Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Microbiology of Dental Caries

Oleh: Kelompok 2

1. Raden Novi Oktaviani


2. Dita Rahayu Yunisa
3. Shalomitha Revansya Putri
4. Aira Putri Wahyudin
5. Aulia Najma Aura
6. Maisa Haruman
7. Arinda Palupi
8. Tsara Faridah Fitriani
9. Nadira Aulia Khanza
10. Achdin Ma’rifatul Ula
11. Mauldy Qodrina Senawati
12. Cahaya Izzatunisa
13. Rasefah Utami
14. Artine Nur Aini
15. Ocsa Tri Indriani
16. Ghufron Akmal Fauzi
17. Annisa Sukma Nurhalidza

JURUSAN KESEHATAN GIGI PRODI D.IV TERAPI GIGI

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Tahun Ajaran 2022/2023


Kata Pengantar

Syukur alhamdullilah senantiasa kami panjat kan kehadiran allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memunuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Mikrobiologi dengan judul Microbiology of Dental Caries
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak yang dengan
tulus memberikan doa saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dan saya ucap kan terimakasih kepada rekan rekan kelompok semua atas kerjasama dan support
dalam mengerjakan makalah ini.
Kami menyadari sepenuh nya bahwa Makala ini masih jauh dari sempurna di karena kan terbatas
nya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami ucap kan mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam makalah.
Dan kami harapkan semoga makalah kami dapat bermanfaat untuk kedepannya sekian dari kami
semua.

Bandung, 10 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................4
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................................................5
B. Perumusan Masalah........................................................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................................8
ISI................................................................................................................................................................8
A. Karies Gigi Menurut Umum dan Para Ahli.........................................................................................8
B. Faktor dan Penyebab Karies Gigi........................................................................................................8
C. Kalangan Yang Beresiko Terkena Karies Gigi.................................................................................11
D. Proses terjadinya karies gigi.............................................................................................................11
E. Pencegahan karies gigi......................................................................................................................11
F. Perawatan Karies Gigi.......................................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................13
PENUTUPAN...........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karies atau dalam bahasa umum disebut juga gigi berlubang, merupakan penyakit yang
seringkali dianggap remeh dan tidak membahyakan. Karies atau  gigi berlubang adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh kerusakan lapisan email yang bisa meluas sampai ke bagian saraf
gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri di dalam mulut. Gigi berlubang  disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor gigi, mikroorganisme, substrat, dan waktu. . Karies gigi merupakan
gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia.

Karies atau  gigi berlubang adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan
lapisan email yang bisa meluas sampai ke bagian saraf gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri
di dalam mulut. Gigi berlubang  disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor gigi,
mikroorganisme, substrat, dan waktu.
Faktor pertama yaitu karakter gigi yang biasanya bersifat menurun, seperti kualitas, ukuran, dan
posisi gigi. Kedua adalah mikroorganisme yaitu kuman yang ada di dalam mulut . Ketiga adalah
substrat atau disebut juga degan sisa-sisa makanan yang tertinggal di permukaan gigi.

Faktor terakhir adalah waktu, proses trejadinya karies tidak berlangsung dalam waktu
yang singkat. Perjalanan bakteri karies untuk menjadikan gigi berlubang berlangsung dalam
kurun waktu 6-48 bulan. Lalu bagaimana cara mencegah agar gigi kita tidak berlubang? Ada
banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya gigi berlubang diantaranya dengan
membiasakan diri untuk menyikat gigi dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat pula.

Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi yang dapat bertransmisi dari suatu lingkungan ke
lingkungan lainnya. Tingginya angka karies gigi terutama pada anak merupakan masalah yang
penting karena angka prevalensi karies gigi mencapai 80% dari jumlah penduduk. Data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan angka kejadian karies gigi pada
anak 60-90%. Di Indonesia sendiri menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun
2013 angka prevalensi karies pada anak mencapai 53,2%. 

Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2012), karies adalah hasil interaksi dari bakteri
di permukaan gigi, plak, dan diet khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan
oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi
jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. Karies berasal dari bahasa
Yunani yaitu "ker" yang artinya kematian, dalam bahasa latin karies berarti kehancuran. Karies
berarti pembentukan lubang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman atau bakteri yang
berada pada mulut (Srigupta, 2004).

Karies gigi (gigi berlubang) merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sering
terjadi, terutama pada anak-anak. Karies dapat terjadi karena multifaktorial dengan setidaknya
ada 4 faktor utama penyebab karies gigi yaitu host (gigi), substrat (makanan), mikroorganisme
(bakteri) dan waktu. Salah satu penyebab paling umum karies adalah kebiasaan minum susu botol
pada usia bayi hingga tertidur. Gula yang yang terkandung pada susu dapat mengendap menjadi
asam yang merusak hingga memicu gigi berlubang.

Terjadinya karies gigi pada masa kanak-kanak berhubungan dengan terjadinya karies gigi
pada masa remaja. Jika pada masa kanak-kanak seseorang memiliki riwayat karies gigi, di usia
remajanya dia akan memiliki risiko mengalami karies pada gigi permanen lebih besar, jika
dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki riwayat karies gigi pada masa kanak-kanak.
Karies gigi dapat dicegah dengan membiasakan menggosok gigi. Pembiasaan ini harus dilakukan
sejak masa kanak-kanak. Waktu menggosok gigi yang tepat sebaiknya dilakukan pada waktu
setelah makan makanan yang bersifat kariogenik atau tinggi gula, sesudah sarapan, dan sebelum
tidur.

Sedangkan Karies gigi pada lansia dipicu oleh perubahan air ludah akibat faktor


penuaan, pola makan tidak seimbang, serta perawatan gigi yang tidak dilakukan dengan
baik. Jika kondisi ini dibiarkan tanpa penanganan, dapat berujung pada tanggalnya gigi.

B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang dan permasalahan diatas, maka permasalahanya dapat dirumuskan
sebagai apa yang dimaksud dengan karies, faktor dan penyebab karies, serta untuk mengetahui
kalangan yang beresiko terkena karies.

C. Tujuan
a. Mengetahui apa itu karies gigi menurut umum dan para ahli
b. Mengetahui factor dan penyebab karies pada gigi
c. Mengetahui kalangan mana saja yang beresiko terkena karies pada gigi
BAB II

ISI

A. Karies Gigi Menurut Umum dan Para Ahli


Karies gigi adalah kerusakan jaringan karies gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam
karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva (Irma, 2013). Menurut Brauer
(dalam Tarigan, 2014), karies adalah penyakit jaringan yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai
dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah interproximal) meluas ke arah pulpa. Menurut Kidd dan
Bechal (2013), karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
cementum yang disebabkan oleh aktifitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kernudian diikuti oleh kerusakan bahan
organik.

Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2012), karies adalah hasil interaksi dari bakteri di
permukaan gigi, plak, dan diet khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri
plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi
dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya.

Karies berasal dari bahasa Yunani yaitu "ker" yang artinya kematian,dalam bahasa latin karies
berarti kehancuran. Karies berarti pembentukan lubang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman atau
bakteri yang berada pada mulut (Srigupta, 2004).

B. Faktor dan Penyebab Karies Gigi


Menurut Newbrun (dalam SuweIo, 1992), ada tiga faktor utarna yaitu mikroorganisme, gigi dan
saliva, dan substrat serta waktu sebagai faktor tarnbahan, adapun faktor dari dalam seperti:

a. Mikroorganisme

Mikroorganisme menempel di gigi bersama dengan plak atau debris. Plak gigi adalah media
lunak non mineral yang menempel erat di gigi. Plak terdiri dari mikroorganisme (70%) dan bahan antar
sel (30%). Keseel (dalam Tarigan, 2014), menyatakan bahwa mikroorganisme yang ada sangkut pautnya
dengan kerusakan gigi adalah Lactobacillus, Streptococcus dan Bacillus acidophilus. Terdapat korelasi
yang kuat antara Streptococcus mutans dan karies sehingga Streptococcus mutans merupakan penyebab
terbanyak terjadinya karies dan infeksi rongga mulut. Streptococcus mutans adalah bakteri patogen yang
berkolonisasi pada awal mula tumbuhnya karies gigi dan dapat hidup serta beradaptasi dalam suasana
asam. Streptococcus mutans dapat menghasilkan asam dan kadar asam yang tinggi menyebabkan
demineralisasi email yang dapat menginisiasi karies (Jawetz, 1986). Resiko terjadinya karies menjadi
tinggi apabila persentase Streptococcus mutans dalam plak gigi mencapai 2-10%. Resiko karies menjadi
rendah apabila persentase Streptococcus mutans dalam plak gigi dapat diturunkan hingga 0,1% (Pramoda,
2012). Karies dan penyakit infeksi rongga mulut dapat dicegah dengan menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans (Roeslan, 2002). Streptococcus mutans berinteraksi dengan makanan yang
mengandung karbohidrat dan menghasilkan asam yang dapat menyebabkan demineralisasi email dan
akhirnya dapat menyebabkan kerusakan gigi sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat dengan
kesulitan mengunyah. Beberapa infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans bahkan dapat
mengakibatkan kematian dalam kasus yang ekstrim (Nugraha, 2014). Streptococcus mutans memiliki
dinding sel, membran sel, mesosom dan nukleoid. Dinding selnya tebal yang tersusun dari peptidoglikan
dan teichoic acids yang mampu mencegah terjadinya lisis dinding sel bakteri serta dapat mempertahankan
bentuk sel. Streptococcus mutans juga memiliki kapsul yang tersusun dari polisakarida dan dextran
glukosa (Patria, 2013). Streptococcus mutans berperan dalam memfermentasikan sakarida menjadi asam
sehingga mengakibatkan pH menjadi turun dan melarutkan email gigi. Streptococcus mutans memiliki
sifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, yang paling banyak dihasilkan adalah asam laktat, selain itu
juga ada asam piruvat, asam asetat, asam propionat, asam formiat dan menghasilkan suatu polisakarida
yang lengket yang disebut dengan dextran. Oleh karena kemampuan ini, Streptococcus mutans dapat
mendukung dan melekatnya bakteri lain menuju ke email gigi. Akibatnya pH menjadi turun dan
melarutkan email gigi sehingga terjadilah karies (Nugraha, 2008).

b. Gigi dan saliva

Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya gigi berlubang (Kidd dan
Bechal, 2013). Kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan terkena gigi
berlubang tersebut adalah:

1) Pits dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal incisivus.

2) Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit dibawah titik kontak.

3) Email pada tepian didaerah leher gigi sedikit diatas tepi giginya.

4) Pemukaan akar yang berbeda.

5) Tepi tumpatan terutama yang kurang.

6) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.


c. Substrat (sisa makanan)

Menurut Newbrun, (dalam Suwelo, 1992), substrat adalah campuran makanan halus dan
minuman yang dimakan sehari hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap
gigi berlubang secara lokal di dalam mulut. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan
protein. Karbohidrat yang dikandung oleh beberapa jenis makanan yang mengandung gula akan
menurunkan pH plak dengan cepat sampai dengan level yang dapat menyebabkan demineralisasi email.
Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan
waktu 30-60 menit, oleh karena menahan pH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi
email. Sukrosa adalah gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa sebagai penyebab gigi
berlubang yang utama.

d. Waktu

Menurut Newbrun, (dalam Suwelo, 1992), waktu merupakan kecepatan terbentuknya gigi
berlubang serta lama dan frekuensi substrat menempel di perrnukaan gigi. Gigi berlubang merupakan
penyakit kronis, kerusakan berjalan dalam periode bulan atau tahun.

Menurut Suwelo, (1992), selain faktor-faktor diatas merupakan faktor langsung didalam mulut
yang berhubungan dengan gigi berlubang, terdapat pula faktor tidak langsung yang disebut faktor resiko
luar. Faktor resiko luar tersebut adalah:

1) Umur

Sejalan dengan bertambahnya umur seseorang jumlah gigi berlubang akan bertambah karena
faktor resiko terjadinya gigi berlubang akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.

2) Jenis kelamin

Prevalensi karies gigi tetap pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
disebabkan erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga gigi
anak perempuan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya gigi berlubang.

3) Kultur sosial penduduk

Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi dan prevalensi karies, faktor yang mempengaruhi
perbedaan ini adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi.

4) Letak Geografis
Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara
lain air minum, kultur sosial ekonomi penduduk. Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan
mempengaruhi diet kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah. Pada daerah dengan
kandungan flour yang cukup dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi karies rendah. Bila
flour diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara (dalam air minum dan makanan), maka email
akan banyakmenyerap flour sehingga akan memberikan efek besar terhadap pencegahan karies (Suwelo,
1992).

5) Kesadaran, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi

Merubah sikap dan perilaku seseoarang harus didasari dari motivasi tertentu dari individu itu
sendiri, sehingga seseorang yang bersangkutan mau melaksanakan motivasi tersebut dengan sukarela.

6) Suku bangsa

Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan suku bangsa dengan prevalensi gigi
berlubang, hal ini karena keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan gigi berlubang
dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda pada setiap suku bangsa.

C. Kalangan Yang Beresiko Terkena Karies Gigi


Karies ini dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Namun,
kondisi ini lebih sering menyerang anak-anak dan lansia.

D. Proses terjadinya karies gigi


Ada tiga komponen yang diperlukan dalam proses karies yakni gigi, plak dan bakteri serta diet
yang cocok. Diet yang paling berperan sebagai faktor utama bagi peningkatan prevalensi karies,
komponen diet yang sangat kariogenik adalah gula teroleh atau sukrosa, yang dimetabolisme oleh bakteri
dalam plak sehingga menyebabkan email menjadi larut (Ford, 2004)

E. Pencegahan karies gigi


Pencegahan terjadinya karies gigi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut, mengatur pola makan dan pemeriksaan gigi secara teratur. Menurut Boediharjo
(2010) untuk mencegah terjadinya karies gigi lebih ditekankan pada menjaga kebersihan gigi dan mulut
yang baik dan benar yang dapat dilakukan dengan cara:

1. Menyikat gigi

Menyikat gigi akan membersihkan gigi dari plak pada semua permukaan gigi baik dari sisi luar,
dalam, maupun sisi kunyah.
2. Pasta gigi

Pasta gigi yang digunakan dalam menyikat gigi sebaiknya pasta gigi yang mengandung fluor.
Fluor yang bereaksi dengan email membuat email lebih tahan terhadap kerusakan. Fluor yang berada
dalam pasta gigi ini akan mencegah kerusakan gigi jika dipakai secara teratur.

3. Benang gigi

Penggunaan benang gigi akan dapat menghilangkan plak dan sisa – sisa makanan dari sela – sela
gigi dan yang ada di bawah gusi. Daerah ini sulit dibersihkan dengan sikat gigi.

4. Kumur – kumur

Setelah membersihkan gigi dengan sikat gigi dan benang gigi lakukanlah kumur – kumur,
sehingga plak dan kotoran lain yang sudah lepas dapat dihilangkan.

F. Perawatan Karies Gigi


Tindakan awal untuk perawatan karies gigi, lubang kecil pada gigi sebaiknya segera ditambal.
Gigi yang tidak segera ditambal proses bertambah besarnya lubang pada gigi akan terus berlangsung.
Lubang tersebut tidak dapat menutup sendiri secara alamiah, tetapi perlu dilakukan penambalan oleh
dokter gigi (Afrilina dan Gracinia, 2011).

Gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan pemberian obat-obatan. Gigi
tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan
pengeboran atau bagian gigi yang pecah hanya dapat dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan.
Gigi yang terkena infeksi sebaiknya dibor atau dibuang sehingga dapat meniadakankemungkinan infeksi
ulang, setelah itu baru diadakan penambalan, untuk mengembalikan ke bentuk semula dari gigi tersebut
sehingga di dalam pengunyahan dapat berfungsi kembali dengan baik (Massler, 2007).
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Karies gigi adalah kerusakan jaringan karies gigi yang disebabkan oleh asam yang ada
dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva (Irma, 2013).
Menurut Brauer (dalam Tarigan, 2014), karies adalah penyakit jaringan yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah interproximal)
meluas ke arah pulpa.

Faktor dan Penyebab Karies Gigi yaitu mikroorganisme, gigi dan saliva, dan substrat
serta waktu sebagai faktor tarnbahan, Karies ini dapat dialami oleh siapa saja tanpa
memandang usia dan jenis kelamin. Namun, kondisi ini lebih sering menyerang anak-anak
dan lansia. Ada tiga komponen yang diperlukan dalam proses karies yakni gigi, plak dan
bakteri serta diet yang cocok, Pencegahan terjadinya karies gigi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu: pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, mengatur pola makan dan
pemeriksaan gigi secara teratur. Tindakan awal untuk perawatan karies gigi, lubang kecil
pada gigi sebaiknya segera ditambal.

Gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan pemberian obat-obatan
namun gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula
dengan melakukan pengeboran atau bagian gigi yang pecah hanya dapat dikembalikan
bentuknya dengan cara penambalan.

B. Saran
Karies bisa disebabkan oleh banyak hal dan dapat dialami oleh siapa saja tanpa
memandang usia dan jenis kelamin. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan terjadinya karies
gigi yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut, mengatur pola makan dan pemeriksaan gigi secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai