Anda di halaman 1dari 16

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut
yang diakibatkan oleh aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email, dentin
dan sementum). Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera menyebar dan meluas.
Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, tanggalnya gigi, infeksi,
bahkan kematian (Sandira, 2009). Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di
dalam gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email
(permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi
(Hamsafir, 2010).
2. Faktor Penyebab Karies Gigi Adapun penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans
dan Lactobacilli. Bakteri speifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada
makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan
akhirnya merusak sruktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja
20 menit setelah makan (Pratiwi, 2007).
Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 13 a.
Faktor di dalam Mulut 1) Faktor Hospes (Gigi dan Saliva) a) Gigi Komposisi gigi terlihat
dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan dibawah email. Struktur email sangat
menentukan dalam proses terjadinya karies. Kuat atau lemahnya struktur gigi terhadap proses
kerusakan karies dapat dilihat dari warna, keburaman dan kelicinan permukaan gigi serta
ketebalan email (Suwelo, 1992). b) Saliva Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks
yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa
mulut. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena masih banyak
sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan
remineralisasi meningkat jika ion fluor. Selain mempengaruhi Phnya karena itu, jika aliran
saliva berkurang atau menghilang maka caries mungkin tidak akan terkendali (Kidd, dkk,
2002). 2) Faktor Mikroorganisme Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan
penyebab utama bagi terbentuknya karies. Pada gigi-gigi yang Hubungan Konsumsi
Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 14 belum erupsi dan belum
berhubungan dengan flora mulut tidak terbentuk karies, tetapi begitu gigi-gigi tersebut erupsi
da0t0 terserang karies. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa jenis bakteri mulut tertentu secara
invitro dapat menghasilkan lesi karies pada email dan dentin. Akhirnya bakteri jenis ini
dalam jumlah besar dapat ditunjukkan dan diisolasi dari lesi in vivo, dan ditunjukkan pula
bahwa adanya jenis bakteri tertentu dalam jumlah relatif besar mendahului terjadinya
kerusakan gigi. Jenis bakteri yang dapat menimbulkan karies yaitu Streptococcus mutans,
beberapa jenis Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis, Streptococcus miller, dan banyak
Lactobacillus serta beberapa spesies Actinomyces (Schuurs, 2007).
3) Faktor Substrat (sisa makanan) Pembentukan plak yang sangat cepat terjadi pada
pemberian makanan lewat mulut. Sebagian dari makanan yang diberikan menggabungkan
diri dan cocok sebagai substrak bakteri plak. Substrak dari makanan, kebalikannya dari air
ludah hanya dijumpai beberapa saat setiap hari, tetapi pada konsentrasi tinggi polisakarida
disintesis di dalam plak dan asam dalam jumlah besar dibentuk dari gula. Selama periode
penyediaan makanan terjadi seleksi yang menyimpang, penggunaan gula berkali-kali
menambah pertumbuhan plak Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita,
Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 15 dan menambah jumlah streptococcus mutans didalamnya
(Schuurs, 2007). Subtrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan
sehari-hari yang menempel dipermukaan gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat,
lemak dan protein. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan gigi saat pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Nutrisi berperan dalam
membentuk kembali jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi juga caries.
Nutrisi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam struktur, ukuran,
komposisi, erupsi dan ketahanan gigi terhadap karies (Suwelo, 1992).
4) Faktor Waktu Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terjadi atas periode
perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam
lengkungan gigi maka karies tidak menghancurkan dalam hitungan hari atau minggu,
melainkan dalam bulan atau tahunan (Kidd, 2002). Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani
Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 16
5) Kebersihan Gigi dan Mulut
a) Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu
keadaan dimana gigi bebas dari plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya, kebersihan
mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Beberapa cara sederhana
untuk mendapatkan gigi yang bersih dan sehat yaitu: menggosok gigi paling sedikit sekali
sehari, bila mungkin gosok gigi setiap habis makan, kurangi makanan yang mengandung
gula, periksa secara teratur pada dokter gigi. Kebersihan mulut yang bagus akan membuat
gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian-bagian lain dari dari tubuh, maka gigi dan
jaringan penyangganya mudah terkena penyakit, mereka harus mendapatkan perhatian dan
perawatan yang baik. (Budiardjo, 2005).
b. Faktor di Luar Mulut 1) Keturunan Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal
(maloklusi) ada kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Hasil studi tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya karies gigi memperlihatkan orang-orang yang memiliki gigi
yang berjejal lebih mudah terkena karies karena dengan gigi berjejal sisa makanan mudah
menempel di gigi dan sulit Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas
Ilmu Kesehatan, 2016 17 dibersihkan. Seseorang dengan susunan gigi berjejal lebih banyak
menderita karies dari pada yang mempunyai susunan gigi baik. Selain itu, kebersihan gigi
dan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi. Faktor
keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terkecil dari faktor penyebab
karies gigi. Walaupun demikian, dari suatu penelitian melibatkan 12 pasang orang tua dengan
keadaan gigi baik, ternyata anak-anak dari pasangan orang tua tersebut sebagian besar
memiliki gigi baik. Sedangkan penelitian yang melibatkan 46 pasang orang tua dengan
persentase karies yang tinggi, didapat hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi baik, 5
pasang dengan persentase karies sedang dan 40 (empat puluh) pasang dengan persentase
karies tinggi (Suwelo, 1992). 2) Lingkungan Beberapa faktor lingkungan yang paling penting
pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi
penduduk. Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet
kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah. Pada daerah dengan
kandungan fluor yang cukup dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi karies
rendah. Bila fluor diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara Hubungan Konsumsi
Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 18 (dalam air minum dan
makanan), maka email akan banyak menyerap fluor sehingga akan memberikan efek besar
terhadap pencegahan karies (Suwelo, 1992). 3) Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003),
perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme
yang bersangkutan. Perilaku adalah semua aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun
tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan
bagian dari perilaku kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Perilaku
memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut karena
perilaku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau
masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi,
sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok gigi secara
tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun dengan dampak
antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009). Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut di rumah seperti menyikat gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan Hubungan
Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 19 sebelum
tidur, mengurangi makanan dan minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai
pentingnya kesehatan gigi dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang
melakukan pemeliharaan gigi dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan
seseorang untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan
mulutnya (Delta, 2010). Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan
resiko terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya
karies bukan bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi
bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut (Cobisco, 1995).
4) Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas yang harus ditingkatkan mutunya dengan melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan standard yang ada. Pelayanan kesehatan gigi mencakup
beberapa program, baik di dalam gedung maupun di luar gedung. Secara umum pelayanan
kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan
khususnya kesehatan gigi dan mulut,yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu
Kesehatan, 2016 20 promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun
demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan
kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif pemulihan terbatas. Diharapkan Puskesmas
memberikan pelayanan terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak menimbulkan kesan
menyakitakan atau sakit dengan menerapken teknologi terkini dan harga terjangkau oleh
masyarakat. Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat bidang kesehatan
gigi dan mulut menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah
mempunyai porsi yang besar. Namun demikian karena keterbatasan sumber daya pemerintah,
maka potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan gigi
(Depkes RI, 2000). 5) Faktor Jajanan Menurut Suwelo (1992), adapun jenis makanan yang
dapat mempengaruhi terjadinya karies yaitu : a) Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang mempunyai ciri-ciri PH rendah, mengandung gula
tinggi dan lengket. Adapun jenis makanan yang mempunyai PH rendah adalah sebagai
berikut : Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan,
2016 21 (1) Sukrosa/gula Sukrosa adalah gabungan dua macam gula yaitu glukosa dan
fruktosa, dan mudah dipecah menjadi kedua unsur tersebut di dalam unsur sebelum di serap
oleh tubuh. Terdapat berbagai bentuk putih atau coklat. Sukrosa lebih berbahaya bagi gigi
karena memproduksi lebih banyak pelekat glukosa dan membuat plak dalam mulut semakin
tebal dan lengket. Sukrosa adalah gula yang terbanyak dan paling di sukai sebagai bahan
tambahan pada pabrik makanan di seluruh dunia. (2) Glukosa Gula ini banyak terdapat di
alam, juga ditambah pada sejumlah makanan dan minuman. Glukosa tidak semanis sukrosa
(lebih kurang 70 %), tetapi di gunakan untuk memperkuat rasa buah-buahan pada minuman
ringan dan selai. (3) Fruktosa Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan sayursayuran
tertentu, dan dalam madu. Rasanya 1,7 kali lebih manis dari sukrosa dan juga sebagai
penambahan rasa pada selai, minuman, buah-buahan dan lain-lain. Hubungan Konsumsi
Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 22 b) Jenis Makanan yang
Bersifat Non-Kariogenik Makanan non kariogenik adalah makanan yang banyak
mengandung protein dan lebih sedikit karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami terdapat
dalam beberapa buah-buahan masak (cherry, pir, dan apel). Proses penyerapan di dalam usus
berlangsung tidak sempurna dan sangat lambat. Saat ini sorbitol dianggap kurang bersifat
merusak gigi (kariogenik karena bebas gula, kecuali bila di konsumsi berulang kali). (1)
Manitol (Gula Manna) Jenis manitol terdapat didalam labu, bawang, seledri dan zaitun.
Manitol mempunyai rasa manis separuh dari sukrosa. Kandungan utamanya adalah manna,
seperti manitol juga diserap perlahan-lahan dan tidak sempurna didalam usus dan relatif aman
bagi gigi dan kesehatan umum. (2) Xilytol Xilytol banyak terdapat di alam, misalnya dalam
roseberry, plum kuning dan sejenis kol. Hasil dari penelitian terus-menerus menunjukkan
bahwa xilytol tidak menghasilkan asam sama sekali pada plak, sehingga sangat aman sekali
pada gigi (Besford, 2006). Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas
Ilmu Kesehatan, 2016 23 3. Jenis-jenis Karies Gigi Berdasarkan tempat terjadinya karies gigi,
dapat dibedakan sebagai berikut: a. Karies Inspiens Yaitu karies yang terjadi pada permukaan
enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada
pewarnaan hitam atau coklat pada enamel. b. Karies Superfisialis Yaitu karies yang sudah
mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa sakit. c. Karies Media Yaitu karies
yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan
gigi dan pulpa, tetapi belum melebihi setengah dentin, gigi biasanya terasa sakit apabila
terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. d. Karies Profunda Karies yang telah
mengenai lebih dari setengah dentin atau telah mencapai pulpa. Biasanya terasa sakit waktu
makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan. 4. Proses Terjadinya Karies Gigi Di dalam
mulut kita terdapat berbagai macam bakteri. Salah satu bakteri tersebut adalah Streptococus.
Bakteri ini berkumpul membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut dengan plak
Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 24
yang menempel pada gigi. Sebagian plak dalam gigi ini mengubah gula dan karbohidrat yang
berasal dari makanan dan minuman yang masih menempel di gigi menjadi asam yang bisa
merusak gigi dengan cara melarutkan mineral-mineral yang ada dalam gigi. Proses
menghilangnya mineral dari struktur gigi ini disebut dengan demineralisasi, sedangkan
bertambahnya mineral dalam struktur gigi disebut dengan remineralisasi. Karies gigi terjadi
karena proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Pada tahap awala
terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya bintik hitam yang tidak bias dibersihkan dengan
sikat gigi. Apabila bintik ini dibiarkan maka akan bertambah besar dan dalam. Apabila karies
ini belum mencapai email gigi maka belum terasa apa-apa. Akan tetapi apabila sudah
menembus email gigi baru akan terasa sakit (Ramadhan, 2010). 5. Manifestasi Klinis
Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah: a.
Terdapat lesi. b. Tampak lubang pada gigi. c. Bintik hitam pada tahap karies awal. d.
Kerusakan leher gigi ( pada karies botol susu). e. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke
dentil. f. Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala. g. Timbul rasa sakit jika terkena air
dingin, dan kemasukan makanan terutama pada waktu malam. Hubungan Konsumsi
Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 25 h. Jika sudah parah akan
terjadi peradangan dan timbul nanah. 6. Pencegahan dan Penatalaksanaan Ada beberapa cara
untuk mencegah terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010) antara lain adalah, menyikat gigi
dengan pasta gigi yang mengandung fluor, menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi
dengan benar, fissure sealant atau menutup celah gigi. Penatalaksanaan karies gigi antara lain
adalah sebagai berikut: a. Munutup lubang gigi ( tambal gigi) b. Pencabutan gigi c. Pulp
capping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal lapisan dentil (Ramadhan,
2010) d. Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang gigi yang
mengalami infeksi (Ramadhan, 2010). B. Pengukuran Tingkat Keparahan Karies Gigi Untuk
melihat kedalaman atau tingkat keparahan karies gigi kriteria yang digunakan adalah sebagai
berikut : 1. C0 = belum terjadi karies 2. C1 = karies hanya mengenai email saja 3. C2 = karies
telah mencapai dentin 4. C3 = karies telah mencapai pulpa 5. C4 = karies telah mengenai akar
gigi. Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
26 C. Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6-12 tahun yang
masih sekolah pada tingkat sedolah dasar (SD), anak usia sekolah sangat rentan terkena
karies gigi karena mereka memiliki kegemaran untuk makan makanan yang manis,
sedangkan orangtua kurang mempedulikan kebiasaan untuk menyikat gigi, jika seorang anak
tidak mau menggosok gigi maka sebagai orang tua sebaiknya dapat memaksa anaknya untuk
menggosok gigi terutama saat menjelang tidur malam. Bila seorang anak tidak terbiasa
menggosok gigi maka dari kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak mengalami karies.
Selain itu kebiasaan minum susu menjelang tidur serta kebiasaan mengulum permen dan
makan makanan manis juga dapat menjadi penyebab terjadinya karies gigi (Mustaida, 2008).
Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi
pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko
mengalami karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan
minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola
jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah sama
sekali. Misalnya dengan membawa bekal makanan sendiri dari rumah yang ibu persiapan. Itu
akan lebih baik daripada anak terlalu sering mengkonsumsi jajanan anak di sekolah yang
lebih rentan terhadap masalah kebersihan dan kandungan gizinya. Hubungan Konsumsi
Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 27 Kalaupun anak masih
ingin jajan di sekolah, lebih baik diarahkan untuk tidak memilih makanan yang manis.
Makanan manis dengan konsistensi lengket jauh lebih berbahaya, karena lebih sulit
dibersihkan dari permukaan gigi. Makanan yang lengket akan melekat pada permukaan gigi
dan terselip didalam celah-celah gigi sehingga merupakan makanan yang paling merugikan
kesehatan gigi. Kerugian ini terjadi akibat proses metabolisme oleh bakteri yang berlangsung
lama sehingga menurunkan pH mulut untuk waktu lama (Ramadhan, 2010). Kurangnya
pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa mempengaruhi mereka
dalam menjaga kebersihan gigi, sedangkan pola makan yang dapat menyebabkan terjadinya
karies gigi yaitu makanan yang mengandung gula (kariogenik) yang melekat di permukaan
gigi. Pola makan makanan yang mengandung konsentrasi gula melebihi batas minimum, akan
menghasilkan banyak asam. Patogenitas plak atau Streptococcus mutans merupakan
mikroorganisme yang merubah gula menjadi asam, terjadi pembuatan polisakarida
ekstraselluler yang menyebabkan asam melekat pada permukaan gigi, dan Streptococcus
mutans mengurangi permiabilitas plak sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali
(Irhama, 2012). Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu
Kesehatan, 2016 28 D. Konsep Makanan Kariogenik 1. Pengertian Makanan Kariogenik
Menurut Setiowati dan Furqnita (2007) makanan kariogenik adalah makanan manis yang
lengket yang dapat menyebabkan karies gigi. 2. Jenis Makanan Kariogenik Delapan jenis
makanan dan minuman yang dapat merusak gigi adalah sebagai berikut: a. Kopi Kopi telah
menjadi minuman favorit bagi kebanyakan orang. Namun, kopi ternyata memiliki kandungan
asam yang sangat tinggi. Jika mengonsumsinya secara berlebihan, tidak hanya dapat
membuat lambung menjadi sakit, gigipun bisa menjadi rusak. b. Buah-Buahan Asam Ada
beberapa buah-buahan yang memiliki kandungan pH rendah atau kandungan asam yang
tinggi. Buah-buahan asam ini dapat merusak lapisan email gigi yang berakibat timbulnya rasa
ngilu dan sensitif pada gigi. c. Minuman Soda Minuman soda memiliki kandungan asam
yang tinggi sehingga dapat merusak gigi. Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya
Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 29 d. Cuka dan Yogurt Cuka dan yogurt memiliki
kandungan asam tinggi yang dapat merusak gigi. Karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi dua makanan tersebut secara berlebihan. e. Roti, Biskuit, Keripik dan Buah
kering Roti, biskuit, keripik serta buah kering adalah makanan yang menjadi lengket di gigi
setelah dikonsumsi. Karena itu, jika tidak lekas dibersihkan, bisa menimbulkan karang gigi.
Selain itu, makanan-makanan tersebut merupakan karbohidrat olahan yang dapat memecah
diri menjadi gula dengan cepat. Kemudian, bakteri memakan gula tersebut sehingga
menghasilkan asam yang menyebabkan erosi enamel dan kerusakan gigi. f. Es Minuman
yang terlalu dingin atau es dapat membuat gigi menjadi sensitif. Terlebih lagi bagi yang
memiliki kebiasaan mengunyah es batu, akan membuat gigi menjadi rentan goyah dan juga
dapat merusak lapisan enamel gigi. g. Minuman Isotonik Di samping manfaatnya untuk
meningkatkan kebugaran tubuh, kadar gula yang tinggi pada minuman isotonik membuat
gigimu lebih mudah rusak. Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas
Ilmu Kesehatan, 2016 30 h. Permen Kadar gula pada permen tentunya sangatlah tinggi.
Selain itu, permen kenyal akan lebih lama menempel pada gigi, membaur dengan bakteri
dalam mulut, dan menghasilkan asam berbahaya. Tidak hanya permen kenyal permen
keraspun juga dapat merusak gigi karena lama larut dalam mulut, sehingga memberi bakteri
cukup waktu untuk menyatu dengan gula dan mengikis gigi. Menurut Sumawinata (2011)
setelah 10-15 jam makan sisa makanan di mulut terasa menjadi asam (PH asam) lebih asam
dari cuka. Asam tersebut merusak lapisan email paling luar. Berbagai kelompok masyarakat
dan ilmuwan, khususnya para ahli kesehatan dan gizi berpendapat bahwa manusia akan lebih
sehat bila mereka mengkonsumsi gula lebih sedikit. Diantara kerugian yang paling banyak
disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti: permen, snack, dan
minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak. Karena dapat
menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan sebagai senyawa kariogenik
(Ramadhan, 2010). Di samping itu frekuensi konsumsi makanan kariogenik juga mempunyai
kontribusi terhadap tingkat kariogenitas makanan. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan
kariogenik menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga
terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi. Padahal anak-anak usia
Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 31
sekolah dasar mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini lebih dari 3 kali sehari.
Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada
jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan karies gigi makanan manis yang banyak
mengandung gula atau sukrosa. Makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat
merusak gigi seperti: permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya (Tarigan, 2003). Gula
adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya sifat khas misalnya larut dalam air dan
manis. Dalam arti sempit disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan
monosakarida dan disakarida yakni: glukosa atau gula tebu atau gula pasir, maltose atau gula
gandum, fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula susu dan
gula inverse atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis
sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini 130% lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa.
Menurut Sutrisna dan Rizal (2007) jika tingkat kemanisan sukrosa diberi angka 100 makan
kandungan masing-masing tingkat kemanisan gula adalah sebagai berikut: Table 2.1 Tingkat
kemanisan gula No Jenis gula Tingkat kemanisan 1 Fruktosa 173 2 Gula inverse 130 3
Sukrosa 100 4 Glukosa 74 5 Maltose 33 6 Laktosa 16 Hubungan Konsumsi Makanan...,
Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 32 Sumber : Sutrisna dan Rizal (2007)
Percobaan pada tikus tahun 1954 yakni dengan memberikan beberapa makanan yang
mengandung sukrosa, fruktosa, maltose, glukosa, laktosa dan galaktosa pada hewan yang
berbeda. Pada percobaan ini hewan tersebut mengalami karies. Semua makanan tersebut
dapat menyebabkan karies gigi, akan tetapi yang paling kariogenik adalah fruktosa. Akan
tetapi sintesa polisakarida dari sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa, fruktosa dan
laktosa. Oleh karena itu sukrosa merupakan gula kariogenik yang paling berperan dalam
pembentukan karies gigi, walaupun gula yang lainya juga berbahaya. Dan oleh karena
sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi maka gula jenis sukrosa ini
penyebab karies paling utama (Edwina dan Sally, 2004). 3. Kariogenitas suatu makanan
tergantung dari : a. Bentuk Fisik Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat
lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding
bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan
lain-lain (Bibby, 1975 dan 1983 ; Newburn, 1978; Konig dan Hoogendoorn, 1982). Bibby
dan Huang (1980) membuktikan dalam percobaan in vitro bahwa susu kental lebih
menyebabkan demineralisasi dibandingkan dengan susu kering. Susu coklat lebih merusak
dibandingkan susu saja. Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas
Ilmu Kesehatan, 2016 33 Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan
makanan lebih lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi kesehatan
gigi dan gusi. Mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan
mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan berserat menimbulkan
efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi. Titik-titik positif pada buah segar adalah kadar
vitamin, kadar mineral, kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang merangsang
fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang mempunyai sifat sebagi pembersih alami
seperti apel, benkoang, pir, jeruk. b. Jenis Pada umumnya para ahli sependapat bahwa
karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida,
monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap
pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme
dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan gula dalam
minuman seperti air teh atau kopi bukan merupakan satu-satunya sukrosa dalam diet
seseorang. Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan,
2016 34 c. Frekuensi Konsumsi Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan
timbulnya erosi tetapi juga kerusakan karies. Dari penelitian RuggGunn et al (1980)
menyatakan banyaknya intake gula harian lebih besar korelasinya dibanding dengan
frekuensi makan gula. Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet
karena snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi. Dalam studi Vipeholm dijelaskan
bahwa karies didasarkan oleh frekuensi yang tinggi makan makanan kecil. Dari beberapa
penelitian lain ditemukan hal-hal sebagai berikut (Silverstone , 2001): 1) Komposisi gula
yang meningkat akan meningkatkan aktivitas karies. 2) Kemampuan gula dalam
menimbulkan karies akan bertambah jika dikonsumsi dalam bentuk yang lengket. 3)
Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan makanan yang manis dan
lengket ditingkatkan. 4) Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan. 5) Karies
akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makanmakanan manis yang lengket dari bahan
makanan. Hubungan Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan,
2016 35 E. Kerangka Teori Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian (Sumber:
Suwelo (1992), Notoatmodjo (2003) dan Warni (2009)) Konsumsi makanan kariogenik
Derajat keasaman saliva Sisa makanan Streptococcus mutans Kebersihan mulut Faktor
predisposisi:  Usia  Jenis kelamin  Letak geografis Karies Gigi Hubungan Konsumsi
Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016 36 F. Kerangka Konsep
Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis Terdapat hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan tingkat
keparahan karies gigi pada anak di SDN 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten
Banyumas. Konsumsi makanan kariogenik Tingkat keparahan karies gigi Hubungan
Konsumsi Makanan..., Alviani Antya Nisita, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
PENDAHULUAN Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia.
Sebagai orangtua agar mengerti bagaimana cara merawat anak sejak anak dilahirkan. Setiap
orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini tak
bisa berjalan dengan apa adanya, tetapi sebagai orangtua harus mengusahakan bagaimana
caranya agar anak bisa sehat jasmani maupun rohani (Sariningsih, 2012). Gigi dan mulut
merupakan pintu gerbang masuknya makanan yang diperlukan untuk kesehatan anak, tetapi
dapat masuk juga bakteri dan virus melalui makanan dan minuman kedalam rongga mulut.
Bakteri dan virus dapat menempel pada mainan anak, lantai yang kotor atau tangan anak
yang kurang bersih. Lewat percikan ludah juga dapat menularkan bakteri dan virus yang
berada di udara (airborne infection). Oleh karena itu, penting menjaga kesehatan gigi dan
mulut anak sejak usia diniserta menjaga kebersihan lingkungan rohani (Sariningsih, 2012).
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara
berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan yaitu keras
gigi (caries dentis) di samping penyakit gusi (Dewanti, 2012). Karies merupakan suatu
penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas
jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Dalam
pencapaian target Indonesia Sehat 2013, dilakukan peningkatan status kesehatan gigi juga
peningkatan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan secara global. Adapun
sasaran secara menyeluruh tahun 2010 menurut WHO 90% anak berumur

terdapat di Kota Karanganyar 38,6% dan terendah di Kota Solo 11,1% (Kemenkes RI, 2011).
Penelitian terbaru Eropa menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan
pendapatan rendah dan orangtua yang memiliki tingkat pendidikan akhir yang rendah
memiliki tingkat resiko lebih tinggi menggalami karies gigi dibandingkan anak yang berasal
dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi (Hallet dan rourke, 2002). Orang tua,
khususnya ibu yang tingkat pengetahuannya rendah mengenai pola makanan anak,
kebersihan mulut anak dan pemeriksaan rutin kedokter gigi menyebabkan resiko anaknya
mempunyai karies gigi (Suresh et al., 2010). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
pada 10 siswa TK 01 pertiwi karangbangun Karanganyar didapatkan tujuh siswa diantaranya
mengalami karies gigi, sedangkan hasil wawancara pada lima orang tua siswa tiga
diantaranya mengatakan tidak mengetahui tentang kunjungan kedokteran gigi setidaknya
enam bulan sekali, cara mengosok gigi yang benar, orang tua masih membiarkan si anak
mengkonsumsi makana manis misalnya coklat dan permen, membersihkan gigi atau
mengosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur. Melihat latar belakang tersebut maka
dirasa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan
ibu tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. Oleh karena itu peneliti
mengambil penelitian yang berjudul ”Hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang
kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah di Tk 01 Pertiwi
Karangbangun Karanganyar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan orangtua tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies
gigi pada anak prasekolah di TK 01 Pertiwi Karangbangun Karanganyar. LANDASAN
TEORI Pengetahuan Notoatmodjo (2010) mendefi nisikan pengetahuan sebagai hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya), sehingga menghasilkan pengetahuan
yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Tingkat pengetahuan
menurut Notoatmodjo (2010), secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan
yaitu: tahu (know), kemudian memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan menurut Mubarrak (2006) ada tiga: pendidikan, pekerjaan, dan umur. Kesehatan
Gigi dan Mulut Pengertian Gigi Gigi merupakan jaringan dalam tubuh yang paling keras jika
dibandingkan dengan jaringan tubuh yang lain. Strukturnya terbentuk dari email yang amat
keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi
pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian,
gigi juga merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan (Gibson, 2008).
Anatomi gigi Menurut Gibson (2012) menyatakan bahwa setiap gigi memiliki tiga bagian,
mahkota gigi, leher gigi dan akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi paling atas dan
berada di atas gusi dan terdiri dari jaringan yang paling keras di dalam tubuh yang disebut
email (lapisan gigi yang keras). Email ini sangat resisten terhadap penghancuran, pemakaian
dan pengoyakan. Di bawah email terdapat dentin (gigi bagian dalam) yang dapat diperbaiki.
Ketika email rusak ia tidak dapat diperbaiki. Di bawah mahkota, di bawah garis gusi, adalah
akar gigi, garis leher gigi. Akar tersebut memiliki lapisan luar yang disebut dengan
sementum. Sementum merapikan gigi secara kuat dengan periodontium dan sendi tulang
yang disebut dengan tulang alveolar. Pada bagian tengah gigi ada bagian sangat sensitif yang
disebut dengan pulpa. Pulpa adalah jantung gigi dan berisi pembuluh darah dan syaraf.
Fungsi gigi Gigi memiliki berapa fungsi diantaranya adalah: 1. Pengunyah Pertama kali
makanan dipotong dan diremuk dengan gigi kemudian dikunyah lalu ditelan. 2. Penyangga
Gigi memberikan sandaran yang kuat dengan bantuan tulang rahang pada struktur wajah. 3.
Perlindungan dan pengendalian Gigi melindungi debu, kuman dan benda-benda luar yang
masuk ke dalam mulut dengan bantuan bibir. 4. Penampilan Lapisan gigi yang berwarna
putih seperti mutiara, memperlihatkan penampilan yang indah. 5. Pemegang Gigi berguna
untuk memegang benda seperti pipa, cerutu dan lain-lain. Pengertian Mulut Mulut adalah
pintu memasuki saluran cerna, dan sebuah bilik tempat makanan secara mekanis dihancurkan
oleh gigi-geligi dan secara kimiawi dimodifikasi dan dilumasi oleh liur sebelum diteruskan
melalui faring dan esofagus kedalam lambung untuk proses selanjutnya (Don, 2002). Peranan
mulut sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Mulut merupakan pintu
gerbang masuknya makanan dan minuman kedalam tubuh yang mana makanan sangat
dibutuhkan untuk menghasilkan energi, perbaikan jaringan maupun untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak (Sariningsih, 2012). Pengertian Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan
gigi dan mulut adalah usaha untuk mempertahankan atau menjaga kebersihan serta kesehatan
mulut dan gigi dengan mengosok gigi dn flossing umtuk membantu lebih lanjut dalam
mengangkat plak diantara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi dan infeksi. Kebersihan dan
kesehatan gigi dan mulut bertujuan untuk mencegah terbentuknya plak. Plak adalah
transparan yang melekat pada
gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi dan melekat pada gigi, yang mengandung bakteri dan
sisa makanan yang terbentuk pada gigi. Plak yang menempel pada gigi akan menghasilkan
zat asam (acid) yang secara perlahan akan merusak gigi, plak akan melapisi enamel gigi, dan
pada akhirnya menyebabkan penyakit gusi (periodontal disease). Plak juga dapat
menyebabkan tanggalnya gigi (Potter, 2006). Karies gigi Karies gigi adalah suatu penyakit
jaringan keras gigi yang diakibatkan oleh ulah mikrooorganisme pada karbohidrat yang dapat
difermentasi sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH dibawah pH kritis. Akibatnya
terjadi demineralisasi jaringan keras gigi (sumawinata, 2013) Penyebab Banyak faktor yang
dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang
berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan
terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme
penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara
keempat faktor berikut : Host, Mikroorganisme, Substrata atau Makanan dan Waktu Tanda
dan gejala Menurut tanda dan gejala karies gigi Tarigan (2004) antara lain adalah: a. Terdapat
spot putih seperti kapur pada permukaan gigi b. Tampak lubang pada gigi. c. warna hitam
pada tahap karies awal. d. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil. e. Sakit
berdenyut-denyut di gigi sampai kepala. f. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan
kemasukan makanan terutama pada waktu malam. g. Jika sudah parah akan terjadi
peradangan dan timbul nanah Klasifikasi karies gigi Berdasarkan tempat terjadinya karies
gigi, Menurut Widya, (2008) jenis karies gigi dapat dibagi sebagai berikut : a. Karies insipies
Adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras pada
gigi), ciri - ciri karies insipies adalah ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel yang
terjadi pada permukaan enamel gigi dan belum sakit b. Karies Superfisialis Adalah karies
yang sudah mencapai bagian dalam enamel, ciri-ciri karies superfisialis adalah terbentuknya
rongga pada permukaan gigi yang mencapai dentin dan ada pewarnaan hitam dan kadang-
kadang terasa sakit ketika ketika diminumi air dingin c. Karies Media Adalah karies yang
sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi ) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi
dan pulpa, ciri-ciri karies media adalah adanya rongga yang semakin besar dan dalam
mencapai pulpa gigi dan rongga berwarna hitam,
gigi terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam dan manis. d. Karies
Profunda Adalah karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi
peradangan pada pulpa. ciri-ciri karies profunda adalah biasanya terasa sakit waktu makan
dan sakit secara tiba-tiba, dapat pula terbentuk abes/nanah disekitar ujung gigi, dan biasanya
sampai pecah dan hilang karena gigi sudah mengalami pengeroposan Anak prasekolah
Menurut Wong (2009) anak prasekolah adalah anak yang mempunyai rentang usia antara3–
6tahun. Perkembangan gigi pada anak prasekolah, pada umumnya ialah jumlah gigi yang
tumbuh mencapai 20 buah. gigi susu akan tanggal pada akhir masa prasekolah. gigi yang
permanen tidak akan tumbuih sebelum anak berusia 6 tahun, pada masa ini perawatan gigi
penting untuk mempertahankangigi sementara ini dan mengajarkan kebiasaan dental yang
baik. meskipun kontrol motorik halus anak prasekolah telat maju mereka masih meerlukan
bantuan dan supervisi dalam penyikatan gigi harus dilakukan oleh orangtua. Kerangka
Konsep V. Bebas V. Terikat Gambar 1 Kerangka Konsep Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan
antara tingkat pengetahuan orangtua tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies
gigi pada anak prasekolah di TK 01 Pertiwi Karangbangun Karanganyar. Ha : Ada hubungan
antara tingkat pengetahuan orangtua tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies
gigi pada anak prasekolah di TK 01 Pertiwi Karangbangun Karanganyar. METODELOGI
PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
yang menekankan analisisnya pada datadata numerical (berbentuk angka) yang diolah dengan
metode statistika (Azwar, 2011). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dan
desain penelitian crossectional untuk menguji hipotesis dimana variabel dependen dan
variabel indipenden diukur pada waktu bersamaan (Chandra, 2008). Populasi dan Sampel
1.Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dengan demikian populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan orang tua siswa di TK 01
Karangbangun Karanganyar yang berjumlah 50. 2.Sample Sample adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto 2010). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampel yaitu dengan mengambil seluruh jumlah populasi sebagai sampel
(Machfoedz, 2007). Jadi, jumlah sampel yang digunakan adalah 50 siswa beserta
orangtuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, A. D., Jahyadi, T. (2011). Gigi Sehat Ibadah Dahsyat. Yogyakarta : Pro U Media.
Anita, A. l. (2008). “On Dental Caries and Caries-Related Factors in Children and
Teenagers”. jurnal dental supplement. Vol.195. Hal.36. Gothenburg : Departement of
Cariology Sahlgrenka Academy University of Gothenburg.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Artaria, M. D. (2009). Antropologi Dental. Yogyakarta : Graha Ilmu. Azwar, S. (2011).
Metodologi Penelitian. Jakarta : Rieneka Cipta.
Chandra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Anak Prasekolah Di TK 01 Pertiwi Karangbangun Karanganyar
(Solikin) Chu, S. (2006). Risk and Prevention in Underserved Population. Los Angeles :
University of California.
Darbi, M. L., Walsh, M. M. (2010). Dental Hygiene Theory and Practice. Kanada :
Saunders/Elsevier.
Don, W. F. (2002). Atextbook Of Histology. Alih bahasa, Jan Tambayong, Ed.12. Jakarta :
EGC
Douglass, C. (2005). “The Important of Parent Knowledge in Controlling Early Childhood
Caries”, Jurnal of Advences in Dentistry and Oral Health Care. Vol. 15, No. 4, (2005). USA :
Harvard School of Dental Medicine and Scholl of Public Health Gibson, J. (2008). Fisiologi
dan Anotomi Modern Untuk Perawat. Jakarta : EGC. Hongini, Y. S., Aditiawarman, M.
(2012). Kesehatan Gigi dan Mulut. Bandung : Pustaka Reka Cipta Kidd, E. A. M. (2005).
Essential Of Dental Caries. New York : Oxford University Press. Langlais, R. P., Miller, C.
S., NieldGehrig, J. S. (2009). Color atlas of common oral diseases. Philadelphia : Wolters
Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins Leghari, M. A. (2012). "A pilot study on oral
health knowledge of parents related to dental caries of their childrenKarachi, Pakistan" .
journal of Public Health Department of Public Health and Clinical Medicine.Vol.17, No. 1,
23-25. Swedia : Umeå University Machfoedz, I. (2007). Metodologi Penelitian Bidang
Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Maulani, C,. Enterrprise,
J. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta : PT Elex Media Megananda. H, P. (2010). Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC Miller, E.,
Lee. J. Y., Darren, A,. Walt. D., William, F., Vann. (2010). "Impact of Caregiver Literacy on
Children’s Oral Health Outcomes". journal of the American Academy of Pediatrics. Vol.126,
No.1, 107-114. American of pediatrics. http://pediatrics.aappublicati
ons.org/content/126/1/107.fu ll.html diakses 18 juli 2013 Mohebbi, S. Z,. Virtanen, J. I,.
Golpayegani, M. V,. Vehkalahti, M. M. (2006). “Early Childhood Caries and Dental Plaque
Among 1 – 3 Years-Old in Tehran, Iran”. Journal of Society of Pedodontics and Preventive
Dentistry. Vol. 24, No. 4, 177- 181. Universitas of Helskin. Hhtp://www.jisppd.com. diakses
1 Juni 2013 Noor, N. N. (2008). Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Hubungan Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Anak Prasekolah Di TK 01 Pertiwi Karangbangun Karanganyar (Solikin) Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metode penelitian kesehatan edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka
Cipta. Notoatmojdo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Piborg, J. J. (2004). Atlas Penyakit Mulut. Alih Bahasa Kartika A. Edesi.1. Jakarta: Binarupa
Akasara. Potter, Patricia A., Anne, Griffin. P. ( 2006). Fundamentals of Nursing : Concepts,
Process, and Practice, atau Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Alih bahasa Renata Komalasari, dkk. Jakarta : EGC. Saied-Moallemi Z., Virtanen, J.
I., Ghofranipour, F., Murtomaa, H. (2008). “influence of mothers' oral health knowledge and
attitudes on their children's dental healt”. Jurnal European Archives of Paediatric Dentistry.
Vol.9, No. 2, 79-83. Helsinki : University of Helsinki Sariningsih, E. (2012). Merawat Gigi
Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : Elex Media Komputindo Schuurs, A. H. B. (2003). Patologi
Gigi Geligi. Alih Bahasa Suryo S. Yogyakarta: UGM Press Sugiyono. (2010). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& G. Bandung: Alfabeta Sumawinata, N. (2013).
Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC Suresh, B. S., Ravishankar, T. L., Chaitra, T.
R., Mohapatra, A. K., Gupta, V. (2010). “Mother Knowledge about pre – scool Child’s oral
Health”. Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry.Vol. 28, No 4,
282- 287. hhtp:www.jisppd.com/text.asp ?2010. Diakses 1 Juni 2013 Suttatip, K. (2012).
“Oral Health Knowledge, Attitude and Practice of Parents/Caregiver”. Journal Research Oral
Health CareProsthodontic, Periodontology, Biology, Research and Systemic Condition, Vol.
2. Thailand : Prince of Songkla University. Suwelo, I. S. (2012). Petunjuk Praktis Sistem
Merawat Gigi Anak Diklinik. Jakarta: EGC Tarigan, R. (2004). Perawatan pulva gigi
(endodontil). Jakarta: EGC Wawan, A., Dewi, M.(2010). Medical book: Teori dan
Pengukuran Pengetahuan. Sikap. dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Numed. Widya, Y.
(2008). Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung : Yrama Widya. Wong, D. L. (2009).
Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Alih bahasa Sutarno A, Juniarti, N . Vol 1, Edisi 6. Jakarta
: EGC. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut
Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di TK 01 Pertiwi Karangbangun
Karanganyar (Solikin) *Solikin : Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura ** HM. Abi Muhlisin, S.KM., M. Kep: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln
A Yani Tromol Post 1 Kartasura. ***Kartinah, S.Kep:Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura.
1 KARIES GIGI PADA ANAK
Pendahuluan Rampant Karies Etiologi Botol Karies Predisposisi PENDAHULUAN Karies
gigi merupakan penyakit pada gigi yang banyak dijumpai, di Indonesia prevalensi karies pada
anak sekolah dasar hampir 60–80 % (Dep.Kes.1960), sementara di AS 93 % dari populasi
mempunyai lesi karies (Massler, Ludwick & Schour 1952). Karies gigi adalah suatu penyakit
dari jaringan kapur (kalsium) gigi, ditandai dengan kerusakan jaringan gigi, yang dimulai
pada permukaan gigi dalam area predileksinya yaitu pit, fisur, kontak proksimal dan secara
progresif menyerang ke arah pulpa. Kerusakan gigi termasuk di dalamnya dekalsifikasi dari
bahan-bahan anorganik dan desintegrasi dari bahan-bahan anorganik dari jaringan gigi.
ETIOLOGI Dekalsifikasi disebabkan oleh asam yang dihasilkan dari reaksi antara bakteri
asidogenik dengan gula (karbohidrat). Bakteri asidogenik misalnya laktobasilus, asidurik
streptokoki, streptokokus mutans. substrat host/gigi KARIES waktu mikroorganisme 2 Faktor
yang berperan mempengaruhi aktifitas karies gigi yaitu : Host (gigi) Karbohidrat
Mikroorganisme merupakan faktor paling aktif Waktu Ke empat faktor ini harus ada, bila
salah satu faktor tidak ada maka karies tidak terbentuk. Ini disebabkan keempat faktor ini
merupakan lingkaran yang saling terkait, dengan karies ditengahnya. Faktor-faktor yang turut
mengambil bagian dalam pembentukan karies : 1. Kurangnya perhatian terhadap kebersihan
mulut dapat mempermudah perkembangan karies. 2. Susunan makanan yang banyak
mengandung karbohidrat dan jarang memakan makanan yang berserat yang dapat
membersihkan gigi. 3 PREDISPOSISI 1. Konfigurasi anatomis yaitu pit, fisur yang dalam. 2.
Bentuk anatomis gigi yang mempunyai sifat self cleansing yaitu embrasur dan sepertiga
servikal. 3. Posisi gigi pada lengkung gigi, hubungannya terhadap kelenjar ludah, mudah
tidaknya dibersihkan dengan sikat gigi 4. Kebiasaan mengunyah yang salah. Sisi yang tidak
berfungsi akan cepat mengendapkan sisa-sisa makanan. 5. Gigi yang terhambat
pertumbuhannya, misal impacted. Bentuk anatomis gigi sulung dan letaknya pada lengkung
gigi menentukan kerentanannya terhadap serangan karies. Gigi molar jauh lebih rentan
terhadap karies dibandingkan gigi lain. Hasil penelitian menunjukkan gigi molar satu tetap
merupakan gigi yang mudah terserang karies dengan presentase 66 – 88 % diantara semua
gigi pada anak-anak. Urutan gigi-gigi yang mudah terserang karies : Gigi Sulung i atas, m
bawah, c atas, m atas, c bawah dan i bawah Gigi Tetap M bawah, M atas, premolar dan
depan atas. Gigi insisivus atas sulung mudah terkena karies, karena enamel di permukaan
lebih tipis dan kurang padat dibandingkan permukaan oklusal gigi molar susu. Disamping itu
gigi insisivus erupsi paling awal sehingga paling lama berkontak dengan ASI (Air Susu Ibu)
atau PASI (Pengganti ASI) Gigi depan bawah (sulung atau tetap) biasanya imun terhadap
karies, karena adanya muara saliva sehingga self cleansing lebih baik. Keadaan gigi akan
disebut parah bila karies telah menyerang gigi depan Urutan permukaan gigi yang diserang
karies : • pit, fisur (oklusal, bukal dan palatal), • kontak proksimal • servikal. 4 Perbandingan
karies pit dan fisur terhadap karies proksimal dan servikal 8 : 4 : 1 (Schour). RAMPANT
KARIES Prevalensi karies gigi sulung lebih tinggi dibandingkan gigi tetap, hal ini
disebabkan proses kerusakannya kronis dan asimptomatis. Disamping banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya karies pada gigi sulung, struktur enamelnya kurang padat karena
banyak mengandung air dan pemeliharaannya yaitu sikat gigi tidak teratur. DEFINISI
Rampan karies ialah suatu jenis karies yang proses terjadinya dan meluasnya sangat cepat
dan tiba-tiba, sehingga menyebabkan lubang pada gigi, terlibatnya pulpa dan cenderung
mengenai gigi yang imun terhadap karies yaitu gigi insisivus depan bawah. Tidak ada
keterangan yang menyatakan bahwa terjadinya rampan karies berbeda dengan karies biasa,
hanya waktunya lebih cepat. Dikatakan cepat karena dalam waktu satu tahun, gigi yang
terlibat bisa mencapai 10 buah, dan dikatakan tiba-tiba karena pulpa langsung terlibat.
Rampan karies dapat terjadi pada mulut yang relatif bersih.
GEJALA KLINIS DAN GAMBARAN RADIOLOGI 1. Pada umumnya yang terkena adalah
anak-anak usia 4 – 8 tahun atau remaja usia 11 – 19 tahun. Bila anak-anak usia 2 – 4 tahun
sudah terserang rampan karies pada gigi sulung, hal ini dihubungkan dengan enamel
hipoplasia dan kepekaan terhadap karies yang tinggi. 5 2. Gigi yang terkena rampan karies
biasanya sudah mengalami kerusakan hebat, beberapa gigi atau semuanya dapat menjadi
gangren atau menjadi radiks. Konsistensi lesi karies sangat lunak dengan warna kuning
sampai coklat muda. 3. Pada umumnya karies sudah dalam. Terkenanya pulpa akan
menyebabkan rasa sakit, terlebih bila disertai abses yang mengakibatkan anak susah / tidak
mau makan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya fungsi pengunyahan sehingga
mengakibatkan pertumbuhan rahang berkurang terutama arah vertikal. 4. Bila terjadi
gangguan pada jaringan penyangga, melalui ronsen foto terlihat gambaran radiolusen
disekitar apeks gigi. Rampan karies Rampan karies Proses karies pada Rampan karies yang
terhenti
FAKTOR ETIOLOGI 1. Konsumsi makanan. 6 Seringnya mengkonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat terutama diantara waktu makan. Waktu makan
merupakan faktor yang dihubungkan dengan perkembangan rampan karies. 2. Saliva.
Berkurangnya sekresi serta kekentalan saliva. Saliva dapat menghambat karies karena aksi
buffer, kandungan bikarbonat, amoniak dan urea dalam saliva dapat menetralkan penurunan
pH yang terjadi saat gula dimetabolisme bakteri plak. Kecepatan sekresi saliva berakibat pada
peningkatan pH dan kapasitas buffernya. Bila sekresi berkurang akan terlihat peningkatan
akumulasi plak sehingga jumlah mikroorganisme (streptococus mutans) akan bertambah. 3.
Faktor psikologis. Pada umumnya dapat mengakibatkan timbulnya kebiasaan buruk dalam
makan atau memilih makanan. Stress juga dihubungkan sebagai penyebab berkurangnya
sekresi dan kekentalan saliva. 4. Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes melitus. 5.
Faktor turunan. Orang tua yang peka terhadap karies akan mempunyai anak yang juga peka
terhadap karies. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga mempunyai pola kebiasan makan
yang sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula.
PERAWATAN
1. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit). Tindakan yang dapat dilakukan pada kunjungan
pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan melenyapkan peradangan. Untuk
menghilangkan rasa sakit pada peradangan gigi yang masih vital (pulpitis) dapat dilakukan
pemberian zinc oksid eugenol (ZnO). Untuk gigi yang non vital (gangren pulpa) lakukan
trepanasi kemudian diberikan obat-obatan melalui oral (antibiotik, analgetik). Bila dijumpai
abses, berikan premedikasi terlebih dahulu, kemudian lakukan insisi.
2. Menghentikan proses karies. 7 Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik.
Setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik
sehingga proses karies terhenti. Pada beberapa kasus yang tidak dapat ditambal langsung,
lakukan tambalan sementara lebih dahulu, misal pada hiperemi pulpa, berikan pulp capping
(Ca – hidroksid).
3. Diet. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral higene.
Lakukan oral profilaksis pada gigi.
4. Perawatan dan restorasi. Perawatan dan pembuatan restorasi tergantung pada diagnosa
masingmasing gigi misalnya pulpotomi, pulpektomi, pencabutan, pembuatan amalgam atau
crown.
5. Topikal aplikasi . Lakukan topikal aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai
preventif. Pada evaluasi bila tidak dijumpai karies baru, topikal aplikasi tidak dilakukan lagi,
cukup dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.
6. Evaluasi Evaluasi secara periodik setiap 3 bulan sampai diperoleh keadaan oral higene
yang baik dan diet yang sesuai dengan anjuran. Koreksi faktor sistemik (bila ada), saliva
(terutama bila berhubungan dengan stress) bila perawatan yang telah dilakukan tidak berhasil.
8 KARIES BOTOL Karies botol merupakan masalah yang sering dihadapi oleh dokter gigi,
banyak ibu datang ke klinik dengan membawa anaknya yang sudah menderita karies botol,
bahkan bayi yang masih sangat muda, ada yang melaporkan usia 16 bulan sudah terkena
karies botol. Pengetahuan yang kurang dari ibu tentang penyebab karies botol menyebabkan
keadaan ini terlambat untuk dirawat. ASI (Air Susu Ibu) atau makanan/ minuman / susu
melalui botol merupakan cara pemberian makanan yang utama pada bayi dan anak, namun
pola pemberian yang salah ternyata menyebabkan terjadinya karies botol. DEFINISI Banyak
istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan keadaan karies pada bayi dan anak yang
menggunakan botol (berisi cairan karbohidrat yang dapat difermentasi) dalam waktu lama
dan sering. Istilah tersebut adalah Baby Bottle Caries, Early Childhood Caries, Baby Bottle
Tooth Decay dan Nursing Caries. Karies botol adalah suatu karies yang terjadi pada bayi dan
anak yang masih sangat muda ditandai dengan pola tersendiri atau khas berupa karies yang
hebat dan parah pada gigi desidui disebabkan cara pemberian makanan/susu/ASI yang tidak
tepat. Karies botol tidak tergantung pada jumlah gigi yang terlibat tetapi pada usia bayi dan
anak, gigi dan posisi yang terlibat. Definisi karies botol sebenarnya adalah bentuk spesifik
dari Rampan Karies pada gigi sulung. Yang membedakannya dengan rampan karies adalah :
9 Banyaknya gigi yang terlibat Lesi berkembang dengan cepat Karies terjadi pada permukaan
yang secara umum mempunyai resiko terjadinya karies kecil seperti permukaan lingual gigi
depan bawah. Kunci karies botol adalah tidak terlibatnya gigi insisivus bawah. POLA
KERUSAKAN GIGI Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pola yang khas dan
progresif. Kerusakan gigi dimulai segera setelah gigi erupsi yaitu pada gigi rahang atas
bagian lingual. Gigi yang sering terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan lateralis atas,
molar pertama desidui atas dan bawah. Permukaan yang terkena dimulai dari proksimal
kemudian labial (servikal) dan oklusal pada gigi molar. Selama menyusui dengan ASI atau
botol, putting susu atau dot terletak di bagian palatal, menyebabkan palatum tertekan,
sementara itu otot oral menekan isi botol ke dalam mulut. Cairan dari botol atau ASI tidak/
sedikit mengenai gigi depan bawah karena secara fisik gigi bawah dilindungi oleh lidah, juga
oleh ludah yang berasal dari glandula salivari. Disamping itu gigi depan bawah juga
merupakan gigi yang relatif imun terhadap karies. Jika anak tertidur dengan putting susu atau
dot berada dalam mulut, cairan tersebut akan tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut
mengandung karbohidrat yang memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses
dekalsifikasi. Aliran saliva dan proses penelanan yang kurang selama tidur akan
membahayakan gigi karena tidak ada self cleansing. Karies botol Karies botol 10 FAKTOR
PREDISPOSISI Penyebab karies botol sebenarnya sama saja dengan karies yaitu interaksi
antara empat faktor yaitu : Gigi (host), substrat (karbohidrat) , mikrorganisme serta waktu.
Namun karies botol mempunyai faktor predisposisi yang lain yaitu : Pemberian ASI dan atau
botol Pemberian ASI dan atau botol yang dilakukan sampai usia 13 bulan, cenderung
menimbulkan karies botol. Cara pemberian yang benar adalah bayi/anak harus dalam posisi
duduk atau setengah duduk dan tidak boleh diberikan sambil tiduran, apabila sampai anak
tertidur sehingga cairan tersebut akan tergenang di dalam mulut, botol atau ASI harus sudah
disingkirkan sebelum anak tertidur. Bayi/anak yang masih menyusui sampai usia 18 bulan
dianggap mempunyai resiko terjadinya karies, apalagi jika mereka mempunyai kebiasaan diet
yang berhubungan dengan makanan yang bersifat kariogenik. Suatu penelitian menganjurkan
agar anak berhenti menyusui pada usia 6 bulan dan mulai makan/minum dengan cara yang
sama seperti orang dewasa. Penambahan bahan pemanis Banyak orang tua menambahkan
bahan pemanis ke dalam minuman yang kemudian dimasukkan ke dalam botol. Bahan yang
terdiri dari sukrosa, bahkan vitamin yang diberikan dalam jangka waktu lama dan tidak
diikuti dengan pemberian air putih dapat menimbulkan karies botol. Selain diberikan dalam
minuman ternyata ada juga ibu-ibu yang melapisi mainan bayi/anak dengan bahan pemanis ,
hal ini juga dapat menimbulkan karies botol. Mikrorganisme Plak yang berasal dari anak
penderita karies botol mengandung streptokokus mutans yang tinggi, pada anak yang
menyusui jumlah kuman ini lebih banyak. Susu dapat menurunkan pH pada plak sedangkan
ASI menurunkan pH plak lebih rendah daripada susu sapi, akibatnya jumlah kuman akan
lebih banyak dalam mulut bila susu tergenang dalam mulut. Mengingat 11 bahwa potensi
kariogenik dari susu sapi atau ASI berhubungan dengan waktu menyusui yang lama,
sehingga dapat menjadi faktor berkembangnya mikrorganisme, terutama streptokokus dan
terbentuk karies botol.
TAHAP PERKEMBANGAN
Tahap perkembangan karies atau pola kerusakan karies botol terdiri dari beberapa tahap,
meskipun pada perkembangannya kadang-kadang sulit untuk dideteksi. Pada setiap tahap
pencegahan yang dilakukan mempunyai efek yang baik. Diagnosa awal karies botol dimulai
dengan diskolorasi yang relatif sedikit pada gigi, karies dimulai dengan demineralisasi, white
spot pada permukaan superfisialis lingual atau labiolingual dari gigi insisivus atas, kadang-
kadang dijumpai pula pada bagian proksimal, tetapi paling sering dijumpai pada bagian
serviks tempat melekatnya plak. Secara umum ada 5 tahap perkembangan karies botol yaitu :
1. Inisial Disebut juga tahap reversibel, karena tahap ini dapat hilang. Ditandai dengan
terlihatnya warna putih, opak pada bagian seviks dan proksimal gigi insisivus atas akibat
demineralisasi. Demineralisasi dimulai beberapa bulan setelah gigi erupsi. Rasa sakit tidak
ada. 2. Karies/kerusakan Lesi pada gigi insisivus atas meluas ke dentin dan menunjukkan
diskolorasi. Proses ini sangat cepat, anak mulai mengeluh sakit/ngilu bila minum air terutama
yang dingin dan gigi yang terlibat sudah mencapai molar satu atas. 3. Lesi yang dalam Lesi
pada gigi depan sudah meluas. Anak mulai mengeluh adanya rasa sakit sewaktu makan
terutama saat mengunyah dan juga saat menyikat gigi. Pulpa insisivus atas sudah terlibat, rasa
sakit spontan pada malam hari dan sesudah minum panas/dingin yang berlangsung beberapa
menit. 12 4. Tahap traumatik Tahap ini terjadi akibat tidak dilakukan tindakan perawatan
sewaktu gejala awal terjadi. Gigi depan atas akan rusak karena karies dan dengan tekanan
yang ringan dapat terjadi fraktur, bahkan tidak jarang anak datang dengan hanya tinggal akar
gigi saja. Pada tahap ini pulpa gigi insisivus atas sudah non vital, molar bawah sudah pada
tahap kerusakan. 5. Tahap karies terhenti Semua tahap akan terhenti bila penyebab karies gigi
dihilangkan. Akibat remineralisasi lesi akan berwarna coklat gelap. Karies terhenti
PENCEGAHAN DAN PERAWATAN
Pemberian ASI atau makanan melalui botol dianjurkan hanya sampai usia bayi 6 bulan.
Waktu memberi minuman pada bayi selalu diperhatikan dan bayi tidak boleh dibiarkan
mengisap botol/ASI sambil tiduran, apalagi sampai tertidur. Hindari pemberian gula yang
berlebihan Sebaiknya anak sudah mulai diperkenalkan ke dokter gigi sejak usia dini ( 1 tahun
) sehingga bila terlihat tanda-tanda karies botol dapat dirawat dengan segera. Perawatan harus
dilakukan meskipun gigi hanya tinggal akar, karena usia penggantian gigi masih lama.
Kehilangan atau pencabutan yang dini dari 13 gigi susu, mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan rahang untuk tempat gigi tetap.

Anda mungkin juga menyukai