Oleh :
HASNIATI .R
PO7142661192007
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami sampai ketahap awal dalam pembuatan skripsi
Proposal penelitian ini saya ajukan sebagai langkah awal dalam pembuatan Skripsi
sebagai sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar S.Tr.Kes
pada Program Studi Diploma IV Keperawatan Gigi pada jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Makassar. Saya berharap agar semua proses dalam pembuatan
Skripsi dapat selesai atas bimbingan dosen pembimbing saya. Tidak lupa ucapan
terimakasih banyak atas kesediaan waktunya untuk memberikan arahan selama proses
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 4
(CPP-ACP) ………………………………………………………….
1. Pengertian CPP-ACP……………………………………………………….
2. Kegunaan CPP-ACP……………………………………………………………
3. Peran CPP-ACP……………………………………………………………..
a. Keuntungan …………………………………………………………….
b. Kerugian ………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T (indeks untuk menilai
status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen) Indonesia
sebesar 4,6 meliputi komponen D-T 1,6, komponen M-T 2,9 dan komponen F-T
0,08. Hal ini menurut WHO masih tinggi. 2 Karies gigi adalah penyakit yang
kompleks serta melalui proses multifaktorial, infeksius dan bersifat kronis, yang
diawali dengan adanya asam yang di produksi oleh hasil perementasi
mikroorganisme yang akan menghancurkan mineral-mineral gigi, dikenal dengan
proses demineralisasi jaringan dipermukaan enamel gigi. 3 Borutta dkk dalam
sebuah sttudi literarture menjelaskan “ Seperti bentuk karies gigi lainnya, karies
masa kanak – kanak adalah multifaktorial dan merupakan hasil dari interaksi
mikroorganisme dengan gula di permukaan gigi dalam waktu tertentu. 4”
Bila ada ketidakseimbangan antara faktor protektif dan faktor patologik
maka akan terjadi lesi karies. Keadaan asam di rongga mulut akan
mengakibatkan turunnya pH saliva, sehingga struktur mineral gigi pada enamel
rusak. Selama erupsi gigi terdapat proses mineralisasi berlanjut yang disebabkan
adanya ion kalsium dan fosfat dalam saliva. 5 Lesi awal karies akan tampak
sebagai hasil dari hilangnya kalsium, fosfat, dan karbonat, sering disebut sebagai
3
“white spots” pada enamel gigi. Dalam sebuah studi literature oleh Surartri dkk
menjelaskan “ Saliva mempengaruhi proses terjadinya karies karena saliva selalu
membasahi gigi geligi sehingga mempengaruhi lingkungan dalam rongga mulut.
Derajat Keasaman (pH) saliva merupakan salah satu faktor penting yang
berperan dalam karies gigi, kelainan periodontal, dan penyakit lain di rongga
mulut.
Penurunan pH saliva dapat menyebabkan demineralisasi gigi. Adanya
proses remineralisasi yang akan menurunkan kemungkinan terjadinya karies. 6
Remineralisasi merupakan proses terbentuk kembalinya Kristal apatit pada
permukaan email gigi. Enamel gigi tersusun atas 95% Kristal hidroksiapatit
berbentuk unit menyerupai batang yang sering disebut Prisma Enamel. Pada
proses demineralisasi, mineral penyusun hidroksiapatit dapat terlepas dari
permukaan enamel sehingga pada proses demineralisasi dapat menimbulkan
porus.6 Proses remineralisasi dapat terjadi secara alami atau dipercepat
menggunakan bahan remineralisasi. Syarat bahan remineralisasi yang ideal yaitu
dapat melepaskan ion kalsium fosfat, mencegah pembentukan kalkulus, serta
bekerja baik pada kondisi saliva yang sedikit dan pada lingkungan yang asam.
Meskipun fluoride memiliki efek terbaik pada penurunan prevalensi karies,
akan tetapi paparan fluoride sangat terkait pada banyak efek berbahaya seperti
fluorosis. Oleh karena itu perlu diupayakan agen nonflouride yang efektif. Salah
satu bahan topikal yang mengandung kasein adalah Casein phosphopeptide
amorphous calcium phosphate (CPP-ACP). Bahan tersebut tidak mengandung
flour sehingga tidak menimbulkan fluorosis. CPP-ACP mampu menghambat
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi pada gigi. Casein
Phosphopeptide (CPP) mengandung kasein berupa fosfoprotein kasein (CPP),
kalsium dan fosfat yang tinggi.7 CPP-ACP memiliki kemampuan untuk
menstabilkan ion kalsium, fosfat dan fluoride dalam keadaan amorf non-kristalin
yang sangat diperlukan pada enamel gigi. Pada penelitian Vashist dkk (2010)
menganjurkan untuk menerapkan pemakaian topikal CPP-ACP pasta kali sehari
selama 14 hari. Hasil menunjukkan adanya remineralisasi enamel. 3
Pada aplikasi topikal CPP-ACP akan menimbulkan reaksi kimia, yaitu
CPP-ACP bereaksi dengan glikoprotein saliva yang melapisi permukaan gigi
(dikenal sebagai pelikel saliva). CPP-ACP juga bereaksi secara kimia dengan
Kristal hidroksiapatit enamel dan dentin, mengikat gugus hidroksil dan
membentuk kalsium fosfat hidroksiapatit yang tahan terhadap demineralisasi.
Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Busman dkk
terhadap bahan CPP-ACP dapat meningkatkan remineralisasi gigi. Hal ini
berdasarkan penambahan berat gigi selama perendaman pada larutan CPP-ACP
10% berturut – turut, menunjukkan “ Semakin lama pengaplikasian bahan yang
mengandung CPP-ACP dapat menaikkan berat gigi secara bertahap yang
sebelumnya sudah mengalami demineralisasi pada gigi. 3”
Dalam literature lain mengenai efek CPP-ACP terhadap karies gigi juga
ditemukan kesimpulan bahwa “ CPP-ACP telah memberikan arena baru untuk
pencegahan karies gigi. Karena CPP-ACP telah menunjukkan keunggulannya
sebagai bahan anticariogenik, antierosive, efesiensi terhadap efek samping dan
mengurangi hipersensivitas dentin. Dikemas dalam berbagai bentuk sedian. Oleh
karena itu CPP-ACP terbukti sebagai bahan pengobatan tambahan dalam
menajemen non-invasi pada lesi karies dini, karies dentinal akar, erosi gigi dan
hipersensivitas dentin.7”
Dengan landasan tersebut kami memilih dan akan membahas lebih dalam
tentang Efek CPP-ACP terhadap pencegahan karies gigi dalam studi literature
ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana efek CPP-ACP terhadap pencegahan karies gigi ?
A. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit yang mengenai jaringan keras gigi yaitu
enamel, dentin dan sementum. Karies merupakan penyakit yang
prosesnya kronis regresif. Karies gigi melibatkan interaksi antar sturuktur
gigi, mikroba biofilm dan gula yang terbentuk pada permukaan gigi, serta
saliva dan gen sebagai pengaruh.3
Penjelasan :
Struktur Enamel gigi ( Host )
1. Enamel lebih kuat dari tulang. Enamel adalah jaringan tubuh yang
paling termineralisasi
2. Terdiri dari Kristal Hidroksiapatit, secara mikroskopis tersususn atas
lapisan struktural atau batang yang dikenal sebagai prisma dan
dibasahi oleh air.
3. Komponen air dan protein gigi itu penting karena itulah bagaimana
asam masuk ke gigi dan mineral keluar dan struktur gigi larut. 9
Saliva dan Fungsinya (Host)
1. Perlindungan fisik
Memberikan efek pembersihan. Saliva yang encer kurang efektif
dibandingkan saliva yang tebal atau kental saat terpapar
karbohidrat.
2. Perlindungan kimiawi
Mengandung kalsium, fosfat dan flourida. Kalsium tersebut siap
digunakan selama proses remineralisasi. Saliva sebagai Buffer,
termasuk didalamnya bikarbonat, fosfat dan protein kecil yang
menetralkan asam setelah mencerna karbohidrat yang dapat
difermentasi.
3. Zat anti bakteri
Zat anti bakteril dalam saliva bekerja melawan bakteri
4. Jika fungsi saliva berkurang apapun penyebabnya, seperti dari
penyakit atau obat – obatan atau karena radiasi terapi, maka gigi
berisiko tinggi untuk mengalami pembusukan (karies gigi). 9
Mikroorganisme
Pada tahun 1924 di London, Killan Clarke dari hasil
penelitiannya menggambarkan bakteri bola dalam rantai diisolasi dari
berbagai lesi karies, bakteri itu disebut Streptococcus mutan. Nanti di
tahun 1950-an di AS, Keyes dan Fitzgerald bekerja menggunakan
Hamster sebagai kelinci percobaan , menunjukkan hasil bahwa karies
itu dapat menular dan disebabkan oleh asam yang diproduksi oleh
Stereptococcus Mutans. Di tahun 1960-an hasil penelitian itu diterima
secara umum bahwa Streptococcus diisolasi dari hamster yang
karies.9
4. Proses Terjadinya Karies Gigi
Pembentukan biofilm plak menjadi pemicu bakteri kariogenik
berproliferasi dengan memproduksi asam hasil fermentasi makanan yang
mengandung gul. Keadaan yang terjadi tersebut mengakibatkan turunnya
pH saliva, sehingga akan merusak struktur mineral gigi. pH yang rendah
dapat meningkatkan populasi flora pathogen. Lesi awal karies yang
tampak berupa lesi remineralisasi di subsurface yang disebut “white spot”
yang menandakan hilangnya ion kalsium, fosfat dan karbonat di
permukaan enamel gigi.5 Derajat Keasaman (pH) saliva merupakan salah
satu faktor penting yang berperan dalam karies gigi. Kadar derajat
keasaman (pH) saliva yang normal di dalam mulut berada diangka 7, bila
nilai pH saliva turun ≤ 5,5 itu artinya keadaan sudah sangat kritis. Pada
pH 7 tidak ada keasaman dan atau kebasaan larutan keadaan ini disebut
normal. Pertumbuhan bakteri terjadi pada pH saliva yang optimal berkisar
(6,5-7,5) dan bila rongga mulut pH salivanya rendah (4,5-5,5) akan
memudahkan pertumbuhan bakteri asidogenik seperti streptococcus
mutans dan lactobacillus.5
6. Keamanan CPP-ACP
Bussadori dkk. Menilai sitotoksitas CPP-ACP dalam kultur fibroblast
tikus dan itu menunjukkan bahwa diperbolehkan viabilitas sel > 70% dan
sitotoksitasnya rendah. Oleh karena itu demikian memang dianggap aman
digunakan secara topical dalam kedokteran gigi. Pada awal 1999, Badan
Pengawas Obat dan Makanan AS menerima produk CPP-ACP
sebagaimana yang diakui secara umum aman sebagai bahan untuk
digunakan dalam kedokteran gigi.7
- Keuntungan CPP-ACFP :
available terhadap ion Calsium, Fospat dan Flouride pada
proses remineralisasi karies enamel
- Kerugian CPP-ACP :
Karena CPP-ACP adalah produk susu, maka CPP tidak dapat
diberikan untuk pasien yang mengalami intoleransi terhadap susu.
Oleh karena itu, alternative yang sesuai diperlukan untuk pasien
ini.8
D. KERANGKA PIKIR
CPP-ACP
Ringkasan Kerangka Pikir :
Karies gigi penyakit multifaktorial dibutuhkan waktu untuk
perkembangannya. Dalam yang tersebut ada proses demineralisasi-
remineralisasi. Dalam upaya preventif karies gigi diharapkan proses
remineralisasi yang terjadi. Dibutuhkan agen remineralisasi yang baik yang
memmpunyai sifat atau komponen yang sama dengan komponen Host Rongga
Mulut yaitu Gigi dan Saliva.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah study literatur. Dimana studi literatur
adalah salah satu tehnik untuk mencari referensi teori yang relevan dengan kasus
terhadap permasalahan yang ditemukan.