolong tinggi yaitu 70,6%. Pentingnya perilaku menyikat gigi dengan benar
haruslah diajarkan sejak dini, karena perilaku menyikat gigi yang salah akan
berdampak terhadap kesehatan gigi dan mulut seseorang.1
Metode
Program pengabdian masyarakat dilakukan pada siswa/i di SDN Ujung Tana
2 dengan di ikuti oleh 84 orang anak Usia Sekolah. Metode yang diberikan
2
yaitu pertama tim melakukan pemeriksaan terhadap gigi yang terdapat plak
berwarna coklat atau hitam dan terdapat gigi berlubang, Setelah itu dilakukan
penyuluhan sikat gigi selama kurang lebih 2 x 50 menit, penyuluhan
dilakukan dalam 2 tahap, tahap yang pertama diberikan materi tentang cara
menyikat gigi yang baik dan benar dan tahap kedua adalah demonstrasi cara
menyikat gigi serta diskusi.
3
GAGASAN
Cara penyikatan gigi harus sistematis supaya tidak ada gigi yang terlewat, yaitu mulai
dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior lainnya. Cara menyikat gigi
yang dianjurkan berupa cara menyikat gigi dengan gerakan-gerakan yang pendek, yaitu
menyikat gigi berulang-ulang pada satu tempat dan berpindah ke tempat yang lainnya.
Cara menyikat gigi haruslah diperhatikan dengan baik agar terhindar dari masalah
kesehatan gigi yang disebabkan oleh menyikat gigi (Machfoedz dkk, 1993). Cara
menyikat gigi untuk bagian gigi yang menghadap ke pipi atau bibir yaitu dengan
menyikat semua permukaan gigi. Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar dengan dataran
gigi dengan ujung bulu sikat diletakkan pada perbatasan gigi dengan gusi. Sikat gigi
o
dimiringkan 45 sehingga bulu sikat terarah pada perbatasan gigi dengan gusi. Sikat gigi
digerakan dengan gerakan maju mundur yang pendek atau digerakkan di tempat atau
digerakan secara membulat (Machfoedz dkk, 1993). Bagian permukaan gigi yang
menghadap ke lidah diutamakan menyikat bagian paling belakang gigi. Bagian gigi yang
menghadap ke lidah disikat dengan cara mencongkel. Sikat gigi diletakan dekat dengan
gusi lalu disikat ke arah luar dan daerah pengunyahan cukup dengan gerakan maju
mundur. Cara menyikat gigi bagian rahang atas dan bawah menggunakan cara yang sama.
Sikat dipindah secara teratur dan menyikat dengan teliti. Sikat gigi tidak boleh ditekan
sewaktu menyikat gigi (Machfoedz dkk, 1993).
Masih terdapat beberapa tempat yang perlu perhatian khusus sewaktu menyikat gigi,
karena bagian ini sering tidak dibersihkan dengan benar, terlewat, dan terlewati, ini
dikarenakan daerah gigi yang menyulitkan untuk disikat. Beberapa bagian dari gigi yang
sulit disikat adalah bagian gigi yang berbatasan dengan gusi, gigi bagian dalam yang
menghadap ke lidah terutama rahang bawah, dan pada gigi belakang yang menghadap ke
pipi (Machfoedz dkk, 1993).
Menyikat gigi harus memperhatikan arah menyikat gigi. Arah menyikat gigi yang
benar adalah dengan arah vertikal atau dari atas ke bawah. Menyikat gigi dengan arah
horizontal atau dari kiri ke kanan maupun dari arah kanan ke kiri berpotensi
mengakibatkan luka gusi atau menyusutnya gusi. Bahaya lain dari gerakan menyikat gigi
horizontal adalah abrasi vertikal atau penyimpangan leher gigi, yaitu penyimpangan pada
permukaan pertemuan email dan sementum akar. Penyimpangan yang terjadi terus
menerus akan menyebabkan gigi patah (Machfoedz dkk, 1993). Menyikat gigi tidak
diperkenankan untuk menekan secara berlebihan. Indikasi paling mudah menandakan
adanya tekanan yang berlebihan adalah berdarahnya gusi ketika menyikat gigi.
Memegang gagang sikat gigi terlalu kencang juga merupakan indikasi gigi terkena
tekanan berlebihan (Machfoedz dkk, 1993). Frekuensi penyikatan gigi sebaiknya 3 kali
sehari, setiap kali sesudah makan dan sebelum tidur. Lamanya penyikatan gigi yang
dianjurkan adalah minimal 5 menit, tetapi sesungguhnya ini terlalu lama. Umumnya
5
orang melakukan penyikatan gigi maksimum dua menit. Supaya penyikatan gigi lebih
baik, dapat dipergunakan disclosing solution sebelum dan sesudah penyikatan gigi
sebagai petunjuk akan efektifitas pengambilan dental plaque (Menurut Bio Kien Nio
dalam buku Megananda hiranya Putri dkk, 2010).
Waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur.
Menyikat gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di
permukaan atau di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menyikat gigi sebelum tidur,
berguna untuk menahan pengembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam
keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut
secara alami, semakin buruk kebiasaan anak dalam menyikat gigi pada malam hari
dapat menyebabkan terjadinya karies gigi, dan sebaliknya semakin baik anak dalam
menyikat gigi pada malam hari dapat turut mencegah terjadinya karies gigi.
Penyebab utama gigi berlubang adalah kurangnya kebersihan mulut. Sisa makanan
yang tertinggal pada gigi terutama karbohidrat menjadi sumber makanan bagi bakteri
pembusukan gigi.
6
KESIMPULAN
Kesehatan gigi dan mulut anak masih sangat memrihatinkan sehingga perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari tenaga kesehatan. Penyebab utama karies
yaitu adanya akumulasi plak berkaitan dengan keber- sihan mulut yang buruk.
Pengabdian masyarakat ini secara keseluruhan sangat efektif untuk
meningkatkan kebiasaan menyikat gigi setiap hari dengan teratur untuk mencegah
terjadinya karies gigi.
DAFTAR PUSTAKA