Anda di halaman 1dari 23

MINI RISET

PENGARUH PASTA GIGI YANG MENGANDUNG EKTRAK


DAUN SIRIH DAPAT MENURUNKAN INDEKS PLAK GIGI
PADA LANSIA DI WISMA TERATAI DAN CEMPAKA UPT
PSTW JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Departemen


Gerontik
OLEH :
KELOMPOK 1

ATRIK PURWATI 16 01032001


ZULFAHMI HAKIM 16 01032013
AFTHON YAZID 16 01032008
ADE SRI WIDIARTI 16 01032010
MOCH. FAHRUDDIN 16 01032016

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2017
LAPORAN MINI RISET

PENGARUH PASTA GIGI YANG MENGANDUNG EKTRAK


DAUN SIRIH DAPAT MENURUNKAN INDEKS PLAK GIGI
PADA LANSIA DI WISMA TERATAI DAN CEMPAKA UPT
PSTW JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Departemen


Gerontik Program Studi Profesi Ners

OLEH
KELOMPOK I

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan mini riset dengan Pengaruh Pasta Gigi Yang
Mengandung Ekstrak Daun Sirih Dapat Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada
Lansia Di Wisma Teratai dan Cempaka UPT PSTW Jember dapat diselesaikan.

Penyelesaian mini riset ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis hingga penyusunan skripsi
ini selesai, kepada yang saya hormati:

1. Drs. Bambang Sudjtmiko selaku Kepala Pelayanan Sosial Lanjut Usia


Jember
2. Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., selaku pembimbing akademik Fakultas
Ilmu Kesehatan
3. Ibu Ning selaku pebimbing Wisma Teratai
4. Seluruh jajaran Staf UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember
5. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu dan tenaga, mulai dari
awal penelitian sampai dengan selesai
6. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu selama penyusunan mini riset ini
Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah mereka berikan, yang
tidak dapat kami ucapkan satu persatu dengan kebaikan yang lebih baik dan lebih
utama. Penyusun menyadari mungkin masih terdapat beberapa kekurangan dari
mini riset ini, diharapkan ada masukan yang bersifat membangun.

Jember, 22 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….


KATA PENGANTAR …………………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………….............
DAFTRAR TABEL ……………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………...
B. Perumusan Masalah ……………………………………………...
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Lansia.............................………………………………...
B. Konsep Herbal Daun Sirih ………......…………………………..
C. Konsep Plak/ Karies Gigi...………………………………………
D. Penelitian Terkait ………………………………………………...

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep …………………………………………………
B. Hipotesis ………………………………………………………......
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep..................................................... ……………... 42


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Concent …………………………....................................


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden …………………………
Lampiran 3 SOP Menyikat Gigi ……………………….....................................
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ……………………………………….......
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia mengalami proses penurunan fungsi alamiah yang tidak
dapat dihindari oleh setiap manusia, dimana terjadi perubahan jaringan
tubuh yang sangat kompleks. Proses ini juga mempengaruhi keadaan
rongga mulut pada lansia. Pada lansia biasanya terjadi penurunan higiene
mulut, berkurangnya jumlah gigi dan penurunan sensitivitas mukosa
rongga mulut terhadap iritasi. Selain itu juga terjadi kelemahan pada
jaringan penyangga gigi sehingga kemampuan mengunyah berkurang.
Infeksi serta keganasan sering terjadi dalam rongga mulut sehubungan
dengan proses penuaan. Status kesehatan gigi dan mulut pada lansia
berbeda dengan orang muda. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan
dalam rongga mulutnya yang mencakup perubahan pada jaringan keras
(gigi, tulang dan sendi rahang), jaringan lunak (mukosa mulut, lidah,
kelenjar saliva dan otot-otot pengunyahan) dan jaringan periodontal.
Data dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menunjukkan
bahwa prevalensi tahun 2004 karies gigi di Indonesia sekitar 90,05%.
Plak merupakan deposit lunak yang membentuk suatu lapisan biofilm dan
melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva serta permukaan keras
lainnya dalam rongga mulut. Plak terdiri atas 70% komponen bakteri dan
30% terdiri dari materi organik maupun anorganik yang berasal dari
saliva, cairan sulkus gingiva maupun produk bakteri. Plak biasanya mulai
terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi
yang cacat dan kasar. Pengendalian plak adalah upaya membuang dan
mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi.
Pembuangan secara mekanis merupakan metoda yang efektif
dalam mengendalikan plak dan inflamasi gingival. Pembuangan mekanis
dapat meliputi penyikatan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat
menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak,
memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan
gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar
pada mulut serta memelihara kesehatan gusi. Penambahan herbal ekstrak
daun sirih pada pasta gigi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan
plak. Oleh sebab itu, menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi
ektrak daun sirih menjadi salah satu alternatif untuk membantu
mengurangi plak gigi (Veransa, 2005).
Faktanya, para lansia di wisma Teratai dan Cempaka UPT PSTW
Jember dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut belum terlaksana dengan
baik.
Berdasarkan fenomena diatas maka perlu dilakukan penelitian
tentang Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak Daun Sirih Dapat
Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada Lansia Di Wisma Teratai dan
Cempaka UPT PSTW Jember.

B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan masalah
Pada lansia biasanya terjadi penurunan higiene mulut, berkurangnya
jumlah gigi dan penurunan sensitivitas mukosa rongga mulut terhadap
iritasi. Selain itu juga terjadi kelemahan pada jaringan penyangga gigi
sehingga kemampuan mengunyah berkurang. Infeksi serta keganasan
sering terjadi dalam rongga mulut sehubungan dengan proses penuaan.
Status kesehatan gigi dan mulut pada lansia berbeda dengan orang
muda. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan dalam rongga
mulutnya yang mencakup perubahan pada jaringan keras (gigi, tulang
dan sendi rahang), jaringan lunak (mukosa mulut, lidah, kelenjar saliva
dan otot-otot pengunyahan) dan jaringan periodontal.
Pembuangan secara mekanis merupakan metoda yang efektif dalam
mengendalikan plak dan inflamasi gingival. Pembuangan mekanis
dapat meliputi penyikatan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat
menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak,
memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles
permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut,
memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gusi.
Penambahan herbal ekstrak daun sirih pada pasta gigi diharapkan
dapat menghambat pertumbuhan plak. Oleh sebab itu, menyikat gigi
dengan menggunakan pasta gigi ektrak daun sirih menjadi salah satu
alternatif untuk membantu mengurangi plak gigi.
2. Pertanyaan Masalah
a. Bagaimanakah tingkat kebersihan/ karies gigi (plak) pada Lansia
UPT PSTW Jember?
b. Adakah Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak Daun
Sirih Dapat Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada Lansia Di Wisma
Teratai dan Cempaka UPT PSTW Jember?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak Daun
Sirih Dapat Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada Lansia Di Wisma
Teratai dan Cempaka UPT PSTW Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kebersihan/ karies gigi (plak) pada Lansia
UPT PSTW Jember.
b. Menganalisis Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak
Daun Sirih Dapat Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada Lansia Di
Wisma Teratai dan Cempaka UPT PSTW Jember.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Lansia
Hasil penelitian ini dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut para
lansia sehingga kesejahteraan kesehatan lebih baik dari sebelumnya.
b. Bagi Institusi Universitas Muhammadiyah Jember
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya memahami dan
menerapkan pengaruh Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak
Daun Sirih Dapat Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada Lansia.
c. Bagi UPT PSTW Jember
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut panti jompo.
d. Bagi Peneliti
Data dan informasi yang telah diperoleh selama penelitian nantinya
sebagai pengetahuan dan wawasan bagi peneliti untuk bisa lebih
mengembangkan metode yang baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lanjut Usia


1. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua (Aging) adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan (Nugroho, 2008).
2. Batasan Umur Lanjut Usia
Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) batasan umur lanjut usia yang
dikutip dari Fatimah (2010), yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun.
3. Klasifikasi lansia menurut Fatimah (2010), yaitu :
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2008).
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2008).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2008).
4. Karakteristik Lansia
Menurut Fatimah (2010), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
5. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perubahan fisik meliputi :
1) Berkurangnya jumlah sel.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun (menurunnya
kontraksi dan volume).
3) Otot – otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku.
4) Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respons motorik dan refleks.
5) Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis).
6) Esofagus melebar, asam lambung menurun.
7) fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi
urine ikut menurun.
8) Selaput lendir pada vagina mengering dan sekresi menurun.
9) Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
10) Respons mata terhadap sinar menurun.
11) Produksi hormon menurun.
12) Kulit keriput.
13) Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun.
14) Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.
b. Perubahan sosial yang meliputi :
1) Peran : Post power syndrome, single woman, single parent.
2) Keluarga : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan
kapan akan meninggal.
c. Perubahan psikologis pada lansia meliputi short therm memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.
6. Tipe Lansia
a. Tipe arif bijaksana.
Lansia tipe arif bijaksana adalah lansia yang mampu menyikapi setiap
permasalahan dan pengambilan keputusan secara bijaksana.
b. Tipe mandiri.
Lansia tipe mandiri adalah lansia yang mampu melaksanakan tugas dan
memenuhi kebutuhan dirinya secara mandiri tanpa tergantung pada
orang lain.
c. Tipe tidak puas.
Lansia tipe tidak puas adalah lansia yang cenderung menuntut
kebutuhannya terpenuhi secara sempurna.
d. Tipe pasrah.
Lansia tipe pasrah adalah lansia yang menerima kejadian yang terjadi
dan akan terjadi karena menyadari akan usianya yang sudah semakin
bertambah dan cenderung pasrah menerima segala perubahan yang
terjadi pada dirinya.
e. Tipe bingung.
Lansia tipe bingung adalah lansia yang mempunyai keterbatasan
berpikir akibat proses penuaan seperti berkurangnya proses penglihatan
atau pendengaran yang mengakibatkan lansia tersebut sulit untuk
memahami sesuatu.
7. Teori Proses Menua
a. Teori Biologi
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas dan teori rantai silang.

b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

c. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri
(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori
kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development
theory) dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).

d. Teori Spritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semseta dan persepsi individu tentang
arti kehidupan.

8. Perubahan Akibat Proses Menua


Menurut Nugroho (2008) dalam bukunya yang berjudul Keperawatan
Gerontik & Geriatrik, perubahan akibat proses menua antara lain yaitu:

a. Perubahan Fisik dan Fungsi


Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem
penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh,
sistem pernafasan, sistem pencernaan (gastrointestinal), sistem
reproduksi, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem integumen
dan sistem muskuloskeletal (Nugroho, 2008).
Pada sistem persarafan terjadi beberapa perubahan, yaitu :
1) Menurunnya hubungan persarafan.
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya).
3) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress.
4) Saraf panca indra mengecil.
5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman
dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
7) Defisit memori.
b. Perubahan Mental
1) Kenangan (memory)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang
lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk (bisa kearah dimensia).
2) Intelegentia Quation (IQ)
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
Penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor berkurang.
Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari
faktor waktu.
c. Perubahan Psikologis
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasya dan identitasnya
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun
(purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan antara lain:
1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/ posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semua fasilitas).
3) Kehilangan teman/ kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/ kegiatan.
5) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit).
d. Perkembangan Spiritual
1) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal
ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
2) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun mencapai tingkat
berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai
dan keadilan
B. Konsep Dasar Daun Sirih
1. Pengertian
Daun sirih merupakan tumbuhan yang dikenal dengan nama ilmiah
piper betel linn, dan termasuk dalam familia piperaceae.
Sirih merupakan tanaman menjalar menyerupai tanaman lada. Daunnya
berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,
bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba dan mengeluarkan bau
yang sedap (aromatis) jika diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar
3,5-10 cm (Mutmainah, 2013).
2. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih
Daun sirih dikumpulkan dari perkebunan lokal yang kemudian
dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel, dicuci dengan air
mengalir sampai bersih. Daun yang telah bersih dan bebas dari sisa air
cucian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 24 jam,
setelah itu simplisa kering dibersihkan kembali dari kotoran yang
mungkin tidak hilang pada saat pencucian. Tahap selanjutnya simplisa
kering digrinder sehingga menjadi simplisa serbuk, setelah itu serbuk
simplisa diayak dengan menggunakan mesh 16, kemudian disimpan
dalam wadah bersih dan tertutup rapat. Sediaan ekstrak etanol dibuat
dengan cara maserasi, yaitu dengan merendam simplisa sebanyak 30 g
dalam 300 ml pelarut etanol 96% selama 24 jam sambil sekali-sekali
diaduk. Setelah 24 jam, ekstrak disaring melalui kain batis dan
ampasnya diperas. Ampas ditambah cairan palarut secukupnya, diaduk
kemudian disaring sehingga diperoleh ekstrak sebanyak 300 ml. setelah
itu cairan ekstrak diuapkan dengan alat penguap (rotary evaporator)
sampai berbentuk cairan kental, kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan penangas air dengan suhu 40oC-50oC sampai diperoleh
ekstrak kental dan hasilnya ditimbang. Rendaman ekstrak total dihitung
dengan membandingkan berat awal simplisa dan berat ekstrak yang
dihasilkan (Mutmainah, 2013).
3. Kandungan Pasta Gigi Daun Sirih
Pasta gigi daun sirih yang digunakan memiliki kandungan sebagai
berikut:
a. Piper bettle ekstrak 5%
Bahan ini merupakan bahan antimikroba pada pasta gigi daun sirih
yang digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan
bakteri.
b. Aquademin
Aquademin merupakan kategori air mineral yang berfungsi sebagai
bahan pelarut bagi sebagian bahan dan mempertahankan konsistensi
dalam pasta gigi daun sirih.
c. Sorbitol
Sorbitol merupakan salah satu bahan pelembab atau humectants
yang dapat mencegah penguapan air dan mempertahankan
kelembaban pasta.
d. Sodium Lauryl Ether Sulphate
Bahan ini merupakan surfactant atau deterjen dalam pasta gigi yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan melonggarkan
ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan pembersihan
sikat gigi.
e. Glycerin
Glycerin menjadi bahan pelembab atau humectants yang dapat
mencegah penguapan air dan mempertahankan kelembaban pasta.
f. Carragenan
Bahan pengikat ini memberikan efek untuk mengikat semua bahan
dan membantu memberi tekstur pasta gigi daun sirih.
g. Sodium Saccharin
Bahan ini merupakan salah satu bahan pemberi rasa yang berfungsi
untuk menutupi rasa bahan-bahan lain yang kurang enak pada pasta
gigi daun sirih.
h. Silicon Dioxide
Silicon dioxide merupakan salah satu bahan abrasif yang terdapat
pada pasta gigi daun sirih. Efek yang diberikan oleh bahan ini antara
lain membersihkan dan memoles permukaan gigi tanpa merusak
email, mempertahankan pelikel, mencegah akumulasi stain.
i. Menthol
Bahan pemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan
lain yang kurang enak. Selain itu menthol merupakan salah satu
bahan anti-plak dari minyak essensial yang memiliki efek anti-
bakteri dengan mengubah dinding sel bakteri. Pembersih mulut yang
memiliki kandungan bahan ini di laporkan dapat mengurang plak
dan gingivitis secara signifikan.
j. Peppermint Oil
Bahan pemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan
lain yang kurang enak.
k. Potassium Sorbate
Merupakan salah satu bahan desensitisasi yang memberikan efek
dengan cara mengurangi atau menghilangkan sensitivitas dentin
dengan cara efek desensitisasi langsung pada serabut saraf.

C. Konsep Dasar Karies


1. Definisi Karies
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada
dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan
terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan
kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran
infeksi kedalam jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.
Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya
dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Karies pada email, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun
bila ada rangsangan yang berasal dari makanan atau minuman yang
dingin akan terasa ngilu.
b. Karies pada dentin, ditandai dengan adanya rasa sakit apabila
tertimbun sisa makanan. Apabila sisa makanan disingkirkan maka
rasa sakit akan berkurang.
c. Karies pada pulpa, ditandai dengan gigi yang terasa sakit terus
menerus, sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa
sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit.
2. Etiologi
tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan
rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah
faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang
bertumpang-tindih (Gambar 1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi
setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang
rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan
waktu yang lama.
a. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak,
kokus garam positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai
seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus
mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.
Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya
laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah
laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak.
Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab
utama karies oleh karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan
asidurik (resisten terhadap asam).
b. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat
mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya
karies. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang dengan konsumsi
karbohidrat terutama sukrosa dalam jumlah yang besar cenderung
mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama
sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam
terjadinya karies.
c. Faktor risiko
Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies diidentifikasi
sebagai faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai
faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral
higiene, jumlah bakteri, saliva dan pola makan. Ada juga faktor
risiko demografi seperti umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Input Proses Ouput

Lansia Usia > 60 Daun Sirih Sariawan


tahun
di tumbuk Bau Mulut

Plak/ Karies

Penuruan kadar gula

Variabel Confounding

1. Jenis Kelamin
2. Kondisi kesehatan
3. Kepatuhan
Keterangan :

Di teliti

Tidak diteliti

Bagan 3.1 Kerangka Konsep pengaruh Daun Sirih terhadap penurunan


karies/ plak pada lansia usia 60 tahun

B. Hipotesis
H0= Adanya pengaruh daun sirih terhadap penurunan karies /plak pada lansia
usia 60 tahun
H1 = tidak ada hubungan daun sirih terhadap penurunan karies / plak pada
lansia usia 60 tahun.
Lampiran 1
INFORMED CONCENT

Jember, ………………..

Yth. Bapak/Ibu
Di Wisma Melati UPT Panti Sosial Lanjut Usia Jember

Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini adalah mahasiswa Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jember. Akan mengadakan penelitian mini riset yang berjudul
Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak Daun Sirih Dapat Menurunkan
Indeks Plak Gigi Pada Lansia Di Wisma Teratai dan Cempaka UPT PSTW
Jember. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pasta Gigi Yang
Mengandung Ekstrak Daun Sirih Dapat Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada
Lansia Di Wisma Teratai dan Cempaka UPT PSTW Jember.
Untuk itu bapak/ibu yang terpilih adalah sebagai responden dalam penelitian yang
akan kami lakukan. Partisipasi dari bapak/ibu dalam penelitian ini akan sangat
bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya dalam bidang
pelayanan keperawatan gerontik. Kami menjamin kerahasiaan identitas bapak/ibu,
partisipan, penelitian ini bersifat bebas. Bapak/ibu bebas untuk ikut atau tidak
tanpa adanya sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini, kami persilahkan bapak/ibu menandatangani lembar perseujuan
responden.
Demikian atas partisipasinya Saya ucapkan terimakasih.

Horma Kami

Mahasiswa
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama (Inisial) : ………………..

Wisma : …………….

Usia : ………………

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui maksud dan tujuan


penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak
Daun Sirih Dapat Menurunkan Indeks Plak Gigi Pada Lansia Di Wisma Teratai
dan Cempaka UPT PSTW Jember.

Demikian dengan sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari siapapun
dan saya bersedia untuk berperan serta dalam penelitian ini.

Jember, …………….

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai