DISUSUN OLEH :
NIM : F201901038
KELAS : C1
KENDARI
2022
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk menyelesaikan
makalah tentang review jurnal FORMULASI PASTA GIGI GEL KSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus
altilis) DENGAN NATRIUM CMC SEBAGAI GELLING AGENT DAN UJI KESTABILAN FISIKNYA
Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah FTS Semi Padat dan cair.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak- banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu penulisi selama proses penyelesaian tugas ini hingga selesainya
makalah ini.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai review jurnal FORMULASI PASTA GIGI GEL
KSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) DENGAN NATRIUM CMC SEBAGAI GELLING
AGENT DAN UJI KESTABILAN FISIKNYA.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna serta kesalahan
yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... iii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................ 2
C. TUJUAN ............................................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 3
A. DASAR TEORI ..................................................................................................................................... 3
B. METODE PENELITIAN ........................................................................................................................ 4
Jenis Peneltian ...................................................................................................................................... 4
Objek Penelitian .................................................................................................................................... 4
Cara pengumpulan Data ....................................................................................................................... 4
C. FORMULASI ....................................................................................................................................... 7
D. URAIAN BAHAN ................................................................................................................................. 8
E. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................... 12
BAB III .......................................................................................................................................................... 21
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 21
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 21
SARAN ..................................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi di Indonesia adalah
keluhan sakit gigi yang disebabkan oleh karies gigi dan penyakitjaringan pendukung gigi. Gigi
tersusun atas jaringan keras berupa email, dentin, dan pulpa yang tertanam di dalam tulang rahang
atas dan bawah sedangkan rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam
tubuh, sehingga kuman dapat masuk dan berkembang biak sehingga menyebabkan karies gigi
(Fakultas Kedokteran UI, 2001).
Karies gigi adalah penyakit kronis yang prosesnya berlangsung cukup lama, berupa
hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan terus-menerus dari permukaan email pada mahkota
atau permukaan akar gigi yang disebabkan oleh bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya.
Kerusakan ini pada awalnya hanya terlihat secara mikroskopis, tetapi lama-kelamaan akan terlihat
pada email berupa lesi bercak putih (white spot lesion) atau melunaknya semen pada akar gigi
(Ilmu Konservasi Gigi, 2016).
Salah satu cara untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah dengan menggosok gigi
menggunakan pasta gigi atau pasta gigi gel dan mouthwash. Berdasarkan hasil penelitian telah
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Belgia bahwa penggunaan fluoride secara Berlebihan
dapat menyebabkan osteoporosis dan kerusakan sistem saraf (Sundus, 2010).Untuk mengurangi
penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride tersebut, bahan alternatif yang dapat digunakan
untuk mencegah karies gigi adalah ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis). Daun sukun
mengandung banyak senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
penyakit liver, jantung, ginjal, limfa, gatal-gatal, inflamasi dan sakit gigi yang disebabkan oleh
karies gigi.
Air rebusan daun sukun secara empiris mampu mengobati sakit gigi yaitu dengan cara
merebus daun sukun yang sudah dikeringkan, setelah dingin air rebusan dikumur-kumurkan ke
dalam mulut sebanyak dua kali sehari (Putra, 2013). Senyawa kimia yang terkandung dalam daun
sukun antara lain tannin,fenol, alkaloid, glikosida, saponin, steroid, terpenoid, flavonoid,
antrakuinon dan protein. Senyawa tannin, saponin dan flavonoid yang terkandung dalam daun
sukun tersebut berfungsi sebagai anti mikroba terhadap sejumlah mikroorganisme seperti virus,
jamur, dan bakteri (Una, 2010).
Peneliti akan menggunakan ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) pada formulasi
sebanyak 7,5%, perhitungan konsentrasi ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Thifal
tahun 2016, dengan cara membandingankan antara persentase daya hambat kontrol positif
triclosan dengan persentase daya hambat ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dikalikan dengan
persentase ekstrak daun sukun dan triclosan yang digunakan pada penelitian tersebut. Peneliti
telah memvariasikan natrium karboksimetilselulosa sebagai gelling agent sebesar 3%, 3,5% dan
4%. Hal ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi natrium
karboksimetilselulosa terhadap stabilitas fisik pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus
altilis).
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara memformulasikan sediaan pasta gigi geldengan bahan aktif ekstrak daun
sukun (Artocarpus altilis)
2. Bagaimana agar sediaan gel pasta gigi dapat memenuhi syarat dan stabil secara fisik.
C. TUJUAN
1. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan pasta gigi geldengan bahan aktif
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) menjadi sediaan gel pasta gigi yang memenuhi syarat
dan stabil secara fisik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang
disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Prevalensi
karies di Indonesia pada tahun 2004 berkisar 90,05%. Sampai saat ini, karies masih merupakan
masalah kesehatan gigi dan mulut baik di negara maju maupun negara berkembang. Permulaan
karies disebabkan oleh terjadinya proses dekalsifikasi substansi keras gigi karena adanya produk
asam. Asam berasal dari aktifitas bakteri yang menfermentasi karbohidrat.
Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif yang dapat melalui proses metabolisme
karbohidrat terutama sukrosa dan menciptakan suasana asam di rongga mulut. Fermentasi sukrosa
dapat menyebabkan pH plak akan turunsampai pH 4,5–-5,0 dalam waktu 1–3 menit, kemudian pH
akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30–60 menit. Penurunan pH plak yang terjadi secara
terus menerus menyebabkan mekanisme kerja buffer saliva tidak dapat menyeimbangkan pH plak
kembali, sehingga terjadi proses demineralisasi pada permukaan gigi. Demineralisasi email dapat
terjadi karena peningkatan konsentrasi asam laktat dimana saliva tidak mampu mencegah larutnya
email, selanjutnya proses karies dapat terjadi.
Karies gigi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans dapat dicegah dengan tindakan
preventif baik secara kimiawi maupun mekanis. Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi
adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis, namun menyikat gigi dengan menggunakan pasta
gigi maka pembersihan plak dapat terjadi secara mekanis dan kimiawi. Persentase penduduk
Indonesia yang sudah menyikat gigi pada tahun 2008 yaitu, 91,1 % sudah menunjukkan perilaku
pelihara diri masyarakat Indonesia dalam kesehatan mulut.5 Hal ini menunjukkan menyikat gigi
adalah cara yang umum dilakukan masyarakat Indonesia untuk membersihkan plak pada permukaan
gigi.
Penambahan bahan tertentu pada pasta gigi dapat mengurangi jumlah bakteri penyebab
karies.Bahan tertentu yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah antibakteri. Salah satu zat
antibakteri yang umum ditambahkan pada pasta gigi adalah bahan herbal. Senyawa antibakteri yang
terkandung dalam bahan herbal merupakan senyawa metabolit sekunder seperti golongan alkaloid,
flavonoid, fenol dan tanin. Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang dapat menghambat
metabolisme bakteri, sedangkan saponin berfungsi untuk merusak protein dinding sel bakteri.
Ekstrak etanol daun sukun mengandung alkaloid, tanin, fenolik dan flavonoid.Kandungan total tanin
3
yang terdapat pada daun sukun sebesar 71,80 mg/kg, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan pada daun
jambu biji dan daun katuk.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan pasta gigi geldengan bahan aktif
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) menjadi sediaan gel pasta gigi yang memenuhi syarat dan
stabil secara fisik.
B. METODE PENELITIAN
Jenis Peneltian
Jenis penelitian adalah eksperimental, yaitu pembuatan formulasi pasta gigi gel yang
mengandung ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dengan konsentrasi 7,5% dengan memvariasikan
natrium karboksimetilselulosa sebagai gelling agent serta uji kestabilan fisiknya.
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah daun sukun (Artocarpus altilis) tua berwarna hijau dan segar yang
berukuran panjang 20-60 cm dan lebar 20-40 cm. Bagian ujung daun meruncing sedangkan bagian
pangkalnya membulat,tepi daun berlekuk menyirip dan kadang-kadang siripnya bercabang
(Pengembangan Teknik Budidaya Sukun, 2014), yang diambil dari perkebunan dibelakang rumah Ibu
“X” di Desa Kemang Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim yang kemudian dimaserasi dan
dijadikan ekstrak kental.
4
d. Ulangi prosedur (b), (c) dan (d) sebanyak 2 kali sampai semua sampel tersari sempurna
hingga cairan penyari etanol tidak berwarna lagi atau bening.
e. Lalu endapan dipisahkan dan didestilasi vakum hingga diperoleh ekstrak kental daun sukun.
3. Formulasi pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis)
Formulasi yang digunakan untuk pembuatan sediaan pasta gigi gel ini diambil dari
penelitian Dave, Panchal dan Shelat tahun 2014. Dari basis ini akan dibuat tiga formula gel pasta
gigi dengan membedakan natrium karboksimetilselulosase bagai pengikat dan gelling agent untuk
mengantisipasi terjadi perubahan viskositas sediaan gel pastagigi dengan penambahan ekstrak
daun sukun (Artocarpus altilis). Konsentrasi natrium cmc yang akan digunakan adalah 3,0%,
3,5% dan 4,0%. Penentuan kadar natrium karboksimetilselulosa 3% berdasarkan formulasi acuan
dari formula pasta gigi pada penelitian Dave, Panchal dan Shelat tahun 2014. Sedangkan kadar
natrium karboksimetilselulosa 3,5% dan4% diambil dari range kadar natrium
karboksimetilselulosa sebagai gelling agent. Hal ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh
peningkatan konsentrasi natrium cmc terhadap stabilitas fisik pasta gigi gel ekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis).
4. Pembuatan pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis)
Adapun cara pembuatan pasta gigi gel formula I, formula II dan formula III adalah
sebagai berikut :
a. Taburkan natrium cmc diatas air panas sebanyak 20 kali dari jumlah natrium cmc, diamkan
selama 30menit kemudian gerus homogen hingga terbentukmasaI.
b. Gerus kalsium karbonat tambahkan gliserin, dan sorbitol hingga terbentuk masagel (masaII).
c. Masa II ditambahkan dengan ekstrak daun sukun, aduk hingga masa sedikit basah lalu
tambahkan masa I, gerus homogen (masa III).
d. Larutkan natrium sakarin dengan sedikit air, kemudian tambahkan kedalam masa III, gerus
hingga homogeny (masaIV).
e. Larutkan metil paraben dan propil paraben dalam sisa air panas, aduk hingga homogen
kemudian tambahkan ke dalam masa IV, gerus hingga homogen. Tambahkan natrium lauril
sulfat, gerus perlahan hingga homogen (hindari masuknya udara ke dalam pasta) sampai
terbentuk pasta yang mengembang.
f. Masukkan ke dalam pot.
5. Uji Kestabilan Fisik
Uji kestabilan fisik pasta gigi meliputi pengamatan homogenitas, viskositas, pH, tinggi busa, bau,
warna dan rasa. Pengamatan yang dilakukan yaitu :
5
a. Homogenitas
Pasta yang akan diuji dioleskan sebanyak 100 mg pada gelas obyek untuk diamati
homogenitasnya pada mikroskop. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas gelas
obyek tersebut.Maka pasta yang diuji dinyatakan homogen.
b. Viskositas
Mengukur kekentalan dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield.
Cara kerja :
1) Masukkan spindel ke dalam sampel sampai kedalaman tertentu.
2) Putar spindle dengan menggunakan arus listrik sampai jarum viscometer menunjukkan
angka tertentu.
3) Spindel logam yang digunakan ada empat jenis yang digunakan sesuai dengan kekentalan
bahan yang akan diukur. Pada penelitian ini digunakan spindelno.7 dengan kecepatan 20
rpm.
4) Hasil pengukuran viskositas tersebut lalu didapat angka yang akanditampilkan dalam
monitor viskometer, dinyatakan dalam centipoise.
5) Pengukuran viskositas ini dilakukan pada suhu kamar.
c. pH
Mengukur pH pasta gigi dengan Menggunakan alat ukur pHmeter.
Cara Kerja
1) Nyalakan alat dengan menekan tombol “ON”.
2) Kalibrasi alat pHmeter dengan cara:
3) Tekan tombolpH
4) Celupkan elektrode ke dalam dapar pH 7 ,putar tombol skala sampai menunjukkan
angka7,0.
5) Bilas elektrode dengan aquadest, lalu celupkan ke dalam dapar pH 4, layar digital akan
menunjukkan angka 4 ± 0,002 dengan demikian kalibrasi pH telahselesai
6) Setelah pengkalibrasian selesai bilas electrode dengan aquadest.
7) Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan larutkan dalam
100 ml air suling.
8) Celupkan electrode ke dalamnya.
9) Catat angka pH yang tertera pada monitor pHmeter.
d. Tinggi Busa
Cara kerja :
6
1) Sebanyak 1% sediaan pasta gigi dengan ditambahkan air suling lalu dimasukkan ke
dalam gelas ukur100ml.
2) Kocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara beraturan diamkan
selama 5 menit.
3) Ukur tinggi busa menggunakan mistar.
e. Warna
Pengamatan warna dilakukan dengan menggunakan 30orang responden untuk mengamati
perubahan warna yang terjadi dalam sediaan pasta gigi yang disimpan selama 28 hari.
f. Bau
Pengamatan bau dilakukan dengan menggunakan 30 orang responden untuk mengamati
perubahan bau yang terjadi Dalam sediaan pasta gigi yang disimpan selama 28 hari.
g. Rasa
Pengamatan rasa dilakukan dengan menggunakan 30 orang responden untuk mengamati
rasa.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sukun (Artocarpus altilis),
natrium cmc, kalsium karbonat, gliserin, sorbitol (70%), natrium sakarin, metil paraben, propil
paraben, natrium lauril sulfat dan aqua destilata.
C. FORMULASI
7
D. URAIAN BAHAN
1) Daun Sukun (Artocarpus altilis)
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading, tidak berbau dan hampir tidak
berbau, higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam
etanol 95 P, dalam eter P,dalam pelarut organik lain.
RM / BM : 100,09 / CaCO
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut dalam air yang mengandung
karbondioksida.
8
Range : Kalsium karbonat digunakan sebagai agen pengikis (abrasive) dalam kadar 20%
- 50% (Agoes, 2012).
pH : 8,5
Kegunaan : Buffer, coating, pewarna, opscifier (Rowe dkk, 2009). Kadar : 30% - 50%
(Butler, 2000)
BM / RM : 92,10 / C3H803
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, tidak berbau,
higroskopis, netral terhadap lakmus
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol; tidak larut dalam kloroform, eter,
minyak lemak dan minyak menguap.
Stabilitas : Karena bersifat higroskopis maka terdekomposisi dengan panas dan akan terjadi
acrolein yang menyebabkan racun.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan sejuk
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, dalam metanol
P dan dalam asam asetat P.
9
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Sorbitol adalah kimia relatif inert dan kompatibel dengan sebagian besar
eksipien . Hal ini stabil di udara karena tidak adanya katalis dan dingin, encer
asam dan basa . Sorbitol tidak terurai pada suhu yang tinggi atau dengan adanya
amina . Hal ini nonflammable , noncorrosive , dan nonvolatile. Meskipun sorbitol
tahan terhadap fermentasi oleh banyak mikroorganisme ,pengawet harus
ditambahkan ke solusi sorbitol . Solusi dapat disimpan dalam kaca , plastik,
aluminium , dan stainless kontainer baja . Solusi untuk injeksi dapat disterilkan
dengan autoklaf . Bahan massal bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering.
RM/BM : C7H5NO3C/183,18
Pemerian : Serbuk atau hablur putih,tidak berbau, atau berbau aromatik lemah, larutan
encer sangat manis, larutan beraksi asam terhadap lakmus.
Inkompatibilitas: Sakarin dapat bereaksi dengan molekul besar, yang dapat memicu atau
menyebabkan reaksi tersebut berbentuk
Stabilitas : Sakarin stabil dibawah kondisi kisaran normal yang digunakan dalam formulas,
dalam bentuk serbuk, tidak terdeteksi dekomposisinya. Dan pada suhu 125
celcius pada pH rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi dekomposisi
yang signifikan. Produk dekomposisi yang terbentuk adalah amonium-o-sulfur
asam benzoat. Sakarin harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk
dan kering.
10
7) Metil Paraben (DIRJEN POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih: tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter
pH : 4-8
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3
bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak,
mudah larut dalam alkali hidroksida
Stabilitas : Solusi paraben besar pada Ph 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf terhadap
dekomposisi pada Ph 3 – 6, larutan stabil < 10% dekomposisi sampai sekitar Ph 8
atau diatas adalah subjek/ dihidrolisis yang cepat 10% atau lebih.
Konsentrasi : 0,02%
RM : C12H25NaO4S
Pemerian : Memiliki nuansa halus, sabun, rasa pahit, dan bau zat lemak yang samar, warna
putih atau krem hingga kuning pucat kristal, serpih, atau serbuk.
11
Kelarutan : Larut dalamair dan praktis larut dalam kloroform dan eter
pH : 6-9
Khasiat : Dalam formulasi biasanya digunakan sebagai Surfaktan anionic, deterjen, bahan
pengemulsi, penetran kulit, pelumas tablet dan kapsul, wetting agent (Rowe et
al., 2009).
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
12
Rendemen ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis) yang didapatkan adalah 4,82%. Menurut
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifin, Azlina danUthia (2015) hasil rendemen ekstrak daun
sukun yang didapatkan adalah 7,05%. Perbedaan hasil rendemen ini diakibatkan oleh proses maserasi
yang dilakukan. Pada penelitian Arifin, Azlina dan Uthia (2015) proses maserasi daun sukun dilakukan
13
selama 3 hari sambil sesekali diaduk Dengan tiga kali pengulangan menggunakan pelarut baru. Dan daun
sukun yang digunakan sebelumnya sudah dijadikan kedalam bentuk serbuk halus terlebih dahulu sehingga
membuat zataktif yang terdapat pada daun sukun tersebut dapat tersari semuanya kedalam pelarut yang
digunakan. Sedangkan pada penelitian formulasi pasta gigi gel ekstrak daun sukun yang saya lakukan,
proses maserasinya dilakukan selama 5 hari sambil sesekali diaduk namun tidak dilakukannya
pengulangan menggunkan pelarut yang baru, serta daun sukun yang digunakan tidak diserbukkan terlebih
dahulu. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi adalah ukuran partikel, jenis pelarut,
pH, media ekstraksi, waktu dan temperature ekstraksi (Teddy, 2011). Penurunan ukuran partikel
berdampak pada penetrasi pelarut yang lebih baik terhadap material sel yang pada akhirnya akan
meningkatkan laju perpindahan masa pada jaringan serta memfasilitasi perpindahan senyawa aktif dari sel
ke pelarut (Novak et al, 2008). Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil rendemen yang
didapat dengan mengekstraksi daun sukun.
Hasil pengamatan terhadap homogenitas pada sediaan pasta gigi gel yang mengandung ekstrak
daun sukun (Artocarpus altilis) selama 28 hari penyimpanan dengan cara mengoleskan sediaan pasta gigi
gel pada kaca objek setipis-tipisnya. Kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 x
dan diperoleh hasil yang stabil.
Sediaan uji terlihat homogen pada semua bagian permukaan, hal ini terlihat dari tersebarnya
persamaan warna, bentuk danukuran partikel sediaan pada object glass selain itu juga penyebaran partikel
merata dan tidak ada penggumpalan. Hal ini dikarenakan pada proses pembuatan pasta gigi gel ekstrak
daun sukun, seluruh bahan untuk pembuatan pasta gigi gel telah dihaluskan terlebih dahulu sehingga
mudah tercampur dan menghasilkan sediaan yang homogen. Faktor yang mempengaruhi homogenitas
adalah distribusi ukuran partikel (Paul, Obeng dan Krests, 2004). Jika ukuran partikelnya seragam makan
akan didapat sediaan yang homogen. Berdasarkan penelitian Nursal, Indriani dan Dewantini (2010)
bahwapada homogenitas pasta gigi yang menggunakan pengikat Natrium CMC didapatkan formula yang
homo genitasnya tidak mengalami perubahan saat proses penyimpanan. Hal ini sesuai dengan penelitian
pasta gigi ekstrak daun sukun yang selama penyimpanan tetap memper tahankan homogenitasnya.
Menurut peneliti suatu sediaan dapat dikatakan homogeny atau seragam dantidak berubah selama
penyimpanan apabila pada sediaan tersebut tidak terjadi pertumbuhan partikel.
Hasil pengamatan viskositas III formula pasta gigi gel dengan bahan ekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis) dengan variasi kadar Natrium CMC sebanyak 3%, 3,5% dan 4% yang diambil dari
penelitian Dave, Panchal dan Shelat (2014), kisaran viskositas yang diperoleh antara 52790- 57432cp.
Viskositas tertinggi pada formula control hari ke-28, sedangkan viskositas terendah terdapat pada formula
14
I pada hari ke-0. Dari tabel 8 yang memuat data viskositas, dapat disimpulkan viskositas pasta gigi gel
dengan bahan ekstrak daun sukun (Artocrpus altilis) mengalami kenaikan selama penyimpanan 28 hari.
Formula kontrol selama penyimpanan 28 hari memiliki viskositasantara54414- 57432 cp dengan
presentase kenaikan viskositas sebesar 5,55%. Formula I memiliki viskositas antara 52790-56534 cp
dengan presentase kenaikan viskositas sebesar 7,09%. Formula II memiliki viskositas antara 52874-56545
cp dengan presentase kenaikan viskositas sebesar 6,94%. Kemudian untuk formula III memiliki viskositas
antara 52992-56997 cp dengan presentase kenaikan viskositas sebesar 7,55%. Ketiga formula tersebut
telah memenuhi standar viskositas yang ditetapkan yaitu 50.000-420.000 cp (Pierce,1981).
Formula I, II dan III dengan variasi kadar Natrium CMC yaitu 3%, 3,5% dan 4% didapatkan nilai
viskositas yang berbeda. Semakin tinggi kadar Natrium CMC yang digunakan maka viskositasnya
semakin besar pula.Viskositas dipengaruhi oleh kestabilan pH sediaan pasta gigi. Menurut Rowe,
Sheskey dan Quinn (2009) viskositas Natrium CMC stabil pada pH7- 9. Berdasarkan tabel 9 didapatkan
pH sediaan pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dengan Natrium CMCsebagai gelling
agent yang stabil.
Semakin tinggi konsentrasi gelling agent maka semakin tinggi nilai viskositasnya. Menurut
penelitian Purbo, Sulaiman dan Setiawan (2015) bahwa penambahan konsentrasi Natrium CMC pada
pembuatan pasta gigi minyak kayu manis mempengaruhi viskositas dan daya lekat yang semakin
meningkat. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu semakin tinggi konsentrasi Natrium
CMC semakin tinggi pula viskositasnya. Berdasarkan penelitian Nursal,Indriani dan Dewantini (2010)
bahwa pada viskositas pasta gigi yang menggunakan pengikat Natrium CMC mengalami kenaikan saat
proses penyimpanan. Penelitian tersebut menunjukan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu semakin
lama penyimpanan maka semakin tinggi pula viskositasnya. Viskositas dipengaruhi oleh suhu, tekanan
dan pencampuran komposisi bahan (Lacner,2001). Kenaikan viskositas dapat diakibatkan oleh sushu
yang tidak terpatau selama penyimpanan.
Semua sediaan baik formula kontrol, formula I, formula II, dan formula III mengalami
peningkatan viskositas setiap minggunya bselama proses penyimpanan. Peruahan viskositas pasta gigi
yang mengalami penigkatan selama penyimpanan sehingga menyebabkan sediaan akan sulit untuk
dikeluarkan dari tube. Dari hasil pengujian viskositasdiatas membuktikan bahwavariasi atau peningkatan
konsentrasi Natrium CMC memberikan pengaruh pada viskositas pasta gigi gelekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis). Viskositas pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)yang mengalami
peningkatan setiap minggunya berpengaruh terhadap nilai tinggi busa pasta gigi gel ekstak daun sukun
(Artocarpus altilis) sehingga terjadi penurunan tinggi busa pada sediaan tersebut.
15
Berdasarkan hasil pH selama 28 hari, pH yang didapat untuk tiap masing-masing formula pasta
gigi yang mengandung ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) stabil selama penyimpanan. Nilai pH
formula control berkisar antara 7,50-7,53 dengan presentase kenaikan pH sebesar 0,26%, formula I
berkisar antara 7,68 - 7,69.
Dengan presentase penurunan pH sebesar 0,13%, formula II berkisar antara 7,56-7,60 dengan
presentase kenaikan pH sebesar 0,39% dan formula III berkisar antara 7,58- 7,67 dengan presentase
penurunan pH sebesar 1,00%. Berdasarkan presentase perubahan pH semua formula yaitu formula
kontrol, formula I, formula II dan formula III setelah penyimpanan selama 28 hari didapatkan pH yang
relative stabil. Nilai pH yang diperoleh dapat memenuhi syarat pH pasta gigi menurut SNI (1995) yaitu
4,5-10,5. Suhu memiliki pengaruh terhadap hasil pengukuran pH (Barron, Ashton, dan Geary,
2006).Standar pengukuran pH pasta gigi menurut SNI (1995) adalah pada suhu 250C.
Jika dilihat dari penelitian putri (2013), pasta gigi dengan bahan pengikat Natrium CMC selama
penyimpanan memiliki pH yang relatif stabil.Hal ini sesuai dengan penelitian pasta gigi ekstrak daun
sukun (Artocarpus altilis) selama penyimpanan pH yang diperoleh cenderung tetap. Kestabilan pH pasta
gigi ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) didukung oleh pH ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
sebesar 7,67-7,82. Nilai pH ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) mendekati nilai pH sediaan pasta gigi
gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis).Sehingga diduga dapat menstabilkan pH sediaan pasta gigi gel
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis).Kisaran pH ini terletak di antara pH Natrium CMC dengan kondisi
maksimum yaitu2-10.
Terjadinya pH yang tinggi disebabkan karena konsentrasi surfaktan yang digunakan dapat
menaikkan pH sediaan pasta gigi. Karena semakin tinggi presentase natrium lauryl sulfat maka pH yang
dihasilkan semakin tinggi (Luqmana, 2012). Kemungkinan ini disebabkan oleh suhu pada saat
pengukuran yang tidak memenuhi standar menurut SN yaitu 250C, selain itu juga kenaikan pH juga dapat
disebabkan oleh faktor natrium lauryl sulfat dan kalsium karbonat yang berpengaruh terhadap sediaan,
sedangkan penurunan pH yang terjadi dapat disebabkan oleh factor lingkungan seperti suhu dan
penyimpanan yang kurang baik sehingga menyebabkan pH tidak stabil (Younget al., 2002). Suhu pada
saat pengukuran dan penyimpanan pada saat penelitian juga tidak selalu dikontrol dan
dicatat.Berdasarkan penelitian Budiman (2008), sediaan yang disimpan pada suhu rendah dansuhu tinggi
mengalami perubahan pH ke arah netral, sedangkan jika disimpan pada suhu kamar mengalami perubahan
pH kearahasam.
Pengamatan tinggi busa dilakukan padasediaan pasta gigi ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
yang disimpan selama28 hari. Tinggi busa formula kontrol berkisar antara 9-10 mm dengan presentase
16
penurunan tinggi busa sebesar 10,00%, formula I berkisar antara11-12 mm dengan presentase penurunan
tinggi busa sebesar 8,33%, formula II berkisar antara 11-13 mm dengan presentase penurunan tinggi busa
sebesar 8,33% dan formula III berkisar antara 11-12 mm dengan presentase penurunan tinggi busa
sebesar 8,33%. Berdasarkan hasil pengukuran, tinggi busa semua formula mengalami penurunan
ketinggian yang masih dapat memenuhi syarat tinggi busa maksimal sediaan pasta gigi yaitu 15 mm
(Sediaan dipasaran).
Terjadinya penurunan parameter tinggi busa karena parameter tinggi busa sangat tergantung pada
surfaktan yang digunakan, kesadahan air, suhu ruangan saat pengukuran dan waktu pendiaman (Depkes
RI, 1985). Ukuran tinggi busa yang dapat dikaitkan dengan nilai estetika yang disukai
konsumen.Parameter pada pengukur tinggi busa sangat bergantung pada konsentrasi pembentuk busa
yang dalam formula ini menggunakan natrium lauril sulfat. Kosentrasi ekstrak yang digunakan juga dapat
mempengaruhi tinggi busa sediaan. Busa dibuat oleh surfaktandi dalam sediaan pasta gigi. Busa terbentuk
dengan adanya surfaktan dalam cairan dan mengubah sistem disperse antara gelembung udara yang
dipisahkan oleh lapisan cairan sehingga surfaktan dapat menurunkan tegangan pada udara/ cairan antar
muka (Exerowa dan Kruglyskou, 1998). Semakin tinggi viskositas maka zat yang keluar dari senyawa
obat akan semakin sulit (Mada & Singh, 2010). Surfaktan yang sulit keluar inilah yang dapat
mempengaruhi tinggibusa. Secara tidak langsung viskositas mempengaruhi tinggi busa. Semakin besar
viskositas pasta gigi maka akan semakin sulit penetrasi air untuk bertemu surfaktan. Jika hal ini terjadi
maka akan sulit untuk air bertemu foaming agent untuk membentuk busa. Viskositas pasta gigi gel
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) yang mengalami peningkatan setiap minggunya mempengaruhi
nilai tinggi busa pasta gigi gel ekstak daun sukun.
Hasil pengamatan warna darisediaan pasta gigi gel yang mengandung ekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis) selama 28 hari penyimpanan dengan menggunakan kuesioner terhadap 30 orang
17
responden yang rata-rata berumur 20 tahun. Setelah dilakukan kuesioner terhadap 30 orang responden.
Pada formula kontrol tidak ada responden yang menyatakan terjadinya perubahan warna dan 30
responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan warna. Pada formula I terdapat 5 responden yang
menyatakan terjadinya perubahan warna dan 25 responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan
warna. Pada formula II terdapat 3 responden yang menyatakan terjadinya perubahan warna dan 27
responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan warna. Pada formula III terdapat 4 responden yang
menyatakan terjadinya perubahan warna dan 26 responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan
warna. Hal ini menunjukan secara keseluruhan formula bahwa sediaan pasta gigi gel eksrak daun sukun
(Artocarpus altilis) tidak mengalami perubahan warna.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas fisika dan kimia produk farmasi, seperti stabilitas dari
bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dan bahan tambahan, proses pembuatan, proses pengemasan, dan
kondisi lingkungan selama pengangkutan, penyimpanan, dan penanganan serta jangka waktu produk
antara pembuatan hingga pemakaian. Perubahan fisika antara lain migras (perubahan) warna, perubahan
rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan (Vadas,2010). Berdasarkan penelitian Olii (2013)
bahwa pada pasta gigi yang menggunakan pengikat Natrium CMC didapatkan formula yang tidak
mengalami perubahan warna saat proses penyimpanan. Hal ini sejalan dengan penelitian pasta gigi gel
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) yang selama penyimpanan tidak adanya perubahan warna. Warna
yang tidak berubah selama penyimpanan disebabkan oleh stabilitas yang terjaga pada sediaan pasta gigi
gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis).
Hasil pengamatan bau dari sediaan pasta gigi gel yang mengandung ekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis) selama 28 hari penyimpanan dengan menggunakan kuesioner terhadap 30 orang
responden yang rata-rata berumur 20 tahun. Setelah dilakukan kuesioner terhadap 30 orang responden.
Pada formula kontrol tidak ada responden yang menyatakan terjadinya perubahan bau dan 30 responden
yang menyatakan tidak terjadi perubahan bau. Pada formula I tidak ada responden yang menyatakan
terjadinya perubahan bau dan 30 responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan bau. Pada formula
18
II tidak ada responden yan gmenyatakan terjadinya perubahan bau dan 30 responden yang menyatakan
tidak terjadi perubahan bau. Pada formula III tidak ada responden yang menyatakan terjadinya perubahan
bau dan 30 responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan bau. Hal ini menunjukan secara
keseluruhan formula bahwa sediaan pasta gigi gel eksrak daun sukun (Artocarpus altilis) tidak mengalami
perubahan bau. Menurut Collect dan Aulton (1990) pasta gigi yang tidak stabil juga dapat ditandai
denganadannya perubahan fisik seperti warna dan bau.
Berdasarkan penelitian Olii (2013) bahwa pada pasta gigi yang menggunakan pengikat Natrium
CMC didapatkan formula yang tidak mengalami perubahan bau saat proses penyimpanan. Hal ini sejalan
dengan penelitian pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) yang selama penyimpanan tidak
adanya perubahan bau. Bau yang tidak berubah selama penyimpanan disebabkan oleh stabilitas yang
terjaga pada sediaan pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis).Dalam formula ini sediaan
pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis).tidak diberikan penambah bau dikarenakan peneliti
ingin mengetahui bau spesifik ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) selama penyimpanan 28 hari.
Hasil pengamatan rasa dari sediaan pasta gigi gel yang mengandung ekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis) selama 28 hari penyimpanan dengan menggunakan kuesioner terhadap 30 orang
responden yang rata-rata berumur 20 tahun. Setelah dilakukan kuesioner terhadap 30 orang responden.
Pada formula kontrol tidak ada responden yang menyatakan terjadinya perubahan rasa dan 30 responden
yang menyatakan tidak terjadi perubahan rasa. Pada formula I tidak ada responden yang menyatakan
19
terjadinya perubahan rasadan 30 responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan rasa.Pada formula II
tidak ada responden yang menyatakan terjadinya perubahan rasa dan 30 responden yang menyatakan
tidak terjadi perubahan rasa. Pada formula III tidak ada responden yang menyatakan terjadinya perubahan
rasa dan 30 responden yang menyatakan tidak terjadi perubahan rasa .Hal ini menunjukan secara
keseluruhan formula bahwa sediaan pasta gigi gel eksrak daun sukun (Artocarpus altilis) tidak mengalami
perubahan rasa. Menurut Collect dan Aulton (1990) pasta gigi yang tidak stabil juga dapat ditandai
dengan adannya perubahan fisik seperti warna dan bau.
Berdasarkan penelitian Olii(2010) bahwa pada pasta gigi yang menggunakan pengikat Natrium
CMC didapatkan formula yang tidak mengalami perubahan rasa saat proses penyimpanan. Hal ini sejalan
dengan penelitian pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) yang selama penyimpanan tidak
adanya perubahan rasa. Rasa yang tidak berubah selama penyimpanan disebabkan oleh stabilitas yang
terjaga pada sediaan pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis). Dalam formula ini sediaan
pasta gigi gel diberikan penambah rasa yaitu natrium sakarin yang memberikan rasa manis pada sediaan,
dan formula yang paling banyak disukai adalah formula III dengan jumlah 12 responden sedangkan
formula I disukai oleh 9 responden dan formulasi II disukai oleh 9 responden.
Berdasarkan rekapitulasi hasil uji kestabilan fisik pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus
altilis) pada tabel 14 dapat dilihat bahwa pada formula kontrol, formula I, formula II dan formula III
dengan kadar Natrium CMC sebanyak 3%, 3,5% dan 4% memberikan hasil sediaan pasta gigi gel yang
stabil dan memenuhi syarat ditijau dari viskositas, pH, tinggi busa, homogenitas, warna, bau dan rasa
sehingga ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dapat dibuat menjadi bentuk sediaan pasta gigi gel
dengan formula I, formulaII dan formula III dalam penelitianini karena kestabilannya memenuhi
persyaratan. Adapun kekurangan dari penelitian ini yaitu permukaan pada pasta gigi gel yang terkena
udara berubah menjadi lebih gelap. Hal ini disebabkan karena senyawa antioksidan dari ekstrak seperti
flavonoid karena senyawa ini mudah teroksidasi oleh udara. Sehingga tekanan oksigen yang tinggi dan
luas kontak dengan oksigenmenyebabkan peningkatan sehingga terjadinya rantai inisiasi dan propagasi
dan reaksi oksidasi yang dapat menurunkan antioksidan dalam bahan (Wanti,2008).
20
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pemanfaatan ekstrak daun sukun (Artocarpus
altilis) sebagai sediaan pasta gigi gel dengan variasi kadar Natrium CMC yang telah diuji kestabilan
fisiknya selama 28 hari yang meliputi homogenitas, viskositas, pH, tinggi busa, warna bau dan rasa maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis) dapat dibuat menjadi
sediaan pastagigi gel yang paling stabil secara fisik yaitu formula II dengan konsentrasi Natrium CMC
sebanyak 3,5%.Homogenitas formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis) dalam
penelitian ini stabil.Viskositas formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis) dalam
penelitian ini tidak stabil.pH formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dalam
penelitian ini stabil. Tinggi busa formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis) dalam
penelitian ini tidak stabil.Warna formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dalam
penelitian initidak mengalami perubahan. Bau formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus
altilis) dalam penelitian ini tidak mengalami perubahan. Rasa formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis) dalam penelitian ini tidak mengalami perubahan.
SARAN
Agar Dapat digunakan sebagai panduan dasar untuk pembuatan pasta gigi gel yang mengandung
ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis). Dilakukan uji mikrobiologi pasta gigi gel yang mengandung
ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis).
21
DAFTAR PUSTAKA
Baroon, J. J., C. Ashton, L. Geary. 2006. The Effect of Temperature on pH Measurement. Technical
Papers. Technical Services Department, Reagecon Diagnostic Ltd., Shanron Free Zone, Clare,
Ireland.
Collect, D. M dan M. E. Aulton, 1990. Pharmaceutical Practise.etanol 70% Daun Jambu Biji
(PsidiumguajavaL.). Jurnal Farmasains.1(1):45-51.
Dave, K. L., Panchal, P. K., Shelat, 2014. Development and Evaluation of Antibacterial HerbalToothpaste
containing Eugenia
Deynilisa, S., 2016, Ilmu Konservasi Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 19-24.
Exerowa, D., P.M. Kruglyakov, 1998. Foam and foam films Theory,Experiment,ApplicationVol. 5.
Elsevier Science B.V., Amsterdam, Netherlands.Halaman 1-4.
Fakultas Kedokteran UI. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1 . Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal.500-505.
Novak, L., P. Janeiro, M. Seruga, A.M Oliveira-Brett,2008.Ultrasound Extracted Flavonoids from Four
Varieties of Portuguese Red Grape Skins Determined by Reverse-phase High-performance Liquid
Chromatography withElectrochemical Detection.Analytica Chimica Acta.630:107-115.
Olii,A.T.,2013. Pengembangan Farmulasi Pasta Gigi Ekstrak Etanol Jintan Hitam (NigellasativaL.)
dengan Penambahan Serbuk Siwak (Salvadora persicaL.). Jurnal Bionature.15(1):1-5.16.
22
Teddy, B.S., 2011. Permodelan Proses Ekstraksi Ultrasonik Oleresin dan Cinnamaldehyde dari Kayu
Manis. Tesis, Universitas Diponogoro.
Thifal, G., 2016. Pengaruh Pasta Gigi Ekstrak Daun Sukun (Artocarpusaltilis (Park.) Fosberg.) Terhadap
Hambatan Pertumbuhan Streptococcus mutans, 5(4),pp.3–5.
Una M., 2010. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya;.h. 25-26.
Uthia, R., Azlina. R & Arifin H. 2015. Pengaruh Ektrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson
ex F. A. Zorn) Fosberg) pada Mencit Putih Jantan Hiperrurisemia.Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Padang; 2015.Hal69-76.
Vadas, E. B., 2010 .Stability of Pharmaceutical Products dalam Remington: The Science and Practice of
Pharmacy. Vol. I. Lippincott Williams & Wilkins, London, England. Halaman988-989.
Wanti, S., 2008.Pengaruh Berbagai Jenis Beras terhadap Aktivitas Antioksidan dan pada Anak oleh
Monascus purpureus.Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakart
23
JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 1 Juni 2017
ABSTRAK
Daun sukun (Artocarpus Altilis) memiliki aktivitas antibakteri karena
mengandung tannin, saponin dan flavonoid. Menurut Lestari, Fatimawali dan
Graldine (2016) daun sukun mampu menghambat bakteri Streptococcusmutans
penyebab karies gigi. Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental.Ekstrak etanol
daun sukun (Artocarpus Altilis) diformulasikan menjadi sediaan pasta gigi gel
dengan memvariasikan konsentrasi Natrium CMC. Konsentrasi zat aktif yang
digunakan dalam setiap formula adalah 7,5% serta konsentrasi Natrium CMC yang
digunakan adalah 3,5% pada formula kontrol, 3% pada formula I, 3,5% pada formula
II, dan 4% pada formula III. Kemudian dilakukan uji kestabilan fisik terhadap sediaan
pasta gigi gel tersebut yang terdiri dari homogenitas, viskositas, pH, tinggi busa,
warna, bau dan rasa. Pengujian dilakukan selama 28 hari penyimpanan. Selama 28
hari penyimpanan semua formula stabil homogenitasnya, viskositasnya mengalami
kenaikan setiap minggunya dikarenakan perbedaan konsentrasi Natrium CMC yang
digunkan pada setiap formula, semakin tinggi konsentrasi Natrium CMC yang
digunakan maka semakin meningkat pula viskositas sediaannya, pH dan tinggi busa
sediaan stabil dan memenuhi standar. Partikel terdistribusi secara merata sehingga
sediaan memiliki warna, bau dan rasa yang stabil. Ekstrak etanol daun sukun
(Artocarpus Altilis) dapat diformulasikan menjadi sediaan pasta gigi gel yang stabil
dan memenuhi persyaratan. Formula yang paling stabil adalah formula II dengan
konsentrasi Natrium CMC sebesar 3,5%.
Kata Kunci: Dau Sukun: Antibakteri; Formulasi;Streptococcusmutans
Dave, Panchal dan Shelat tahun 2014. gelling agent. Hal ini dimaksudkan
Sedangkan kadar natrium untuk melihat pengaruh peningkatan
karboksimetilselulosa 3,5% dan4% konsentrasi natrium cmc terhadap
diambil dari range kadar natrium stabilitas fisik pasta gigi gel ekstrak
karboksimetilselulosa sebagai daun sukun (Artocarpus altilis).
Tabel 1. Formulasi pasta gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
Komposisi Jumlah (%)
Formula Formul Formulasi Formulas Formulasi Keterangan
Kontr I II III
Ekstrak Daun 7,5% 7,5% 7,5% Zat Aktif
homogeny (masaIV).
4. Pembuatan pasta gigi gel ekstrak
e. Larutkan metil paraben dan propil
daun sukun (Artocarpusaltilis)
paraben dalam sisa air panas, aduk
Adapun cara pembuatan pasta gigi
hingga homogen kemudian
gel formula I, formula II dan formula III
tambahkan ke dalam masa IV, gerus
adalah sebagai berikut :
hingga homogen.
a. Taburkan natrium cmc diatas air panas
sebanyak 20 kali dari jumlah natrium Tambahkan natrium lauril sulfat, gerus
cmc, diamkan selama 30menit perlahan hingga homogen (hindari
kemudian gerus homogen hingga masuknya udara ke dalam pasta)
terbentukmasaI. sa m pai terbe nt uk pa sta yang
b. Gerus kalsium karbonat tambahkan mengembang.
gliserin, dan sorbitol hingga terbentuk f. Masukkan ke dalam pot.
masagel (masaII). 5. Uji Kestabilan Fisik
Uji kestabilan fisik pasta gigi
c. Masa II ditambahkan dengan ekstrak
meliputi pengamatan homogenitas,
daun sukun, aduk hingga masa sedikit
viskositas, pH, tinggi busa, bau, warna dan
basah lalu tambahkan masa I, gerus
rasa.
homogen (masa III).
Pengamatan yang dilakukan yaitu :
d. Larutkan natrium sakarin dengan
sedikit air, kemudian tambahkan
kedalam masa III, gerus hingga a. Homogenitas
Tabel 3. Hasil Uji Tinggi Busa Pasta Gigi Gel Ekstrak Daun Sukun ( Artocarpus altilis)
Selama Penyimpanan 28 hari
Kestabilan
Pasta Gigi
TinggiFisik
Busa Hari ke - Keterangan
Gel
0 7 14 21 28
Formulasi
Kontrol 10 9 mm 9 9 9 MS
Formulasi I mm
12 11 mm mm
11 mm
11 mm
11 MS
Formulasi mm
12 12 mm mm
13 mm
12 mm
11 MS
II mm mm mm mm
Formulasi
III 12 12 mm 12 11 11 MS
mm mm mm mm
Keterangan tabel : MS: Memenuhi syarat
Standar : Tinggi busa yang memenuhi syarat yaitu maksimal 15 mm (Sediaan dipasaran)
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Pasta Gigi Gel Ekstrak Daun Suku(Artocarpus altilis)
Selama Penyimpanan 28 hari
Kestabilan Fisik
Pasta Gigi
Homogenitas Hari ke - Keterangan
Gel
0 7 14 21 28
Formulasi
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen MS
Kontrol
Formulasi Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen MS
I
Formulasi Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen MS
II
Formulasi
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen MS
III
Keterangan tabel :MS : Memenuhi syarat
Standar : Memenuhi persyaratan jika tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas
kaca objek (homogen).
Tabel 5. Hasil Pengamatan Perubahan Warna Pasta Gigi Gel Ekstrak Daun Sukun
(Artocarpus altilis) Selama Penyimpanan 28 Hari
Kestabilan Fisik
Pasta Gigi Gel Warna
Berubah Tidak Berubah
Formulasi Kontrol 0 30
Formulasi I 5 25
Formulasi II 3 27
Formulasi III 4 26
Tabel 6. Hasil Pengamatan Perubahan Bau Pasta Gigi Gel Ekstrak Daun Sukun
(Artocarpus altilis) Selama Penyimpanan 28 Hari
Kestabilan Fisik
Pasta Gigi Gel Bau
Berubah Tidak
Berubah
Formulasi Kontrol 0 30
Formulasi I 0 30
Formulasi II 0 30
Formulasi III 0 30
Tabel 7. Hasil Pengamatan Perubahan Rasa Pasta Gigi Gel Ekstrak Daun Sukun
(Artocarpus altilis) Selama Penyimpanan 28 Hari
Kestabilan
Pasta Gigi Gel Fisik
Rasa
Berubah Tidak
Berubah
Formulasi Kontrol 0 30
Formulasi I 0 30
Formulasi II 0 30
Formulasi III 0 30
Formulasi yang paling banyak disukai responden adalah formulasi III dengan jumlah
12 orang sedangkan formulasi I disukai oleh 9 orang dan formulasi II disukai oleh 9 orang.
Sediaan uji terlihat homogen pada semua terendah terdapat pada formula I pada hari
bagian permukaan, hal ini terlihat dari ke-0. Dari tabel 8 yang memuat data
tersebarnya persamaan warna, bentuk viskositas, dapat disimpulkan viskositas
danukuran partikel sediaan pada object pasta gigi gel dengan bahan ekstrak daun
glass selain itu juga penyebaran partikel sukun (Artocrpus altilis) mengalami
merata dan tidak ada penggumpalan. Hal kenaikan selama penyimpanan 28 hari.
ini dikarenakan pada proses pembuatan Formula kontrol selama penyimpanan 28
pasta gigi gel ekstrak daun sukun, seluruh hari memiliki viskositasantara54414-
bahan untuk pembuatan pasta gigi gel telah 57432 cp dengan presentase kenaikan
dihaluskan terlebih dahulu sehingga viskositas sebesar 5,55%. Formula I
mudah tercampur dan menghasilkan memiliki viskositas antara 52790-56534 cp
sediaan yang homogen. Faktor yang dengan presentase kenaikan viskositas
mempengaruhi homogenitas adalah sebesar 7,09%. Formula II memiliki
distribusi ukuran partikel (Paul, Obeng viskositas antara 52874-56545 cp dengan
dan Krests, 2004). Jika ukuran partikelnya presentase kenaikan viskositas sebesar
seragam makan akan didapat sediaan yang 6,94%. Kemudian untuk formula III
homogen. memiliki viskositas antara 52992-56997 cp
Berdasarkan penelitian Nursal, dengan presentase kenaikan viskositas
Indriani dan Dewantini (2010) sebesar 7,55%. Ketiga formula tersebut
bahwapada homogenitas pasta gigi yang telah memenuhi standar viskositas yang
menggunakan pengikat Natrium CMC ditetapkan yaitu 50.000-420.000 cp
didapatkan formula yang homo- (Pierce,1981).
genitasnya tidak mengalami Formula I, II dan III dengan variasi
perubahan saat proses penyimpanan. kadar Natrium CMC yaitu 3%, 3,5% dan
Hal ini sesuai dengan penelitian pasta 4% didapatkan nilai viskositas yang
gigi ekstrak daun sukun yang selama berbeda. Semakin tinggi kadar Natrium
pe nyi m panan tetap memper- CMC yang digunakan maka viskositasnya
tahankan homogenitasnya. Menurut semakin besar pula.Viskositas dipengaruhi
peneliti suatu sediaan dapat dikatakan oleh kestabilan pH sediaan pasta gigi.
homogeny atau seragam dantidak Menurut Rowe, Sheskey dan Quinn (2009)
berubah selama penyimpanan apabila viskositas Natrium CMC stabil pada pH7-
pada sediaan tersebut tidak terjadi 9. Berdasarkan tabel 9 didapatkan pH
pertumbuhan partikel. sediaan pasta gigi gel ekstrak daun sukun
(Artocarpus altilis) dengan Natrium
3. Viskositas CMCsebagai gelling agent yang stabil.
Hasil pengamatan viskositas III formula
Semakin tinggi konsentrasi gelling
pasta gigi gel dengan bahan ekstrak daun
agent maka semakin tinggi nilai
sukun (Artocarpus altilis) dengan variasi
viskositasnya. Menurut penelitian Purbo,
kadar Natrium CMC sebanyak 3%, 3,5%
Sulaiman dan Setiawan (2015) bahwa
dan 4% yang diambil dari penelitian Dave,
penambahan konsentrasi Natrium CMC
Panchal dan Shelat (2014), kisaran
pada pembuatan pasta gigi minyak kayu
viskositas yang diperoleh antara 52790-
manis mempengaruhi viskositas dan daya
57432cp. Viskositas tertinggi pada formula
lekat yang semakin meningkat. Hal
control hari ke-28, sedangkan viskositas
tersebut sejalan dengan hasil penelitian formula pasta gigi yang mengandung
ini yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
Natrium CMC semakin tinggi pula stabil selama penyimpanan. Nilai pH
viskositasnya. Berdasarkan penelitian formula control berkisar antara 7,50-7,53
Nursal,Indriani dan Dewantini (2010) dengan presentase kenaikan pH sebesar
bahwa pada viskositas pasta gigi yang 0,26%, formula I berkisar antara 7,68 -
menggunakan pengikat Natrium CMC 7,69.
mengalami kenaikan saat proses Dengan presentase penurunan pH
penyimpanan. Penelitian tersebut sebesar 0,13%, formula II berkisar antara
menunjukan hasil yang sama dengan 7,56-7,60 dengan presentase kenaikan pH
penelitian ini yaitu semakin lama sebesar 0,39% dan formula III berkisar
penyimpanan maka semakin tinggi pula antara 7,58- 7,67 dengan presentase
viskositasnya. Viskositas dipengaruhi penurunan pH sebesar 1,00%. Berdasarkan
oleh suhu, tekanan dan pencampuran presentase perubahan pH semua formula
komposisi bahan (Lacner,2001). yaitu formula kontrol, formula I, formula
Kenaikan viskositas dapat diakibatkan II dan formula III setelah penyimpanan
oleh sushu yang tidak terpatau selama selama 28 hari didapatkan pH yang
penyimpanan. relative stabil. Nilai pH yang diperoleh
Semua sediaan baik formula dapat memenuhi syarat pH pasta gigi
kontrol, formula I, formula II, dan menurut SNI (1995) yaitu 4,5-10,5. Suhu
formula III mengalami peningkatan memiliki pengaruh terhadap hasil
viskositas setiap minggunya bselama pengukuran pH (Barron, Ashton, dan
proses penyimpanan. Peruahan viskositas Geary, 2006).Standar pengukuran pH
pasta gigi yang mengalami penigkatan pasta gigi menurut SNI (1995) adalah pada
selama penyimpanan sehingga suhu 250C.
menyebabkan sediaan akan sulit untuk Jika dilihat dari penelitian putri
dikeluarkan dari tube. Dari hasil (2013), pasta gigi dengan bahan pengikat
pengujian viskositasdiatas Natrium CMC selama penyimpanan
membuktikan bahwavariasi atau memiliki pH yang relatif stabil.Hal ini
peningkatan konsentrasi Natrium CMC sesuai dengan penelitian pasta gigi ekstrak
memberikan pengaruh pada viskositas daun sukun (Artocarpus altilis) selama
pasta gigi gelekstrak daun sukun penyimpanan pH yang diperoleh
(Artocarpus altilis). Viskositas pasta gigi cenderung tetap. Kestabilan pH pasta gigi
gel ekstrak daun sukun (Artocarpus ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
altilis)yang mengalami peningkatan didukung oleh pH ekstrak daun sukun
setiap minggunya berpengaruh terhadap (Artocarpus altilis) sebesar 7,67-7,82.
nilai tinggi busa pasta gigi gel ekstak Nilai pH ekstrak daun sukun (Artocarpus
daun sukun (Artocarpus altilis) altilis) mendekati nilai pH sediaan pasta
sehingga terjadi penurunan tinggi busa gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus
pada sediaan tersebut. altilis).Se hi n gga diduga da pat
menstabilkan pH sediaan pasta gigi gel
4. pH ekstrak daun sukun (Artocarpus
Berdasarkan hasil pH selama 28 hari,
altilis).Kisaran pH ini terletak di antara pH
pH yang didapat untuk tiap masing-masing
Natrium CMC dengan kondisi maksimum pengukuran, tinggi busa semua formula
yaitu2-10. mengalami penurunan ketinggian yang
Terjadinya pH yang tinggi masih dapat memenuhi syarat tinggi busa
disebabkan karena konsentrasi surfaktan maksimal sediaan pasta gigi yaitu 15 mm
yang digunakan dapat menaikkan pH (Sediaan dipasaran).
sediaan pasta gigi. Karena semakin tinggi Terjadinya penurunan parameter
presentase natrium lauryl sulfat maka pH tinggi busa karena parameter tinggi busa
yang dihasilkan semakin tinggi (Luqmana, sangat tergantung pada surfaktan yang
2012). Kemungkinan ini disebabkan oleh digunakan, kesadahan air, suhu ruangan
suhu pada saat pengukuran yang tidak saat pengukuran dan waktu pendiaman
memenuhi standar menurut SN yaitu 250C, (Depkes RI, 1985). Ukuran tinggi busa
selain itu juga kenaikan pH juga dapat yang dapat dikaitkan dengan nilai estetika
disebabkan oleh faktor natrium lauryl yang disukai konsumen.Parameter pada
sulfat dan kalsium karbonat yang pengukur tinggi busa sangat bergantung
berpengaruh terhadap sediaan, sedangkan pada konsentrasi pembentuk busa yang
penurunan pH yang terjadi dapat dalam formula ini menggunakan natrium
disebabkan oleh factor lingkungan seperti lauril sulfat. Kosentrasi ekstrak yang
suhu dan penyimpanan yang kurang baik digunakan juga dapat mempengaruhi
sehingga menyebabkan pH tidak stabil tinggi busa sediaan. Busa dibuat oleh
(Younget al., 2002). Suhu pada saat surfaktandi dalam sediaan pasta gigi.
pengukuran dan penyimpanan pada saat Busa terbentuk dengan adanya surfaktan
penelitian juga tidak selalu dikontrol dan dalam cairan dan mengubah sistem
dicatat.Berdasarkan penelitian Budiman disperse antara gelembung udara yang
(2008), sediaan yang disimpan pada suhu dipisahkan oleh lapisan cairan sehingga
rendah dansuhu tinggi mengalami surfaktan dapat menurunkan tegangan
perubahan pH ke arah netral, sedangkan pada udara/ cairan antar muka (Exerowa
jika disimpan pada suhu kamar mengalami dan Kruglyskou, 1998). Semakin tinggi
perubahan pH kearahasam. viskositas maka zat yang keluar dari
senyawa obat akan semakin sulit (Mada
5. TinggiBusa & Singh, 2010). Surfaktan yang sulit
Pengamatan tinggi busa dilakukan keluar inilah yang dapat mempengaruhi
padasediaan pasta gigi ekstrak daun tinggibusa. Secara tidak langsung
sukun (Artocarpus altilis) yang disimpan viskositas mempengaruhi tinggi busa.
selama28 hari. Tinggi busa formula Semakin besar viskositas pasta gigi maka
kontrol berkisar antara 9-10 mm dengan akan semakin sulit penetrasi air untuk
presentase penurunan tinggi busa sebesar bertemu surfaktan. Jika hal ini terjadi
10,00%, formula I berkisar antara11-12 maka akan sulit untuk air bertemu
mm dengan presentase penurunan tinggi foaming agent untuk membentuk busa.
busa sebesar 8,33%, formula II berkisar Viskositas pasta gigi gel ekstrak daun
antara 11-13 mm dengan presentase sukun (Artocarpus altilis) yang
penurunan tinggi busa sebesar 8,33% dan mengalami peningkatan setiap
formula III berkisar antara 11-12 mm minggunya mempengaruhi nilai tinggi
dengan presentase penurunan tinggi busa busa pasta gigi gel ekstak daun sukun
sebesar 8,33%. Berdasarkan hasil
adannya perubahan fisik seperti warna dan terjadi perubahan rasa .Hal ini
bau. menunjukan secara keseluruhan formula
Berdasarkan penelitian Olii (2013) bahwa sediaan pasta gigi gel eksrak daun
bahwa pada pasta gigi yang menggunakan sukun (Artocarpus altilis) tidak
pengikat Natrium CMC didapatkan mengalami perubahan rasa. Menurut
formula yang tidak mengalami perubahan Collect dan Aulton (1990) pasta gigi yang
bau saat proses penyimpanan. Hal ini tidak stabil juga dapat ditandai dengan
sejalan dengan penelitian pasta gigi gel adannya perubahan fisik seperti warna
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dan bau.
yang selama penyimpanan tidak adanya Berdasarkan penelitian Olii(2010)
perubahan bau. Bau yang tidak berubah bahwa pada pasta gigi yang menggunakan
selama penyimpanan disebabkan oleh pengikat Natrium CMC didapatkan
stabilitas yang terjaga pada sediaan pasta formula yang tidak mengalami perubahan
gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus rasa saat proses penyimpanan. Hal ini
altilis).Dalam formula ini sediaan pasta sejalan dengan penelitian pasta gigi gel
gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
altilis).tidak diberikan penambah bau yang selama penyimpanan tidak adanya
dikarenakan peneliti ingin mengetahui bau perubahan rasa. Rasa yang tidak berubah
spesifik ekstrak daun sukun (Artocarpus selama penyimpanan disebabkan oleh
altilis) selama penyimpanan 28 hari. stabilitas yang terjaga pada sediaan pasta
gigi gel ekstrak daun sukun (Artocarpus
8. Rasa
altilis). Dalam formula ini sediaan pasta
Hasil pengamatan rasa dari sediaan
gigi gel diberikan penambah rasa yaitu
pasta gigi gel yang mengandung ekstrak
natrium sakarin yang memberikan rasa
daun sukun (Artocarpus altilis) selama 28
manis pada sediaan, dan formula yang
hari penyimpanan dengan menggunakan
paling banyak disukai adalah formula III
kuesioner terhadap 30 orang responden
dengan jumlah 12 responden sedangkan
yang rata-rata berumur 20 tahun. Setelah
formula I disukai oleh 9 responden dan
dilakukan kuesioner terhadap 30 orang
formulasi II disukai oleh 9 responden.
responden. Pada formula kontrol tidak
Berdasarkan rekapitulasi hasil uji
ada responden yang menyatakan
kestabilan fisik pasta gigi gel ekstrak daun
terjadinya perubahan rasa dan 30
sukun (Artocarpus altilis) pada tabel 14
responden yang menyatakan tidak terjadi
dapat dilihat bahwa pada formula kontrol,
perubahan rasa. Pada formula I tidak ada
formula I, formula II dan formula III
responden yang menyatakan terjadinya
dengan kadar Natrium CMC sebanyak 3%,
perubahan rasadan 30 responden yang
3,5% dan 4% memberikan hasil sediaan
menyatakan tidak terjadi perubahan
pasta gigi gel yang stabil dan memenuhi
rasa.Pada formula II tidak ada responden
syarat ditijau dari viskositas, pH, tinggi
yang menyatakan terjadinya perubahan
busa, homogenitas, warna, bau dan rasa
rasa dan 30 responden yang menyatakan
sehingga ekstrak daun sukun (Artocarpus
tidak terjadi perubahan rasa. Pada
altilis) dapat dibuat menjadi bentuk
formula III tidak ada responden yang
sediaan pasta gigi gel dengan formula I,
menyatakan terjadinya perubahan rasa
formulaII dan formula III dalam penelitian
dan 30 responden yang menyatakan tidak
ini karena kestabilannya memenuhi perubahan. Bau formula pasta gigi gel
persyaratan. ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis)
Adapun kekurangan dari penelitian dalam penelitian ini tidak mengalami
ini yaitu permukaan pada pasta gigi gel perubahan. Rasa formula pasta gigi gel
yang terkena udara berubah menjadi lebih ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dalam
gelap. Hal ini disebabkan karena senyawa penelitian ini tidak mengalami perubahan.
antioksidan dari ekstrak seperti flavonoid
SARAN
karena senyawa ini mudah teroksidasi oleh
Agar Dapat digunakan sebagai panduan
udara. Sehingga tekanan oksigen yang
dasar untuk pembuatan pasta gigi gel yang
tinggi dan luas kontak dengan
mengandung ekstrak daun sukun
oksigenmenyebabkan peningkatan
(Artocarpusaltilis). Dilakukan uji
sehingga terjadinya rantai inisiasi dan
mikrobiologi pasta gigi gel yang
propagasi dan reaksi oksidasi yang dapat
mengandung ekstrak daun sukun
menurunkan antioksidan dalam bahan
(Artocarpusaltilis).
(Wanti,2008).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan DAFTAR PUSTAKA
pembahasan pemanfaatan ekstrak daun Baroon, J. J., C. Ashton, L. Geary. 2006.
sukun (Artocarpus altilis) sebagai sediaan The Effect of Temperature on pH
pasta gigi gel dengan variasi kadar Measurement. Technical Papers.
Natrium CMC yang telah diuji kestabilan Technical Services Department,
fisiknya selama 28 hari yang meliputi Reagecon Diagnostic Ltd., Shanron
homogenitas, viskositas, pH, tinggi busa, Free Zone, Clare, Ireland.
warna bau dan rasa maka dapat ditarik
Collect, D. M dan M. E. Aulton, 1990.
kesimpulan sebagai berikut:
Pharmaceutical Practise.etanol 70%
Ekstrak daun sukun
Daun Jambu Biji (PsidiumguajavaL.).
(Artocarpusaltilis) dapat dibuat menjadi Jurnal Farmasains.1(1):45-51.
sediaan pastagigi gel yang paling stabil
secara fisik yaitu formula II dengan Churchill, Lipingstone, London, Melborne
konsentrasi Natrium CMC sebanyak and New York. Hal 125-129.
3,5%.Homogenitas formula pasta gigi gel
Dave, K. L., Panchal, P. K., Shelat, 2014.
ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis)
Development and Evaluation of
dalam penelitian ini stabil.Viskositas Antibacterial HerbalToothpaste
formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun containing Eugenia
(Artocarpusaltilis) dalam penelitian ini
tidak stabil.pH formula pasta gigi gel Depkes RI, 1985, Materia Medika
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) Indonesia, Jilid V, p. 55-58
dalam penelitian ini stabil. Tinggi busa
Deynilisa, S., 2016, Ilmu Konservasi Gigi,
formula pasta gigi gel ekstrak daun sukun Penerbit Buku Kedokteran EGC,
(Artocarpusaltilis) dalam penelitian ini Jakarta. Hal 19-24.
tidak stabil.Warna formula pasta gigi gel
ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) Exerowa, D., P.M. Kruglyakov, 1998.
dalam penelitian initidak mengalami Foam and foam films Theory,
Experiment,ApplicationVol. 5. fluoride-dalam-pasta-gigi.html
Elsevier Science B.V., Amsterdam, fluoride -dalam-pasta-gigi.html.
Netherlands.Halaman 1-4. Diakses pada tanggal 9 Januari 2017.
Pukul 09.30 WIB.
Fakultas Kedokteran UI. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Teddy, B.S., 2011. Permodelan Proses
Jilid 1 . Media Aesculapius, Fakultas Ekstraksi Ultrasonik Oleresin dan
Kedokteran Universitas Indonesia, Cinnamaldehyde dari Kayu Manis.
Jakarta. Hal.500-505. Tesis, Universitas Diponogoro.