Anda di halaman 1dari 31

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS MAKALAH

PERAWATAN KELAINAN JARINGAN KERAS

PEDIATRIC RESTORATIVE DENTISTRY

OLEH:

aaaaaaaaaa

DOSEN

Wiwik Elnangti Wijaya, drg., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Perawatan Kelainan Jaringan Keras

yang merupakan tugas dalam mata kuliah PPDGS Ilmu Kedokteran Gigi Anak.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Wiwik Elnangti Wijaya, drg.,

Sp.KGA yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Pediatric Restorative Dentistry” ini dengan baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu

kritik dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki pada

kesempatan selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberi dapat bermanfaat bagi pembaca di bidang

Perawatan Kelainan Jaringan Keras pada umumnya dan terkhusus pada bidang kedokteran

gigi anak.

Atas segala perhatian, penulis mengucapkan terimakasih.

Makassar, 10 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................

2.1 Dental Material.........................................................................................................


2.2 Preparasi Kavitas Gigi Sulung.................................................................................
2.3 Restorasi Karies Proksimal Insisal pada Gigi Sulung Anterior (Klas IV).............
2.4 Preparasi Karies pada Gigi Permanen Muda..........................................................
2.5 SSC Gigi Posterior.................................................................................................
2.6 Cosmetic Restorative Procedures for Young Permanent Anterior Teeth..............
2.7 ART........................................................................................................................

BAB III KESIMPULAN................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit karies gigi merupakan penyakit yang dialami oleh kurang lebih 60-90% anak-
anak di kebanyak negara baik negara berkembang mau pun negara industri. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi karies aktif
kelompok umur 12 tahun 2013 sebesar 42,6% dan angka pengalaman karies sebesar 50,2%
dengan rata-rata DMF-T sebesar 1,4. Angka ini telah mengalami kenaikan yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan data tahun 2007 yaitu karies aktif sebesar 28,8%, angka
pengalaman karies sebesar 36,1% dan rerata DMF-T sebesar 0,91.1
Karies merupakan kehilangan ion mineral kronis berlanjut pada email mahkota maupun
permukaan akar yang disebabkan oleh flora bacterial dan produk-produknya. Kehilangan
mineral dini hanya dapat terlihat secara mikroskopis namun seringkali pada email terlihat
sebagai lesi “white spot” (bercak putih) atau pada akar berupa perlunakan sementum.
Kegagalan untuk mengkompensasi kehilangan mineral tersebut akan menimbulkan kavitasi
yang dapat berlanjut terus hingga menyebabkan kerusakan ireversibel pada pulpa.1-3
Kemajuan dalam kedokteran gigi preventif dan penerapannya di klinik gigi, fluorisasi
air minum dan pendidikan kesehatan gigi telah secara dramatis mengubah sifat praktik gigi.
Saat ini dokter gigi menghabiskan lebih banyak waktu untuk prosedur pencegahan dan lebih
sedikit waktu untuk melakukan restorasi rutin gigi yang terkena karies. Namun demikian,
restorasi lesi karies pada gigi anak dan gigi permanen muda menjadi salah satu layanan
penting yang dokter gigi anak dan dokter gigi.4
Manual referensi dari American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mencakup
Pedoman tentang Pediatric Restorative Dentistry (direvisi pada tahun 2020) yang menyatakan
yaitu perawatan restoratif didasarkan pada hasil dari pemeriksaan klinis yang tepat dan
idealnya merupakan bagian dari rencana perawatan yang komprehensif. Rencana perawatan
harus mempertimbangkan hal-hal seperti status perkembangan gigi-geligi, penilaian risiko
karies, kebersihan mulut pasien, kepatuhan orang tua serta frekuensi kunjungan yang
berulang dan kemampuan pasien untuk bekerja sama untuk perawatan.4
Rencana perawatan restoratif harus disiapkan bersama dengan program pencegahan
yang disesuaikan secara individual, termasuk di dalamnya yaitu pertimbangan anak dan orang
tua dalam pemilihan perawatan gigi, umur anak, riwayat kesehatan umum dan riwayat

1
kesehatan gigi. Restorasi gigi anak berbeda signifikan dengan restoratif gigi permanen
karena perbedaan morfologi gigi.4
Oleh karena adanya perbedaan cara dan teknik restorasi gigi anak dan gigi dewasa.
Maka akan dibahas mengenai restorasi pada masa gigi sulung (primary dentitions years) anak
pada usia 3 sampai 6 tahun serta pada masa gigi permanen muda (adolescent years) anak
pada rentang usia > 6 tahun sampai 12 tahun.5

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari Pediatric Restorative Dentistry
agar menjadi bekal ilmu mahasiswa PPDGS Kedokteran Gigi Anak.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Dental Materials5


Bahan material yang akan di bahas pada makalah ini adalah:
a. Basis dan liner: calcium hydroxide, zinc oxide eugenol, glass ionomer cement
b. Dentin bonding agents
c. Restorative materials: amalgam, resin based composite, bulk fill resins, glass ionomer,
compomers
d. Cements
e. Monolithic zirconia

Bahan restorasi yang digunakan pada gigi anak secara umum sama dengan yang
digunakan pada umumnya. Pada penjelasan mengenai dental materials ini akan membahas
mengenai bahan yang secara umum digunakan pada gigi anak. Tabel dibawah ini
mengidentifikasi bahan yang paling umum digunakan pada kedokteran gigi anak.

Material Umum yang Digunakan dalam Kedokteran Gigi Anak

3
2.1.1 Basis dan Liner
Basis dan liner penting digunakan dalam restorasi gigi anak, tujuannya adalah untuk
mengurangi marginal microleakge dari restorasi. Bahan yang digunakan pada zaman dahulu
sebagai basis dan liner yaitu calcium hydroxide, zinc oxide eugenol dan zinc phosphate. Pada
saat ini, material yang paling banyak digunakan adalah glass ionomer cement.

2.1.2 Dentin Bonding Agents


Sebelumnya, dentin atau enamel bonding agents terbagi menjadi dua kelompok:
a. Halophosphorus esters of 2,2-bis[4-(2-hydroxy-3-methacryloyloxypropyloxy)phenyl]
propane (Bis-GMA)
b. Polyurethanes. Poliuretan adalah ester halofosforus dari hidroksietil metakrilat
(HEMA). Kedua ikatan dentin ini agen mengandalkan ikatan fosfat-kalsium untuk
retensi

Penghapusan smear layer telah dinyatakan dapat meningkatkan efektivitas retensi dari
dentin bonding agents. Bonding agents terbaru sudah mengandung komposisi conditioning
dan primer yang dapat menghapus smear layer yang berada di lapisan dentin. Ini
menghasilkan ikatan mekanik karena infiltrasi monomer ke dalam zona demineralisasi
dentin, di mana monomer terpolimerisasi dan saling mengunci dengan matriks dentin.

2.1.3 Restorative materials


a. Amalgam
Secara tradisional, amalgam digunakan untuk restorasi klas I dan klas II. Sampai
saat ini amalgam masih menjadi bahan material yang efektif. Studi penelitian yang
dilakukan selama 3 tahun untuk menilai performa klinis dari tambalan amalgam
dari 260 tambalan amalgam (86,4% tambalan klas II) dinyatakan 254 berhasil. Hal
yang perlu dipertimbangkan dalam keberhasilan tambalan amalgam adalah dari
segi klinis dan setting amalgam yang berhubungan dengan sukses dan gagal dari
tambalan amalgam.
b. Resin based composite
Komposit berbasis resin digunakan secara luas sudah mencapai 30 tahun ini.
Resin komposit digunakan untuk fissure sealant dan restorasi klas I sampai V pada
gigi sulung maupun gigi permanen. Diterima sangat baik karena memiliki nilai
estetis yang baik. Keuntungan lainnya yaitu konduktivitas termal yang rendah,

4
mempertahankan struktur gigi dan kestabilan dari komposisi bahan material.
Komposit berbasis resin dibagi menjadi 2 cara polimerisasi yaitu secara kimia
(chemically polymerized resin based composite) dan sinar (visible light
polymerized resin based composite).
c. Bulk Fill Resins
Secara konvensional ketebalan inkremental maksimum komposit berbasis resin
yang dapat ditembus oleh penetrasi cahaya yaitu 2 mm sehingga dibutuhkan
teknik layering yang memakan waktu dan berpotensi untuk terjadinya kekosongan
pada saat teknik layering, sehingga meningkatkan risiko kegagalan.
Baru-baru ini kelas baru bahan komposit resin, bulk fill resins, telah
diperkenalkan. Rekomendasi klinis menunjukkan bahwa bahan-bahan ini
memiliki kedalaman light cure yang lebih dalam, yang memungkinkan mereka
untuk ditempatkan sedalam 4 mm dan masih memiliki polimerisasi yang
memadai.
d. Glass ionomer
 Restorasi gigi anterior
Restorasi gigi anterior menggunakan GIC terbatas hanya pada klas III dan
klas V dikarenakan daya tahan fraktur yang rendah dan kekuatan perlekatan
pada enamel yang rendah sehingga tidak bisa digunakan untuk restorasi klas
IV. Retensi dari tambalan GIC pada restorasi klas V, dimana gingiva margin
tidak berada pada enamel, dapat menghasilkan retensi yang lebih baik ketika
menggunakan bahan GIC dibandingkan dengan resin based composite.
Fluoride release dari GIC terbukti dapat menghambat terbentuknya karies
sekunder.
 Restorasi gigi posterior
Kekurangan terbesar dari bahan GIC adalah ketika digunakan pada restorasi
gigi posterior karena memiliki ketahanan terhadap fraktur yang rendah.
Partikel metal telah ditambahkan pada bahan GIC untuk meningkatkan
ketahanan dari bahan GIC sebagai bahan restorasi gigi posterior. Ketahanan
terhadap fraktur merupakan sebuah hal yang dipertimbangkan dan berpikir
kritis ketika menggunakan GIC sebagai bahan restorasi gigi posterior. Dari
hasil investigasi bahwa bahan RMGIC sebagai bahan restorasi gigi posterior
pada gigi sulung menunjukkan hasil klinis yang baik dan sukses.

5
 Kompomer
Kompomer direkomendasikan digunakan sebagai bahan material pada
kedokteran gigi anak. Kompomer merupakan gabungan dari resin based
composite dan GIC. Kompomer dikembangkan dengan harapan membawa
sifat yang menguntungkan dari komposit berbasis resin seperti keausan
resistensi, stabilitas warna, dan kemampuan poles bila dibandingkan dengan
glass ionomer kaca. Reaksi asam-basa terjadi di dalam bahan kompomer
tetapi bukan reaksi pengaturan utama; oleh karena itu polimerisasi cahaya
diperlukan untuk menyelesaikan setting dari bahan kompomer. Kompomer
digabung dengan metakrilat primer yang terikat pada enamel, dentin, dan
bahan restoratif kompomer; jadi produsen mempertimbangkan etsa pada
struktur gigi sebelum penempatan restorasi.

2.1.4 Cements
Semen sering digunakan dalam kedokteran gigi anak. Kegunaan utama dalam
kedokteran gigi anak yaitu sementasi mahkota SSC dan sementasi orthodontic bands. ZOE
dan GIC adalah semen yang paling umum digunakan.

2.1.5 Monolithic Zirconia


Zirkonia monolitik diperkenalkan ke kedokteran gigi hampir dua dekade lalu; baru-
baru ini, telah digunakan untuk mahkota lengkap. Mahkota keramik zirkonia sangat kuat
dalam lentur dan tekan kekuatan. Permukaan yang sangat halus dan mengkilap sangat
menguntungkan untuk jaringan gingiva. Mahkota zirkonia monolitik sekarang bisa digunakan
untuk restorasi estetika gigi sulung anterior dan posterior.

2.2 Preparasi Kavitas Gigi Sulung4


Tahap preparasi kavitas pada gigi sulung tidak sulit, yang penting adalah kontrol dari
operator. Banyak penulis yang merekomendasikan menggunakan bur carbide kecil yang
membulat di ujungnya yang digunakan di highspeed handpiece. Untuk efisiensi dan
kenyamanan operator, bisa juga dapat diselesaikan dengan satu bur pada beberapa kondisi.

6
a. Kavitas Klas I pada anak yang sangat muda
Pada saat pemeriksaan anak yang lebih muda dari 2 tahun, mungkin dokter gigi akan
menemukan adanya karies kecil di central fossa satu atau dua pada gigi molar sulung.
Ini dibutuhkan tindakan restorasi walaupun lesi yang muncul sangat kecil.
Dikarenakan psikologi anak yang belum matang dan tidak mungkin untuk diajak
untuk komunikasi, orang tua diminta bantu untuk memegang anaknya dan di pangku
(posisi lap to lap). Posisi ini membuat anak merasa lebih aman dan membantu dokter
gigi dalam hal melakukan restrain selama tindakan gigi. Kavitas yang kecil tidak
diperlukan penggunaan rubber dam atau local anastesi. Bur nomor A 329 atau 330
dapat digunakan untuk membuka daerah karies dan diperluas sampai ke margin bila
diperlukan. Bila tindakan tidak dapat dilakukan, selesaikan preparasi dengan
menggunakan abrasi udara atau sistem laser akan membuat pasien lebih nyaman.
Penambalan gigi bisa menggunakan amalgam atau RMGIC untuk membuat karies
menjadi arrested caries (karies terhenti) dan setidaknya sementara karies tidak akan
menjadi berkembang untuk menghindari karies gigi yang meluas. Jika anak koperatif,
preventif resin restorations bisa digunakan.

7
b. Kavitas Pit dan Fissure Klas I
Preparasi dan restorasi pit dan fissure klas I dengan menggunakan teknik preventif
resin restoration.

c. Karies Kelas I yang dalam


Meskipun penggunaan bahan restoratif terus berkembang, amalgam tetap menjadi
bahan restoratif pilihan bagi banyak dokter. Sifat penanganan yang mudah, umur
restorasi yang panjang, dan kurang sensitivitas teknik menjadikan bahan ini pilihan
yang baik untuk restorasi gigi sulung posterior. Namun, perlu dicatat bahwa
kekhawatiran telah dikemukakan tentang paparan dokter gigi, pasien, dan lingkungan
terhadap merkuri yang terkandung dalam amalgam. Ini telah menyebabkan
penggunaan amalgam dilarang di beberapa negara.

8
Idealnya kedalaman lantai pulpa 1.5mm dari permukaan enamel atau masuk ke dalam
dentin 0.5mm . Panjang dari ujung pemotong bur No 330 adalah 1.5mm sehingga ini
merupakan pengukur yang baik untuk mengukur kedalaman kavitas. Cavosurface
margin tidak boleh ada bevel untuk menghindari tekanan.

9
d. Kavitas Klas II
 Lesi kecil
Lesi proksimal yang kecil masih mungkin direstorasi dengan terapi fluor topical.
Bila perawatan ini dipilih maka instruksikan pasien untuk meningkatkan diet dan
oral hygiene. Pada beberapa kasus dapat menghentikan karies dan merangsang
remineralisasi. Dianjurkan orang tua untuk melakukan pemeriksaan berkala.
Apabila orang tua tidak bisa melakukan instruksi tersebut, lakukan foto bitewing
guna tindakan lebih lanjut sebelum lesi berkembang progresif menjadi lebih besar.
Lakukan pembukaan kavitas dengan bur kecil atau dikikis dengan air abrasion
dari arah lateral.
 Lesi yang meluas sampai dentin
Lesi karies klas II yang mencapai dentin dengan bahan tumpatan amalgam atau
resin komposit secara umum dilakukan pembukaan garis tepi atau membebaskan
kontak proksimal. Hal ini dilakukan hati-hati agar tidak melukai permukaan
proksimal gigi tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan membentuk sudut yang
tepat antara dinding aksial, bukal, dan lingual dari boks proksimal. Dinding bukal
dan lingual divergen ke arah servikal mengikuti kontur gigi. Retensi dovetail
dibuat di oklusal meliputi pit dan fissure, sudut antara bidang aksial dan pulpa di
bevel dan di groove. Seluruh jaringan karies harus dibuang dan sebelum ditumpat

10
dengan amalgam atau resin komposit pada dasar kavitas dilapisi oleh liner atau
basis.

e. Kavitas Klas III


Lesi akibat karies terdapat pada permukaan proksimal pada gigi anterior sulung sering
dijumpai di daerah kontak dan hal ini menunjukkan keadaan karies yang aktif. Anak
dengan lesi tersebut memerlukan suatu tindakan pencegahan yang efektif. Bila setelah
pembuangan jaringan karies tampak kedalaman karies belum mengenai dentin dan
tidak melibatkan bagian insisal, maka dapat ditumpat dengan teknik restorasi klas III
konvensional. Bahan tumpatan yang dipilih adalah tumpatan sewarna.
Preparasi konvensional klas III:
 Membuka tepi ridge proksimal untuk memudahkan pembersihan jaringan karies
 Membuat retensi berupa lock di fasial dan lingual serta membevel seluruh tepi
kavitas guna meningkatkan ikatan setelah pengetsaan

11
Preparasi modifikasi klas III:
 Membuat retensi berupa lock di fasial
 Untuk preparasi klas III distal gigi kaninus sulung, dibuatkan boks proksimal ke
arah gingiva, retensi dovetail dapat labial atau fasial, bahan tumpat amalgam atau
resin komposit.

Permukaan distal gigi kaninus adalah daerah yang sering karies pada pasien risiko
karies tinggi karena berkontak dengan gigi molar pertama sulung. Modifikasi klas III
menggunakan dovetail di daerah lingual atau labial. Daerah palatal biasanya dipertimbangkan

12
untuk gigi kaninus maksila dan daerah labial biasanya untuk gigi mandibula kaninus dimana
estetis tidak dibutuhkan.

2.3 Restorasi Karies Proksimal Insisal pada Gigi Sulung Anterior (Klas IV)4
a. Estetis Resin Restoration
Salah satu tambalan estetis pada gigi sulung yaitu apabila karies sudah mencapai ke
insisal seperti gambar dibawah ini. Pada kasus ini sebaiknya menggunakan rubber
dam untuk mempertahankan daerah kerja tetap kering, penglihatan yang lebih baik
saat operasian, dapat kontrol mulut dan bibir pasien. Preparasi kavitas melibatkan
daerah proksimal sampai ke daerah insisal dan lesi karies diambil. Gigi di etsa, dan
diaplikasikan bonding agent.

b. Stainless steel crown


Gigi sulung insisif atau kaninus yang kariesnya telah mencapai insisal bisa dilakukan
restorasi menggunakan SSC meskipun dalam banyak kasus untuk gigi anterior dalam
banyak kasus telah digantikan dengan bahan lain yang lebih estetis. Cara lain agar

13
mendapatkan estetis dengan menggunakan SSC yaitu memotong SSC bagian labial
dan terbentuklah jendela pada bagian labial yang bisa ditutup dengan menggunakan
resin komposit. Restorasi seperti ini disebut dengan open-face stainless steel crown.

14
Beberapa merk dari SSC dengan bagian labial yang lebih estetis juga bisa digunakan
untuk restorasi gigi sulung.

15
c. Direct Resin Crowns
Webber menjelaskan bahwa teknik mahkota resin langsung menggunakan bahan resin
komposit dengan bantuan mahkota seluloid. Hasil menunjukkan bahwa sangat sedikit
penyelesaian restorasi yang diperlukan ketika mahkota seluloid telah dipasang dengan
benar. Teknik ini secara umum disebut sebagai teknik strip crown. Hasil penelitian
menunjukkan strip crown mempunyai hasil yang baik untuk restorasi gigi sulung
dengan permukaan ganda dan dapat bertahan sampai 3 tahun. Bentuk dari celluloid
crown bisa digunakan untuk gigi sulung.

2.4 Preparasi Karies pada Gigi Permanen Muda5


Masuk di masa remaja, anak menjadi lebih mandiri, tanggung jawab terhadap dental
home care harus sudah bisa dilakukan oleh anak secara mandiri walaupun diawasi oleh
orang tua. Di sisi lain, dokter gigi harus bisa menjadi pengedukator yang baik dan
memberikan informasi yang baik sesuai dengan tingkat psikologi anak.

16
a. Pemilihan Dental Material
Dalam pemilihan bahan material pada masa remaja, penting untuk evaluasi gigi,
risiko tinggi, lokasi kavitas, tekanan dari restorasi yang akan diterima. Salah satu
pilihan yang dipilih secara luas adalah resin komposit karena memiliki estetis yang
baik, menjaga struktur gigi, tidak ada kandungan merkuri. Kesuksesan resin komposit
tergantung dari tergantung dari sistem adhesi yang menyediakan bonding komposit
resin terhadap enamel dan dentin yang terdiri dari etsa-and-rinse atau self etch
systems. Ada 3 tipe resin komposit yaitu microfilled, hybrid, nanofilled. Resin
nanofilled mempunyai kekuatan physical yang lebih baik dibandingkan mikrofilled.
Segi mekanis dan physical dari hybrid resin komposit lebih baik dari microfilled
karena mengandung lebih banyak partikel filler. Hybrid resin komposit dapat
digunakan secara universal karena dapat digunakan dalam berbagai situasi.
Microfilled digunakan dalam keadaan yang membutuhkan estetis karena partikel yang
lebih kecil. Resin komposit microfilled lebih gampang di poles dibandingkan dengan
yang hybrid. Polimerisasi resin komposit diaktifkan dengan penyinaran lampu biru
dengan panjang gelombang 450 sampai 470 nm.
b. Fundamental of Clinical Technique
 Pemilihan shade merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan restorasi yang
estetis. Gigi yang akan di cocokkan dengan shade guide harus dibersihkan dengan
rubber profilaksis cup dan bubuk pumis. Gigi yang kering atau dehidrasi harus
dihindarkan karena dapat membuat gigi menjadi tidak sama warnanya. Gigi harus
dalam keadaan lembab dan dibawah cahaya langsung dan tidak boleh dibawah
lampu dental unit. Shade guide yang sering digunakan adalah VITA shade guide.
Walaupun pencocokan warna antara resin komposit dan VITA tidak selamanya
sesuai, sebaiknya menyiapkan shade guide dari masing-masing merk resin
komposit. Pada masa ini, banyak klinisi yang memberikan pilihan warna ke pasien
dengan memberikan dua pilihan warna sebagai pilihan. Cara lain untuk verifikasi
warna adalaj dengan meletakkan resin komposit ukuran kecil pada permukaan
gigi, disinar, kemudian lihatlah kecocokan warna, kemudian singkirkan resin
dengan instrument tangan. Harus dipahami bahwa ini dilakukan tanpa etsa agar
memudahkan ketika menyingkirkan resin kompositnya.
 Salah satu hal yang penting adalah isolasi daerah kerja selama penempatan resin
komposit. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan rubber dam, alternatif

17
lain adalah dengan intraoral vacuum system seperti misalnya isolite system
(Isolite Systems, Santa Barbara, CA), yang mempunyai plastic flexible
mouthpiece yang membantu retraksi dari jaringan lunak, bite block, dan suction
konstan. Dalam beberapa studi dikatakan bahwa isolite system mempunyai fungsi
yang sama dengan rubber dam. Cara lain untuk isolasi daerah kerja adalah
menggunakan lip dan check retractor
 Penggunaan basis dan liner untuk memproteksi pulpa pada preparasi kavitas yang
dalam mempunyai banyak manfaat. GIC liner bisa digunakan pada kavitas yang
dalam dengan ketebalan 0.5 sampai 1.0 mm dari jaringan pulpa. Liner ini
berikatan secara kimia pada struktur gigi dan slow release fluoride.
 Setelah polimerisasi sempurna, konturing dan polishing dari restorasi dengan
menggunakan carbide finishing burs, ultrafine diamonds atau finishing disks. Fine
pointed burs dapat membantu konturing dan polishing daerah berkontur yang sulit
untuk di capai seperti daerah embrasure. Bur bulat digunakan pada daerah
permukaan konkaf dan bur bentuk disk digunakan untuk daerah yang datar atau
permukaan yang konveks. Setelah konturing dan polishing, restorasi seharusnya di
polish dengan serangkaian bur polish atau alat rubber abrasive. Finishing akhir
dan polish daerah proksimal menggunakan abrasive strips adalah pilihan terbaik.
c. Restorasi Gigi Anterior pada Gigi Fraktur
Trauma pada gigi anterior sering terjadi dan biasanya melibatkan enamel, dentin, atau
pulpa. Cedera seperti ini dapat menyebabkan masalah di pulpa yang mengakibatkan masalah
estetis dan harus di evaluasi secara klinis dan radiografi secara berkala. Temuan klinis yang
bisa didapatkan yaitu ransangan thermal yang berkurang dan sensitivitas tekanan. Radiografi
digunakan untuk diagnosa ada atau tidaknya fraktur akar. Apabila ada fraktur akar, perawatan
dimulai dengan perawatan saluran akar.
 Clinical Technique: Class IV Restoration
Retensi utama dari restorasi klas IV yaitu pada margin enamel cavosurface 1.0 mm
sampai 2.0 mm. Bevel dapat memberikan ikatan yang lebih baik dan minimal leakage.

18
Setelah anastesi, diikuti dengan isolasi, bevel dibuat dengan dengan bur high speed.
Karies di buang bila ada, berikan lapisan base atau liner bila dentin terekspos. Wedges dan
seluloid matriks dapat digunakan untuk menghindari gigi tetangga terkena etsa dan bonding.
Anterior matriks dapat juga digunakan untuk memaksimalkan kurva gigi anterior, bentuk
anatomi dan kontak ketika meletakkan komposit seperti Garison Anterior Matrix System atau
Bioclear Matrix. Setelah peletakkan, finishing, polishing, dan cek tekanan oklusi harus
minimal.

19
2.5 SSC Gigi Posterior5,6

20
Hall Technique of SSC Placement
Teknik Hall dari pemasangan SSC merupakan suatu teknik yang telah diperkenalkan 10
tahun lalu. Teknik ini diperkenalkan oleh N.Hall pada tahun 1988, seorang dokter gigi asal
Scotland, menggunakan SSC dan disemenkan pada gigi sulung yang mengalami affected
karies dan tanpa menggunakan anastesi local, pembuangan jaringan karies dan tanpa
preparasi gigi. Teknik ini mudah dilakukan. Dokter gigi memilih ukuran SSC yang terkecil
yang dapat masuk ke gigi sulung. SSC yang dipilih diaplikasikan semen GIC. Semen yang
berlebih dibersihkan. Dikarenakan teknik Hall tidak memerlukan preparasi, diperlukan
orthodontic spacer untuk membuka daerah proksimal untuk mempermudah pemasangan SSC.
Spacer diberikan beberapa hari dan lakukan perjanjian kembali untuk pemasangan SSC.
Teknik Hall ini kontroversial saat diperkenalkan di US karena dianggap dapat menyebabkan
open bite karena tidak ada preparasi gigi dan serta karies yang ditinggalkan di bawah SSC.
Tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa open bite akan hilang setelah tidak melebihi satu
bulan dan sealing affected caries pada gigi ini seperti tindakan pulp capping indirect.
Walaupun kontroversial, adapun indikasi penggunaan teknik hall di US yaitu pada pasien
muda yang tidak koperatif yang mempunyai karies aktif pada gigi sulung, pasien yang
mempunyai dana terbatas untuk perawatan di ruang operasi atau pasien dengan antrian yang
panjang untuk mendapatkan perawatan gigi, dapat dirawat dengan teknik Hall. Gigi
permanen molar yang baru erupsi dengan enamel hypoplasia dan gigi yang telah hancur pada
bagian oklusal dapat menggunakan teknik hall sampai gigi tersebut erupsi sempurna untuk
dapat menerima restorasi definitive.

21
2.6 Cosmetic Restorative Procedures for Young Permanent Anterior Teeth5
Salah satu permasalahan yaitu estetis pada gigi anterior yang mengalami diskolorasi,
perkembangan gigi yang undersize, malformasi, fraktur, dll. Restoratif estetik dan bonding
teknik biasa digunakan pada kasus ini.
a. Bonded Composite Veneer Restorations (Resin Based Composite Bonding)
Resin komposit sering digunakan secara langsung pada enamel yang telah di etsa.
Teknik ini bisa digunakan pada gigi yang mengalami hipoplastik tingkat rendah atau
diskolorasi gigi tahap rendah. Ada juga yang melakukan teknik ini pada gigi yang
mengalami diskolorasi intrinsic dengan melakukan veneering pada seluruh permukaan
labial. Tindakan ini bisa digunakan untuk tahap ringan sampai sedang pada gigi yang
mengalami diskolorasi yang tidak ada respon terhadap bleaching atau prosedur
mikroabalasi.

22
b. Bonded Laminate Veneer Restorations (Dental Laminates or Laminate Veneers)
Penggunaan porcelen tipis yang menghadap bagian fasial menjadi hal yang umum.

23
2.7 Atraumatic Restorative Treatment (ART)
Atraumatic restorative treatment (ART) atau nama lainnya yaitu Alternate Restorative
Treatment (ART) diperkenalkan pada pertengahan tahun 1980 di Tanzania untuk mengatasi
kurangnya perawatan untuk mengurangi jumlah karies gigi yang terjadi di masyarakat serta
terbatasnya teknologi seperti listrik, air, peralatan gigi yang tidak tersedia. Sebelum
tersedianya ART, lesi karies yang terjadi pada populasi yang kurang mampu cenderung
berkembang dan perawatan pilihan yang dilakukan adalah pencabutan gigi.6,7
ART merupakan perawatan dengan tindakan yang minimal invasive untuk restorasi gigi
dengan hanya menggunakan instrument tangan untuk pembuangan jaringan karies dan
material adhesive yang melepaskan fluor untuk penambalan. ART telah dipromosikan oleh
WHO dengan tujuan agar negara yang kurang berkembang yang mempunyai keterbatasan
sarana dan prasarana. Tahun 2001, American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD)
mengadopsi kebijakan tentang ART. AAPD mengakui bahwa tidak semua karies gigi dapat
diobati dengan teknik restorative tradisional dan AAPD mengakui teknik ART dalam
perawatan dan pengelolaan karies gigi dimana teknik restorative tradisional tidak mungkin
dilakukan.5
Pendekatan dengan teknik ART yaitu sealing pit dan fissure yang rentan berkembang
menjadi karies atau yang sudah terjadi lesi karien non-kavitasi (ART sealant) atau
menghilangkan karies yang demineralisasi hanya menggunakan instrument tangan dan
menambal karies dengan material perekat dan glass ionomer. Diantara kelebihan ART adalah
rendahnya biaya jika dibandingkan dengan pendekatan restorative konvensional serta
kemudahan eksekusi. Selain itu, penggunaan local anastesi jarang diperlukan membuat teknik
ART tidak perlu menyakitkan dan lebih nyaman bagi pasien.5,7

Pengaturan di Mulut ketika Tindakan6


a. Salah satu aspek penting kesuksesan ART yaitu kontrol saliva di sekeliling gigi yang
akan dilakukan tindakan.
b. Cotton roll cukup efektif untuk absorb saliva dan dapat menyediakan proteksi jangka
pendek. Adapun cara peletakan cotton roll yaitu:
 Rahang atas: Retraksi bibir dan pipi dengan kaca mulut untuk membuat ruangan
antara pipi dan gigi untuk penempatan cotton roll. Letakkan cotton roll dengan posisi
sedikit memutar dari gigi menuju gingiva agar membantu mencegah cotton roll tidak
keluar dengan mudah

24
 Rahang bawah: Minta pasien untuk menjulurkan lidah keluar. Dorong lidah ke sisi
berlawanan dengan kaca mulut . Letakkan cotton roll pada sisi masing-masing lantai
mulut. Kemudian minta pasien untuk retrak lidah ke posisi normal semula.

25
26
BAB III

KESIMPULAN

Rencana perawatan gigi pada anak harus mempertimbangkan hal-hal seperti status
perkembangan gigi-geligi, penilaian risiko karies, kebersihan mulut pasien, kepatuhan orang
tua serta frekuensi kunjungan yang berulang dan kemampuan pasien untuk bekerja sama
untuk perawatan. Rencana perawatan restoratif harus disiapkan bersama dengan program
pencegahan yang disesuaikan secara individual, termasuk di dalamnya yaitu pertimbangan
anak dan orang tua dalam pemilihan perawatan gigi, umur anak, riwayat kesehatan umum
dan riwayat kesehatan gigi. Restorasi gigi anak berbeda signifikan dengan restoratif gigi
permanen karena perbedaan morfologi gigi. Sehingga salah satu pertimbangan yang harus
diperhatikan adalah anak sedang berada pada fase gigi sulung atau sudah di masa gigi
bercampur.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Erry HW, Ardinansyah A, Umniyati H. Pencegahan Karies Gigi Permanen Dengan


Aplikasi Bahan Pit And Fissure Sealant Pada Siswa Sekolah Dasar. 2020. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Yarsi. Jakarta.
2. Chabadel O, Véronneau J, Montal S, Tramini P, Moulis E. Effectiveness of pit and
fissure sealants on primary molars: A 2-yr split-mouth randomized clinical trial. Eur J
Oral Sci. 2021;129:e12758. https://doi.org/10.1111/eos.12758
3. Smitha M, Paul ST, Nagaraj T, et al. Comparison and Clinical Evaluation of Two Pit and
Fissure Sealants on Permanent Mandibular First Molars: An In Vivo Study. J Contemp
Dent Pract 2019;20(10):1151–1158.
4. Dean JA. McDonal and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent. 11 th ed. Indiana,
Elsevier; 2022. p 227-249.
5. Nowak AJ. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescence. 6 th ed. Iowa, Elsevier;
2019. p 259, 293-303, 598-609.
6. Marwah N. Textbook of Pediatric Dentistry. 4 th ed. India, Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd; 2019. p 585-588.
7. Raggio DP, et al. The Atraumatic Restorative Treatment. Brazil; Springer: 2019. 166-179
p.

28

Anda mungkin juga menyukai