Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karies merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum
terjadi di dunia, termasuk di Indonesia.1,2 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2018, kondisi indeks karies gigi DMF-T (Decayed, Missing,
Filled-Teeth) menunjukkan bahwa gigi penduduk Indonesia rata-rata
memiliki 4 sampai 5 gigi yang bermasalah dan merupakan salah satu dari 10
penyakit terbesar yang ada pada pelayanan tingkat primer. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan peningkatan pada proporsi
masyarakat Indonesia yang mengalami masalah gigi dan mulut dibandingkan
dengan hasil RISKESDAS tahun 2013, yaitu dari 25,9% pada tahun 2013
menjadi 57,6 % pada tahun 2018. Karies gigi terus menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menekankan bahwa penyakit ini mempengaruhi sekitar 60-
90% anak sekolah.3 Kementerian Kesehatan dalam target Rencana Aksi
Nasional adalah Indonesia bebas karies tahun 2030.1
Dampak yang ditimbulkan akibat karies gigi yang terjadi pada anak-
anak akan menghambat proses perkembangan pada anak salah satunya adalah
tingkat kecerdasan anak semakin menurun yang apabila terjadi terus menerus
dan dalam jangka waktu yang panjang dapat memberi dampak negatif
terhadap kualitas hidup anak.4,5 Apabila kerusakan terus berlanjut dan
menjadi parah, anak akan mengalami kehilangan gigi depan yang
menghasilkan gangguan perkembangan saat bicara, gangguan pertumbuhan
fisik, dan trauma psikologis. Secara jangka panjang dipercaya bahwa
kesehatan mulut merupakan cerminan dari kesehatan umum kehidupan yang
baik, serta berpengaruh juga terhadap berbagai penyakit kronis yang
berdampak terhadap kehilangan produktifitas di rumah dan sekolah.6
Kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan sejak
dini agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas (belajar dan bekerja) dan

1
penurunan produktivitas kerja yang tentunya akan mempegaruhi kualitas
hidup.2,4 Tindakan pencegahan yang dimulai sedini mungkin dibutuhkan agar
tidak terjadi peningkatan prevalensi karies.1 Secara teoritis pencegahan karies
dapat diterapkan dengan modifikasi antara faktor etiologi interaksi dan
perbaikan penguatan faktor resistensi gigi.7 Berbagai upaya dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya karies dan penanganannya akan lebih baik jika
dilakukan upaya pencegahan primer. Kontrol karies menjadi keutamaan
dalam metode pencegahan.1,8
Karies gigi dapat terbentuk melalui adanya interaksi yang kompleks
dari waktu ke waktu antara bakteri dan karbohidrat yang dapat difermentasi
oleh bakteri dan banyak faktor tuan rumah (host), termasuk gigi dan saliva,
yang mengakibatkan adanya kerusakan jaringan keras gigi yang meliputi
enamel, dentin, dan sementum.4,9,10 Proses kerusakan gigi diawali dengan
adanya proses dekalsifikasi struktur anorganik dari gigi atau demineralisasi
yang diikuti kerusakan zat organik. Proses kerusakan ini sebagai akibat dari
metabolisme karbohidrat oleh mikroorganisme dalam rongga mulut. Bakteri
memanfaatkan karbohidrat terutama sukrosa dari sisa makanan sebagai bahan
untuk menghasilkan asam yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
proses demineralisasi sehingga terjadi perkembangan bakteri.4,8
Demineralisasi adalah proses kehilangan mineral gigi seperti kalsium,
fosfor dan fosfat yang dapat mengakibatkan kerusakan email. Mineral-
mineral yang hilang tersebut dapat dikembalikan dengan proses
remineralisasi. Remineralisasi merupakan pengembalian kembali mineral
kompleks ke dalam tulang, email, dentin, atau sementum untuk menurunkan
atau mengembalikan proses demineralisasi sebagai bagian dari
pemeliharaan jaringan keras dan proses ini membutuhkan suplai ion kalsium
dan fosfat.11
Remineralisasi dapat dilakukan menggunakan bahan yang
mengandung kalsium dan fosfat. Banyak penelitian yang memanfaatkan
bahan alami untuk menghasilkan obat-obatan dalam upaya mendukung
program pelayanan kesehatan gigi, terutama dalam hal pencegahan dan

2
pengobatan karies gigi.10 Salah satu bahan alami yang mengandung tinggi
kalsium adalah daun kelor. Daun kelor mengandung kalsium 17 kali lebih
banyak dari kalsium susu sapi.11
Pohon kelor sudah dikenal luas di Indonesia sebagai tanaman obat
khususnya di daerah pedesaan, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal
dan pemanfaatannya masih terbatas.12 Masyarakat biasa menggunakan daun
kelor sebagai pelengkap dalam masakan sehari-hari bahkan tidak sedikit yang
menjadikan daun kelor hanya sebagai tanaman hias yang dibiarkan melekat
pada teras-teras rumah, selain itu di beberapa daerah pemanfaatan daun kelor
lebih banyak dimanfaatkan untuk memandikan jenazah, meluruhkan jimat,
dan sebagai pakan ternak. Pengolahan daun kelor secara luas belum banyak
dilakukan di Indonesia.13,14
Pohon kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap
dibanding dengan tumbuhan jenis apapun.12,13,15 Jumlah nutrisi yang terdapat
pada daun kelor sangat lengkap mulai dari karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral.15,16 Di dunia internasional, budidaya daun kelor
merupakan suatu program yang sedang dijalankan. Tumbuhan Kelor
digambarkan dunia sebagai tumbuhan yang paling bergizi dan mengandung
banyak nutrisi, memiliki khasiat dan banyak manfaatnya sehingga
menjadikan kelor mendapat beberapa julukan diantaranya The Miracle Tree,
Tree For Life, dan Amazing Tree.12,13,15,17,18
Analisis fitokimia menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai
kandungan mineral seperti kalsium, potasium, magnesium, dan fosfor dengan
kandungan tinggi.19 Tumbuhan kelor mengandung kalsium sebesar 2003 mg
per 100 g daun kering dan fosfor 204 mg per 100 g daun kelor
kering.13,20Kandungan kalsium per 100 g daun kelor dapat mencapai 17 kali
lebih banyak dan mempunyai bioavaibilitas 8,79 kali lebih baik dibandingkan
dengan susu.17,19
Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa dan zat aktif. Suatu zat
pembawa pada sediaan topikal, idealnya mudah dioleskan, mudah
dibersihkan, dan tidak mengiritasi, selain itu zat aktif dalam pembawa juga

3
mudah dilepaskan. Salah satu sediaan semipadat yang dapat digunakan
topikal adalah gel. Gel merupakan sediaan semipadat atau kental, yang dibuat
dengan mencampur ekstrak (zat aktif) dengan basis yang sesuai.21
Aplikasi nanoteknologi untuk pangan dan obat-obatan menunjukkan
kecenderungan yang terus meningkat. Teknologi ini menawarkan keunggulan
dalam meningkatkan bioavailabilitas bahan aktif, pengendalian pelepasan
bahan aktif serta memperbaiki sifat sensoris. Dalam ukuran nano (50-500
nm), partikel bahan aktif lebih mudah diserap, sehingga meningkatkan
bioavailabilitasnya. Penyerapan bahan aktif meningkat karena kelarutan
partikel meningkat dan luas permukaan partikel yang besar. Tingkat
penyerapan nanoherbal pada tubuh manusia hampir dapat mencapai 100 %,
sedangkan pada ukuran mikron hanya 50 %. Ukuran nanopartikel yang kecil
menyebabkan ekstrak mudah larut dan memiliki efisiensi penyerapan yang
tinggi. Dalam ukuran nano, partikel juga memiliki waktu tinggal yang lebih
panjang karena terjerap dalam lapisan.15
Sehingga perlu dibuat formulasi yang lebih praktis dalam bentuk
sediaan nano gel. Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparan, tembus
cahaya dan merupakan dispersi minyak air yang distabilkan oleh lapisan film
dari surfaktan atau molekul surfaktan yang memiliki ukuran droplet 50-500
nm. Proses pembuatan suatu nanoemulsi membutuhkan energi eksternal
untuk dapat menyatukan semua bahan menjadi suatu sistem dispersi koloid.
Sedangkan emulsi gel merupakan salah satu sistem penghantaran bagi obat
yang bersifat hidrofobik. Sehingga dari formulasi nanoemulsi dicampurkan
22
dengan basis gel sehingga menjadi nano gel. Berdasarkan latar belakang di
atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang nano gel dari
ekstrak daun kelor untuk remineralisasi gigi yang diuji coba secara in vivo
untuk mengetahui kandungan kalsium gigi setelah dioles nano gel ekstrak
daun kelor.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan permasalahan
yang muncul adalah bahwa demineralisasi atau hilangnya mineral pada gigi
dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembalikan mineral yang hilang adalah melalui proses remineralisasi
yang dapat diperoleh salah satunya dari topikal aplikasi fluor. Selain bahan
yang sudah tersedia, terdapat bahan alami yang memiliki manfaat membantu
mempercepat proses remineralisasi karena kaya akan kandungan kalsium
yaitu daun kelor.
Dimana selama ini daun kelor pemanfaatannya kurang maksimal dan
kebanyakan hanya digunakan untuk ritual dan pakan ternak, namun daun
kelor dapat dimanfaatkan dengan cara mengolahnya menjadi bahan yang
berguna di bidang kesehatan gigi dan mulut. daun kelor memiliki kandungan
kalsium tinggi sehingga dianggap dapat meremineralisasi gigi. Berdasarkan
uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“bagaimanakah nano gel ekstrak daun kelor dapat digunakan sebagai bahan
remineralisasi pada gigi diuji secara in vivo?”

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dilakukanya penelitian ini untuk mendapatkan sediaan
nanogel esktrak daun kelor untuk meremineralisasi gigi
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan sediaan nano gel ekstrak daun kelor yang mampu
meningkatkan jumlah kalsium pada gigi
b. Mengetahui perbedaan kalsium pada gigi yang telah diremineralisasi
setelah diolesi dengan menggunakan nano gel ekstrak daun kelor dan
CPP-ACP

5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi pengembangan ilmu bagi civitas akademika
tentang potensi nano gel ekstrak daun kelor sebagai bahan alternatif
remineralisasi gigi
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat nano gel
ekstrak daun kelor sebagai bahan alternatif remineralisasi gigi

E. Penelitian Terkait
Tabel 1.1 Penelitian terkait
Judul
No Peneliti Metode Hasil
Penelitian
1 Mardiah Analisa Kadar Jenis penelitian adalah kadar kalsium
Kalsium (Ca) observasional pada daun kelor
Pada Daun laboratorium dengan yaitu 7059,2 mg /
Kelor teknik Analisis L, 4652,5 mg / L,
(Moringa Kuantitatif. Sampel 3,180 mg / L,
oleifera) yang digunakan 2078,9 mg / L,
sebanyak 5 sampel. dan 9268,7 mg /
Teknik pengambilan L menunjukkan
sampel adalah bahwa dalam
accidental sampling. daun kelor
Selanjutnya setiap mengandung
sampel pada destruksi banyak kalsium.
kering kemudian
diperiksa pada
spektrofotometer
serapan atom, pada
panjang gelombang
422,7 nm.

6
2 Syahrial, Pengaruh Penelitian ini tidak ada
Rimbawan, Evy pemberian menggunakan pre and perbedaan yang
Damayanthi, nano daun post controlled group signifikan untuk
Dewi Apri Astuti, kelor design dan metode kedua kelompok
Pipih Suptijah (moringa rancangan acak lengkap intervensi
oleifera) (RAL). Sampel yang terhadap mineral
terhadap kadar digunakan di dalam serum dan tulang
mineral serum penelitian adalah 27 femur.
dan tulang tikus Sprague dawley Sedangkan untuk
pada tikus jantan tumbuh usia 2 tulang tibia, hasil
sprague bulan yang dibagi penelitian
dawley jantan menjadi tiga kelompok menunjukkan
tumbuh yang akan bahwa kadar
mendapatkan perlakuan kalsium, fosfor
pakan standar yang dan magnesium
mengandung CaCO3 meningkat secara
(kelompok kontrol), signifikan (p
umpan intervensi <0,05).
mengandung 450nm Kelompok
dan 750nm nano intervensi yang
Moringa oleifera menerima pakan
selama 60 hari. Data 450nm
hasil penelitian akan menunjukkan
dianalisia dengan peningkatan
menggunakan paired T- kadar magnesium
test dan Duncan test yang lebih efektif
pada tingkat (p <0,05)
kepercayaan 95%. dibandingkan
kelompok
intervensi yang
menerima pakan

7
750nm.
3 Machmud Efektivitas Partikel nano dapat Partikel nano
diklasifikasikan sebagai sangat efektif
al Partikel Nano
partikel berukuran dalam
Husyaerry, dalam kurang dari 100 nm, pencegahan
yang telah digunakan karies, terutama
Arlette Pencegahan
sebagai biomaterial di terkait intervensi
Suzy Karies kedokteran dan bakteri pada
kedokteran gigi. biofilm dan
Setiawan Machmud
Karakter fisik dan merangsang
kimiawi merupakan percepatan
pertimbangan utama pelepasan ion-ion
penggunaan partikel pada proses
nano yang dapat remineralisasi.
berperan sebagai
biomaterial dalam
remineralisasi dan
potensi antimikroba.

Perbedaan penelitian dengan penelitian terkait adalah bahwa penelitian


yang akan dilakukan ini belum pernah dilakukan sebelumnya, dimana nano
gel ekstrak daun kelor belum pernah diujikan sebagai bahan untuk
remineralisasi gigi.

F. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2021
2. Ruang Lingkup Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian adalah Laboratorium Terpadu Universitas
Diponegoro
3. Ruang Lingkup Materi
Materi yang disampaikan mengenai pencegahan atau preventif meliputi
demineralisasi dan remineralisasi gigi dengan menggunakan bahan nano
gel esktrak daun kelor

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi pada
rahang atas dan rahang bawah, gigi terdiri dari tiga bagian yaitu mahkota gigi,
akar gigi dan leher gigi.23 Gigi terdiri dari mahkota gigi dan akar gigi.
Mahkota gigi adalah bagian gigi yang terbuka di rongga mulut dan menonjol
di atas gingiva. Akar gigi adalah bagian yang terpendam dalam alveolus pada
tulang maksila atau mandibular. Mahkota dan akar gigi bertemu di leher gigi
(serviks). Gigi berdasarkan strukturnya terdiri dari 4 jaringan yaitu email,
dentin, sementum, dan pulpa. Tiga jaringan tersebut merupakan jaringan
keras dan pulpa adalah jaringan lunak.11 Meskipun email merupakan bagian
tubuh yang paling keras tetapi akan mudah diserang karies jika tidak dijaga
dengan baik.

Gambar 2.1 Struktur dan Anatomi Gigi

1. Struktur gigi
a. Email
Email merupakan subtansiterkeras dalam tubuh yang berwarna putih
keabuan dan berfungsi sebagai pelindung mahkota anatomis dan
dentin.24 Secara struktural email terdiri dari jutaan enamel rod atau
prisma email, rod sheath, dan cementing inter-rod substance. Jaringan
ini memiliki komposisi kimiawi berupa 70% materi anorganik dan

9
30% materi organik, sedangkan berdasarkan volumenya mengandung
90-92% hidroksiapatit. 11
Email gigi merupakan bagian paling keras dari tubuh manusia dan
perlindungan paling luar dari karies karena mengandung berbagai
macam mineral organik dan inorganik. Komponen inorganik email
terdiri dari PO4, Ca, CO3, Na, dll. Prosentase kandungan kalsium
dalam email adalah 35,8%, sedangkan kandungan fosfatnya berjumlah
17,4%. Mineral-mineral tersebut dapat larut saat lama berkontak
dengan asam dan mikroorganisme di dalam rongga mulut, yang
menyebabkan demineralisasi permukaan email. Demineralisasi email
merupakan proses kimiawi penguraian mineral oleh asam. Proses
kimiawi yang berlangsung pada email gigi merupakan proses dinamis
yang selalu berjalan antara demineralisasi dengan remineralisasi, akan
tetapi kedua proses ini merupakan proses yang bertolak belakang.
Remineralisasi merupakan proses yang dapat menghentikan atau
mengurangi proses demineralisasi, dengan cara menimbun kembali
mineral-mineral yang telah hilang.25
b. Dentin
Dentin merupakan bagian yang terluas dari struktur gigi yang meliputi
seluruh panjang gigi mulai dari mahkota hingga akar.1 Dentin terletak
di bawah enamel pada bagian mahkota dan terletak di bawah
sementum pada bagian akar serta mengelilingi pulpa. Dentin dibentuk
dari odontoblast yang berasal dari ektomesenkim. Sejumlah 70%
bahan anorganik dentin berupa kristal kalsium hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2). Sebesar 20% dentin teridir dari serat kolagen
dan 10% air. Kristal hidroksiapatit ini mirip dengan yang ditemukan
pada enamel tetapi dengan persentase yang lebih rendah sehingga
dentin lebih lunak dibandingkan enamel. Dentin pada mahkota gigi
dilapisi oleh enamel sedangkan dentin pada akar gigi dilapisi oleh
sementum. Proses pembentukan dentin disebut dentinogenesis.
Berdasarkan waktu pembentukannya dentin dapat dibagi atas tiga

10
macam yaitu: dentin primer. dentin sekunder dan dentin tertier. Dentin
Primer adalah dentin yang dibentuk sewaktu masih dalam kandungan.
Bagian ini. merupakan bagian dentin yang paling keras belum
termineralisasi dan berada langsung di bawah lapisan email. Pada
bagian ini terdapat mantel dentin yang dibawahnya terdapat
sirkumpulpa. Dengan ketebalan sekitar 6-8 mm pada area
mahkotanya, dentin sirkumpulpa menjadi bagian terbesar dentin
primer.26
c. Pulpa
Pulpa adalah jaringan lunak.11 pulpa terdiri dari ruang pulpa yang
terdapat pada mahkota gigi dan saluran pulpa yang terdapat pada akar
gigi. Pulpa merupakan satu-satunya jaringan lunak pada gigi yang
berisi banyak pembuluh darah, saraf dan sel odontoblas. Pulpa
berfungsi sebagai sensori, transpor nutrisi serta sebagai formatif dan
protektif.
2. Fungsi Gigi
Gigi berfungsi dalam proses matrikasi( pengunyahan). Mengunyah ialah
menggigit dan menggiling makanan diantara gigi atas dan
bawah.Gerakan lidah dan pipi membantu dengan memindahkan makanan
lunak ke palatum keras ensit gigi- gigi. Semua bagian tubuh manusia
memiliki tugas, peran dan fungsi masingmasing, termasuk gigi juga
memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a. Pengunyahan
Gigi berperan penting untuk menghalusakan makanan agar lebih
mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan. Sangat
tidak mungkin bila kita menelan utuh makanan tanpa dikunyah
terlebih dahulu, dan kalaupun mungkin organ pencernaan akan
bekerja sangat berat dan penyerapan makanan tidak akan maksimal
b. Berbicara
Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan atau melaflakan bunyi
ataupun huruf- huruf tertentu, seperti misalnya huruf T, V, F, D, S.

11
tanpa gigi, bunyi huruf- hruf ini tidak akan terdengar dengan
sempurna. Dalam hal berbicara pun akan terdengar kurang atau
bahkan tidak sempurna.
c. Estetik
Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi
yang rapi dan bersih. Hampir semua orang yang profesinya
mengandalakan penampilan didepan orang banyak
d. Menjaga kesehatan rongga mulut dan rahang
Banyak hal yang akan terjadi bila gigi kita hilang, diantaranya
gangguan pengunyahan makanan, terutama pada susunan gigi yang
tidak teratur ((malokluksi), tulang alveolar yang berkurang
(resorpsi), gangguan pada sendi rahang,dan penyakit pada jaringan
periodontal

B. Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit multifaktorial karena mencakup
empat faktor yang memengaruhi, yaitu: faktor gigi (Host), mikroorganisme
(bakteri), substrat, dan waktu.27 Beberapa faktor risiko karies gigi diantaranya
ialah faktor lokal seperti pengalaman karies, oral hygiene, plak gigi, susunan
gigi, kebiasaan konsumsi kariogenik, praktik sikat gigi dan faktor lainnya
seperti seperti usia, jenis kelamin, ras dan budaya, merokok, status ekonomi,
dan tingkat pendidikan. 28
1. Mekanisme Karies
Mekanisme proses karies sama untuk semua jenis karies. Sukrosa atau
gula dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu. Bakteri endogen (sebagian besar Streptococcus mutans
[Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus] dan Lactobacillus spp)
dalam plak menghasilkan asam organik lemah sebagai produk dari
metabolisme karbohidrat. Streptococcus mutans dan Lactobacillus
merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam
dari karbohidrat yang dapat diragikan. Asam ini menyebabkan nilai pH

12
lokal jatuh di bawah nilai kritis yang mengakibatkan demineralisasi
jaringan gigi. Jika difusi kalsium, fosfat, dan karbonat dari gigi ini
dibiarkan berlanjut, kavitasi pada akhirnya akan terjadi. Demineralisasi
dapat diatasi pada tahap awal melalui penyerapan kalsium, fosfat, dan
fluor. Fluor bertindak sebagai katalis untuk difusi kalsium dan fosfat
dalam gigi, yang meremineralisasi struktur kristal dalam lesi. Permukaan
kristal dibangun kembali, terdiri dari hidroksiapatit berfluoride dan
fluorapatite, jauh lebih tahan terhadap serangan asam daripada struktur
aslinya. Enzim bakterial juga dapat terlibat dalam perkembangan karies.
Proses karies dimulai dari permukaan gigi (pit, fissur dan daerah
interproksimal) meluas ke arah pulpa.28
2. Etiologi Karies Gigi23
Faktor penyebab karies gigi terdiri dari penyebab dalam individu dan
penyebab luar individu. Faktor dalam penyebab karies gigi adalah faktor di
dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies
gigi antara lain host, mikroorganisme, substrat , dan waktu. Sedangkan
faktor luar individu adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas
kesehatan gigi dan pendidikan kesehatan gigi yang pernah diterima. 23
a. Faktor Dalam
1) Mikroorganisme Mikroorganisme merupakan faktor paling
penting dalam proses awal terjadinya karies. Mereka
memfermentasi karbohidrat untuk memproduksi asam.Plak gigi
merupakan lengketan yang berisi bakteri produk- produknya,
yang terbentuk pada semua permukaan gigi.Akumulasi bakteri
ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui
serangkaian tahapan. Asam terbentuk dari hasil fermentasi sakar
diet oleh bakteri di dalam plak gigi. Sumber utamanya adalah
glukosa yang masuk dalam plak gigi, sedangkan kuantitatif,
sumber utama glukosa adalah sukrosa. Penyebab utama
terbentuknya asam tadi adalah S.Mutans serotipe c yang terdapat
di dalam plak karena kuman ini memetabolisme sukrosa

13
menjadi asam lebih cepat dibandingkan kuman lain.23
2) Host Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak
yang mengandung bakteri pada gigi.Oleh karena itu kawasan
gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan
diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies
tersebut adalah :
i. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar;
pit bukal molar dan pit palatal insisif
ii. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah
titik kontak
iii. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi
gingiva
iv. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah
tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva
karena penyakit periodonsium
v. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper
vi. Permukaman gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan
jembatan
3) Substrat
Makanan dan minuman yang bersifat fermentasi karbohidrat
lebih signifikan memproduksi asam, diikuti oleh demineralisasi
email. Tidak semua karbohidrat benar-benar kariogenik.
Produksi polisakarida ekstraseluler dari sukrosa lebih cepat
dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Sukrosa
merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lain juga
berpotensi kariogenik
4) Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali
mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan
bahwa proses karies tersebut terdiri dari saliva ada di dalam
lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam

14
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik
untuk menghentikan penyakit ini. 23
Selain faktor- faktor yang ada didalam mulut yang langsung
berhubungan dengan karies, terdapat faktor- faktor yang tidak langsung
yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan
faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap
dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. 23

Gambar 2.2 Proses terjadinya karies


3. Dampak karies27
a. Adanya rasa nyeri. Kesulitan makan dapat menyebabkan asupan
nutrisi yang kurang
b. Mulut berbau tidak enak karena adanya plak dan debris makanan yang
ditumbuhi bakteri.
c. Karies yang tidak dilakukan perawatan gigi sejak dini dapat
menyebabkan kerusakan gigi menjadi lebih parah dan akhirnya
dicabut. Seseorang yang kehilangan gigi akibat karies akan
mengalami masalah pengunyahan dan akan merasakan malu dalam
tingkat tertentu pada penampilan diri yang kemudian akan membatasi
interaksi sosial dan komunikasi.
d. karies gigi juga dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Walaupun tidak sampai menimbulkan kematian sebagai akibat dari

15
kerusakan gigi dan jaringan pendukung, karies dapat menurunkan
tingkat produktivitas seseorang, karena dari aspek biologis akan
dirasakan sakit.
e. Penyakit gigi dan mulut juga dapat menjadi sumber infeksi yang dapat
mengakibatkan ataupun mempengaruhi beberapa penyakit sistemik.
Lubang pada gigi merupakan tempat jutaan bakteri. Jika bakteri
masuk ke dalam perubahan pembuluh darah bisa menyebar ke organ
tubuh lainnya dan menimbulkan infeksi, seperti masalah sistem
pernafasan, otak dan jantung. 27
4. Pencegahan karies dibagi menjadi pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Pencegahan primer terbagi menjadi dua yaitu promosi kesehatan
dan perlindungan khusus. Pencegahan primer karies melalui perlindungan
khusus antara lain sebagai berikut :27
a. Pemilihan diet: Diet adalah makanan dan minuman yang
dikonsumsi sehari-hari oleh individu. Diet merupakan salah satu
faktor utama permulaan perkembangan karies sehingga pemilihan
diet penting untuk diperhatikan. Dianjurkan untuk mengurangi
frekuensi gula terutama diantara jam makan.
b. Instruksi kebersihan mulut: Perawatan gigi sejak dini sangat
penting untuk menghidari proses kerusakan gigi. Salah satu upaya
dapat dilakukan agar dapat menghindari terjadinya karies yaitu
menjaga kebersihan mulut. Cara paling mudah dan umum
dilakukan ialah dengan menyikat gigi secara teratur dan benar
c. Pit dan fissure sealant: sealant harus ditempatkan secara selektif
pada pasien yang berisiko karies tinggi. Prioritas tertinggi
diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6–8 tahun,
molar kedua permanen di antara usia 11–12 tahun, prioritas juga
dapat diberikan pada gigi premolar permanen dan molar susu
d. Perawatan dengan fluor: Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk
sediaan. Sumber fluor alami yaitu air sumur, air kali, garam, ikan,
dll. Dalam bidang kedokteran gigi, penggunaan fluor untuk

16
pencegahan karies yaitu penggunaan secara local dan sistemik.
Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai efek topikal pada
gigi. Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk mencapai
permukaan email melalui proses pencernaan. Cara ini berefek sejak
saat sebelum erupsi dan sesudah erupsi. Penggunaannya melalui air
minum (PAM), tablet, dan obat tetes.

C. Tanaman Kelor
1. Klasifikasi Tanaman Kelor (Moringa Oleifera)
Klasifikasi tanaman kelor (Moringa Oleifera) menurut Integrated
Taxonomic Information System (2017)18:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lamk.

Gambar 2.3 Daun Kelor

2. Deskripsi Tanaman kelor


Kelor merupakan tanaman yang berasal dari Himalaya, dan
tersebar di beberapa negara seperti Afrika, Amerika Tengah dan
Selatan, Sri Lanka, India, Meksiko, Malaysia, Indonesia dan

17
Filipina.19 Di Indonesia tanaman kelor dikenal dengan nama yang
berbeda di setiap daerah, di antaranya kelor (Jawa, Sunda, Bali,
Lampung), maronggih (Madura), moltong (Flores), keloro (Bugis),
ongge (Bima), murong atau barunggai (Sumatera) dan hau fo
(Timur).17,18
Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan ketinggian
7-12 meter dengan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu
lunak dan memiliki kualitas rendah. Daun tanaman kelor memiliki
karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar
ujung jari dan tersusun dalam satu tangkai.29 Helaian anak daun
memiliki warna hijau sampai hijau kecokelatan, bentuk bundar telur
atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm,
ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata.18,29 Daun
muda teksturnya lembut dan lemas sedangkan daun tua agak kaku dan
keras. Kulit akar berasa dan beraroma tajam dan pedas, bagian dalam
berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang.
Akarnya sendiri tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar
kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna
cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah.18
Tumbuhan kelor memiliki bunga berwarna putih kekuning kuningan
dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Buah kelor berbentuk
segitiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya keras dan
berbentuk segitiga yang berukuran 20-60 cm, berwarna hijau saat
muda dan berubah menjadi cokelat.17,20 Kelor Rasa pahit akan hilang
jika kelor sering dipanen secara berkala untuk dikonsumsi. Untuk
kebutuhan konsumsi umumnya digunakan daun yang masih muda
demikian pula buahnya.29 Tumbuhan kelor ini berasa agak pahit,
bersifat netral dan tentu saja tidak beracun.12
3. Kandungan Daun Kelor
Kelor kaya nutrisi karena adanya berbagai fitokimia penting yang ada
di daun, polong dan bijinya. Faktanya, kelor dikatakan memberikan 7

18
kali lebih banyak vitamin C daripada jeruk, 10 kali lebih banyak
vitamin A dari wortel,protein 9 kali lebih banyak dari yoghurt, kalium
15 kali lebih banyak dari pisang dan 25 kali lebih banyak zat besi dari
pada bayam.30 Biji tumbuhan kelor mengandung alkaloid, vitamin
A,B1,B2 dan C pada sel-sel tertentu. Kandungan kimia yang dimiliki
tumbuhan kelor antara lain asam amino seperti asam aspartat, asam
glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin,
venilalanin, triftopan, sistein dan methionin. Selain itu daun kelor juga
mengandung unsur makro seperti potasium, kalsium, magnesium,
sodium, dan fosfor, serta unsur mikro seperti mangan, seng, dan besi.
Daun kelor merupakan sumber provitamin A, vitamin B, vitamin C,
mineral terutama zat besi dan kalsium. Daun kelor mengandung zat
besi lebih tinggi daripada sayuran lainnya.12,19,29,31
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi daun kelor segar dan kering (per 100 g)
Kandungan nutrisi Daun segar Daun kering
Kalori (cal) 92 329
Protein (g) 6.7 29.4
Lemak (g) 1.7 5.2
Karbohidrat (g) 12.5 41.2
Serat (g) 0.9 12.5
Kalsium (mg) 440 2185
Magnesium (mg) 42 448
Phospor (mg) 70 225
Potassium (mg) 259 1236
Tembaga (mg) 0.07 0.49
Besi (mg) 0.85 25.6
Sulphur (mg) - -
Vitamin B1(mg) 0.06 2.02
Vitamin B2(mg) 0.05 21.3
Vitamin B3(mg) 0.8 7.6
Vitamin C(mg) 220 15.8
Vitamin E(mg) 448 10.8
Sumber: Gopalakrishnan et al. (2016)

Berdasarkan Tabel 2.1 diketahui bahwa pada daun kelor kering


jumlah kalsium sebanyak 2185 mg/100 g dan phospor sebanyak 225
mg/100 g. Kalsium adalah mineral makro yang penting dalam

19
pertumbuhan tulang dan gigi, membantu proses pembekuan darah,
aktivator saraf dan otak, aktivator enzim, aktivator otot jantung,
melindungi tubuh terhadap absorpsi zat radioaktif. Menurut National
Health Service (NHS) kebutuhan mineral kalsium untuk tubuh sekitar
700 sampai 800 mg per hari. Kadar kalsium yang tinggi pada kelor
berpotensi untuk memenuhi kebutuhan kalsium tubuh, dimana
umumnya kebutuhan kalsium tubuh dipenuhi dari susu. Kadar kalsium
dalam susu adalah 125 mg/100 g. Hal ini menunjukkan bahwa
kalsium dalam kelor lebih tinggi sekitar 17 kali lipat dari kalsium
susu.32 Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh, yaitu 1,5 ± 2% dari berat badan orang dewasa atau
kurang lebih sebanyak 1 kg. Kalsium paling banyak terdapat dalam
jaringan keras, yaitu tulang dan gigi.33
Dua mineral makro berikutnya dalam daun kelor adalah fosfor
dengan kadar 12,84 mg/100 g dan belerang dengan kadar 23,45
mg/100 g). Menurut NHS kebutuhan mineral fosfor dalam tubuh
sekitar 550 mg per hari Peranan fosfor dalam tubuh adalah membantu
dalam proses pembentukan tulang dan gigi, proses metabolisme,
kontraksi otot, aktivitas saraf, membentuk fosfatid (bagian dari plasma
darah), menjaga keseimbangan asam basa, pengaturan aktivitas
hormon, dan efektivitas beberapa vitamin.34
Diketahui bahwa mineral yang memiliki kadar paling tinggi
dibandingan mineral yang lain dalam daun kelor adalah kalsium dan
kalium.34 Kalsium sangat diperlukan dalam proses pembentukan gigi.
Apabila kekurangan kalsium pada saat pembentukan gigi maka akan
berpengaruh pada kerusakan gigi.
4. Manfaat Kelor
a. Sebagai Bahan Pangan
Pada bidang pangan, tanaman kelor telah digunakan untuk
mengatasi malnutrisi terutama untuk balita dan ibu menyusui.
Hampir semua bagian tanaman kelor dapat dimanfaatkan untuk

20
bahan pangan. Menurut bagian-bagian tanaman kelor yang
dimanfaatkan sebagai bahan pangan antara lain18:
i. Batang
Bagian yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan adalah
kulit batang. Kulit batang dikerik hingga bagian kayu
kemudian ditabur di atas daging atau ikan yang sedang
direbus.
ii. Daun
Daun tanaman kelor dimanfaatkan sebagai sayuran untuk
menu sehari-hari.
iii. Buah
Sebagaimana pemanfaatan daun tanaman kelor, maka buah
tanaman kelor juga merupakan menu yang diolah sebagai
sayuran sehari-hari dalam bentuk sayur bening ataupun
dicampur santan.
b. Kesehatan
Beberapa komponen yang terkandung dalam bagian tanaman
kelor dapat memberikan efek kesehatan berupa:
i. Menurunkan berat badan: memberikan efek kepada tubuh
agar merangsang dan melancarkan metabolisme sehingga
dapat membakar kalori lebih cepat.30
ii. Antidiabetes: daun kelor memiliki sifat anti diabetes yang
berasal dari kandungan seng yang tinggi seperti mineral
yang sangat di butuhkan untuk memproduksi insulin,
sehingga daun kelor dapat bermanfaat sebagai anti diabetes
yang signifikan.17,30,32
iii. Antimikroba
Daun, biji, minyak, bunga, akar dan kulit kayu dari
tumbuhan kelor secara ilmiah terbukti mengandung
antimikroba. Data etnobotani mencatat bahwa masyarakat
memanfaatkan daun kelor sebagai anti jamur dengan cara

21
menggosoknya ke kulit yang diserang jamur. Kandungan
flavonoid, saponin, triterpenoid dan tannin pada daun kelor
dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans,
Malassezia furfur.17
iv. Mencegah penyakit jantung: dapat menghasilkan lipid
terosidari lebih rendah serta memberikan perlindungan pada
jaringan jantung dari kerusakan struktural.
v. Menyehatkan rambut: dapat menyehatkan rambut, karena
daun kelor dapat membuat pertumbuhan rambut menjadi
hidup dan mengkilap yang dikarenakan asupan nutrisi yang
lengkap dan tepat.
vi. Menyehatkan mata: Daun kelor memiliki kandungan
vitamin A yang tinggi sehingga jika kita mengkonsumsinya
secara rutin dapat membuat penglihatan menjadi jernih dan
menyehatkan mata. Sedangkan untuk pengobatan luar dapat
menggunakan rebusan dari daun kelor untuk membasuh
mata yang sedang sakit, atau juga dengan cara lain yaitu
siapkan 3 tangkai daun kelor kemudian tumbuklah dan
masukan ke dalam segelas air dan aduklah. Lalu diamkan
agar mengendap, jika sudah mengendap maka air tersebut
dapat dijadikan obat tetes untuk mata.
vii. Mengobati rematik: rematik terjadi dikarenakan tulang yang
kekurangan nutrisi. Daun kelor memiliki kandungan
kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan kalsium di dalam tulang. Daun kelor juga
bermanfaat untuk mengurangi rasa sakit pada persendian
dikarenakan oleh penumpukan asam urat.17
viii. Mengobati Herpes/Kurap: Cara untuk mengobatinya adalah
dengan menyiapkan 3-7 tangkai daun kelor lalu ditumbuk
hingga halus dan tempelkan langsung pada kulit yang
terkena.

22
ix. Mengobati penyakit dalam seperti luka lambung, luka usus
dan batu ginjal: Daun kelor dapat memperlancar pencernaan
sehingga dengan mengkonsumsi daun kelor yang telah
dijadikan masakan secara rutin akan meluruhkan batu
ginjal.
x. Mengobati Kanker: Kandungan antioksidan dan potasium
yang tinggi pada daun kelor bermanfaat untuk mengobati
kanker. Antioksidan akan bermanfaat dalam menghalangi
perkembangan sel-sel kanker sedang potasium berfungsi
untuk menyingkirkan sel-sel kanker. Selain itu, asam amino
yang terkandung dalam daun kelor dapat meningkatkan
sistem imun.17,30,32
c. Lingkungan
Biji buah kelor dapat berperan sebagai koagulan alami dalam
mengatasi pencemaran air limbah oleh pewarna sintetis. Biji kelor
merupakan bahan alami baik dan berperan penting dalam
pengelolaan air untuk memperbaiki kualitas air, seperti turbin di
atas dan mereduksi kadar logam berat. Selain itu, ekstrak daun
kelor dapat berfungsi sebagai antimikroba untuk menjernihkan
air.30,32
d. Kecantikan
Aktivitas antioksidan pada ekstrak daun kelor saat ini banyak
diteliti sebagai campuran dalam bidang kecantikan seperti hand
and body cream. Daun kelor juga dapat mengatasi kulit kering
karena kurangnya asupan dari vitamin B2. Daun kelor
mengandung vitamin B2 yang bermanfaat untuk mengatasi kulit
kering, menjaga kelembaban kulit sehingga mengkonsumsi secara
rutin daun kelor dapat menjaga kelembaban kulit. 17

23
D. Teknologi Nano
Nanoteknologi adalah teknik artistis yang menggunakan ukuran
(skala) kurang dari 100 nm untuk memperbaiki desain, fungsi dan penampilan
suatu produk. Hal tersebut akan mempengaruhi karakteristik dan
pengontrolan bahan pada tingkat atomik dan molekular. ‘Nano’ berasal dari
kata Yunani, yang berarti ‘dwarf’ atau kerdil. Nanoteknologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan teknik yang termasuk
didalamnya adalah desain, sintetis, karakteristik, dan aplikasi bahan bahan
dan alat yang susunan fungsionalnya sangat kecil sekurang-kuranganya satu
dimensi pada skala nano (satu miliar per meter). Oleh karena itu nanomaterial
atau nanodevice dapat dipertimbangkan sebagai partikel dengan ukuran
maksimum 1 × 10−7 m. Istilah ‘nanotechnology’ pertama digunakan pada
tahun 1974 ketika Norio Taniguchi, seorang peneliti di University of Tokyo
menggunakannnya untuk melihat kemampuan pada ketepatan bahan-bahan
teknik atau mesin itu pada nanometer. Nanoteknologi dan pengetahuan
nanomaterials mempunyai sebuah potensi untuk memberikan manfaat di
dalam sejumlah daerah seperti sintesis bahan bahan baru dengan sifat yang
terbarukan, teknologi produksi, informasi teknologi dan elektronik, ekologi
dan energi konservasi, nanobiosystems, alat alat medis, medical appliances
dan transportasi.35
1. Pengaplikasian Teknologi Nano di Bidang Kedokteran Gigi
a. Teknologi Nano Pada Bahan Tambal
i. Resin Komposit
Pada saat ini ada dua tipe komposit yang mengandung partikel
nano yaitu nanofiller yang mengandung partikel berukuran 1-
100 nm di seluruh matriks resin dan nanohibrid yang berisikan
partikel yang besar (0.4-5 µm) dengan penambahan partikel
berukuran nanometer. Partikel nano memungkinkan resin
komposit mempunyai permukaan halus setelah proses
pemolesan dan menghasilkan sifat estetis yang baik. Hal ini
disebabkan nanokomposit memiliki ukuran jauh lebih kecil

24
dan mengandung jumlah bahan pengisi yang jauh lebih
banyak. Bahan pengisi nanokomposit memiliki translusensi
yang lebih tinggi karena lebih kecil dari panjang gelombang
cahaya (400-800nm), yang memungkinkan generasi yang lebih
estetis dengan berbagai pilihan warna. Resin komposit yang
mengandung partikel nano tersebut mudah dibentuk dan
memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi terhadap abrasi.
Resin komposit dengan nanofillertelah menunjukkan sifat fisik
yang lebih baik. Bahan ini mempunyai compressive, tensile,
impact dan flexural strength dan resistensi terhadap abrasi
yang lebih tinggi dari komposit tradisional yang berisi partikel
mikro.36
ii. Glass Ionomer
Penambahan partikel nano meningkatkan kemampuan untuk
dipoles dan sifat optik dari ionomer. FAS pada bahan ini
memiliki luas permukaan yang sangat tinggi sehingga
pelepasan fluor tidak terganggu.36
b. Teknologi Nano Pada Bahan Adhesif
Beberapa bahan adhesif mengandung filler seperti nanofiller.
Walaupun kebanyakan bahan bonding tanpa filler, beberapa produk
mengandung nanofiller dan submicron glasses sekitar 0,5-40% berat.
Bahan adhesif dengan nanofiller ini akan lebih mudah diaplikasikan
pada gigi dan dapat menghasilkan kekuatan bonding yang lebih
tinggi secara in vitro. Bahan adhesif dapat mengandung fluor, bahan-
bahan antimikrobial atau bahan desensitisasi, seperti
glutaraldehida.36
c. Teknologi Nano Pada Bahan Cetak
Teknologi nano dipakai juga pada berbagai bahan cetak seperti
alginat dan polyvinyl siloxane. Keuntungan yang diperoleh adalah
flow yang lebih baik, peningkatan sifat hidrofilik sehingga terdapat

25
detail hasil cetakan yang lebih akurat dan penuangan model yang
lebih baik.36
d. Teknologi Nano Pada Bahan Implan
Bahan yang sering digunakan pada dental implan jenis logam adalah
titanium. Aplikasi nanokristal bioaktif kalsium fosfat pada
permukaan titanium dapat menstimulasi aposisi dan penyembuhan
tulang sehingga dapat meningkatkan osseointegrasi. Partikel nano
hidroksiapatit dipakai sebagai bahan cangkok tulang yaitu dalam
perawatan terhadap cacat tulang, trauma maksilofasial dan cleft yang
membutuhkan cangkok tulang.36
e. Teknologi nano pada bahan gigi tiruan
Penerapan teknologi nano pada penelitan Chladek dkk. dengan
menambahkan partikel nano perak sebagai bahan modifikasi soft
liner gigi tiruan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Penggunaan soft liner dapat memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme yang didukung oleh kondisi lingkungan gigi tiruan
(kelembaban dan suhu tinggi) serta struktur bahan.36
f. Teknologi Nano Pada Bahan Pasta Gigi
Teknologi nano pada bahan pasta gigi yaitu dengan menggunakan
nanokristal hidroksiapatit. Pasta gigi ini membentuk lapisan
pelindung pada enamel gigi dan dapat mengembalikan permukaan
gigi yang rusak.36
g. Teknologi Nano Pada Bahan Kawat Ortodonti
Teknologi nano pada bahan kawat ortodonti dilakukan pada stainless
steel yang memungkinkan mendapatkan strength yang sangat tinggi
dengan kesanggupan untuk kembali ke bentuk semula dan ketahanan
terhadap korosi yang baik.
h. Bahan Topikal Aplikasi
Beberapa pencegahan berhubungan dengan penghambatan
pertumbuhan bakteri disekitar plak gigi, pengurangan demineraliasi

26
dengan meningkatkan mineralisasi. Nanomaterial dapat digunakan
untuk mengontrol pembentukan biofilm rongga mulut.35
2. Pemanipulasian partikel nano
Sintesis partikel nano dapat dilakukan dalam fasa padat, cair, maupun
gas. Proses sintesis juga dapat berlangsung secara top-down (fisika)
ataupun bottom-up (kimia). Top-down (fisika) yaitu dengan memecah
partikel besar menjadi partikel berukuran nanometer. Metode-metode
yang termasuk dalam top-down, antara lain mechanical milling, repeated
quenching dan litoghraphy. Di bidang kedokteran gigi, sintesis partikel
nano dengan pendekatan ini digunakan pada pembuatan pasta gigi dan
kawat ortodonti. Bottom-up (kimia) yaitu atom-atom atau molekul-
molekul yang disusun membentuk partikel berukuran nanometer.
Metode-metode yang termasuk bottom-up, antara lain sol gel process,
aerosol based process, Chemical Vapour Deposition (CVD), ato-mic
condensation, gas phase condensation dan supercritial fluid synthesis.
Sintesis partikel nano dengan pendekatan ini digunakan pada pembuatan
nanokomposit, nano-solution, bahan cetak dan bahan cangkok tulang.36
3. Tujuan penggunaan teknologi nano di bidang kesehatan gigi
Tujuan utama dalam melakukan rancangan nano partikel sebagai sistem
pengantar obat adalah untuk mengatur ukuran partikel, sifat-sifat
permukaan, dan pelepasan zat aktif pada tempat yang spesifik di dalam
tubuh sebagi sasaran pengobatan. Ruang lingkup nanoteknologi meliputi
usaha dan konsep untuk menghasilkan material atau bahan berskala
nanometer, mengeksplorasi dan merekayasa karakteristik material atau
bahan tersebut, serta mendesain ulang material atau bahan tersebut ke
dalam bentuk, ukuran dan fungsi yang diinginkan.37 Partikel nano telah
digunakan sebagai biomaterial baik di kedokteran maupun kedokteran
gigi. Ukuran partikel yang kecil membuat penetrasi kedalam membran
sel menjadi lebih mudah, dengan demikian berefek terhadap proses
intraseluler yang menyebabkan reaksi dan aktivitas yang lebih besar.38
Kelebihan patikel nano disebabkan partikel nano memiliki ukuran yang

27
lebih kecil dan area permukaan yang luas sehingga dalam aplikasinya
tidak memerlukan konsentrasi yang besar, biokompatibilitasnya baik
serta toksisitas yang rendah.38
Nanoparticles dapat mengangantarkan antibiotics dan bahan bioaktif.
Nano partikel dapat digunakan untuk meningkatkan sifat mekanik bahan.
Alasan utama nanoparticles dengan dimension struktur yang sama
dengan komponen cellular dan molecular.35 Bahan fungsional atau
struktur dengan skala nanometer (0,1-100 nm) dapat digunakan untuk
mengontrol formasi biofilm, partikel nano dapat mengirim antibiotik dan
senyawa bioaktif.38
Partikel nano kalsium fosfat yang lebih larut, seperti monocalcium
phosphate (MCPM), dialcium phosphate (DCPA), tetracalcium
phosphate (TTCP), dan amorphous calcium phosphate (ACP), telah
dikembangkan untuk melepas ion kalsium dan fosfat, meningkatkan
kandungan mineral pada lesi karies, partikel nano memiliki pelepasan ion
yang lebih baik daripada partikel mikro, partikel mikro dapat melepas ion
kalsium dan fosfat pada konsentrasi tinggi. Teknologi nano merupakan
pendekatan yang menjanjikan untuk mengembangkan generasi
selanjutnya dari bahan dental, untuk tidak hanya mengganti hilangnya
volume gigi seperti restorasi tradisional tetapi juga menghambat biofilm
serta remineralisasi karies.38 Penelitian terkini mengindikasikan bahwa
teknologi nano memberikan strategi terbaru dalan ilmu kedokteran gigi
pencegahan, terutama dalam pengendalian dan tatalaksana remineralisasi
pada karies berukuran submikrometer.

28
E. Kerangka Teori

Agent Host Environment

Time

Demineralisasi

Karies Gigi

Preventif

Menghindari makanan
Primer Sekunde Tersier
lengket di antara waktu
r makan

Promosi Perlindungan Kebersihan Gigi dan


Kesehatan Khusus Mulut

Pit and Fissure Sealants

Topikal Aplikasi
Fluor

Kalsium dan
Fosfat

Nano Gel
Remineralisasi
Ekstrak Daun
Kelor

Bagan 2.1 Kerangka Teori

29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Variabel Variabel
Independent Dependent
Nano Gel Ektrak Remineralisasi
Daun Kelor Gigi

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Nano gel ekstrak duan kelor dapat digunakan sebagai bahan alternatif
remineralisasi gigi
2. Hipotesis Minor
a. Nanogel esktrak daun kelor dapat meningkatkan jumlah kalsium
pada gigi
c. Nano gel ekstrak daun kelor memiliki fungsi yang sama dengan
CPP-ACP yaitu untuk meremineralisasi gigi

C. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian true experiment yaitu
penelitian sesungguhnya dengan mengontrol semua vaiabel luar yang
memengaruhi jalnnya penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah posttest only control group design yaitu rancangan penelitian yang
gambaran rancangan penelitian sama seperti true experiment pada umumnya,
tetapi kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol yang diperoleh dari
hasil randomisasi tidak dilakukan pretest.

30
Kelompok Perlakuan Postest
R Eksperimen X O1
R Kontrol O2

Keterangan :
X : Perlakuan berupa pengolesan gel cangkang telur pada gigi tikus yang
sudah diolesi asam etsa
O1 : Pengukuran kadar kalsium pada gigi tikus yang telah di olesi asam etsa
dan nano gel ekstrak daun kelor
O1 : Pengukuran kadar kalsium pada gigi tikus yang telah di olesi asam etsa
dan CPP-ACP

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegius) yang dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Penentuan besar sampel
berdasarkan rumus Federer, yaitu sebagai berikut :
(t-1) (n-1) ≤ 15
Keterangan :
t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah
pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Pada penelitian ini
menggunakan dua kelompok, sehingga perhitungannya adalah :
(2-1) (n-2) ≤ 15
n-1 ≤ 15
n ≤ 14
Berdasarkan perhitungan, sampel penelitian yang digunakan adalah 15
buah sampel pada masing-masing kelompok dengan penambahan 10%

31
dari jumlah sampel untuk menghindari dropout. Kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol akan diambil secara acak.
Kriteria Inklusi
a. Sampel menggunakan jenis tikus putih
b. Berjenis kelamin jantan
c. Berat badan antara 200-250 gram
d. Berusia sekitar 8-10 minggu (dewasa)
Kriteria eksklusi
a. Terdapat kelainan yang nampak pada tikus berupa kelainan pada
gigi yang meliputi jumlah gigi
b. Tikus yang mati selama masa adaptasi

E. Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


Tabel 3.1 Definisi Operasional variabel
Instrumen Skala
No Variabel Definisi Operasional
Penelitian Pengukuran
1 Nano gel gel didapatkan Lembar Nominal
ekstrak daun didapatkan melalui observasi
kelor proses
2 Kadar kalsium Kadar kalsium diukur Lembar Rasio
dengan cara mengukur Observasi
kalsium gigi sebelum dan
setelah diberikan gel
ekstrak daun kelor. Alat
yang digunakan untuk
mengukur kadar kalsium
dalam gigi adalah AAS

F. Instrumen Penelitian
1. Alat penelitian yang digunakan adalah :

32
a. Alat pemeriksaan kalsium gigi yaitu AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometry)
b. Kandang tikus dengan ukuran 20 cm X 25 cm X 15 cm
c. Tang akar gigi anterior rahang atas
d. Blender
e. Baskom
f. Magnetic stirrer
g. Pipet
h. Oral diagnostic set
2. Bahan yang diperlukan :
a. Hewan coba berupa tikus dengan jenis tikus putih usia antara 8-10
minggu
b. Nano gel ekstrak daun kelor yang telah dibuat sebelumnya
c. CPP-ACP
d. Makanan standart untuk tikus
e. Kapas
f. Asam etsa
g. Kloroform untuk anestesi tikus sebelum pengolesan asam etsa dan
nano gel esktrak daun kelor
h. Ketamin untuk anestesi tikus sebelum dilakukan pencabutan
i. Masker
j. Handscoen
3. Instrument penelitian yang dibutuhkan adalah lembar observasi yang
akan digunakan dalam pencatatan hasil dari pengukuran kalsium pada
gigi tikus

G. Alur Penelitian
1. Persiapan administrasi dan teknik pelaksanaan
2. Menyiapkan instrument penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian
3. Persiapan pembuatan nano gel ekstrak daun kelor
4. Intervensi penelitian

33
H. Pengumpulan Data
1. Jenis data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat
pengukuran atau pengambilan data langsung. Data primer yang diambil
adalah kadar kalsium pada gigi tikus sebelum dan setelah diolesi dengan
nano gel ekstrak daun kelor. Instrument yang digunakan adalah lembar
observasi
2. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-April 2021
3. Personalia pengumpulan data
Pada penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data
secara langsung dibantu oleh tenaga laboran. Tenaga laboran akan
membantu dalam proses pembuata nano gel ekstrak daun kelor dan
pemberian intervensi atau perlakuan kepada tikus serta dalam
pengukuran kandungan kalsium pada gigi tikus.

I. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Pemeriksaan data (editing)
b. Pemberian kode (coding)
c. Processing
d. Tabulating
2. Analisa Data
a. Analisa data univariate
Analisa data yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa dilakukan untuk mendapatkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel yang dibuat dalam bentuk master tabel,
sehingga dapat menjelaskan karakterisitik dari masing-masing
variabel yang diteliti
b. Analisa data bivariate
Teknik analisa data yang digunakan adalah melakukan uji deskriptif
terlebih dahulu dalam bentuk tampilan mean, median, modus dan

34
simpangan baku. Selanjutnya dilakukan uij normalitas data dengan
menggunakan kolmogorov smirnov. Jika data terdistribusi normal
maka akan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji
independent t-test untuk mengetahui perbedaan kalsium gigi antara
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

J. Jadwal Penelitian
Jadwa penelitian terlampir

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad i, kedokteran d, anak g, gigi fk, padjadjaran u. Mekanisme fluor


sebagai kontrol karies pada gigi anak. 2018;1(1):63-69.

2. Jurusan d, gigi k, denpasar p. The oral rinsing habt with water after eating
food sugary food can reduse occuring of dental caries anak agung gede
agung. J kesehat gigi. 2016;4(1):43-49.

3. Petersen pe, ogawa h. Prevention of dental caries through the use of fl


uoride – the who approach. 2016:66-68. Doi:10.1922/cdh

4. Setiari ls, sulistyowati m, promosi d, perilaku i, masyarakat fk, airlangga u.


Dasar berdasarkan teori health belief model prevention of dental caries in
elementary school students based on the theory of health belief model.
2006:59-70.

5. Pujoharjo p, herdiyati y. Efektivitas antibakteri tanaman herbal terhadap


streptococcus mutans pada karies anak. J indones dent assoc. 2018;1(1):51-
56.

6. Jeffrey. Prevention and treatment of early childhood caries ( ecc )


pencegahan dan perawatan early childhood caries ( ecc ) jeffrey , drg ., sp .
Kga program studi kedokteran gigi fakultas kedokteran , universitas
jenderal achmad yani , cimahi terusan jend . Sudir. 2016;1(3):296-304.

7. Uroh d, àxrulgh ri, suhyhqwlqj lq, et al. Diyah fatmasari*, lanny sunarjo**.
2016;3:42-47.

8. Hudiyati m, chairani s, wahyuningsih s. Pengaruh jenis fluor topikal


terhadap kebocoran mikro pada pit and fissure sealant effect of topical
fluoride types on microleakage of pit and fissure sealant. :35-41.

9. Adityawarman k, fatmasari d, nurhapsari a. Survei mengenai pengetahuan


dan sikap dokter gigi tentang fluorida bagi kesehatan gigi di kota semarang
(berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan dokter gigi). Medali j.

36
2015;2(1):24-29.

10. Dalam p, pertumbuhan m. Gambaran daya hambat minyak kelapa murni


dan minyak kayu putih dalam menghambat pertumbuhan streptococcus
mutans. J syiah kuala dent soc. 2016;1(1):43-50.

11. Setyawati a, waladiyah f. Porositas email gigi sebelum dan sesudah aplikasi
pasta cangkang telur ayam negeri. Laporan penelitian. J kedokt gigi univ
padjadjaran. 2019;31(3):221-227. Doi:10.24198/jkg.v31i3.25413

12. Biji p, moringa k, ma a, nuryanti s. Sebagai pasta gigi utilization of


moringa seed ( moringa oleifera l .) As toothpaste. 2016;5(may):61-66.

13. Fitri kusuma dewi, neneng suliasih dan yg. Pembuatan cookies dengan
penambahan tepung daun kelor ( moringa oleifera ) pada berbagai suhu
pemanggangan. Univ pas bandung. 2010:1-21.

14. Rahmawati ps, adi ac. Daya terima dan zat gizi permen jeli dengan
penambahan bubuk daun kelor ( moringa oleifera ). :86-93.

15. Jusnita n, syurya w. Karakterisasi nanoemulsi ekstrak daun kelor ( moringa


oleifera lamk .). 2019;6(1):16-24.

16. Utary n, murti k, septadina is. Effects of moringa (moringa oleifera) leaf
extract on alveolar diameter of breastfeeding and weight of infant wistar
rats. J phys conf ser. 2019;1246(1). Doi:10.1088/1742-6596/1246/1/012067

17. Purba ec. Kelor (moringa oleifera lam.): pemanfaatan dan bioaktivitas. Pro-
life. 2020;7(1):1-12. Doi:10.33541/jpvol6iss2pp102

18. Isnan w. Ragam manfaat tanaman kelor ( moringa oleifera lamk.) Bagi
masyarakat wahyudi isnan dan nurhaedah m. :63-75.

19. Syahrial s, rimbawan r, damayanthi e, astuti da, suptijah p. Pengaruh


pemberian nano daun kelor (moringa oleifera) terhadap kadar mineral
serum dan tulang pada tikus sprague dawley jantan tumbuh. J gizi indones

37
(the indones j nutr. 2019;7(2):114-120. Doi:10.14710/jgi.7.2.114-120

20. Sarni s, hamzah h, malik a, a ii, khadijah k. Analisis kandungan vitamin c


daun kelor (moringa oleifera lam) pada ketinggian berbeda di kota baubau.
Techno j penelit. 2020;9(1):337. Doi:10.33387/tjp.v9i1.1719

21. Hasanah u, khumaidi a. Formulasi gel ekstrak etanol daun kelor ( moringa
oleifera lam ) sebagai antioksidan formulation gel of ethanolic ’ s extract of
the leaves of moringa oleifera lam as an antioxidant. 2017;6(1):46-57.

22. Khoiriyah h, firdaus ra, handayani y, hapsari ws. Formulation of nano spray
gel bonggol pisang kepok ( musa balbisiana colla ) formulasi nano spray
gel bonggol pisang kepok ( musa balbisiana colla ). :47-53.

23. hidayat , 2 . Fungsi gigi gigi berfungsi dalam proses matrikasi (


pengunyahan ).…. 2019;13(2).

24. Asmawati. Potency of shrimp shell ( litopenaeus vannamei ) as a material


of tooth remineralization. Makassar dent j. 2018;7:46-49.

25. Meilita r, material kedokteran gigi b, kedokteran gigi f, trisakti u, fakultas


kedokteran gigi m. Pengaruh pasta gigi dengan kandungan nano kalsium
dan nano kitosan terhadap kekerasan permukaan email. Pros semin nas
pakar. 2019;0(0):1-2.2-1.2.6.
Https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/pakar/article/view/4138.

26. Nasution ai. Jaringan keras gigi-aspek mikrostruktur dan aplikasi riset.;
2016.

27. Mariati nw. Pencegahan dan perawatan karies rampan.

28. Masyarakat jk. No title. 2018;6:365-374.

29. Poernomo h, setiawan. The effect of moringa leaf ( moringa oleifera ) gel
on the bleeding time and collagen density of gingival incision wound
healingin marmot ( cavia porcellus ). Interdental j kedokt gigi.

38
2019;15(1):34-39.

30. Gopalakrishnan l, doriya k, kumar ds. Moringa oleifera: a review on


nutritive importance and its medicinal application. Food sci hum wellness.
2016;5(2):49-56. Doi:10.1016/j.fshw.2016.04.001

31. Vis su v, tahir m, hikmah n. Analisis kandungan vitamin c dan β - karoten


dalam daun kelor ( moringa oleifra lam . ) dengan metode. 3(1):135-140.

32. Gopalakrishnan l, doriya k, santhosh d. Moringa oleifera : a review on


nutritive importance and its medicinal application. Food sci hum wellness.
2016;5(2):49-56. Doi:10.1016/j.fshw.2016.04.001

33. Mustamin, asmarudin pakhri zakaria dan suhaartini tri. Kandungan protein
dan kalsium pada biskuit formula tempe dengan penambahan tepung daun
kelor. 2018;25:64-68.

34. Manggara ab. Analisis kandungan mineral daun kelor ( moringa oleifera
lamk .) Menggunakan spektrometer xrf. 2018;(january).
Doi:10.12962/j25493736.v3i1.3095

35. Widyawati e, indahyani de. Approaches of nanotecnology in restorative


dentistry. Proccedings b forkinas vi fkg unej. 2016:426-434.

36. Harahap sa, sastrodihardjo s. Teknologi nano di bidang kedokteran gigi.


Dentika dent j. 2014;18(2):190-193.

37. Resource l. * 王应解 1 ,冯 策 2① ,聂芸婧 1. 2015;9860(10):1-6.


Doi:10.3724/sp.j.1047.2015.01269

38. Husyaerry m, setiawan as. Efektivitas partikel nano dalam pencegahan


karies. J indones dent assoc. 2018;1(1):111-113.

39
LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai