Anda di halaman 1dari 5

PREVALENSI

Menurut KBBI, arti prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit


yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah. Sedangkan menurut Azrul
Azwar dalam bukunya Pengantar Epidemiologi, menjelaskan bahwa prevalensi
adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan dalam
jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Angka prevalensi adalah
jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan kondisi tertentu yang
menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu (Point prevalence)
atau periode waktu tertentu (Period prevalence), tanpa melihat kapan penyakit itu
dimulai dibagi dengan jumlah penduduk pada titik waktu dan periode waktu tertentu.

POINT PREVALENSI

Point prevalence yaitu probabilitas dari individu dalam populasi berada dalam
keadaan sakit pada satu waktu tertentu. Untuk menghitung angka point prevalensi
dapat digunakan rumus :

Dimana pembilang adalah jumlah individu yang sakit pada satu saat tertentu,
sedangkan penyebut adalah jumlah individu dalam populasi tersebut pada saat
tertentu. maksud dari pada saat tertentu itu adalah saat populasi terkena dampak
dimana penyakit ini dipastikan. Nilai ini dapat digunakan untuk mengadakan evaluasi
berbagai hasil kesehatan pada kelompok penduduk tertentu. Point prevalensi dapat
pula digunakan sebagai dasar untuk pengambilan sampel pada penelitian
epidemiologi.
Ada beberapa faktor yag dapat mempengaruhi angka point prevalensi, yaitu:

1. Kasus baru yang dijumpai pada populasi sehingga angka insidensi meningkat.
2. Durasi penyakit.
3. Intervensi dan perlakuan yang mempunyai efek pada prevalensi.
4. Jumlah populasi yang sehat.

PERIODE PREVALENSI

Periode prevalensi merupakan ukuran yang mengungkapkan total jumlah


kasus penyakit yang diketahui telah ada di beberapa waktu selama jangka waktu
tertentu dan merupakan jumlah dari point prevalence ditambah insidensi.

Period Prevalence = Point Prevalence + Insidensi

Rate periode prevalensi= Jumlah orang yang menderita suatu penyakit selama

satu jangka waktu tertentu

Jumlah seluruh penderita penyakit tersebut

Insidensi

Insidensi adalah jumlah kejadian mulainya suatu penyakit, atau orang yang
jatuh sakit pada sebuah periode waktu di populasi spesifik. Insidensi biasanya dalam
bentuk rata-rata, dengan penyebutnya adalah nilai rata-rata dari orang yang berada di
populasi spesifik ketika periode atau estimasi jumlah orang pada titik tengah dari
periode tersebut. Perbedaan antara prevalensi dan insidensi terletak pada kasus.
Insidensi digunakan untuk kasus baru, sedangkan prevalensi digunakan untuk suatu
hal yang dinamis dan idak terbatas antara kasus lama ataupun baru. Dalam hal ini
prevalensi setara dengan insidensi dikalikan dengan rata-rata durasi kasus.
PREVALENSI KARIES
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering
ditemui di kalangan masyarakat. Menurut WHO prevalensi karies gigi pada anak-
anak di negara industri 60-90% populasi. Penyakit karies gigi pada anak balita
diperkirakan prevalensinya cukup tinggi (± 50%) dan pada suatu saat dapat
menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan saat makan yang dapat mengakibatkan
penurunan nafsu makan sehingga akan memengaruhi indeks massa tubuh.
Prevalensi karies = Jumlah orang yang mempunyai (D/M/F)T
Jumlah orang yang diperiksa
Karies sekunder adlah adanya kerusakan atau lubang baru pada gigi yang telah
ditambal dibagi jumlah orang yang diperiksa. Prevalensi karies sekunder adalah
pembagian jumlah gigi yang memiliki karies sekunder (kode 2 untuk gigi tetap)
denga jumlah orang yang diperiksa.
Prevalensi karies sekunder = Jumlah gigi dengan karies sekunder perorang
Jumlah orang yang diperiksa
INDEKS DMF-T
Dalam epidemiologi kesehatan mulut, indeks Decayed, Missing, Filled
(DMF) telah terus digunakan selama lebih dari 70 tahun sebagai ukuran kunci untuk
mengukur pengalaman karies. Indeks DMF memproyeksikan status karies subjek
menggunakan DMF-T yang menghitung jumlah total gigi DMF, atau DMF-S yang
menghitung total permukaan gigi DMF, untuk subjek tersebut. Namun, permukaan
dalam gigi atau subjek tertentu merupakan data berkerumun, dan sebagian besar
DMFS mengabaikan efek pengelompokan ini untuk mencapai indeks ringkasan yang
terlalu disederhanakan, mengabaikan status karies tingkat gigi yang sebenarnya.
Selain itu, DMFT / DMFS mungkin menunjukkan kelebihan jumlah tertentu
(katakanlah, nol yang mewakili himpunan kondisi karies yang relatif bebas penyakit),
atau dapat menunjukkan penyebaran berlebihan, dan menghitung untuk kelebihan
respon atau penyebaran berlebih tetap menjadi kunci memilih komponen yang sesuai.
Indeks DMF-T / DMF-S menghitung jumlah total gigi / permukaan yang
decayed (D), missing (M) ,dan filled (F) untuk seluruh mulut. Dalam karies DMF-S,
angka nol mewakili kasus di mana seseorang tidak mengamati penyakit apa pun.
Informasi tentang indeks DMF-T dapat dihitung dari status kesehatan gigi
berdasarkan kriteria WHO, pencatatannya adalah sebagai berikut (WHO, 1997) :
 D (decayed) : Jumlah gigi yang mengalami karies dan belum diobati atau
ditambal (baik dengan tambalan sementara maupun tambalan permanen).
Komponen D meliputi semua gigi dengan kode 1 atau 2.
 M (missing) : Jumlah gigi yang dicabut karena karies atau masih berupa sisa
akar. Komponen M terdiri dari kode 4 pada subjek dengan usia dibawah 30
tahun dan untuk subjek berusia 30 tahun atau lebih meliputi gigigigi dengan
kode 4 atau 5, yaitu hilang karena karies atau oleh karena sebab lain.
 F (filled) : Jumlah gigi yang telah dilakukan penumpatan atau ditambal
karena karies. Komponen F meliputi gigi dengan kode 3.
Adapun rumus untuk menghitung DMFT:

DMFT = D + M + F
Indeks DMFT = Jumlah skor DT + Mt + Ft
Jumlah orang yang diperiksa

Indeks karies pada gigi anak-anak ditulis dengan huruf kecil yang disebut
dengan def-t. Maksud dari huruf e sendiri merupakan gigi yang diekstraksi. Rumus
untuk def-t sama dengan yang digunakan pada DMF-T yaitu jumlah rata-rata D + M
+ F dibagi jumlah orang yang diperiksa
Kategori DMFT menurut WHO:
• 0,0 – 1,1 = Sangat rendah
• 1,2 – 2,6 = Rendah
• 2,7 – 4,4 = Sedang
• 4,5 – 6,5 = Tinggi
• 6,6 > = Sangat tinggi

DAFTAR PUSAKA
1. Azrul, Azwar. (1988). Pengantar epidemiologi. Jakarta: PT Binarupa Aksara.
2. Ismah, Zata. (2018). Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Diktat Dasar Epid.
Universitas Islam Negeri Medan

3. Timmreck T. (2001). Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi Kedua. Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta

4. Petersen PE. The World health report.2003 continuous improvement of oral


health in the 21st century. The approach of WHO Global Oral Health
Programe. Community Dent Oral Epidemiology 2003;31(S1):3-24)

5. RaharjaS. (2005). Hubungan pola makan makanan kariogenik sehari-hari


terhadap karies gigi anak prasekolah.

6. Yohana, W. (2017). GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI (DMF-


T/DEF-T) DAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK UMUR 6-11
TAHUN PADA SD AZ ZAHRA BANDUNG. Prosiding SNaPP: Kesehatan
(Kedokteran, Kebidanan, Keperawatan, Farmasi, Psikologi), 3(1), 234-238.

7. Fadilah, R., Susilawati, S., & Soetardjo, D. Status Kesehatan Gigi Dan
Kebutuhan Perawatan Gigi Pada Karyawan PERUM DAMRI Bandung.

8. Daly, B., Batchelor, P., Treasure, E., & Watt, R. (2013). Essential dental
public health (2nd ed., pp. 59-60). Oxford: Oxford University Press.

9. WHO Oral Health Programme. (2000). Global data on dental caries


prevalence (DMFT) in children aged 12 years / Global Oral Data Bank, Oral
Health/Area Profile Programme. World Health Organization.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan hasil riset kesehatan


dasar (Riskesdas) nasional 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2018:
198.

Anda mungkin juga menyukai