BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahan kimia yang sering digunakan sebagai pemutih gigi adalah karbamid
peroksida dan hidrogen peroksida.6 Hidrogen peroksida adalah bahan aktif
yang terdapat pada pemutih gigi yang memiliki berat molekul rendah sehingga
dapat berpenetrasi ke dalam enamel dan dentin. Proses dasarnya melibatkan
2
reaksi oksidasi dan reduksi yang dapat mengubah pigment organik ke dalam air
dan karbon dioksida.7
Produk yang memiliki bahan aktif yang sama tetapi konsentrasi yang
berbeda mampu memberikan efek yang berbeda pula pada permukaan enamel.
Hal tersebut akan lebih jelas ketika menggunakan ligh-activated serta paparan
waktu yang berbeda. Walaupun enamel teremineralisasi dengan baik,
kandungan organiknya berperan penting dalam proses pemutihan gigi. Hal ini
menandakan bahwa reaksi antara peroksida dengan komponen organik enamel
dapat mengakibatkan perubahan morfologi pada permukaan enamel. Penelitian
sebelumnya menunjukkan terdapat perubahan morfologi pada permukaan
enamel berupa kekasaran seperti cekungan yang dangkal, porositas, dan
lekukan.8
Kekasaran enamel dipengaruhi oleh banyaknya jumlah bahan anorganik
seperti kalsium. Larutnya sebagian kalsium dari kristal hidroksiapatit
menyebabkan kekasaran enamel sehingga rentan terhadap terjadinya karies.4
Dewasa ini banyak sekali bahan yang diproduksi dalam meningkatkan
remineralisasi enamel gigi seperti fluor, Casein Phosphopeptide-Amorphous
Calcium Phosphate (CPP-ACP) dan bahan biactive glass.10 Selain bahan-
bahan tersebut ternyata limbah cangkang telur juga dapat meningkatkan
remineralisasi enamel gigi.
Potensi limbah cangkang telur di Indonesia cukup besar, menurut data
Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013, produksi telur ayam ras petelur dan
buras di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1.337.030 ton pertahun. Sekitar
10% dari telur merupakan cangkangnya, sehingga dihasilkan sekitar 133.703
ton cangkang telur per tahunnya. Selain itu cangkang telur mengandung sekitar
94-97% CaCO3 (calcium carbonat) sehingga berpotensi untuk digunakan
dalam mensintesis hidroksiapatit.11
3
limbah berupa kulit telur. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi limbah kulit telur adalah dengan mengolah kulit telur tersebut
menjadi senyawa kalsium. Hidroksiapatit adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah ikatan yang mengandung ion kalsium. Ion kalsium
dikombinasikan dengan orthiphosphates, pyrophosphates, hidrogen atau
hidroksida. Ini adalah bahan untama dalam pembentukan tulang dan enamel
gigi.11
Untuk melihat efek terhadap morfologi enamel gigi maka alat yang
digunakan adalah Scanning Electron Microscope (SEM) karena memiliki
perbesaran obyektif yang mencapai satu juta kali sehingga mikroporositas
enamel dapat terlihat.11
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh pengunaan
pasta cangkang telur terhadap morfologi enamel gigi setelah bleaching
menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM).
4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi penulis :
a. Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
meneliti dalam melakukan penelitian dan menulis.
b. Dapat dijadikan sebagai pengetahuan dasar untuk penelitian yang
lebih lanjut.
1.5.2 Bagi Bidang Ilmu Keodokteran Gigi : Memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu kedokteran gigi di masa yang akan datang.
1.5.3 Bagi Masyarakat : Meningkatkan pengetahuan baru bagi masyarakat
dalam kedokteran gigi estetik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Enamel
ketebalan yang berbeda setiap bagian gigi. Pada permukaan insisal dan oklusal,
ketebalan enamel mencapai 2,5 mm dan semakin tipis pada bagian servikal.13
Enamel berkembang dari organ email (ektoderm) dan merupakan produk dari
begitu halus tetapi lapisan aprismatik pada permukaan enamel dapat diamati
Gambar 1. Gambaran SEM pada permukaan enamel gigi pada perbesaran 500x dan
2000x15
6
2.1.1. Komposisi Enamel
Enamel merupakan struktur keras dalam tubuh. Kandungan enamel terdiri dari
96% bahan anorganik dan 4% air, bahan organik dan jaringan fibrosa. Bahan
anorganik ini terdiri beberapa juta kristal hidroksi apatit yang mempunyai rumus
kimia Ca10(PO4)6OH2. Termasuk juga terlihat jelas sejumlah karbonat (4%), sodium
Enamel pada gigi mempunyai ketebalan yang berbeda pada tiap bagian dan
bervariasi diantara semua jenis gigi, maksimal 2,5 mm. Pada gigi permanen
enamelnya lebih tebal dari gigi sulung. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses
remineralisasi sehingga mineral pada gigi permanen lebih banyak dibandingkan gigi
sulung. Enamel gigi sulung kurang teremineralisasi hal ini juga menjelaskan warna
potongan sagital dan intinya lebih larut dari pada jaringan di tepinya. Setiap unit sel
kristalit terdiri dari kelompok hidroksil dan dikelilingi oleh tiga ion fosfat. Enam Ion
kalsium pada gugus kimia hexagonal dalam bentuk ion fosfat. Pembentukan kristal
merupakan proses yang sangat lambat dan melibatkan intermediat yang berbeda hal
awal berupa ion solid sampai pembentukan krislan yang terkahir memiliki bentuk
yang berbeda pula. Octacalicium dianggap sebagai prekursor kristal hidoksiapatit
Lain halnya dengan substitusi ion tersusun secara teratur pada permukaan
enamel. Kristal hidroksiapatit tersusun secara teratur dan terorganisir namun ada
beberapa variasi substitusi ion. Dalam hal ini, karbonat menggantikan fosfat atau
hidroksil (sering terjadi pada fosfat). Hal ini bergantung paa konsentrasi pCo2 laocal
dan terjadi selama pembentukan (2% pada permukaan dan 5% pada DEJ) sehingga
fluor dapat menggantikan ion hidroksil dan meningkatkan ketahanan terhadap asam.
Jumlah air pada enamel sekitar 3% berat enamel (sekitar 5-10% volume enamel).
Beberapa terletak diantara kristal dan mengelilingi bahan organik, namun ada pula
yang berada dalam kristal yang pembentukannya tidak sempurna dan sisanya dapat
Enamel mengandung kalsium fosfat dalam bentuk nano hidroksi apatit heksagonal
(HA). Kristal enamel ini memanjang pada arah c-axis dan berbentuk bulat sampai
oval pada prisma yang memiliki panjang hingga 100µm dan memiliki lebar 50nm. 18
8
Gambar 2. Skema Gigi Molar 18
Bagian dari enamel meliputi enamel rod dan rod sheath. Enamel rod atau prisma
enamel merupakan struktur utama dari enamel yang terbentuk enamel yang
potongan melintang, batang enamel terlihat seperti lubang kunci karena kepalanya
yang mengarah ke mahkota gigi, sedangkan bagian bawah megarah pada akar gigi. B
atang enamel atau enamel rod, berjalan dari perlekatan enamel – dentin
antaranya. Kristal pada batang enamel disebut interprismatic atau interrod (yang
warna kuning). Perbedaan keduannya adalah terletak pada orientasi kristal. Pada
kristal yang berbentuk batang, panjang sumbu kristal berjalan paralel atau sejajar
terhadap sumbu longitudinal prisma tersebut (enamel rod), sementara sumbu a dan b
berada pada setiap sudut.16,17 Kemiringan sumbu kristal interrod sekitar 40o-65o
relatif terhadap arah sumbu kristal batang. Kristal-kristal pada batang enamel dan
9
inter rod enamel dipisahkan oleh sarung batang atau rod sheath (yang berwarna
biru).16
Pola hidroksiapatit adalah kerangka pergantian ion dapat terjadi dan dapat
utama yang dihasilkan dari pergantian ion sederhana, seperti pergantian ion kalsium
tetrahedral, trivalen anion atau hidroksil kelompok dengan anion monovalen lain
adalah gangguan susunan atom terutama yang berasal dari perbedaan di jari-jari
ionik. Meskipun struktur apatit diawetkan, kimia dan fisik seperti gangguan yang
menyertai pergantian ion secara substansial dapat mempengaruhi sifat kimia dan
fisika enamel. Salah satu contoh pergantian dari beberapa gugus hidroksil
hydroxyapatites oleh ion fluoride, telah banyak dipelajari dan penting khusus untuk
kedokteran gigi. 16
10
Gambar 4. Struktur pola hidroksiapatit 16
2.1.2.2. Garis Retzius
Garis retzius atau Striae of retzius adalah garis pertumbuhan incremental line.
Garis ini membantuk variasi pada struktur dan mineralisasinya. Pada mikroskop
cahaya, sebagian besar garis retzius dapat diamati pada gigi permanen. Cross-striae
garis menggambarkan ritme harian dalam produksi enamel, periode waktu ritme
garis retzius dapat ditentukan dengan menghitung jumlah cross-striae diantara dua
garis. Susunan garis retzius ini terbagi atas dua tahap yakni pada tahap cusp. Pada
tahap ini garis retzius belum mencapai permukaan enamel dan tahan imbricational,
pada tahap ini garis retzius sudah mencapai permukaan enamel untuk mengahsilkan
perykimata atau dengan kata lain garis ini terlohat jelas pada gigi permanen tapi
kurang jelas pada gigi susu setelah lahir dan jarang pada gigi susu sebelum lahir. 19
11
Gambar 5. Cross striae (panah putih)19
gigi dan akar yang dilapisi oleh sementum atau terletak pada titik kontak anatara
enamel dan sementum. CEJ merupakan bagian terpenting karena tempat melekatnya
serat gingiva sehat. Serat gingiva yang melekat pada CEJ berperan dalam stabilitas
gigi, oleh karena itu pemeriksaan CEJ merupakan parameter klinis untuk
menentukan penyakit peeriodontal. Pada dewasa muda, CEJ dilindungi oleh jaringan
gingiva, namun seiring bertambahnya usia dan erupsi pasif yang terus menerus
sehingga menyebabkan penarikan gingiva yang membuat CEJ terlihat pada rongga
mulut sehingga tentan mengalami perubahan yang patologis seperti karies akar,
Ada variasi hubungan antara sementum dan enamel pada bagian servikal gigi.
Hubungan antara kedua jaringan ini yang teremineralisasi sehingga CEJ dapat
terbentuk dengan empat cara, yaitu : (1) Sementum tumpang tindih terhadap enamel
(overlapping), (2) 30% enamel yang bertemu dengan sementum (edge to edge), (3)
Enamel dan sementum berbatasan satu sama lain tanpa overlapping, (4) 10% enamel
dan sementum yang tidak bertemu sehingga ada dentin yang tidak terlindungi. 20,21
12
Gambar 7. Morfologi Cementoenamel Junction. I) sementum berada diatas enamel
II). Edge to Edge III). Enamel tidak bertemu dengan sementum IV). Enamel berada
diatas sementum 21
Berdasarkan sudut pandang klinis, variasi CEJ yang paling menguntungkan
adalah enamel yang bertumpang tindih terhadap sementum karena aktivitas asam dan
enzim pada biofilm gingiva tidak akan berdampak pada servikal gigi. Melakukan
probing pada CEJ juga berperan penting pada pasien untuk melakukan prosedur
2.2. Bleaching
Bleaching adalah pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati
warna gigi asli secara kimiawi dengan menggunakan bahan oksidator dan reduktor
konservatif untuk mengembalikan fungsi estetik dari gigi yang mengalami perubahan
warna sehingga dapat dicapai warna yang lebih terang3. Ada bermacam-macam
13
bahan pemutih gigi yang digunakan, baik untuk pemutihan gigi secara internal
dan dentin terhadap karbamid peroksida 10% juga terhadap hidrogen peroksida.
Hidrogen peroksida memiliki potensi yang berpengaruh pada enamel, karena pH-nya
yang asam. Konsentrasi 30% dapat menurunkan kekerasan enamel dan dentin, yaitu
5 menit pada dentin dan 15 menit pada enamel. Dengan penambahan waktu kontak
selama satu minggu, terbukti dapat menurunkan rasio kalsium dan phosphor di
enamel pada pH yang bervariasi. Penelitian secara in vitro yang menguji bahan
enamel akibat penggunaan bahan tersebut masih dapat diterima. Karbamid peroksdia
secara signifikan tidak memberikan pengaruh pada jaringan enamel dan dentin.
kembali setelah 14 hari akibat remineralisasi saliva. Efek terhadap dentin dan
sementum dipengaruhi juga oleh waktu kontak dan konsentrasi. Pengamatan secara
bervariasi dalam sensitivitas gigi yang timbul pada 24-48 jam setelah pemutihan.
14
Sementara pada penelitian secara in vivo, karbamid peroksida 10% dengan teknik
10Ca2+6HPO42-+2H2O
Hal ini memunjukkan penurunan jumlah kalsium dan fosfor pada permukaan
enamel setelah dilakukan bleaching menggunakan karbamid peroksida 10% sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jose (2010).23
15
rongga mulut kembali normal. Sebaliknya bila pH dalam rongga mulut meningkat
maka kalsium, mineral, fosfat dan ion fluor dalam bentuk fluorapatit akan kembali
ke struktur gigi sehingga menyatu dan membentuk kristal heksagonal yang lebih
besar. Saliva dan fluor merupakan kunci dari proses remineralisasi.10
Tubuh kita memperoleh karbon dioksida yang berasal dari udara maupun saliva
untuk membuat ringan, asam, dan asam karbonat. Asam karbonat merupakan pusat
dari proses remineralisasi alami. Sama halnya dengan asam lainnya asam karbonat
dapat melarutkan mineral yang terdapat dalam saliva, namun tidak seperti asam kuat
lainnya, asam karbonat sangat cepat mengkonversi menjadi karbon dioksida dan air.
Ketika hal ini terjadi, ion mineral yang terlarut mengendap dan menutup kembali
ruangan dari kristal yang sudah terdemineralisasi. Adapun persyaratan bagi bahan
remineralisasi yang ideal yaitu dapat berdifusi ke substansi atau memberikan kalsium
dan fosfat pada permukaan enamel, tidak memicu pembentukan kalkulus, bekerja
pada pH asam dan meningkatkan remineralisasi saliva. Bahan yang paling sering
digunakan unutk meningkatkan proses remineralisasi adalah fluoride, xylitol, casein
phospho peptide-amorphous calcium phosphate (CPP-ACP), tricalcium phosphate
dan bioactive glas. Remineralisasi ion fluoride dimulai dengan mengendapnya ion
fluoride dengan kalsium yang akan membentuk fluorapatit (FAP). Ion fluor
menggantikan ion-ion hidroksil pada struktur hidroksiapatit yang telah larut,
sehingga membuat enamel lebih tahan terhadap asam karena ikatan ini lebih stabil. 10
Fluoride pada saliva tidak hanya menurunkan pH kritis tetapi juga
menghambat laju demineralisasi karena adanya kalsium floride yang mengendap
pada permukaan enamel.10
Selain itu material hidroksiapatit juga dapat disitensis dari semua bahan yang
mengandung banyak kalsium diantaranya yaitu cangkang kerang, tulang sapi, tulang
ikan dan cangkang telur. Cangkang telur tersusun dari 94% CaCO3, 1% MgCO3, 1%
CaPO4, sisanya dalah bajan organik. Khususnya cangkang telur ayam negeri yang
memiliki kadar kalsium terbanyak sebesar 70,84% dibandingkan dengan cangkang
16
telur puyuh sebesar 55,46%, dan cangkang telur bebek sebesar 53,60%. Serbuk kulit
telur ayam mengandung kalsium sebesar 401±7,2 gram atau sekitar 39% kalsium,
dalam bentuk kalsium karbonat.24
2.5. Cangkang Telur
Bagian telur paling luar merupakan lapisan paling keras setebal 0,2-0,4 mm
dan mengandung kalsium karbonat berfungsi melindungi bagian dalam telur. Pada
kulit telur terdapat pori-pori yang dapat dilalui udara warnanya bervariasi mulai dari
putih sampai kecoklatan, telur bebek berwarna biru kehijauan dan telur puyuh
berwarna dasar putih dengan bercak-bercak cokelat putih.26
17
Kulit telur merupakan sumber CaCO3 (kalsium karbonat) yang paling besar
dengan kadar yang mencapai 95%. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi limbah kulit telur adalah dengan mengolah limbah kulit telur menjadi
serbuk hidroksiapatit. Hidroksiapatit adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah ikatan yang mengandung ion kalsium yang dapat
dikombinasikan dengan orthophosphates, phyrophosphates, hidrogen atau hidroksida
yang merupakan bahan utama dalam pembentukan tulang dan enamel gigi, sehingga
disebut sebagai biomaterial.11
Cangkang telur ayam memiliki tiga lapisan yaitu kutikula, lapisan stratum
dan lapisan membran. Masing-masing lapisan tersebut memiliki kandungan kimia
tertentu. Kutikula merupakan lapisan terluar yang memiliki ketebalan µmdan sluran
pori, serta berfungsi melindungi telur dari kelembaban, mikroorganisme dan
membantu pertukaran gas yang akan mesuk ke dalam telur. Lapisan ini mudah
terkelupas oleh adanya asam lemah atau larutan pengkompleks logam ataupun
pencucian menggunakan air. Lapisan kutikula mengandung 90% protein
dansejumlah kecil karbohidrat dan lemak. Protein tersebut mengandung glisin, asam
glutamat, lisin, sistin dan tiroasin sedangkan karbohidratnya meliputi heksoamin,
galaktosa, manosa, glukosa dan asam sialat. Lapisan stratum adalah campuran dari
matriks protein yang dibuat sebelum dekomposisi kalsium karbonat, terdiri atas
lapisan vertikal, palisade dan lapisan mammilari. Seluruh lapisan mengandung 95%
zat anorganik (kalsium karbonat), 3,3% protein dan 1,6% air lembab. Lapisan kristal
tersiri atas kristal pendek dan tipis yang tersusun secara vertikal, sedangkan lapisan
palisade sanfat rapat dan keras karena struktur kristalnya terbrntuk dari kalsifikasi
dari kalsium karbonat yang mengandung sejumlah kecil magnesium, bergabung
dengan kolagen mambentuk suatu amtriks spons. Lapisan membran terdiri dari
membran luar dan dalam, terdiri dari 70% senyawa organik, 10% senyawa anorganik
dan 20% air. (Davis, 2002).27
18
Komposisi nutirisi cangkang telur ayam
Kalsium (Ca) yang dibutuhkan dalam sintesis mineral apatit banyak terdapat
dalam sintesa mineral apatit banyak terdapat pada kulit telur ayam berupa kalsium
karbonat (CaCO3) sebesar 90.9%. Komposisi utama cangkang telur adalah kalsit,
yaitu bentuk kristalin dari kalsium karbonat (CaCo3). Bobot rata-rata sebuah
cangkang telur adalah sekitar 5 gr dan 40% adalah kalsium. Sebagian besar kalsium
dalam cangkang telur adalah mengendap dalam waktu 16 jam.G09rsa Berdasarkan
19
hasil penelitian, serbuk kulit telur ayam menagndung kalsium sebesar 401±7,2 gram
atau sekitar 39% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat. Terdapat pula strontium
sebesar 372±161µg, zat-zat beracun seperti Pb, Al, Cd dan Hg terdapat dalam jumlah
yang kecil, begitu pula dengan B, Fe, V, Zn, P, Mg, N, F, Se, Cu dan Cr.28
Sejak awal tahun 1950, mikroskop elektron telah banyak digunakan pada bidang
kedokteran dan memungkinkan para peneliti untuk melihat spesimen dengan jelas.29
umumnya. SEM memiliki jarak pandang luas dan lebih fokus yang memungkinkan
spesimen dapat diamati pada waktu yang bersamaan. SEM memiliki resolusi
peneliti juga bisa mengontrol tingakat perbesaran objek yang diteliti. Semua
keunggulan, serta tampilan gambar yang sangat baik membuat SEM menjadi salah
Prinsip kerja SEM mirip dengan mikroskop optik, anmun memiliki perangkat yang
berbeda. Pertamam berkas elektron disejajarkan dan difokuskan oleh magnet yang
difokuskan oleh magnet yang di desain khusus berfungsi sebagai lensa. Energi
Spesimen sasaran sangat tipis agar berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau
20
dihamburkan terlalu banyak. Bayangan akan di proyeksikan ke layar pendar atau
film. Berbagai distorsi yang terjadi akibat masalah pemfokusan dengan lena
21
Gambar 10. Detektor pada SEM
22
23
BAB III
Enamel
Tetracycline
Makanan
Faktor Prophyria
Minuman Faktor Trauma
Rokok Ekstrinsik Intrinsik
Dentin
Diskolorisasi dysplaia
Ca10(PO4)6OH2
Bleaching
Demineralisasi
Kalsium
Pengaplikasian pasta cangkang telur Karbonat
Remineralisasi
SEM
(Scanning Electrone Microscope)
24
3.2. Kerangka konsep
Perlakuan Kontrol
Karbamid Peroksida
Ca10(PO4)6OH2 10Ca2++6PO43-2OH-
SEM
(Scanning Electrone Microscope)
25
Keterangan:
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah pre test post test control group design.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi insisivus rahang atas
manusia yang telah diekstraksi disekitar Kota Makassar. Sampel gigi yang
diekstraksi, dibersihkan dan direndam pada larutan normal saline, kemudian dipilih
27
4.4.1 Jumlah sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 sampel dengan 2
kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri atas 5 sampel, yaitu gigi
insisivus.
5. Mahkota gigi baik dan utuh (tidak ada karies, tidak atrisi, tidak abrasi, dan tidak erosi).
28
d. Variabel kendali : Temperatur, durasi presipitasi dan keterampilan
operator SEM
Variabel menurut skala pengukuran yang digunakan yaitu Kategorik (Ordinal) dan
Numerik (Ratio).
a. Pasta cangkang telur adalah pasta yang terbuat dari cangkang telur sebagai bahan baku
untuk sintesis hidroksiapatit yang berasal dari kalsium oksida yang diperoleh dari
b. Morfologi email adalah adalah tampilan permukaan enamel berupa prismatik enamel yang
c. Bleaching adalah proses pemutihan gigi pada sampel dengan menggunakan pasta buah
d. Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah sebuah mikroskop elektron yang memiliki
SEM memiliki perbesaran 10-30.000 kali, depth of field 4-0,4 mm, dan resolusi sebesar
e. Kekasaran permukaan email adalah tampak permukaan email yang tidak rata
(ireguler).
29
4.7. Kriteria penilaian
Kriteria untuk mengetahui perubahan morfologi email gigi yaitu dengan cara
membandingkan kelompok kontrol dan kelompok sampel yang telah diaplikasikan pasta
cangkang telur selama 8 jam per hari selama 2 minggu. Pengamatan sampel dilakukan
3. Bubuk pumice
6. Aquades
2. Bur brush
3. Mikrobrush
4. Carnorundum disc
5. Tissue
7. Stopwatch
30
10. Wadah plastik kecil
1. Sampel gigi yang baru diekstraksi disimpan di dalam larutan normal saline untuk menjaga
2. Bersihkan permukaan mahkota gigi dari debris, kalkulus dan kotoran lainnya dengan
3. Gigi dibilas dengan aquadest. Masukkan seluruh gigi ke dalam wadah yang berisi
bersih.
4. Ambil gigi satu per satu menggunakan pinset, lalu keringkan menggunakan tissue dan air
blower (pus-pus).
Setelah dilakukan pembersihan pada spesimen gigi dengan aquades, sampel tersebut
direndam dalam saliva buatan untuk menjaga sampel tetap dalam keadaan seperti dalam
rongga mulut. Perendaman dengan saliva buatan dilakukan selama 24 jam. Setelah dilakukan
Setelah dilakukan perendaman sampel dengan saliva buatan, sampel kemudian diamati
dengan alat Scanning Electron Microscopy yang bertujuan untuk sebagai kelompok kontrol.
31
4.9.5. Pengaplikasian pasta cangkang telur sebagai bahan remineralisasi gigi.
tersebut kemudian diaplikasikan pasta cangkang telur dengan 2 kelompok perlakuan yang
berbeda masing-masing tiap kelompok terdiri dari gigi 5 gigi insisivus.. Kelompok pertama
dilakukan pengaplikasian pasta buah stroberi dengan konsentrasi 30%, kelompok kedua
stroberi dan hidrogen peroksida dilakukan dengan range waktu 30 menit, 60 menit, 90 menit,
120 menit dan 150 menit. Pada tiap range waktu diaplikasikan pasta cangkang telur.
pembesaran 2000x.
4.10. Data
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Noh Charanee Tiara dan Syafriadi Mei. Pengukuran kadar kalsium saliva terlarut pada
gigi yang dilakukan ekternal bleaching dan dipapar dengan Streptococcus mutans.
Jurnal PDGI. 2014; 2(63): 63-64.
2. Fearon Johny. Tooth whitening: concept and controversies.Journal of the Irish Dental
Association. 2007; 53(3): 134.
3. Fauziah Cut, Fitriyani Sri, Diansari Viona. Colour change of enamel after application
of Averrhoa bilimb. Journal of Dentistry Indonesia. 2012; 3(19): 53-4.
4. Meizarini Asti dan Rianti Devi. Tooth bleaching material with ADA/ISO certificate.
Maj. Ked. Gigi (Dent J). 2005; 2(8): 73-5.
5. Riani Dwi Meiyestri, Oenzil Fadil, Kasuma Nila. Pengaruh aplikasi bahan pemutih
gigi karbamid peroksida 10% dan hidrogen peroksida 6% secara home bleaching
terhadap kekeasan permukaan email gigi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2): 347-
8.
6. L
7. Miranda Baptisa Carolina, Pagani Clovis, Benetti Raquel Ana, Matuda da Silva
Fabio. Evaluation of the bleaching human enamel by scanning electrone microscopy.
Journal of Apllied Oral Sciene. 2005; 13(2): 205-9.
8. Al-Qahtani Q Mohammed. Tooth bleaching procedures and their controversial effect:
a literature review. The Saudi Dental Journal. 2014: 36-8.
9. Mihu Mihaela Carmen, Dudea Diana, Melincovici Carmen, Bosca Bianca. Tooth
enamel, the result of the relationship between matrix proteins and hydroxyapatite
crystals. Applied Medical Informatics. 2008; 4(23): 68.
10. Hemagaran Gemimaa dan Neelakantan Prasanna. Remineralization of the tooth
structure-the future of dentistry. International Journal of PharmTech Research. 2014;
2(6): 488-90
11. Mahreni, Sulystiwati Erwin, Sampe Saeful, Chandra Wilyam. Pembuatan
hidroksiaptit dari kulit telur. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”
2012; Maret 6, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
Vetran, Yogyakarta, 2012. p. 1-2
12. Sabel Nina. Enamel of primary teeth-morphological and chemical aspects. Swedish
Dental Journal Supplement 222; 2012: 58
13. Mihu Mihaela Carmen, Dudea Diana, Melincovici Carmen, Bosca Bianca. Tooth
enamel, the result of the relationship between matrix proteins and hydroxyapatite
crystals. Applied Medical Informatics. 2008; 4(23): 68.
14. Scheid C. Rickne dan Weiss Gabriela. Woelfel anatomi gigi. 8th Ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2011. pp.11.
15. Miranda Baptisa Carolina, Pagani Clovis, Benetti Raquel Ana, Matuda da Silva
Fabio. Evaluation of the bleaching human enamel by scanning electrone microscopy.
Journal of Apllied Oral Sciene. 2005; 13(2): 205-9.
16. Fauziah Eva, Suwelo S Ismu, Soenawan Hendarlin. Kandungan unsur fluorida pada
email gigi tetap muda yang ditumpat semen ionomer kaca dan kompomer. Indonesian
Journal of Dentistry. 2008; 15(3): 206.
17. Berkovitz BKB, Moxham BJ, Linden R.W.A. Master dentistry oral biology. 3rd Ed.
New York. Elsevier. 2011. Pp
34
18. Wang Xiaojie. (2008) Structural aspects of belaching and fluoride application on
dental enamel. Thesis, Hamburg University.
19. Stavrianos C, Papadopoulos C, Vasidialis L, Dagkalis P, Stavrinaou I, Petalotis N.
Enamel strusture and forensic use. Research Journal of Biological Sciences. 2010;
5(10): 651-2.
20. Stosic Nenad, Dacic Stevan, Simonovic Dacic Dragica. Morphological variations of
the cemento-enamel junction in permanent dentition. Acta Facultasis Medicae
Naissensis. 2015; 32(3): 210-11.
21. Arambawatta Kapila, Peiris Roshan, Nanayakkara Deepthi. Morphology of the
cemento-enamel junction in premolar teeth. Journal of Oral Science. 2009; 4(51):
625-6.
22. Suprastiwi Endang. Penggunaan karbamid peroksida sebagai bahan pemutih gigi.
Indonesian Journal of Dentistry. 2005; 12(3): 139-145.
23. Jose P, Suresh M, Kavitha S, Mahalaxmi S. Mineral loss before and after bleaching
and mineral uptake on application of remineralizing agent. Indian Journal of
Multidisciplinary Dentistry 2010; 1(1): 47-9.
24. Saleha, Halik Muthmainnah, Annisa Nuur, Sudirman, Subaer. Sintesis dan
karakterisasi hidroksiapatit dari nanopartikel kalsium oksida (CaO) cangkang telur
untuk aplikasi dental implant. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY;
April 25, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar, 2015, pp: 124-5.
25. Wardani Sri Novika, Fadli Ahmad, Irdoni. Sintesis hidroksiapatit dari cangkang telur
dengan metode presipitasi. JOM FTEKNIK Feb. (2)1.p: 1-3.
26. Wirakusumah S Emma. Menikmati telur. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2005.p. 15-7.
27. Hincke T Maxwell, Nys Yves, Gautron Joel, Mann Karlheinz, Navarro B Alejandro,
McKee D Marc. The eggshell: structure, composition and mineralization. Frontiers in
Bioscience. Jan: 1268-9.
28. Schasfmaa A, Pakan I, Hofstede JH G, Muskiet A J F, Der Veer Van, Vries De PJ F.
Mineral, amino acid and hormonal composition of chicken eggshell powder and the
evaluation of its use in human nutrition. Poulutry Science 79. 2000.
29. Scanning Electron Microscope.http://www.purdue.edu/ehps/rem/rs/sem.htm (15
September 2014).
35