MAKALAH
CARIES DIAGNOSIS
OLEH
PEMBIMBING
Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pediatric Operative Dentistry yang merupakan tugas dalam PPDGS Ilmu Kedokteran
Gigi Anak.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Letkol Laut (K/W) Dr. drg.
Lusy Damayanti, Sp.KGA, yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Caries Diagnosis” ini dengan
baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
sehingga kritik dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk
memperbaiki pada kesempatan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberi dapat bermanfaat bagi pembaca
terkhusus pada bidang kedokteran gigi anak. Atas segala perhatian, penulis
mengucapkan terimaksih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
KESIMPULAN...........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
diarahkan untuk menghentikan proses tersebut dengan memodifikasi pola makan,
meningkatkan kontrol plak, dan penggunaan fluorida yang tepat. Dengan
menggunakan metode diagnostik kuantitatif non-invasif, lesi dapat dideteksi pada
tahap awal dan selanjutnya memantau perubahan lesi seiring berjalannya waktu
sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan membahas mengenai metode-metode pemeriksaan karies.(3)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
enamel dan dentin melebihi faktor-faktor yang mendukung remineralisasi dan
perbaikan jaringan-jaringan tersebut.
Cawson : Karies gigi dapat didefinisikan sebagai kerusakan bakterial yang
progresif dan ireversibel pada gigi yang terpapar pada lingkungan mulut.
Kidd dan Smith : Karies adalah penyakit pada jaringan gigi yang mengalami
kalsifikasi yang disebabkan oleh aksi mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat
difermentasi.
Lundeen : Karies gigi adalah suatu penyakit mikrobiologi menular yang
mengakibatkan penghancuran jaringan kalsifikasi gigi secara lokal dan
berkembang sebagai serangkaian eksaserbasi dan remisi.
Ernest Newburn : Karies gigi atau kerusakan gigi, merupakan proses patologis
kerusakan jaringan gigi secara lokal oleh mikroorganisme.
Ostrom : Karies gigi merupakan suatu proses pelarutan email atau dentin yang
disebabkan oleh aksi mikroba pada permukaan gigi dan dimediasi oleh aliran
fisiokimia ion terlarut air.
Hume : Karies gigi pada dasarnya adalah hilangnya komponen apatit (mineral)
email secara progresif akibat pelarutan asam, kemudian dentin, atau sementum, lalu
dentin.
Fejerskov dan Nyvad : Karies gigi merupakan penyakit kompleks yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan keseimbangan fisiologis antara mineral gigi dan cairan
biofilm.
Selwitz : Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang dimulai dengan
perubahan mikrobiologis dalam biofilm kompleks dan dipengaruhi oleh aliran
dan komposisi air liur, paparan fluoride, konsumsi gula makanan dan perilaku
preventif (membersihkan gigi). Namun, penyakit ini sebagian besar merupakan
penyakit yang sudah ada sejak zaman kuno dan juga terjadi pada populasi yang tidak
pernah mengonsumsi gula atau makanan olahan.
4
Sikri : Karies gigi merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan mikroorganisme mulut yang menyebabkan produksi asam
dan selanjutnya melarutkan jaringan keras gigi. (6)
5
bahwa berbagai enzim proteolitik diproduksi oleh plak dan mampu merusak
jaringan lunak pada tahap inisiasi dan perkembangan penyakit periodontal.
Teori ini tidak memiliki arti penting dalam inisiasi karies gigi, tetapi perannya
dalam perkembangan karies stadium lanjut tidak dapat dihindari.
Teori Proteolisis - Teori Khelasi
Diusulkan oleh Schatz dan Martin pada tahun 1955. Dia mengusulkan bahwa
beberapa produk bakteri pada email, dentin dan makanan dengan komponen
saliva dapat berbentuk ikatan dengan ion kalsium gigi. Ikatan terbentuk pada
pH netral atau pH basa saja. Jadi, teori khelasi proteolisis ini mengusulkan
bahwa demineralisasi email dapat terjadi tanpa pembentukan asam (tanpa
fermentasi makanan). Studi terbaru menunjukkan bahwa khelasi tidak mungkin
dalam lesi yang terbentuk ketika pH plak menjadi netral.
Teori Khelasi Sukrosa
Teori ini diusulkan oleh Lura pada tahun 1967. Plak Bakteri menggunakan
fosfat dalam plak, menyebabkan hilangnya keseimbangan fosfat dalam plak
dan email gigi, mengakibatkan hilangnya anorganik dari enamel. Senyawa
kompleks kalsium yang larut dengan yang diproduksi oleh bakteri
menyebabkan disintegrasi gigi (Teori yang dibuang)
Teori Autoimunitas
Burch dan Jackson (1970) mengusulkan bahwa gen tersebut sebagian
diwariskan dan sebagian lagi mutasi, menentukan apakah gigi berisiko tinggi
atau rendah. Sel-sel odontoblast mungkin menjadi target dalam
perkembangan karies gigi yang dapat mengubah resistensi enamel terhadap
serangan asam. Teori ini didasarkan pada epidemiologi karies dan sebagian
gen yang diturunkan. Studi terbaru menolak teori ini.
Teori Sulfatase
Teori ini dikemukakan oleh Pincus dkk pada tahun 1950. Teori ini
menunjukkan bahwa bakteri plak menghasilkan sulfatase enzim yang
6
menghidrolisis Mucoitin sulfat dari email dan kondroitin sulfat dari dentin yang
menghasilkan pembentukan asam sulfat yang menyebabkan dekalsifikasi
jaringan gigi. Karena konsentrasi Mucoitin sulfat yang sangat rendah dalam
enamel yang tidak tersedia sebagai substrat untuk degradasi enzimatik.
Penyelidikan ulang baru-baru ini gagal mengkonfirmasi teori ini. (7)
Karies gigi melibatkan proses kompleks demineralisasi dan remineralisasi
email yang terjadi karena aksi asam organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme di
dalam plak gigi. Karies gigi adalah penyakit multifaktorial, yang dihasilkan dari
interaksi antara faktor lingkungan, perilaku dan genetik. Empat faktor yang
mempengaruhi perkembangannya yaitu:
Faktor host
Faktor mikroorganisme
Faktor substrat
Faktor waktu.
7
terapeutik) dan jika lingkungan rongga mulut secara keseluruhan tidak seimbang dan
keadaan demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi karies.(4)
1. Faktor Host
Pada proses karies, kualitas struktur gigi dan saliva merupakan faktor host
utama yang harus dipertimbangkan. Kualitas gigi yang buruk, seperti email yang
mengalami hipomineralisasi, berhubungan dengan peningkatan angka karies, dan
perubahan kuantitas dan/atau kualitas saliva memiliki efek mendalam pada
keseluruhan lingkungan mulut, mempengaruhi tingkat karies, kenyamanan mulut,
kesehatan periodontal dan ketahanan terhadap infeksi.(8)
Komposisi gigi sulung
Komposisi gigi sulung terdiri dari email dan dentin. Email melapisi dentin
sehingga struktur email sangat menentukan terhadap proses terjadinya karies.
Struktur email terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal terpenting
yaitu hidroksil apatit Ca10(PO4)6 (OH)2. Sifat email lebih keras dan padat bila
dibandingkan dengan dentin sehingga email lebih tahan terhadap karies. Email lebih
banyak mengandung mineral dan bahan-bahan anorganik dengan jumlah air yang
relatif lebih sedikit. Ketebalan email gigi sulung setengah dari email gigi tetap maka
kerusakan jaringan gigi sulung akibat proses karies relatif lebih cepat daripada gigi
tetap.(4)
Morfologi gigi sulung
Permukaan oklusal merupakan permukaan yang paling peka terhadap karies
karena terdapat ceruk dan fisura. Email yang meliputi ceruk dan fisura umumnya
lebih tipis atau bahkan bagian tersebut tidak dilapisi email sehingga sangat mudah
terjadi karies. Selain itu, bentuk yang demikian memudahkan retensi makanan dan sulit
untuk dibersihkan.(2)
Permukaan proksimal gigi sulung berbentuk datar sehingga bersentuhan dengan gigi
bersebelahan dengan kontak bidang sehingga menyulitkan pembersihan dan
memudahkan terjadinya karies. Mahkota gigi sulung ditandai dengan penyempitan
8
pada servikal yang signifikan baik pada dimensi mesiodistal maupun fasiolingual.
Molar sulung memiliki tonjolan serviks bukal yang jelas. Keadaan ini memudahkan
menempelnya plak dan sulit dibersihkan.
Susunan gigi sulung
Susunan gigi geligi sulung yang berjejal lebih sulit dibersihkan sehingga
memudahkan terjadinya karies gigi.(2)
2. Faktor Mikroorganisme
Karies tidak akan terjadi bila tidak ada mikroorganisme kariogenik, dan tidak
semua mikroorganisme di dalam mulut bersifat kariogenik. Mikroorganisme yang
terkait dengan perkembangan karies gigi memiliki sifat asidogenik dan tahan terhadap
asam. Karies adalah penyakit yang terkait dengan poli mikroorganisme. Streptococcus
mutans masih diyakini sebagai bakteri terpenting dalam inisiasi dan perkembangan
penyakit ini dalam kombinasi dengan Lactobacilli. Streptococcus mutans (termasuk S.
mutans dan S. sobrinus) adalah kelompok utama bakteri yang terlibat dalam inisiasi
demineralisasi email. Pada bayi, bakteri ini dapat diturunkan secara vertikal oleh
ibu/pengasuh utama atau secara horizontal oleh teman sebaya di kelompok bermain
atau pusat penitipan anak.
3. Faktor Substrat
Substrat adalah campuran sisa makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari
- hari dan menempel pada permukaan gigi. Faktor yang paling sering mengubah
lingkungan rongga mulut adalah konsumsi karbohidrat yang sering. Karbohidrat antara
lain polisakarida, disakarida dan monosakarida. Dari ketiganya, sukrosa mempunyai
kemampuan yang lebih besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik.
Bakteri dapat menggunakan karbohidrat yang dapat difermentasi untuk menghasilkan
energi dan laktat. Laktat kemudian dikeluarkan dari sel sebagai asam laktat.
Frekuensi paparan merupakan faktor penting daripada jumlah karbohidrat yang dapat
difermentasi.
9
4. Faktor Waktu
Waktu adalah lama dan frekuensi substrat menempel pada permukaan gigi. Substrat
akan diubah menjadi asam laktat dan energi oleh mikroorganisme. Hal ini akan
terjadi terus menerus selama ada substrat dan mikroorganisme. Proses demineralisasi
dan remineralisasi email terus- menerus berjalan antara hilangnya mineral email dan
perolehan mineral. Hanya ketika keseimbangan bersandar pada demineralisasi,
proses karies terjadi. Hasil jangka panjang dari siklus ini ditentukan oleh:
Komposisi dan jumlah plak.
Konsumsi gula – terutama sukrosa (frekuensi dan waktu).
Paparan fluoride.
Aliran dan kualitas saliva.
Kualitas email.
Respon imun
Pembentukan karies sendiri memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun,
tergantung pada intensitas dan frekuensi serangan asam. Untuk menjaga
keseimbangan, harus ada waktu yang cukup untuk proses remineralisasi berlangsung.
Ketika keadaan merugikan lebih sering terjadi, atau ketika aliran saliva berkurang,
tingkat demineralisasi dan kerusakan gigi akan meningkat.(4)
1
❖ Berdasarkan lokasi
o Karies pit dan fissure
o Karies permukaan halus
o Karies akar
❖ Berdasarkan arahnya
o Karies kedepan- Ketika karies pada enamel berbentuk V shape, sebagai titik
awal menuju DEJ
o Karies kebelakang- Ketika kerusakan lebih besar menuju ke DEJ dengan
apeks yang kecil
❖ Berdasarkan usia
o Early childhood caries
o Karies remaja
o Karies usia lanjut
❖ Berdasarkan permukaan
o Karies sederhana – melibatkan 1 permukaan
o Karies majemuk – melibatkan 2 permukaan
o Karies kompleks – melibatkan lebih dari 2 permukaan
❖ Berdasarkan tipe permukaan
o Karies oklusal
o Karies proximal (N.marwah)
1
GV Black(4)
Karies Rampan
• Karies ini adalah tipe karies akut dengan perkembangan yang cepat.
• Jenis karies ini melibatkan beberapa atau seluruh gigi, termasuk
gigi yang umumnya tidak rentan terhadap karies.
• Rampan karies dapat terjadi baik pada pasien anak-anak ataupun pada
pasien dewasa.
• Etiologi dari karies ini adalah multifactorial.(2)
1
Beberapa faktor risiko karies rampan :
• Pengalaman karies sebelumnya
• Akumulasi plak
• Oral hygiene
• Kebiasaan dalam diet
• Kepercayaan dan sikap tentang kebersihan gigi dan mulut
• Faktor fisik, mental, dan social
• Kualitas dan kuantitas saliva
• Penyakit sistemik
• Riwayat pengobatan
• Konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang
• Ekspos terhadap fluor
• Sistem imun
• Status social ekonomi
• Morfologi gigi(2)
Karies Botol
• Karies ini sering disebut dengan Baby Bottle Caries atau Nursing
Bottle Caries.
• “Baby bottle syndrome”, “nursing caries”, atau “bottle mouth
caries” adalah nama untuk menggambarkan pola karies di mana
gigi seri atas dan geraham sulung lebih rusak parah. Fitur utama
dari jenis karies ini adalah gigi seri bawah yang tidak rusak, yang
dapat benar- benar sehat atau sedikit terpengaruh.
• Karies ini berhubungan dengan penggunaan susu botol.
• Jenis karies ini merupakan bentuk karies rampan yang spesifik
yang biasanya berhubungan dengan kebiasaan orangtua
menerapkan pola makan yang tidak tepat: anak ditidurkan pada
waktu tidur siang dan/atau pada malam hari dengan botol berisi
1
susu atau minuman yang mengandung gula. Anak tertidur, dan
cairan menggenang di sekitar gigi (gigi anterior bawah cenderung
dilindungi oleh lidah). Cairan yang mengandung karbohidrat
menyediakan media kultur yang sangat baik untuk
mikroorganisme asidogenik. Aliran saliva juga menurun selama
tidur, dan pembersihan cairan dari rongga mulut diperlambat.
• Ciri klinisnya berupa gambaran melingkar berwarna putih atau
cokelat gelap melingkar di servikal gigi insisif rahang atas.(2)
1
• ECC merupakan penyakit multifactorial yang terjadi akibat interaksi
beberapa faktor yang berperan dalam proses pembentukannya. Faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah mikroorganisme kariogenik, ekspos
terhadap karbohidrat fermentasi dengan cara makan yang tidak tepat, dan
berbagai variable lainnya.
• ECC dapat dirawat dengan mengurangi pembentukan plak, mengubah
komposisi bakteri plak, dan modifikasi kebiasaan diet.
• Selain itu, perawatan ECC dapat berupa restorasi, konseling diet, edukasi
orang tua mengenai cara memberikan makan, mempertahankan OHIs yang
baik, serta penggunaan agen fluor topical.(2)
Klasifikasi ECC (menurut pola tampakan klinis)
Penampilan klinis gigi pada S-ECC pada anak usia 2, 3, atau 4 tahun
adalah tipikal dan mengikuti pola yang pasti. Terdapat keterlibatan awal karies
pada gigi anterior rahang atas, molar pertama rahang atas dan rahang bawah,
dan kadang-kadang kaninus rahang bawah. Insisivus mandibula biasanya tidak
terpengaruh. Hal ini diduga karena aliran saliva dan posisi lidah. Namun, jika
mereka terpengaruh, ini akan menunjukkan risiko yang sangat tinggi.(2)
2.4 Faktor yang dapat mempengaruhi karies
Saliva disekresi oleh tiga kelenjar besar dan beberapa kelenjar kecil. Ke tiga
kelenjar besar tersebut adalah : kelenjar parotis, kelenjar submandibularis dan kelenjar
sublingualis. Kelenjar saliva di bawah pengaruh sistem saraf otonom yang menerima
serabut-serabut simpatis dan parasimpatis. Serabut simpatis mempengaruhi kelenjar
submandibularis dan sublingualis dan menghasilkan sekresi saliva yang kental.
Sedangkan serabut parasimpatis mempengaruhi kelenjar parotis yang menghasilkan
1
saliva encer. Sistem saraf simpatis erat hubungannya dengan mekanisme seseorang
yang bereaksi terhadap stress, bila seseorang stress maka jumlah saliva akan berkurang
dan menjadi lebih kental. Kecepatan dan dengan konstituen dari alir saliva berbeda
tergantung pada ada tidaknya faktor perangsang. Saliva yang dirangsang dengan
mengunyah dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium dan fosfat.
Pada anak-anak, sekresi kelenjar saliva dan sifat-sifat salivanya masih belum
stabil. Hal ini dihubungkan dengan keadaan kelenjar yang belum sempurna
persarafannya karena masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Dengan
demikian maka jumlah dan sifat saliva pada anak- anak sangat bervariasi dan akan
mempengaruhi keadaan kesehatan mulutnya.(4)
Saliva membantu menyeimbangkan proses karies dengan menghilangkan
substrat dan membuffer asam plak, dan memiliki peran penting dalam remineralisasi
karena menyediakan larutan ion kalsium dan fosfat yang stabil dan juga ion fluoride
dari sumber ekstrinsik. Komposisi utama saliva adalah air (~99,5%), dengan berbagai
komponen anorganik dan organik lainnya. Protein saliva, terutama histatin, musin
dan statherin, sangat bermanfaat dengan menyediakan: Aktivitas anti bakteri dan anti
jamur dan anti virus. Pelumasan, yang juga membantu dalam pembentukan bolus.
Menghambat demineralisasi dan stabilisasi ion kalsium dan fosfat, yang membantu
remineralisasi. Oleh karena itu, penurunan jumlah atau kualitas saliva secara signifikan
dapat meningkatkan risiko karies.(4)
1) Defisiensi Saliva
Penurunan aliran saliva dapat bersifat sementara atau permanen.
Berkurangnya jumlah atau tidak adanya saliva akan menghasilkan lingkungan asam
dengan karies. Selain kerusakan gigi yang cepat, terdapat bibir kering dan
pecah- pecah, dengan celah di sudut mulut, rasa terbakar dan nyeri pada
membran mukosa, dan parestesia pada gigi dapat terjadi. Terdapat beberapa
alasan untuk penurunan aliran saliva. Disfungsi saliva yang didapat mungkin
merupakan hasil dari banyak faktor biologis dan psikologis yang berbeda dan
dapat bersifat sementara atau permanen. Selama tahap akut, mumps dapat
menyebabkan
1
penurunan sementara aliran saliva. Gangguan kekebalan, seperti sindrom Sjö gren,
dan kondisi genetik, seperti displasia ektodermal hipohidrotik, sering
menunjukkan xerostomia kronis. Banyak pasien onkologi yang menerima
penyinaran kepala dan leher atau seluruh tubuh yang juga mengakibatkan
disfungsi kelenjar ludah. Pasien dengan aliran saliva yang kurang sering
mengalami karies aktif.(4)
2) Status Sosial Ekonomi
Anak-anak dan remaja dengan sosial ekonomi yang rendah menderita
kerusakan gigi dua kali lebih banyak daripada mereka dengan sosial ekonomi
tinggi. Selain itu pada anak dengan sosial ekonomi rendah lebih sering tidak
mendapatkan perawatan. Menyusul laporan 2010 dari ahli bedah umum, Edelstein
menunjukkan bahwa anak-anak dengan sosial ekonomi rendah memiliki dua kali
jumlah gigi yang terkena karies dan dua kali jumlah kunjungan untuk
menghilangkan rasa sakit tetapi jumlah kunjungan gigi lebih sedikit daripada
anak-anak dalam keluarga dengan sosial ekonomi lebih tinggi. Pada data yang
tersedia mengkonfirmasi bahwa, dari perspektif demografis, anak-anak dengan
sosial ekonomi rendah berisiko tinggi mengalami karies gigi.(4)
3) Karakteristik Anatomi Gigi
Gigi sangat rentan terhadap pembentukan karies selama 2 tahun pertama
setelah erupsi. Mineralisasi email yang belum lengkap dan diperlukan waktu
tambahan sekitar 2 tahun agar proses ini dapat diselesaikan dengan paparan saliva.
Molar permanen sering memiliki ceruk dan fisura yang menyatu secara tidak
sempurna dengan atau tanpa hipoplasia yang memungkinkan biofilm tertahan di
dasar defek, kadang-kadang berkontak dengan dentin yang terbuka. Selain
permukaan oklusal, lingual pits pada molar permanen rahang atas, bukal pits pada
molar permanen mandibula, dan lingual pits pada gigi insisivus lateral permanen
rahang atas merupakan area yang rentan dimana proses karies gigi dapat
berlangsung dengan cepat. Hipomineralisasi gigi insisivus molar (MIH) adalah
defek perkembangan email yang umum yang ditandai dengan distribusi
asimetris
1
dari kekeruhan berbatas hipomineralisasi pada gigi molar permanen pertama dan
gigi insisivus. Hypomineralization adalah defek kualitas email. Enamel yang
mengalami hipomineralisasi parah tidak tahan terhadap gaya pengunyahan
sehingga mudah rusak dan mendukung perkembangan karies yang agresif.(4)
1
GV Black pada tahun 1924 menyarankan penggunaan alat explore yang tajam,
berdasarkan tug back action untuk mendiagnosa karies gigi.Namun, pemeriksaan
taktil terhadap karies gigi telah dikritik karena kemungkinan berpindahnya
mikroorganisme kariogenik dari satu tempat ke tempat lain, sehingga menimbulkan
kekhawatiran adanya penyebaran penyakit lebih lanjut di rongga mulut yang
sama.Selain itu, penggunaan alat explore dapat menyebabkan kerusakan permanen
pada struktur gigi iatrogenik dan demineralisasi (Ekstrand et.al., 1987; Stookey,
2005;
Loesche et al., 1979). Oleh karena itu, pemeriksaan visual dengan mirror dan probe
tumpul kini dianjurkan.(2)
♦ Berdasarkan ADA
ADA telah mengkategorikan karies gigi menjadi ringan, sedang, berat, sebagai
berikut (2):
1
Sistem Deteksi dan Penilaian Karies Internasional
(ICDA
S)
2
♦ Dental Floss
Menggunakan benang tanpa wax yang digerakkan pada permukaan proksimal
gigi, menimbulkan hambatan saat ditarik dan fibernya akan robek.
♦ Tooth Separation
- Mengurangi permukaan gigi untuk memvisualisasikan permukaan aproksimal
posterior kini kembali populer.
- Metode ini menggunakan modul atau band orthodontik dan achieves slow
separation. Pengambilan cetakan gigi pada aproksimal surfacevdigunakan untuk
membantu mendeteksi kavitas.
2
- Penelitian telah menunjukkan bahwa Tooth Separation lebih banyak mendeteksi
lesi email yang tidak berlubang dibandingkan pemeriksaan visual-taktil tanpa
separasi atau pemeriksaan bitewing.(2)
♦ Ultraviolet Illumination
- Sinar ultraviolet (UV) telah digunakan untuk meningkatkan kontras optik antara
lesi karies dan jaringan lunak di sekitarnya.
- Di area yang kandungan mineralnya lebih sedikit seperti lesi karies, fluoresensi
alami email gigi di bawah pencahayaan UV berkurang. Di bawah UV
iluminasi, lesi karies muncul sebagai titik gelap di sekitar area fluorensen.(2)
2
♦ Radiografi Konvensional
Radiografi gigi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perlengkapan
dokter gigi kontemporer untuk mendiagnosis karies.
Keakuratan radiografi untuk mendiagnosis karies gigi adalah antara 40% dan
65%.
Rickets, Wenzell menemukan bahwa radiograf meningkatkan kemampuan
diagnostik tetapi hanya bila dikombinasikan dengan pemeriksaan visual yang
baik.
Meskipun radiografi konvensional seperti bitewing dan radiografi intraoral
periapikal paling sering digunakan untuk mendeteksi karies, radiografi tersebut
dapat menyebabkan gigi tumpang tindih karena kesalahan angulasi dan
mungkin juga kehilangan lesi dini. Selama masa pertumbuhan gigi sulung,
permukaan oklusal paling rentan terhadap serangan karies, namun dengan
erupsi gigi molar pertama permanen, resiko karies pada bagian proksimal
meningkat tajam. Dalam situasi seperti ini, radiografi bitewing mutlak
diperlukan untuk mendeteksi karies proksimal pada gigi molar sulung.
Kelemahan radiografi adalah tidak mampu membedakan antara lesi karies aktif
dan pasif, juga membedakan lesi kavitasi dan lesi non-kavitasi. (2)
2
untuk meningkatkan proses diagnostik dengan memfasilitasi deteksi dini penyakit
atau memungkinkan kuantifikasi penyakit secara obyektif.(2)
♦ Radiografi Digital
Radiografi digital adalah teknik radiografi intraoral tanpa film, hanya
menggunakan sedikit radiasi yang terpapar pada pasien. Teknik ini
menawarkan potensi untuk meningkatkan hasil diagnostik radiografi gigi.(2)
Keuntungan :
1. Gambar segera ditampilkan dan tidak perlu pengolahan
2. Pengurangan dosis radiasi
3. Manipulasi gambar secara digital dimungkinkan meningkatkan tampilan.
4. Dapat digunakan sebagai bantuan visual untuk ditunjukkan kepada pasien di
layar komputer
5. Hal ini meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas dalam proses
pengambilan keputusan pengobatan.
Kekurangan :
1. Hal ini meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas dalam proses
pengambilan keputusan pengobatan.
2. Umur sensor tidak diketahui.
3. Biaya yang cukup tinggi.(2)
♦ Digital Subtraction Radiography
Digital Subtraction Radiography (DSR) adalah analisis gambar yang lebih
maju yang memungkinkan profesionalis untuk dapat membaca perbedaan
kecil dari subsequent radiograf yang tidak teramati karena proyeksi yang
berlebihan dari struktur anatomi atau perbedaan kepadatan yang terlalu kecil
untuk dikenali oleh mata manusia.
Gambar radiografi yang diperoleh dengan dua interval waktu yang berbeda
dengan geometri proyeksi yang sama, secara spasial dan diselaraskan secara
densitrometis menggunakan perangkat lunak tertentu.
2
Jika kedua gambar digital identik, metode ini akan menghasilkan gambar
tanpa detail (hasilnya nol). Namun, jika karies mengalami kemunduran atau
perkembangan sementara itu, hasilnya akan berbeda dari nol. Ketika ada
perkembangan karies, hasilnya akan berupa nilai di atas nol (peningkatan
nilai piksel). Jika terjadi regresi karies, hasilnya berlawanan dan hasilnya
adalah nilai di bawah nol (penurunan nilai piksel) (Hekmatian et al. 2005)
Kerugian utama dari teknik ini adalah sangat sensitif terhadap kebisingan fisik
apa pun yang terjadi di antara radiografi dan bahkan perubahan kecil pun
dapat menyebabkan kesalahan besar pada hasilnya.(2)
♦ Transiluminasi Serat Optik
Fiber optic trans iluminasi, merupakan metode praktis untuk mencitrakan
gigi dengan adanya beberapa hamburan (Marcus dan Friedman, 1970). Penerangan
disampaikan melalui cahaya sumber ke permukaan gigi. Cahaya merambat dari
penerangan serat melintasi jaringan gigi ke permukaan yang tidak diterangi. Gambar
yang dihasilkan dari distribusi cahaya kemudian digunakan untuk diagnosis. Area
karies tampak sebagai bayangan gelap yang mengikuti pembusukan (Oogard dan
Ten Bosch) Peralatan ini mencakup lampu halogen 150-W dan rheostat untuk
memberikan cahaya dengan intensitas maksimum. Cermin mulut yang dipasang
pada baja manset dan probe serat optik ditempatkan di daerah embusan di bawah
titik kontak untuk menghasilkan sinar sempit untuk penerangan trans.
Keuntungannya adalah teknik pemeriksaan non-invasif yang sederhana, tidak ada
bahaya radiasi, dapat digunakan pada semua permukaan,kerugiannya adalah
bahwa sistem ini bersifat subjektif daripada objektif, karena tidak ada data yang
terus menerus yang dikeluarkan dan tidak memungkinkan untuk merekam apa
yang dilihat dalam bentuk gambar. Modifikasi lainnya adalah transiluminasi serat
optik tergantung panjang gelombang (WFOTI) yang digunakan untuk mendeteksi
lesi karies yang masih dini dan yang sudah mulai berkembang.(2)
2
Fluoresensi adalah fenomena di mana suatu benda dieksitasi oleh panjang
gelombang cahaya tertentu, dan cahaya yang dipantulkan memiliki panjang
gelombang yang lebih besar. Apabila cahaya berada dalam spektrum yang
terlihat, fluoresensi . Dalam kasus fluoresensi yang diinduksi cahaya kuantitatif
(QLF), cahaya yang terlihat memiliki panjang gelombang 370 nm, yang berada di
wilayah biru spektrum. Autofluoresensi
yang dihasilkan dari email manusia kemudian dideteksi dengan menyaring
cahaya eksitasi menggunakan filter band pass pada > 540 nm oleh yang kecil kamera
intraoral. Hal ini menghasilkan gambar yang hanya terdiri dari saluran hijau dan
merah (warna biru telah disaring) dan warna utama email adalah hijau.
2
perangkat lunak menggunakan nilai piksel dari email suara untuk merekonstruksi
permukaan gigi dan kemudian mengurangi piksel-piksel yang dianggap sebagai
lesi.Keuntungannya adalah reproduktifitas yang tinggi, deteksi lesi kecil yang baru
jadi pada email dan dentin, penyimpanan gambar dan penularan, dan dapat
bertindak sebagai motivasi bagi pasien Kerugiannya, ini adalah prosedur yang
sensitif terhadap isolasi.(2)
♦ Pengukur karies
Gigi dikeringkan dan diisolasi sebelum memulai perawatan. Celah gigi dibasahi
dengan setetes air liur untuk memastikan konduktansi listrik yang baik. Pengukuran
resistensi dilakukan antara ujung probe dan klip yang terpasang pada elektroda
oral dan lampu berwarna mencerminkan status gigi. Keuntungannya adalah
ukurannya yang kecil, praktis, dan memberikan diagnosis yang akurat.
Kekurangannya adalah area diagnosis terbatas pada dimensi probe, teknik ini
bersifat sen- sitif, dan status lesi tidak diketahui seperti lesi yang tertahan atau
aktif.(2)
2
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Karies gigi adalah kerusakan pada gigi yang disebabkan oleh asam yang
diproduksi oleh bakteri dalam plak gigi. Diagnosis karies gigi biasanya dilakukan
oleh dokter gigi melalui pemeriksaan visual, pemeriksaan rontgen, dan evaluasi
keadaan gigi. Berikut adalah beberapa kesimpulan umum mengenai diagnosis
karies gigi:
1. Pemeriksaan visual: Dokter gigi akan memeriksa gigi dan mulut pasien
secara visual untuk mencari tanda-tanda karies gigi, seperti bercak putih
atau hitam pada permukaan gigi, lubang kecil, atau keretakan.
2. Pemeriksaan rontgen: Rontgen gigi sering digunakan untuk membantu
dalam diagnosis karies gigi. Ini memungkinkan dokter gigi untuk melihat
kerusakan gigi di bawah permukaan enamel yang mungkin tidak terlihat
secara visual.
3. Evaluasi keadaan gigi: Dokter gigi juga akan mengevaluasi keadaan
umum gigi, termasuk sensitivitas, nyeri, dan perubahan struktural. Hal ini
membantu dalam menentukan tingkat kerusakan dan jenis perawatan yang
dibutuhkan.
Kesimpulannya, diagnosis karies gigi melibatkan pemeriksaan visual,
pemeriksaan rontgen, dan evaluasi keadaan gigi secara menyeluruh. Dengan
diagnosis yang tepat, dokter gigi dapat merencanakan perawatan yang sesuai
untuk mengobati dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada gigi.
2
DAFTAR PUSTAKA