Anda di halaman 1dari 21

Judul : Pengaruh Aplikasi Gel Nanokalsium Dari Ekstrak Cangkang Telur

Bebek (Anas Patyrhyncos) Terhadap Mikroporositas Enamel

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi merupakan jaringan keras yang terdiri dari 4 struktur yaitu dentin,

pulpa, email, dan sementum. Email merupakan struktur terluar pada gigi, dan

merupakan suatu jaringan yang paling keras pada tubuh manusia. Jika dilihat

secara struktural email terdiri dari jutaan enamel rod atau prisma email, rod

sheath, dan cementing inter-rod subtance. Email gigi terdiri dari 96% bahan

anorganik berupa hidroksiapatit, dan 4% bahan organik (Setyawati dan

Waladiyah, 2019).

Jika pH pada rongga mulut menurun dan suasana rongga mulut menjadi

asam akan menyebabkan larutnya mineral pada email gigi, proses tersebut

dinamakan demineralisasi. Pada proses demineralisasi yang terus menerus akan

menyebabkan munculnya pori-pori kecil pada permukaan email yang disebut

mikroporositas (Sa'adah et al., 2017). (Hediana et al., 2015) menyebutkan bahwa

proses terbentuknya mikroporositas pada email dimulai dengan larutnya inti

prisma, setelah itu akan terjadi pembesaran ruang pada bagian tepi lainnya.

Hilangnya dari inti prisma ini menyebabkan terbentuknya ruang pada bagian

tengah kristal hidroksiapatit, dimana menyebabkan struktur prisma email menjadi


tidak teratur dan kasar. Perluasan dan pemebesaran ruang hingga mencapai

interprismatik nantinya akan menyebabkan permukaan email mengalami

kerusakan yang berbentuk seperti rumah lebah. Berikut ini adalah reaksi kimia

yang terjadi saat proses demineralisasi 8H + + (Ca10(PO4)6(OH)2) → 6(HPO4)2- +

10Ca2+ +2H2O (Mukarromah et al., 2018). Terjadinya demineralisasi disebabkan

oleh karena gigi yang terpapar oleh berbagai macam makanan, minuman dan

microbiota yang ada dimulut. Erosi dan karies adalah dua penyebab utama

terjadinya proses demineralisasi (Neel et al., 2016).

Untuk mengembalikan mineral email yang larut akibat proses

demineralisasi dibutuhkan proses remineralisasi. Remineralisasi adalah

kembalinya ion mineral pada kristal hidroksiapatit di permukaan gigi (Zulsantritus

dan Edrizal, 2016). Proses remineralisasi membutuhkan bahan-bahan yang

mengandung kalsium dan fosfor, serta remineralisasi dapat terjadi jika pH dalam

mulut netral . Remineralisasi terjadi jika adanya mineral kalsium dan fosfor yang

terdeposit pada lapisan permukaan gigi yang terdapat mikroporositas, lalu mineral

tersebut akan berdifusi kedalam mikroporositas tersebut. Mineral yang masuk

kedalam mikroporositas dapat berdifusi ke segala arah salah satunya kristal

enamel yang kemudian akan diserap oleh hypomineralizedenamel, adalah enamel

yang sebelumnya mengalami proses demineralisasi (Widyaningtyas et al., 2014)

Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya demineralisasi dan

membantu proses remineralisasi yaitu saliva, terapi fluoride, dan pengaturan pola

makan. Saliva adalah salah satu faktor bologis yang dapat memeberikan efek

netralisasi pada saat adanya paparan asam ke dalam rongga mulut. Saliva juga
memiliki efek self cleansing dan juga sebagai antibakterial, saliva bertindak

sebagai sumber konstan untuk kalsium dan fosfat yang dapat memepertahankan

mineral pada gigi, yang menyebabkan dapat menghambat proses demineralisasi

saat pH dalam mulut rendah, dan dapat mendorong terjadinya proses

remineralisasi saat pH dalam mulut kembali normal. Pemberian fluoride

merupakan salah satu metode yang paling efektif untuk mencegah terjadinya

demineralisasi, dengan menggunakan topikal fluoride, seperti pasta gigi dan

varnish. Nantinya kalsium pada hidroksiapatit akan digantika dengan fluorine

yang membentuk fluor apatite. Selanjutnya pengaturan pola makan juga menjadi

salah satu tindakan pencegahan demineralisasi pada gigi (Neel et al., 2016).

Selain itu ada juga bahan-bahan yang dapat diaplikasikan pada gigi yang

dapat meningkatkan proses remineralisasi yaitu Casein Phosphopeptide-

Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) (Neel et al., 2016). (Rachmawati et

al., 2019) menyebutkan CPP-ACP adalah suatu bahan yang dapat membantu

dalam proses remineralisasi gigi yang mengandung kasien Berupa fosfoprotein

kasein (CPP), bahan ini juga mengandung kalsium dan fosfat yang tinggi,

sehingga mampu menghambat proses demineralisasi. CPP-ACP dapat

melokalisasi ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi sehingga

memeprtahankan buffer saliva yang nantinya dapat mencegah proses

demineralisasi.

Cangkang telur juga merupakan sumber kalsium karbonat terbesar dengan

konsentrasi sekitar 95% (Asmawati, 2017). Berat rata-rata dari cangkang telur

adalah 5 gram dan 40% cangkang telur terdiri dari kalsium. Salah satu cangkang
telur yang memiliki kalsium karbonat tinggi adalah cangkang telur bebek (anas

platyrhyncos), memiliki sekitar 98,101% kalsium karbonat dan sedikit metal

oxide (Tangboriboon dan Suttiprapar, 2016). Kalsium dalam cangkang telur dapat

digunakan untuk meningkatkan kekerasan gigi. Biasanya kalsium dikonsumsi

dalam bentuk makro partikel oleh karena kendala partikel yang cukup besar maka

penyerapan kalsium ke dalam jaringan gigi kurang efektif sehingga dengan

mengekstrak kalsium dari cangkang telur dan dibuat menjadi nanopartikel dapat

menjadi salah satu agen remineralisasi yang baik. Karena nanopartikel memiliki

kemampuan melepas ion yang lebih baik daripada mikropartikel (Arifa et al.,

2019). Nanopartikel mempunyai bentuk yang sangat kecil sehingga mudah untuk

berpenetrasi pada permukaan email yang terdapat defek karena adanya proses

demineralisasi. Efektivitas dari nanopartikel dapat mencegah karies dengan cara

menghambat pertumbuhan dari biofilm dan dapat membantu proses remineralisasi

gigi (Husyaerry dan Setiawan, 2018).

Menurut (Komariah dan Alamsyah, 2015) kalsium dalam bentuk

nanopartikel meneybabkan reseptor cepat masuk ke dalam jaringan sehingga

dapat dimanfaatkan tubuh dengan baik. (Prayitno, Prasetyo dan Sutirtoadi, 2020)

melakukan uji SEM untuk melihat perbedaan morfologi kristal kalsium oksida

dan nano kalsium oksida dari cangkang telur bebek. Kalsinasi kalsium oksida

menunjukan moforfologi yang teratur dengan ukuran partikel yang tidak seragam,

sedangkan pada nano kalsium oksida mempunyai morfologi yang teratur dengan

ukuran partikel yang seragam, sehingga memudahkan partikel tersebut

berpentrasi dengan maksimal ke dalam email yang mengalami mikroporositas.


Oleh karena itu pada penilitian ini kita akan meneliti efektivitas dari kasium

nanopartikel yang diekstrak dari cangkang telur bebek untuk proses remineralisasi

email.

Dalam ajaran islam kita juga dianjurkan untuk menjaga kesehatan gigi dan

mulut, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa disunahkan untuk

membersihkan gigi/ bersiwak sebelum melakukan sholat. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW :

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, katanya Nabi SAW telah bersabda

“Sekiranya arahanku tidak akan memberatkan orang mukmin, niscaya aku akan

memerintahkan mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kalli hendak melakukan

shalat”

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan mikroporositas enamel setelah aplikasi ekstrak

kalsium cangkang telur bebek (anas platyrhyncos) dalam bentuk nanopartikel dan

makro partikel pada proses remineralisasi gigi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan mikroporositas enamel setelah aplikasi

ekstrak kalsium cangkang telur bebek (anas platyrhyncos) dalam bentuk

nanopartikel dan makro partikel pada proses remineralisasi gigi?

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui mikroporositas enamel setelah aplikasi ekstrak

kalsium cangkang telur bebek (anas platyrhyncos) dalam bentuk

nanopartikel pada proses remineralisasi gigi

b. Untuk mengetahui mikroporositas enamel setelah aplikasi ekstrak

kalsium cangkang telur bebek (anas platyrhyncos) dalam bentuk mikro

partikel pada proses remineralisasi gigi

c. Untuk mengetahui mikroporositas enamel setelah aplikasi CPP ACP

pada proses remineralisasi gigi

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan

wawasan bagi mahasiswa kedokteran gigi dan dokter gigi mengenai

manfaat ekstrak kalsium dari cangkang telur bebek sebagai agen

remineralisasi gigi

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang kedokteran

gigi, dan dapat digunakan dalam masyarakat agar mengurangi resiko

terjadinya karies gigi.

1.5 Orisinalitas Penelitian


Peniliti Judul Peneliti Perbedaan
Asmawati Identification of Ionorganic Pada jurnal ini meneliti
tentang ion anorganik
(2017) Coumpunds in eggshell as dental
yang setelah
remineralization material pemakaian gel
cangkang telur ayam
yang seblumnya sudah
pakaikan hidrogen
peroksida
Setyawati dan Porositas email gigi sebelum dan Jurnal ini meneliti
tentang prositas
Farokhak (2019) sesudah aplikasi pasta cangkang
enamel gigi setelah
telur ayam negeri
diolesi asamfolat, dan
setelah diolesi pasta
cangkang telur
Prayitno, et al Synthesis and characteristics of Jurnal ini meneliti
tentang sintesis dan
(2016) nano calcium oxide from duck
karakteristik nano
eggshells by precipitation method
kalsium oksida dari
cangkang telur bebek
Mony, et al. Effect of Chicken Egg Shell Jurnal ini meniliti
tentang pengaruh
(2015) Powder Solution on Early Enamel
powder cangkang telur
Carious Lesions: An Invitro
ayam terhadap
Preliminary Study remineralisasi
permukaan enamel gigi
Taher dan Remineralization Of Initial Enamel Jurnal ini meniliti
perbandingan antara
Bayoumi (2018) Like Lesions With Chicken Egg
efektivitas
Shell Powder Solution Versus
remineralisasi
Amorphous Calcium Phosphate menggunakan powder
cangkang telur dengan
remineralisasi
menggunakan ACP
Husyaerry dan Efektivitas Partikel Nano dalam Jurnal ini membahas
tentang efektivitas
Setiawan (2018) Pencegahan Karies
partikel nano dalam
pencegahan karies

BAB II

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Enamel
Enamel merupakan lapisan terluar pada gigi yang dihasilkan oleh ameloblas.

Enamel memiliki struktur nano dan tersusun secara unik, dan tediri 96%

komponen anorganik serta 4 % sisanya komponen organik berupa air (Jayasudha

et al., 2014). Bahan anorganik pada enamel terdiri dari kalsium, phosphat dan ion

hidroksil dengan formula (Ca10 (PO4)6 (OH)2), dan sisa bahan organik lainnya yaitu

CO3, Mg, Na, K, Fe, Cl, dan Flour sekitar 0,02% (Noviasari et al., 2018). Struktur

permukaan enamel terdiri dari prisma enamel atau rods, rod sheaths, dan

cementing interprismatic substance, prisma enamel adalah struktur dasar. Besar

diameter rata-rata prisma enamel adalah 3.22–3.47 µm untuk gigi decidui dan

3.84 µm sampai 4.34 µm untuk gigi permanen (Akasapu et al., 2018).

2.1.2 Karies

Karies gigi merupakan salah satu penyakit paling umum yang sering terjadi di

masyarakat. Berdasarkan data RISKEDAS pada tahun 2007 dan 2013, presentase

gangguan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia meningkat dari 23,2% menjadi

25,9%. Derajat kerusakan gigi diukur menggunakan indeks DMF-T pada tahun

2013 mencapai 4,6% yang berarti terdapat 460 gigi yang rusak per 100 orang.

Karies gigi dapat terjadi pada seluruh bagian permukaan gigi yang disebabkan

oleh plak gigi yang dibiarkan dan tidak dibersihkan. Karies gigi bisa disebabkan

oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Contoh dari faktor

langsung adalah inang, agen, mikroorganisme, pola makan, dan waktu, sedangkan

faktor tidak langsung adalah riwayat atau adanya pengalaman karies (Sayuti et al.,

2018).
Karies gigi berhubungan erat dengan proses demineralisasi. Demineralisasi

adalah proses larutnya ion mineral dari hidroksiapatit yang disebabkan oleh tidak

seimbangnya pH di dalam rongga mulut, jika proses demineralisasi ini terjadi

secara terus menurus maka akan menyebabkan gigi berlubang/ karies (Neel et al.,

2016). Ketidak teraturan dan kekasaran pada permukaan enamel atau

terbentuknya mikroporositas merupakan salah satu ciri terjadinya proses

demineralisasi (Mukarromah et al., 2018). (Hediana et al., 2015) menyebutkan

bahwa proses terbentuknya mikroporositas pada email dimulai dengan larutnya

inti prisma, setelah itu akan terjadi pembesaran ruang pada bagian tepi lainnya.

Hilangnya dari inti prisma ini menyebabkan terbentuknya ruang pada bagaian

tengah kristal hidroksiapatit, dimana menyebabkan struktur prisma email menjadi

tidak teratur dan kasar. Perluasan dan pemebesaran ruang hingga mencapai

interprismatik nantinya akan menyebabkan permukaan email mengalami

kerusakan yang berbentuk seperti rumah lebah.

2.1.3 Remineralisasi

Remineralisasi adalah proses kembalinya ion kalsium dan fosfor

membentuk hidrokdiapatit pada enamel. Remineralisasi dapat terjadi jika pH

saliva netral serta adanya ion kalsium dan fosfor akan membantu dalam proses

remineralisasi (Widyaningtyas et al., 2014). Selain pH saliva yang netral dan

adanya ion kalsium dan fosfor remineralisasi juga dipengaruhi oleh waktu,

konsentrasi dan viskositas ion-ion pendukung remineralisasi (Puspitasari et al.,

2018). Ada beberapa persyaratan material yang idela untuk remineralisasi yaitu,

dapat berdifusi serta dapat mengantarkan kalsium dan fosfat, tidak memberikan
kalsium yang berlebihan, dapat bekerja pada pH yang asam, dan dapat bekerja

pada pasien yang mengalami xerostomia. Agen remineralisasi telah

diklasifikasikan secara luas sebagai berikut :

1. Fluoride

2. Agen remineralisasi nonfluoride Alpha tricalcium phosphate (TCP)

dan beta TCP (β-TCP), Amorphous calcium phosphate, CPP–ACP,

Sodium calcium phosphosilicate (bioactive glass), Xylitol, Dicalcium

phosphate dehydrate (DCPD), Nanopartikel untuk remineralisasi

(Nanopartikel kalsium fluorida, nanomaterial berbasis kalsium fosfat,

Nanopartikel HAP , ACP nanopartikel, Nanobioactive glass

materials), Polydopamine, PA, Oligopeptides, Theobromine,

Arginine, Self-assembling peptides, Electric field-induced

remineralization (Arifa et al., 2019).

2.1.4 Nano kalsium

Nano kalsium adalah kalsium yang diproduksi menngunakan

nanoteknologi membentuk kalsium dengan ukuran yang sangat kecil (nanometer).

Nanokalsium sangat efesien untuk dicerna dan masuk ke dalam tubuh karena

ukurannya yang sangat kecil. Nano kalsium memiliki ukuran yang sangat kecil

sekitar 9 hingga 10 nm yang menyebabkan reseptor cepat masuk dan diserap

sempuna oleh tubuh, sehingga penyerapannya ke dalam tubuh mencapai hingga

100% (Aminingsih et al., 2018).


Pada penelitian (Komariah dan Alamsyah, 2015) mengatakan bahwa

kalsium yang dimodifikasi menjadi nano partikel dapat mengoptimalkan kerja

dari kalsium, sehingga kalsium mudah unntuk di absorbsi dalam tubuh. (Pipih et

al., 2012) dalam hasil penilitannya nano kalsium memiliki bioavailabilitas yang

tinggi, dalam waktu 7 menit penyerapan nano kalsium mencapai 63,3%, tingginya

bioavalabilitas nano kalsium memberikan banyak keuntungan bagi manusia.

Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa nano kalsium memiliki pH

yang tinggi sekitar 9,40.

2.1.5 Cangkang Telur Bebek (Anas Platyrhynco)

Cangkang telur bebek merupakan salah satu sumber kalsium karbonat terdiri

sekitar 98,101%. Ada beberapa keuntungan yang didapat jika menggunakan

cangkang telur bebek sebagai bahan untuk agen remineralisasi antara lain,

jumlahnya melimpah, harga murah, memeiliki kandungan kalsium karbonat yang

tinggi, mudah membentuk kalsium dan fosfat, bikompatible, bioaktif, tidak

beracun, dan salah satu keuntungan terpenting adalah mengurangi limbah

cangkang telur dari limbah rumahan dan industri makanan (Tangboriboon dan

Suttiprapar, 2016).

Pada penelitian (Yonata et al., 2017) juga meniliti tentang kadar kalsium pada

tepung cangkang telur unggas, didapatkan bahwa cangkang telur bebek memiliki

kalsium yang paling tinggi daripada jenis unggas lainnya mencapai sekitar

10.11%, kemudian tepung cangkang telur puyuh 9.46%, ayam ras 6.41%, dan

buras 5.22%.
2.1.6 Scanning electron microscope (SEM)

SEM adalah salah satu instrumen yang paling sering digunakan di

laboratorium penelitian dan merupakan alat untuk melihat sesuatu secara

microstruktural. SEM memeberikan informasi berkaitan dengan fitur topografi,

morfologi, perbedaan komposisi, struktur kristal, orientasi kristal dan berbagai

lokasi dengan defek. SEM memiliki perbesaran 300 kali dari mikroskop cahaya

(Priya et al., 2017). Keuntungan dari SEM yaitu dapat melihat objek tiga dimensi

secara terperinci dan topografi yang terperinci. SEM juga mudah dioperasikan dan

adanya kemajuan dalam teknologi komputer dan perangkat lunak semakin

memudahka pengoperasian SEM. Selain itu kemajuan dalam bidang teknologi

dalam SEM modern memungkinkan mengakses data melalui bidang digital

(Choudhary dan Priyanka, 2017)


Gambar 1. SEM ((Priya et al., 2017)

2.2 Kerangka Teori

Karies

Larutnya kristal
Demineralisasi
HAP

Mikroporositas

Gel ekstrak
kalsium cangkang
telur bebek

Ph, Saliva, dan


diet Remineralisasi

2.3 Kerangka Konsep

Gel ekstrak
cangkang
telur bebek
Remineralisasi

CPP ACP BAB III


METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Eksperimental Laboratorium

3.2 Rancangan Penelitian

Eksperimental murni dengan post test only control design

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Terikat

Mikroporositas email

3.3.2 Variabel Bebas

Gel nano kalsium dari ekstrak cangkang telur bebek

3.4 Definisi Operasional

a. Mikroporositas email adalah pori-pori kecil yang terbentuk pada

permukaan email karena adanya proses demineralisasi.

b. Gel nano kalsium dari ekstrak cangkang telur bebek adalah sebuah

sediaan yang terbuat dari cangkang telur yang dikalsinasi lalu diambil

kalsiumnya dan kemudian dibuat sediaan dalam bentuk gel

3.5 Sampel Penelitian

3.5.1 Teknik Sampel

Pengambilan sampel menggunakan simpel ranom sampling

3.5.2 Besar Sampel

Penentuan jumlah sempel yang akan dilakukan penelitian menggunakan

rumus
keterangan

n = jumlah sampel minimum

standar deviasi sampel

d = kesalahan yang masih dapat ditoleransi, diasumsikan d = 

z = konstanta, jika maka z = 1,96

Dari rumus diatas didapat jumlah sampel yang diperlukan yaitu

= (1,96)2 (0,1)2 / (0,1)2

= 3,84 ∞ 4

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel per

kelompok adalah 4 untuk setiap kelompok. Pada penelitian ini terdapat 3

kelompok, kelompok pertama yaitu perlakuan menggunakan ekstrak kalsium

cangkang telur bebek dalam bentuk makro partikel, kelompok kedua perlakuan

menggunakan ekstrak kalsium cangkang telur bebek dalam bentuk nano partikel, dan

kelompok ketiga sebagai kelompok kontrol yang diberi perlakuan menggunakan CPP-

ACP. jadi jumlah sampel yang diperlukan pada penelitian ini sebanyak 12 gigi (Daniel,

2013).

3.6 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

a. kriteria inklusi

- gigi premolar pertama dan kedua

- gigi permanen
- gigi dengan mahkota yang utuh

b. kriteria eksklusi

- gigi yang terdapat restorasi

- gigi dengan karies

- gigi fraktur

3.7 Instrumen Penelitian

Alat :

a. Ball milling/ alat penggiling

b. Oven

c. Scanning Electron Microscope (SEM)

d. Handpiece

e. Mortar

f. Baskom

g. Mikrobrush

h. carborrondum disc.

Bahan :

a. Gigi premolar permanen

b. Cangkang telur bebek

c. Etsa 37%

d. Karbopol

e. Air suling

f. NaOH 10%

g. Nipagin
h. Etanol 96%

i. Larutan saline

j. Pumice

k. CPP-ACP

3.8 Cara Penelitian

a. Persiapan sampel dan bahan

Mempersiapkan bahan bahan yang akan digunakan untuk melakukan

penelitian dan menyiapkan sampel penelitian. Untuk menyiapkan sampel

yang pertama yaitu bersihkan gigi premolar yang sudah dikumpulkan

sebanyak 12 buah, bersihkan sampel supaya terbebas dari debris dan

kalkulus menggunakan pumice dan dicuci dengan air mengalir (Asmawati,

2017). Sampel yg sudah dibersihkan dipotong pada bagian cemento-

enamel junction (CEJ) dengan ukuran maksimal 1 x 1 cm menggunakan

carborrondum disc (Setyawati dan Waladiyah, 2019). Lalu bagi sampel

penelitian menjadi 3 kelompok, kelompok pertama akan diberi perlakuan

menggunakan ekstrak kalsium cangkang telur bebek dalam bentuk makro

partikel, kelompok kedua akan diberi perlakuan menggunakan ekstrak

kalsium cangkang telur bebek dalam bentuk nano partikel, dan kelompok

ketiga sebagai kelompok kontrol dengan diberi perlakuan menggunakan

CPP-ACP.

b. Pembuatan ekstrak kalsium oksida (CaO) dari cangkang telur bebek dalam

bentuk makro partikel dan nano partikel


Siapkan cangkang telur bebek lalu bersihkan dibawah air mengalir, lalu

pisahkan cangkang telur dengan membrannya. Setelah itu keringkan

cangkang telur pada udara terbuka selama 24 jam. Lalukan kalsinasi pada

cangkang telur bebek pada suhu 1000oC selama 5 jam untuk

menghilangkan komponen organik dan mengubah kalsium karbonat

menjadi kalsium oksida (Nurlaela et al., 2014). Setelah dikalsinasi bagi

cangkang telur menjadi dua bagian lalu haluskan cangkang telur tersebut

menggunakan ball miling reactor dengan kecepatan 100 rpm selama 2 jam

untuk menghasilkan ekstrak kalsium menjadi bentuk makro partikel, dan

20 jam untuk mendapatkan ekstrak kalsium menjadi nanopartikel

(Nuryantini et al., 2019).

c. Pembuat gel nanokalsium dan makrokalsium

Dimulai degan memasukan 0,4 gram karbopol dan 9,82 ml air suling ke

dalam mortar dan diaduk secara cepat hingga berwarna bening, kemudian

tambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 0,56 ml lalu aduk kembali hingga

massa seperti gel. Nipagin 0,02 g diralutkan kedalam ethanol 96%

sebanyak 0,1 gr dan dimasukan kedalam basis gel, lalu tambahkan

sebanyak 2,8 gram bubuk ekstrak kalsium dan diaduk hingga homogen

(Asmawati, 2017).

d. Pengapilkasian etsa pada gigi premolar

Ketiga kelompok sampel diberi perlakuan dengan diberi etsa 37% pada

bagian bukal gigi premolar menggunakan microbrush selama 60 detik

supaya terbentuk mikroprositas, lalu diamati menggunakan Scanning


Electron Microscope (SEM) dengan perbesaran 2000 kali (Setyawati dan

Waladiyah, 2019). Setelah itu gigi dicuci menggunakan larutan saline dan

dikeringkan untuk kemudian diaplikasikan gel nanokalsium dari cangkang

telur.

e. Pengaplikasian gel nano kalsium dan makro kalsium dari ekstrak

cangkang telur bebek serta CPP-ACP

Kelompok pertama diberi perlakuan dengan aplikasi gel makro kalsium

cangkang telur bebek dengan cara mengulaskan gel menggunakan

microbrush pada bagian bukal gigi, kelompok kedua diberi perlakuan

dengan aplikasi gel nano kalsium cangkang telur bebek dengan cara

mengulaskan gel menggunakan microbrush pada bagian bukal gigi serta

kelompok ketiga yaitu kelompok kontrol diberi perlakuan dengan aplikasi

CPP-ACP dengan cara mengulaskan pasta CPP-ACP menggunakan

microbrush pada bagian bukal gigi. Masing-masing kelompok dilakukan

pengaplikasian selama 14 hari dimana pengaplikasian berulang dilakukan

setiap 24 jam dan kemudian dicuci dengan laruan saline. Sampel disimpan

didalam inkubator 37o. Di hari ke-14, sampel dicuci menggunakan larutan

saline sampai bersih setelah itu amati dengan Scanning Electron

Microscope (SEM) pada permukaan bagian bukal, diamter porositas

enamel diukur menggunakan aplikasi image J. (Asmawati, 2017)

(Ramadhani dan Hidayati, 2017).

3.9 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium ...... Universitas Islam Sultan Agung.

Penelitian dilakukan bulan April-Mei 2021

3.10 Analisis Hasil

Menggunakan uji One Way Anova

Anda mungkin juga menyukai