DALAM BLEACHING
Disusun oleh :
Drg. Debby Hendrawan, Sp.KG
NIP. 19761117 200903 1 002
PENDAHULUAN
yang merupakan salah satu terapi di kedokteran gigi bidang konservasi gigi estetik
yang banyak dipilih dan memberi hasil yang baik. Terlepas dari hasil estetik yang
kalsium, fosfat, fluoride dan menyebabkan sifat mekanik enamel berkurang seperti
peningkatan kemungkinan erosi atau karies dan penurunan resistensi terhadap erosi
klinik dokter gigi atau disebut “in office bleaching” maupun di rumah atau disebut
juga “home bleaching” (ADA, 2002). Semua bahan pemutih gigi, kecuali pasta gigi,
dengan mengoksidasi enamel dan dentin, menurunkan struktur internal enamel dan
Proses bleaching dimulai saat radikal bebas dilepaskan, yang secara kimia
berinteraksi dengan molekul pigmen pada jaringan keras gigi dan mengecil.
Hidrogen peroksida merupakan bahan oksidasi yang kuat dan dikenal juga sebagai
bahan pemutih gigi yang paling efektif. Mekanisme bleaching melibatkan degradasi
juga mempunyai berbagai efek samping. Demineralisasi merupakan salah satu efek
fosfor dan fluoride. Filiz et al pada tahun 2012 telah melaporkan bahwa aplikasi
Komposisi enamel gigi mengandung 96% bahan anorganik dan 4% bahan organik
dan air. Kalsium yang terkandung dalam enamel merupakan bagian terbesar dari
bahan anorganik tersebut, diikuti elemen lain seperti natirum dan magnesium
akibat bleaching menjadi hal yang penting dalam kerentanan gigi terhadap karies.
Studi in vitro telah menunjukkan korelasi dekat antara efek bahan bleaching dan
perubahan pada permukaan enamel. Ada juga beberapa laporan yang menyatakan
pada enamel, serupa dengan lesi awal karies, tapi telah tercatat bahwa perubahan-
perubahan ini tidak signifikan secara klinis. Proses demineralisasi dimulai dengan
hilangnya ion kalsium dari permukaan kristal apatit yang membentuk sebagian
besar dari jaringan keras gigi. Dalam keadaan normal, kehilangan mineral atau
berlangsung terus-menerus pada lingkungan oral yang baik. Pada lingkungan yang
dan dengan demikian karies dapat terjadi (Tezel & Kemaloglu, 2012).
merupakan nanocomplex dari ion kalsium, ion fosfat dan ion hidroksida yang
bagian dari protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu adalah makanan
protein yang sangat baik dalam menyediakan asam amino esensial dan nitrogen
4
organik untuk manusia dan hewan dari segala usia. Susu juga mengandung faktor
yang memiliki sifat antikariogenik yaitu kalsium, fosfat, kasein dan lipid (Aimutis
et al, 2004).
kemampuan dalam menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva serta mengikat plak
pada permukaan gigi. Hal ini disebabkan oleh ikatan CPP yang mampu menjaga
kalsium dan fosfat pada saliva tetap dalam keadaan amorf-kristalin yang artinya
stabil, kemudian ion kalsium dan fosfat dapat dengan mudah beradhesi ke enamel
ACP efektif dalam mencegah demineralisasi kalsium enamel dan dentin. Dan dalam
Oleh karena itu, artikel ini bertujuan mengukur mengetahui peranan CPP-
ACP pada enamel gigi yang telah dilakukan terapi bleaching menggunakan office
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan suatu jaringan dengan kalsifikasi yang paling keras oleh karena
2002).
5
pada tubuh manusia. Enamel mengandung 92-96% bahan anorganik berupa Ca 37%,
NaO 5%, PO4 55%, CO3 3,5% dan 4% bahan organik dan air. Bahan anorganik
tersebut sebagian besar adalah kalsium fosfat yang tersusun dalam bentuk
enamel dan dentin dengan sinar x-ray dalam spektroskopi juga memperlihatkan
adanya unsur sodium, klorida dan magnesium dalam jumlah kecil (Gutierrez-
terdiri dari zat organik, sedangkan sel-sel ameloblas hilang pada waktu gigi
bererupsi. Jadi, enamel merupakan suatu zat yang berbeda dari bahan keras lain.
Enamel paling keras, tapi karena enamel pada gigi tipis, enamel juga paling getas
atau rapuh. Enamel tidak mempunyai sel sehingga tidak dapat tumbuh lebih tebal
dan tidak mempunyai daya reparatif jika rusak atau patah (Putri et al, 2009).
dentin pada bagian permukaan, bagian tengah serta pada bagian enamel-dentin
junction. Dari tabel tersebut, dapat dilihat konsentrasi kalsium pada berbagai
Struktur Enamel
Enamel terdiri atas jutaan enamel rod atau prisma yang merupakan struktur
komponen terluas. Struktur ini berubah-ubah jumlahnya dari kira-kira 5 juta pada
insisivus mandibula sampai sekitar 12 juta pada molar maksila. Prisma ini
memanjang dari arah perbatasan enamel dan dentin ke permukaan enamel, serta
saling mengikat satu sama lain. Pada potongan melintang tampak seperti keyhole
yang terdiri atas kepala dan ekor. Arah prisma ke permukaan tidak lurus
melainkan bergelombang.
Enamel rod terisi banyak sekali kristal-kristal yang diberi nama apatit.
Bentuk kristal apatit sepintas seperti jarum dan disebut needle crystal. Pada
Setiap kristal terdiri atas banyak molekul yang berhubungan satu sama lain
secara simetris. Hubungan simetris inilah yang membedakan kristal dengan zat lain.
Jika rumus kimia molekul dalam kristal adalah Ca10(Po4)6F2 maka kristal ini
disebut fluor apatit. Jika rumus kimia molekul dalam kristal adalah
Ca10(Po4)6(OH)F, kristal ini disebut hidroksi fluor apatit. Jika rumus kimia molekul
Surface enamel lebih banyak mengandung fluor apatit sehingga lebih tahan
terdapat kristal hidroksiapatit. Sumbu kristal sejajar dengan arah prisma di dasar
prisma dan tampak memanjang diujung prisma. Di antara kristal terdapat celah
7
berisi matriks yang sukar diamati sebab terdiri dari zat berupa gel yang tidak
kristal juga terdapat cross striations dan di bagian lebih luar terdapat
kepala
prism sheath
ekor
Kristal hidroksiapatit
matriks
Demineralisasi
terjadi bila larutan di sekeliling permukaan enamel lebih rendah dari pH5,5, dan
8
konsentrasi asam yang tidak berdisosiasi itu lebih tinggi di permukaan enamel,
perpindahan molekul atau ion yang larut dalam air ke atau dari dalam enamel ke
ion kasium (Ca2+); fosfat (PO43-), fluorida (F-), dan hidroksida (OH-) dalam suasana
asam. Ion hidrogen (H+) akan bereaksi dengan gugus PO4-9, F-, atau OH membentuk
asam fosfat (HPO42-), asam fluorida (HF) atau air (H2O), sedangkan yang kompleks
dipengaruhi oleh pH, konsentrasi asam, waktu dan konsentrasi ion kalsium-fosfat
(Prasetyo, 2005).
Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam
Padat terlarut
terlepas padat
(Prasetyo, 2005)
Remineralisasi
mineral kalsium (Ca), fosfat (PO4), dan fluoride (F) mencapai keadaan
demineralisasi, proses ini disebut enamel repair atau rehardening. Jumlah deposisi
mineral pada proses remineralisasi lebih kecil daripada mineral yang hilang, namun
jumlah mineral yang hilang akan menjadi relatif berkurang (Cury & Tenuta, 2009).
9
Stain atau pewarnaan gigi dapat terjadi melalui 3 cara: (1) stain melekat
langsung pada permukaan gigi melalui acquireed pelicle, (2) stain mengendap pada
kalkulus dan deposit lunak, dan (3) stain bersatu dengan struktur gigi. Stain yang
melekat langsung pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada kalkulus
dapat dihilangkan dengan scaling dan dipoles, sedangkan stain yang bersatu dengan
struktur gigi hanya bisa dihilangkan dengan bleaching (Putri et al, 2009).
Faktor Ekstrinsik
permukaan luar dari struktur gigi dan disebabkan oleh bahan topikal atau ekstrinsik
(Eriksen & Nordbi cit Manuel, 2010). Hal ini dapat dibagi menjadi dua kelompok;
langsung dan tidak langsung. Direct staining disebabkan oleh senyawa yang masuk
ke dalam lapisan pelikel, dan stain merupakan hasil dari warna dasar chromogen
berasal dari baik diet atau zat yang biasanya ditempatkan di mulut. Sedangkan
indirect staining disebabkan oleh interaksi kimia di permukaan gigi. Hal ini
biasanya berhubungan dengan antiseptik kationik dan garam logam. Bahan ini tidak
berwarna atau warnanya berbeda dengan stain yang dihasilkan pada permukaan
gigi (Natto cit Manuel, 2010). Secara tradisional, perubahan warna gigi ekstrinsik
juga dapat diklasifikasikan menurut asalnya, seperti logam atau non-logam (Eriksen
Diet : noda coklat pada permukaan gigi dapat terjadi karena endapan dari
tannin yang ditemukan di dalam teh, kopi and berbagai minuman lainnya (Hattab
noda coklat atau hitam. Bakteri kromogenik juga diduga sebagai faktor etiologi
10
dalam produksi stain terutama pada margin gingiva gigi (Carranza & Newman cit
Manuel, 2010).
menyebabkan noda coklat tua dan hitam persisten yang menutupi sepertiga sampai
setengah mahkota gigi (Mirbod & Ahing cit Manuel, 2010). Mengunyah paan
merah kehitaman pada gigi, gingiva dan permukaan mukosa rongga mulut (Reichart
chloride dan obat kumur lainnya dapat menyebabkan staining setelah penggunaan
jangka panjang (Sulieman & Tredwin cit Manuel, 2010). Chlorhexidine, sebagai
kromogen diet anionik sampai ke kation teresap (Eriksen & Solheim cit Manuel,
2010).
juga terlibat dalam perubahan warna gigi (e.g. oral solution mengandung zat besi,
mangan dan perak dapat mengakibatkan stain berwana hitam pada gigi. Merkuri
dan debu timbal dapat menyebabkan stain biru-hijau; tembaga dan nikel
menyebabkan stain hijau ke biru-hijau dan asap asam kromat dapat menyebabkan
noda oranye. Ada korelasi positif antara stain ekstrinsik gigi dan konsentrasi
elemen, terutama zat besi dalam sumber air (Pushpanjal cit Manuel, 2010).
11
Minyak Kuning
essensial/obat kumur
phenolic
Faktor Intrinsik
discoloration).
12
Pada penggunaan tetrasiklin, pewarnaan dapat terjadi pada gigi anak jika obat
dikonsumsi ibu yang hamil trisemester ketiga atau pada bayi atau anak usia dini.
diresorbsi oleh tulang dan gigi. Tetrasiklin dapat menembus plasenta dan masuk ke
penuaan, nekrosis pulpa dan penyebab iatrogenik (Dahl & Pallesen. 2003). Pada
gigi pulpanya non-vital, perubahan warna dapat terjadi karena pembuluh darah dan
elemen jaringan pulpa pecah akibat adanya hemoragi di dalam kamar pulpa,
perawatan saluran akar, atau nekrosis dan dekomposisi jaringan pulpa. Selanjutnya
Bleaching
Proses pemutihan gigi dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu pemutihan
gigi di klinik yang dikerjakan oleh dokter gigi dan perawatnya, dan pemutihan gigi
In office bleaching
Pemutihan yang dilakukan dokter gigi dapat disebut juga in office bleaching.
Salah satu bahan yang dipakai untuk memutihkan gigi adalah hidrogen peroksida.
dilakukan oleh dokter gigi profesional, yaitu berkisar antara 30-50% dengan waktu
At home bleaching
13
bleaching, yaitu pemutihan gigi vital dengan sendok cetak plastik yang dibuat
secara individual. Cara baru ini cukup nyaman dan efektif dari segi biaya. Caranya
adalah dengan mengisi sendok cetak dengan bahan pemutih dan menggunakannya
selama beberapa jam setiap hari atau sepanjang malam. Hasilnya bisa dilihat setelah
pemakaian selama enam minggu bahkan beberapa hari (Dale & Aschheim, 2001).
Selain penggunaan sendok cetak, juga dapat digunakan whitening strips yang relatif
internal. Pemutihan gigi secara eksternal dilakukan pada permukaan luar gigi,
sedangkan pemutihan internal pada gigi non vital sehingga bahan pemutih dapat
Indikasi
Indikasi utama pemutih gigi adalah untuk memutihkan gigi yang menjadi
gelap secara fisiologis atau karena merokok atau noda dari material kromogenik.
Perawatan ini jauh lebih efektif pada noda yang berada tepat di bawah permukaan
enamel. Staining yang disebabkan oleh beberada kondisi dental juga dapat
Fluorosis ringan
Hipokalsifikasi ringan
Staining kombinasi
Kontraindikasi
Wanita hamil
14
Ibu menyusui
Pasien dengan alergi terhapa hidrogen peroksida atau bahan lain pada
produk bleaching
untuk seterusnya
Amalgam stain pada jaringan gigi. Noda ini resisten terhadap bleaching
Gigi desidui
Gigi dengan kelainan patologis seperti karies gigi, restorasi yang kurang
Sensitivitas thermal
Iritasi lambung
Resorpsi cervical
berbasis hidrogen peroksida sebagai bahan aktif untuk bleaching walau konsentrasi
masuk ke tubuli dentin melalui perantara enamel dan berinteraksi dengan molekul
organik pada dentin yang menyerap warna dan mengoksidasi makromolekul dan
noda-noda berpigmen, memecah diskolorasi gigi menjadi molekul yang lebih kecil
berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya tinggi, misalnya
sinar kuring komposit konvensional, sinar laser, sinar plasma arc dengan intensitas
menjadi kasar karena penggunaan etsa asam tersebut (Meizarini & Rianti, 2005).
CPP-ACP
Calcium Phosphate atau yang lebih dikenal dengan kompleks fosfopeptida kasein
dan kalsium fosfat amorf. Konsep dari CPP-ACP sebagai bahan remineralisasi
kasein, bagian dari protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu adalah
makanan protein yang sangat baik dalam menyediakan asam amino esensial dan
16
nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari segala usia. Susu juga mengandung
faktor yang memiliki sifat antikariogenik : kalsium, fosfat, kasein, dan lipid
kemampuan dalam menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva serta mengikat plak
pada permukaan gigi. Hal ini dikarenakan ikatan CPP yang mampu menjaga
kalsium dan fosfat pada saliva tetap dalam keadaan amorf non-kristalin yang artinya
stabil, kemudian ion kalsium dan fosfat dapat dengan mudah beradhesi ke enamel
Indikasi CPP-ACP
Kontraindikasi CPP-ACP
PEMBAHASAN
subsurface enamel (Reynolds E.C. cit Mounth G.J. & Hume W.R., 2005). CaHPO4o
merupakan ion netral, yaitu ion dengan jumlah muatan positif (proton) sama dengan
jumlah muatan negatif (elektron) (Harnanto & Ruminten, 2009). Koefisien difusi
dari proses remineralisasi diperkirakan adalah 3 x 10-10 m2s-1 yang konsisten dengan
koefisien difusi untuk molekul netral yang melalui charged matrix. CaHPO4o dan
spesies yang terkait berdifusi ke dalam lesi enamel dan, dengan formasi ion Ca2+
Formasi dari HA pada lesi akan menyebabkan generasi asam dan fosfat termasuk
H3PO4, yang akan berdifusi keluar dari lesi yang menuruni gradien konsentrasi.
dari spesies ion netral CaHPO4o yang terbentuk dengan adanya asam. Asam dapat
dihasilkan oleh bakteri plak rongga mulut dan dalam keadaan ini, ikatan CPP-ACP
akan menetralkan pH plak dan memproduksi ion kalsium dan fosfat, khususnya
dengan demikian mempertahankan gradien konsentrasi pada lesi. Hasil ini karena
lokalisasi ACP pada permukaan gigi (Mount G.J. & Hume W.R., 2005).
18
Pemutihan gigi yang dikenal juga dengan sebutan bleaching yang berbasis
hidrogen peroksida (H2O2) merupakan suatu terapi yang bertujuan untuk membuat
gigi mendapatkan warna lebih cerah atau untuk membuat gigi yang bernoda
kembali pada warna normalnya. Pemutihan gigi ini terjadi didasarkan atas proses
oksidasi dimana bahan yang digunakan akan membentuk ion oksigen reaktif yang
berfungsi sebagai radikal bebas yang bersifat elektrofilik yang akan bergerak ke
daerah yang kaya akan ikatan ganda untuk memutus ikatan ganda menjadi lebih
sederhana sehingga secara visual akan terlihat perubahan warna menjadi lebih
terang (Rismanto et al, 2005), reaksi oksidasi ini terjadi pada ruang interprismatik
pada enamel.
mengakibatkan turunnya kadar mineral kalsium dari struktur enamel. Jika hal
tersebut berlanjut, dapat terjadi karies gigi. Kehilangan kadar kalsium terjadi oleh
karena asam dalam bahan pemutihan gigi yang melarutkan kalsium dari lapisan
Gigi terdiri dari matriks organik yang diperkuat dengan endapan garam
kalsium sebagai komposisi utama bahan anorganik. Kristal garam yang diendapkan
dalam gigi dikenal sebagai hidroksi apatit dengan rumus kimia Ca10(PO4)6·2(OH)
terjadi bila larutan di sekeliling permukaan enamel lebih rendah dari pH 5,5, dan
konsentrasi asam yang tidak berdisosiasi itu lebih tinggi di permukaan enamel,
Proses remineralisasi pada gigi sangat bergantung pada ion kalsium dan
fosfat serta dibantu oleh fluoride untuk membentuk lapisan baru pada lesi yang
terjadi akibat demineralisasi (Walsh, 2009). Kandungan kalsium dan fosfat pada
19
CPP-ACP berguna sebagai penyedia cadangan ion kalsium dan fosfat yang akan
bekerja untuk menggantikan ion kalsium dan fosfat pada enamel gigi yang
mengalami demineralisasi.
CPP-ACP adalah suatu sistem karier dimana ion kalsium dan fosfat yang
terdapat dalam CPP-ACP melekat pada enamel dan berubah bentuk menjadi kristal
kalsium fosfat. Peran CPP-ACP adalah melokalisasi ACP pada permukaan gigi,
sebagai buffer ion kalsium bebas dan fosfat, membantu untuk mempertahankan
saturasi dari enamel. Enamel gigi yang mengalami proses demineralisasi dapat
diperbaiki dengan pemberian ion kalsium dan fosfat yang terdapat dalam CPP-ACP
ke bagian dalam enamel untuk menggantikan mineral yang larut sehingga dapat
proses remineralisasi . Hal ini dikarenakan, adanya ikatan fisiko-kimia antara ion
Ca2+ dan PO43- serta senyawa kompleks CaHPO4 yang terurai pada proses
demineralisasi enamel gigi berikat kuat dengan ion kalsium, fosfat dan fluoride
[Ca10(PO4)6(OH).F]. Bentukan kristal fluorapatit ini lebih tahan tehadap ion asam
dengan pH diatas 4,5 dibandingkan hidroksiapatit murni. Setelah ion kalsium dan
fosfat berdifusi ke dalam badan lesi maka melalui disosiasi akan menaikkan
aktivitas ion kalsium dan fosfat, sehingga akibatnya mengurangi perlekatan bakteri
SIMPULAN
Dengan pengulasan CPP-ACP pada permukaan enamel dapat mempercepat proses
remineralisasi . Hal ini dikarenakan, adanya ikatan fisiko-kimia antara ion Ca2+ dan
PO43- serta senyawa kompleks CaHPO4 yang terurai pada proses demineralisasi
enamel gigi berikat kuat dengan ion kalsium, fosfat dan fluoride yang terdapat pada
kristal fluorapatit ini lebih tahan tehadap ion asam dengan pH diatas 4,5
DAFTAR PUSTAKA
Afanty A., Rantinah S.B.S., Utomo R.B. 2009. Pengaruh Aplikasi Pasta Casein
Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate Pada White Spot Gigi
Desidui. Jurnal Kedokteran Gigi vol.1. h 71-78
Alves G.D.L., Jeronymo R.D.L., Silva E.G.D., Rocha M.F., Huhtala L., Torres
C.R.G., Munin E., Gomes A.P.M. 2011. Dental Bleaching with 35 and 38%
Hydrogen Peroxide and Immersion in Soft Drink: Analysis by Reflectance
and Fourier Transform-Raman Spectroscopy 2011. World Journal of
Dentistry, October-December 2011;(4):285-291. Available from :
http://www.jaypeejournals.com/eJournals/ShowText.aspx?ID=2569&Type
=FREE&TYP=TOP&IN=_eJournals/images/JPLOGO.gif&IID=205&isP
DF=YES . Accesed April 12, 2014.
Aramintha A.T. 2014. Kadar Kalsium Dalam Saliva Buatan Setelah Aplikasi CPP-
ACP. Skripsi, Universitas Jember, Indonesia. h. vii-viii.
Bonsor S.J. & Pearson G.J. 2013. A Clinical Guide to Applied Dental Materials.
United Kingdom: Churchill Livingstone Elsevier. p. 311-323
Cross K.J., Huq N.L., Palamara J.E., Perich J.W., Reynolds E.C. 2005.
Physicochemical characterization of casein phosphopeptide amorphous
calcium phosphate nanocomplexes. J Biol Chem;280:15362-9
Cury J.A. & Tenuta L.M.A. 2009. Enamel Remineralization: Controlling The
Caries Disease or Treating Early Caries Lessions?. Braz Oral Res
2009;23(Spec Iss 1):23-30. Available from
http://www.scielo.br/pdf/bor/v23s1/05.pdf. Accesed. May 9, 2014.
Dahl J.E. & Pallesen U. 2003. Tooth Bleaching-A Critical Review of The
Biological Aspects. Available from
http://cro.sagepub.com/content/14/4/292.long. Accesed. May 6, 2014.
Dale B.G., Aschheim K.W. 2001. Bleaching and Related Agents. In Esthtic
Dentistry, 2nd ed. Mosby Inc. Missouri; (13):247-266.
Filiz Y., Sema S.O., Esra F., Sevil G. 2012. Effect of Office Bleaching Systems on
Chemical Compositions of Enamel and Dentin. Available from:
http://www.dishekdergi.hacettepe.edu.tr/htdergi/makaleler/20123.sayi06m
akale.pdf. Accesed: April 4, 2014.
Maleki-Pour M.R., Shirani F., Mirzakoochaki P., Kalbasi F.Z. 2011. Changes in
Bleached Enamel Microharness After Application of Fluoride and CPP-
ACP.
Meizarini A. & Rianti D. 2005. Bahan Pemutih Gigi dengan Sertifikat ADA/ISO.
Maj. Ked. Gigi (Dent J.) vol. 38 no. 2. Available from
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-07.pdf. Accesed May 6,
2014.
Mount G.J. & Hume W.R. 2005. Preservation and Restoration of Tooth Structure
2nd ed. Australia: Knowledge Book and Software. p 114-118.
Oshiro M., Yamaguchi K., Takamizawa T., Inage H., Watanabe T., Irokawa A.,
Ando S., Miyazaki M. 2006. Effect of CPP-ACP Paste on Tooth
Mineralization : an FEM – SEM study. J of Oral Science. 2007; 2(49). pp.
115-120
Putri M.H., Herijulianti E., Nurjannah N. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. h. 16-19.
Rismanto D.Y., Dewayani I., Dharma R.H. 2005. Dental Whitening, PT Dental
Lintas Mediatama : Jakarta.
Sagel P.A., Jeffers M.E., Gibb R.D., Gerlach R.W. 2002. Overview of a
Professional Tooth-Whitening System Containing 6,5% Hydrogen Peroxide
Whitening Strips. Compend Contin Educ Dent 23:9-15.
Santhosh B.P., Jethmalani P., Shashibhushan K.K., Subba Reddy V.V. 2012. Effect
of Phosphate Containing Chewing Gum on Salivary Concentration of
Calcium and Phosphorus : An in vivo study. J Indian Soc Pedod Prev
Dent., Apr – Jun 2012;(30)2: 146-150.
Warriner C., Speller C., Collins M.J. 2014. A New Era in Paleomicrobiology:
Prospects For Ancient Dental Calculus As A Long-Term Record of The
Human Oral Microbiome. Phil. Trans. R. Soc. B 370: 20130376. Available
at:
http://rstb.royalsocietypublishing.org/content/royptb/370/1660/20130376.f
ull.pdf. Accesed February 18, 2014