PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi
pada
anak
merupakan
menentukan
pertumbuhan
dan
perkembangan rongga mulut karena gigi susu anak akan menentukan gigi
tetap dari anak tersebut. Bila seorang anak memiliki gigi yang tidak sehat
sehingga menyebabkan anak tersebut kesulitan dalam mencerna makanan
dapat
menyebabkan
anak
mengalami
gangguan
terhadap
proses
mulut
difermentasikan
substrat
yang
adalah
karies,
yang
oleh bakteri
pernah
menderita
(Tarigan, 2006).
Penelitian di negara-negara
Amerika,
Asia,
Eropa,
karies
termasuk
Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies karena fungsi saliva
bukan saja sebagai pelumas yang membantu proses mengunyah makanan tetapi
juga untuk melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva ini berguna
sebagai pembersih mulut dari sisa-sisa makanan termasuk karbohidrat yang
mudah difermentasi oleh mikroorganisme mulut. Saliva juga bermanfaat untuk
membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses glikolisis karbohidrat oleh
mikroorganisme (Kidd & Bechal, 1991)
b. Substrat (sukrosa)
Sukrosa
adalah
jenis
karbohidrat
yang
merupakan
media
untuk
a. jenis kelamin
jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase karies pada
jenis laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan
sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sekar dkk tahun 2012 keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan
lebih baik dari pada anak laki-laki.
b. Pengetahuan Anak
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahun yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan
diantaranya yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang berjudul
faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di
sekolah dasar negeri kampung sawah III kota tangerang selatan tahun 2009 hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 89 anak yang mempunyai pengetahuan yang
cukup baik tentang karies gigi sebanyak 68 (76,4%) anak yang memiliki karies
gigi, sedangkan dari 2 anak yang mempunyai pengetahuan yang cukup baik
tentang karies gigi sebanyak 1 (50,0%) anak yang memiliki karies gigi, dan dari 5
anak dengan pengetahuan yang kurang baik tentang karies gigi sebanyak 4
(80,0%) anak memiliki karies gigi. Kesimpulan anak yang memiliki pengetahuan
baik tentang karies gigi cenderung memiliki karies gigi.
c. Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter & Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi
dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi adalah
membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menyggosok gigi yang
baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan tekanan yang
ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi (Rahmadhan,
2010).
BAB 3. PEMBAHASAN
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan adanya potensi patologis dan plak
maka perlu usaha untuk mencegah atau sedikitnya mengurangi pembentukan plak.
Usaha ini disebut dengan istilah kontrol plak. Usaha-usaha yang dapat dilakukan
pada kontrol plak adalah secara mekanis dan kimiawi.
3.1 Tindakan secara mekanis
a. Menggosok gigi dan penggunaan dental floss
Menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan
gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus
memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi,
penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk
membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan
tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang
dilakukan secara terus menerus.
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan
dan sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter &
Perry, 2005). Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali
sehari pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari
senelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat
mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 1991).
Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara untuk
menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik dan benar
serta teratur, setelah mengonsumsi makanan, terutama makanan yang terbuat dari
karbohidrat yang telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi.
Ketika menggosok gigi, sangat penting menyikat semua permukaan gigi, yang
mana akan memakan waktu kurang lebih 2-3 menit.
Menurut
wong,
dalam
membersihkan
gigi
harus
memperhatikan
pelaksanaan waktu yang tepat dan cara menggosok gigi yang benar. Cara
menggosok gigi yang baik dan benar adalah membersihkan seluruh bagian gigi,
gerakan vertikal dan gerakan lembut. Banyak cara dalam menggosok gigi yaitu
gerakan vertikal, horizontal, gerakan memutar dan gerakan vibrasi/bergetar
(Wong, 2003)
3.2 Tindakan secara kimiawi
Perlindungan secara kimiawi terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara,
yaitu silen dan penggunaan flour dan klorheksidin (Angela, 2005).
a. Klorheksidin
Penggunaan chiorhexidine clapat mencegah pembentukan plak dan dapat
menghilangkan
plak
yang
telah
terbentuk.
Aplikasi
berulang
dengan
chewable toothbrush dan sikat gigi manual menunjukkan skor plak secara
keseluruhan berkurang secara signifikan antara keduanya. Namun, penggunaan
chewable toothbrush lebih efisien dalam menghilangkan plak pada permukaan
lingual, sedangkan sikat gigi secara manual lebih efisien dalam menghilangkan
plak pada permukaan bukal atau labial (Martignon, 2012).
BAB 4. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa karies gigi adalah
penyakit jaringan keras gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin
yang progresif yang disebabkan oleh keaktifan metabolisme plak bakteri.
Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya penyakit dalam rongga mulut ini,
diperlukan cara yang efektif untuk mengurangi dan mengontrol akumulasi plak.
Secara garis besar, mekanisme kontrol plak dibagi menjadi 2, yakni secara
mekanis dan kimiawi.
Secara mekanis melaui menggosok gigi dan penggunaan dental floss. Dalam
membersihkan gigi harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dan cara
menggosok gigi yang benar. Cara menggosok gigi yang baik dan benar adalah
membersihkan seluruh bagian gigi, gerakan vertikal dan gerakan lembut.
Perlindungan secara kimiawi terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara yaitu
dengan fissure sealant, penggunaan flour dan klorheksidin.
Inovasi terbaru di bidang kedokteran gigi menciptakan sikat gigi sekali
pakai dan dapat dikunyah (chewable toothbrush). Kandungan dalam sikat gigi
sekali pakai ini terdiri dari xylitol, aroma, air, dan polydextrose. Kandungan
xylitol telah bermanfaat untuk kesehatan gigi anak dengan mengurangi karies dan
membantu remineralisasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolph, edisi 20 volume 2. 2006. Jakarta : EGC.
Angela, A.Primary prevention in children with high caries risk.2005
Behrman, R. E. Ilmu Kesehatan Anak. 1999. Jakarta : EGC.
Dep Kes, RI. Pedoman Upaya kesehatan Gigi Masyarakat. 2007. Jakarta.
Cetakan ketiga. Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Fitrohpiyah, I. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Pada
Anak Usia Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kampung sawah III Kota
Tangerang Selatan Provensi Banten Tahun 2009.
Kidd, E. A. M. & Bechal, J. S. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Alih bahasa oleh Narlan Sumawinata dan Safrida
Faruk. 1991. Jakarta: EGC.
Myoken Y, Yamane Y, Myoken Y, Nishida T. Plaque removal with an
experimental chewable toothbrush and a control manual toothbrush in a
care-dependent elderly population: A pilot study. J Clin Dent 2005;16:83-6.
Martignon S, Gonzlez MC, Tellez M, Guzmn A, Quintero IK,
Senz V, et al.Schoolchildrens tooth brushing characteristics and oral hygiene
habits assessed with video-recorded sessions at school and a questionnaire.
Acta Odontol Latinoam 2012;25:163-70
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. 2010. Jakarta : Rineka Cipta.
Ophori, E. A., Eriagbonye, B. N., & Ugbodaga, P. 2010. Antimicrobial activity of
propolis against Streptococcus mutans. Afr. J. Biotechnol. Vol. 9 (31): 49664969.
11
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. 2005. Jakarta; EGC.
Rhamadhan. Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. 2010. Jakarta : Bukune.
Tarigan, R. Kesehatan Gigi dan Mulut. 1992. Jakarta: EGC.
Wong, D.L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. 2003. Jakarta : EGC.
12