Disusun oleh :
SITI ALIMAH SARI
NIM : 108104000009
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
NIM
: 108104000009
Program Studi
: Ilmu keperawatan
Tahun Akademik
: 2008
ABSTRACT
The main health problems in the childs mouth cavity is dental caries. The prevalence of
dental caries tends to increase 60%-80%. The purpose of this study was to determine whether
tooth brushing habit, how to brush, time to brush, frequency to brush the SDN Ciputat 6
Tangerang in Banten Provinsi. Using method of quantitative with cross sectional approach.
Using proportionate random sampling technique in children 9-12 years old or grades 4-6.
Atotal of 81 childrent. The instrumen used in the children, form of quetionnaries, observation
of caries examination. The results of the analysis used chi square at < 0,05. Results showed
analysis there is not significant corelation between the independent variable its a toot
brushing habit of children with dependent variable is dental caries, having p value = 0,346.
This study is expected tobe referency for further research.
Keywords
Reference
: 54 (1986-2010)
ABSTRAK
Masalah kesehatan utama mulut dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Prevalensi
karies gigi di Indonesia cenderung meningkat 60%-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi, cara menggosok gigi, waktu menggosok
gigi, frekuensi menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan
Provinsi Banten. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan teknik
Proportionate random sampling pada anak usia 9-12 tahun atau kelas 4-6 sebanyak 81
responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan observasi pemeriksaan gigi.
Analisis data menggunakan uji Chi Square pada < 0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen yaitu kebiasaan menggosok
gigi dengan variabel dependen yaitu karies gigi, yang memiliki p value = 0,346. Peneliti ini
diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor
yang dominan.
Kata kunci
Daftar bacaan
iii
Nama
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: alimahsari24@gmail.com
Riwayat Pendidikan
(1996-2002)
2. SMP MUHAMMADIYAH 6
(2002-2005)
3. MA NEGERI CIREBON
(2005-2008)
vii
KATA PENGANTAR
diberikan, waktu, sumbangan fikiran dan motivasi yang sangat berarti guna lebih
baiknya penyusunan skripsi ini.
6. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan
pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK
UIN Jakarta).
8. Ayahanda Bapak Abdullah dan Ibu Qoriyah yang selalu memberikan nasehat,
motivasi serta doa yang tiada henti-hentinya serta kakak tercinta Fatonah, Firman
yang selalu memberikan warna dalam hidup.
9. Sahabat-sahabat ku (reni,rere,tika,ikhwan,monic) yang selalu memberikan semangat.
10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, doa dan
semangat dalam menyusun proposal penelitian.
Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT
dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN
ABSTRAK ................................................................................................................
ii
iv
vi
vii
viii
xiii
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi ....................................................................................
11
14
BAB III
BAB 1V
16
17
22
25
25
I.
29
J.
32
35
36
B. Hipotesa .
36
C. Definisi Operasional ..
37
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...............
38
38
38
39
1.
Populasi .........................................................................
49
2.
Sampel ...........................................................................
49
41
42
1.
42
2.
43
xi
BAB V
BAB VI
BAB VII
44
45
45
46
I.
47
J.
48
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................
50
50
53
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Analisis univariat ............................................
56
61
64
B. SARAN .................................................................................
65
66
LAMPIR
Nomor Tabel
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1
37
Tabel 4.1
42
Tabel 5.1
50
Tabel 5.2
51
Tabel 5.3
51
Tabel 5.4
52
Tabel 5.5
53
Tabel 5.6
Tabel 5.7
53
xiii
54
Nomor Bagan
Daftar Bagan
Hal
Bagan 2.1
35
Bagan 3.1
36
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya sangat luas
sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat, kebiasaan menggosok gigi
merupakan hal yang terpenting, berdasarkan data waktu menyikat gigi menunjukkan
bahwa perilaku pelihara diri masyarakat Indonesia dalam kesehatan mulut masih sangat
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa 91,1% penduduk Indonesia sudah menyikat
gigi, namun hanya 7,3% yang berperilaku benar dalam menyikat gigi (Depkes, 2007).
Gambaran rendahnya persentase kebiasaan menggosok gigi di Indonesia juga di
Provinsi Banten dan Kota Tangerang digambarkan dengan kebiasaan menggosok gigi
masih kurang baik. Sebanyak 94,8% anak sekolah mempunyai kebiasaan menggosok
gigi setiap hari dengan persentase yang menggosok gigi setelah makan pagi sebesar
95,7% dan sebelum tidur malam hanya 26,6%. Sementara itu, persentase masyarakat
Kota Tangerang yang menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum tidur
adalah 6,4%. Meskipun sebagian besar penduduk Banten sudah rajin menggosok gigi
setiap hari namun ternyata persentase penduduk yang berperilaku benar dalam
menggosok gigi masih sangat rendah yaitu hanya 4,8%. Berperilaku benar dalam
menggosok gigi adalah bila seseorang mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari
dengan cara dan pada waktu yang benar, yaitu dilakukan pada saat sesudah makan dan
sebelum tidur (Listiono, 2012). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang dalam menggosok gigi masih
sangat kurang.
Kebiasaan menggosok gigi yang masih sangat kurang dapat menyebabkan
gangguan gigi dan mulut karena menurut (Potter & Perry, 2005). Menggosok gigi setelah
makan di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel
setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
makanan yang menempel setelah makan malam. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk
dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya berbagai penyakit dirongga
mulut seperti penyakit karies gigi. Di Indonesia penyakit gigi dan mulut terutama karies
masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun dewasa. Data Kementrian Kesehatan
RI tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 60%80%.
Hasil RISKESDAS tahun 2007 mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi
aktif di provinsi Banten sebesar 37,3% dan di Kota Tangerang adalah 43,3%, karies gigi
menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah. Penduduk usia 10
tahun keatas yang berperilaku benar menggosok gigi (menyikat gigi setiap hari sesudah
makan pagi dan sebelum tidur) masih sangat rendah. persentase yang menggosok gigi
setiap hari sesudah makan pagi hanya 12,6% dan sebelum tidur malam hanya 28,7%
(Listiono, 2012). Di Indonesia, prevalensi karies gigi mencapai 85% pada anak usia
sekolah (Lukihardianti, 2011).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penduduk Indonesia
pada usia 10 tahun ke atas, sebanyak 46% mengalami penyakit gusi dan 71,2%
mengalami karies gigi, sedangkan kelompok umur 12 tahun, sebanyak 76,2% mengalami
karies atau gigi berlubang. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko penyakit
lain (Depkes, 2007).
karies gigi, SDN 5 Ciputat terdapat 40 % anak yang mengalami karies gigi, dan SDN
Ciputat 6 terdapat 55% anak yang mengalami karies gigi. Data yang di dapat adalah
dengan melakukan pemeriksaan langsung pada gigi anak dan peneliti juga menanyakan
kebiasaan menggosok gigi. Dengan data tersebut, maka peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian di SDN Ciputat 6 karena prevalensinya lebih tinggi dibandingkan dengan dua
SDN lainnya.
B. Rumusan masalah
Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun
dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan
kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi/pergantian dari gigi
susu ke gigi permanen. Karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu
mikroorganisme, saliva, dan substrat, sebagai faktor tambahan yaitu waktu
Penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi dan karies gigi pada anak usia
sekolah di Kota Tangerang perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan prevalensi karies gigi
yang tinggi dan hanya 4,8% masyarakat Kota Tangerang yang menerapkan menggosok
gigi. Karies gigi banyak dialami oleh anak usia sekolah. Prevalensi karies gigi yang
tinggi sangat mengkhawatirkan karena karies gigi menimbulkan dampak negative bagi
penderitanya. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya tentang karies gigi belum
banyak dilakukan pada anak usia Sekolah Dasar di Kota Tangerang. Oleh karena itu,
penelitian tertarik untuk mengetahui tentang hubungan
dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya
karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan provinsi
Banten Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui kebiasaan menggosok gigi (frekuensi, waktu, cara) pada anak usia
sekolah kelas 4-6 di SDN 6 Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Tahun 2013.
b. Diketahui adanya karies gigi pada anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6
Kota Tangerang Selatan Provinsi BantenTahun 2013.
c. Diketahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada
anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi
Banten Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1.
3. Bagi siswa
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa
mengenai frekuensi menggosok gigi, cara menggosok gigi dan waktu menggosok gigi
baik dalam kebersihan gigi dan mulut.
4. Bagi puskesmas
Menjadi masukan bagi puskesmas Ciputat dalam upaya mewujudkan
kesehatan anak usia sekolah khususnya dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
5. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi dasar untuk
penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kesehatan gigi terutama kebiasaan
menggosok gigi serta masalah karies gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi
1. Pengertian Gigi
Gigi merupakan salah satu aksesoris dalam mulut dan memiliki struktur
bervariasi dan banyak fungsi. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan
mengunyah makanan (Muttaqin dkk, 2010). Gigi normal terdiri dari tiga bagian;
kepala, leher, dan akar. Gigi yang sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjarjar
rapi (Potter & Perry, 2005).
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibandingkan yang lainnya
strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di
dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang
memperkokoh gigi (Rahmadhan, 2010).
2. Fungsi Gigi
Fungsi gigi menurut Rhamadhan, 2010
a. Pengunyahan
Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan
serta meringankan kerja proses pencernaan.
b. Berbicara
Gigi sangan diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf
tertentu seperti huruf T, V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak
terasa sempurna.
c. Estetik
Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi yang rapih
dan bersih.
3. Bagian-Bagian Gigi
Bagian-Bagian Gigi menurut Leeson, (1996) antara lain :
a. Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling keras dari
seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Bangunan kristalin yang
kompleks dan padat ini mengandung mineral kalsium, fosfat dan flourida. Email
meliputi seluruh mahkota gigi. Fungsi email melindungi gigi dari zat yang sangat
keras dan melindungi gigi saat menggigit dan mengunyah.
b. Dentin adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin lebih lunak
dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat, darah dan limfe.
c. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh
darah, fungsinya adalah berespon tehadap stimulus (panas dan dingin).
Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin dengan nyeri yang ringan
yang terjadi selama kurang dari 10 detik.
d. Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbatasan langsung
dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh.
4. Bentuk dan fungsi gigi
Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto dkk, 2009
a. Gigi seri, jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas dan empat
buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan menggunting makanan.
b. Gigi taring, jumlahnya ada empat buah, di atas dua dan di bawah dua. Gigi taring
terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing, berfungsi untuk mencabik
makanan. Akar gigi taring ini hanya satu.
10
c. Gigi geraham kecil, jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas dan empat
buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan pengganti gigi geraham sulung.
Letaknya di belakang gigi taring, akar gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali
yang atas depan, memiliki dua akar. Gigi geraham kecil berfungsi untuk
menghaluskan makanan.
d. Gigi geraham besar, jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas dan enam
buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil,
masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebar dan bertonjol-tonjol, gigi ini
yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi geraham terakhir, sering kali
akarnya bersatu menjadi satu dan berfungsi untuk menggiling makanan.
11
12
Anak usia 6 - 12 tahun, periode yang kadang-kadang yang disebut sebagai masa
anak-anak pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif
untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak
usia sekolah untuk mengevaluasi teman-temannya. Sebagai akibatnya, penghargaan diri
menjadi masalah sentral. Tidak seperti bayi dan anak pra-sekolah, anak-anak usia
sekolah dinilai menurut kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang bernilai social,
seperti nilai-nilai atau pekerjaan yang baik. Karenanya, Erikson mengidentifikasi
masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai masa krisis antara keaktifan dan
inferioritas (Behrman, dkk. 1999).
Keseimbangan antara sifat ketergantungan dan sifat mampu berdiri sendiri
dilakukan secara baik oleh seorang anak usia 7 - 11 tahun, anak usia 7 - 11 tahun akan
menganggap kurang pantas bila memperlihatkan sifat bergantung pada orang tuanya.
Seorang anak usia 7 - 11 tahun yang secara terang-terangan memperlihatkan sifat
bergantung kepada orang tuanya, menunjukan bahwa perkembangannya tidak wajar,
sebab pada umur ini anak seharusnya sudah mulai memperhatikan corak kelakuan orang
tuanya. Anak wajib mengembangkan kemampuan berdiri sendiri, rasa tanggung jawab
dan merasa mempunyai kewajiban. Pada usia 7 - 11 tahun yang diperlukan anak adalah
disiplin guna mengatasi kesukaran yang tidak dapat di selesaikan sendiri (Latif dkk,
1985).
Kemampuan meningkatkan motorik halus pada anak dalam pertengahan masa
kanak-kanak membuat mereka sangat mandiri untuk mandi, berpakaian dan merawat
kebutuhan personal lain. Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat yang
dalam prosesnya kebutuhan ini akan terpenuhi (Potter & Perry, 2005). Pada masa ini
keterampilan menggunakan anggota badan, kepandaian berfikir merupakan hal yang
penting (Latif dkk, 1985).
13
dunia
dari
tindakan-tindakan
yang
mereka
lakukan
bayi
14
15
plak yaitu deposit bakteri yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi.
Salah satu metode yang paling efektif untuk mengangkat plak adalah menggosok gigi
dengan sikat gigi yang kecil, berbulu pendek dan halus (Wong, 2003).
c. Masa usia prasekolah (3-5 tahun)
Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah lengkap.
Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk memelihara gigi primer. Kontrol
motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi anak masih membutuhkan
bantuan dan pengawasan orang tua dalam menggosok gigi (Potter & Perry, 2005).
d. Masa usia sekolah (6-12 tahun)
Gigi susu diganti dengan gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali
geraham kedua dan ketiga. Karies dan ketidakteraturan gigi dalam jarak gigi adalah
masalah kesehatan yang penting (Potter & Perry, 2005).
E. Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari
sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan
pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat
untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena
itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan
gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus menerus.
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry, 2005).
Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari pada waktu
yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari senelum tidur serta
perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat mempengaruhi terjadinya karies
gigi (Kidd, 1992).
16
Menggosok gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta
dengan tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak, yaitu di tepi gusi
(perbatasan gigi dan gusi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure atau celahcelah yang sangat kecil dan sikat gigi yang paling belakang (Rahmadhan, 2010).
Menggosok gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan memiliki bulu yang cukup
kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Menggosok gigi harus diganti setiap 3
bulan. Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi,
gerakan vertical, dan bergerak lembut (Wong 2003). Potter dan Perry (2005)
menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus disikat
dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan karena dapat
merusak email dan gusi dan akan menyebabkan perkembangan lubang karena vibrasi.
Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara untuk
menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik dan benar serta
teratur, setelah mengonsumsi makanan, terutama makanan yang terbuat dari karbohidrat
yang telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi. Ketika menggosok
gigi, sangat penting menyikat semua permukaan gigi, yang mana akan memakan waktu
kurang lebih 2-3 menit.
1.
17
2.
18
Metode Sirkular
Disini dengan gerakan memutar permukaan elemen-elemen dibersihkan. Pada metode
Fones (1934) lengkungan gigi-geligi dalam oklusi dan permukaan bukal dibersihkan
dengan melekat sikat tegak lurus dan membuat gerakan memutar. Gerakannya juga
meluas sampai ke gusi. Dan permukaan lingual dibersihkan dengan gerakan sirkular
kecil dan permukaan oklusal dengan gerakan menggosok. Metode ini hampir tidak
diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang evaluasinya (Houwink, 1993).
6.
Metode Fisiologis
Metode ini diintroduksi oleh Smith (1940) dan beranjak dari pendirian bahwa
gerakannya pada waktu menyikat harus mempunyai arah yang sama seperti arah
makanan. Dengan sikat lunak elemen-elemen dibersihkan dengan gerakan menyapu
dari mahkota ke gusi. Disamping itu pada daerah molar dianjurkan beberapa gerakan
horizontal untuk membersihkan ulkus. Mengenai efektivitas cara ini tidak banyak
dikenal. Mengenai hal ini harus diperhatikan dengan benar pada waktu melakukan
evaluasi tanpa memperdulikan metode yang dipakai (Houwink, 1993).
19
3.
F. Karies Gigi
Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh mata. Plak ini akan
bergabung dengan air ludah yang mengandung kalsium, membentuk endapan garam
mineral yang keras. Plak muncul sebagai substansi yang lembut dan liat/lengket yang
melekat pada gigi hampir seperti selai melekat di sendok. Pertumbuhan plak dipercepat
dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasinya bakteri dan sisa
makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk mineral yang disebut
dengan karang gigi yang meningkatkan resiko karies gigi (Muttaqin dkk, 2010).
20
Karies gigi merupakan proses multifactor, yang terjadi melalui interaksi antara
gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal di dalam mulut, serta makanan terutama
karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi asam melalui proses glikolisis. Bakteri
yang berperan dalam glikolisis adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus
acidophilus, sedangkan asam organic yang terbentuk antara lain asam piruvat dan asam
laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH plak dan pH cairan sekitar gigi sehingga
terjadi demineralisasi gigi (Kidd & Bechal, 1992).
Streptococcus mutans adalah organisme yang paling sering diisolasi dari lesi
karies manusia. Bila kavitasi terjadi, laktobasili menjadi organisme yang menonjol
(Alpers, 2006). Mineralisasi plak (pengerasan struktur plak karena pembentukan kristal
kalsium, dan mineral-mineral lain dari saliva yang terkumpul dalam plak) terjadi setelah
24 jam, dan menjadi sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi karang gigi (calculus)
antara 12-20 hari. Setelah itu, plak baru akan terbentuk diatas kalkulus yang telah ada
dan membentuk lapisan kalkulus yang baru. Oleh karena itu, kalkulus biasanya
ditemukan berlapis-lapis (Muttaqin dkk, 2010).
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor utama yang saling
mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau diet, sebagai
faktor tambahan yaitu waktu. Faktor sekunder lain yang penting adalah praktik hygiene
oral, aliran saliva (Alpers, 2006). Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang
merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani,
penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus
berbahaya, dan bahkan kematian (Muttaqin dkk, 2010).
Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi,
penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan
menyababkan nyeri, gangguan tidur, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus
21
berbahaya, dan bahkan kematian. Penyebab penyakit tersebut karna konsumsi makanan
yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian
kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa kesehatan gigi
(Listiono, 2012).
Menekankan pentingnya memasukkan aspek kualitas hidup dalam menilai hasilhasil program pelayanan kesehatan gigi dan mulut, penelitian yang dilakukan oleh
Situmorang yang melakukan penelitian tentang dampak karies gigi dan penyakit
periodontal yaitu keterbatasan fungsi, rasa sakit, dan ketidaknyamanan psikis. Buruknya
gambaran perilaku kesehatan gigi penduduk dapat dilihat dari tingginya presentasi
penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi (79,16 %), karies gigi
sembuh tanpa perawatan dokter (24,44%), perawatan gigi menimbulkan rasa sakit
(31,94), demikian juga dalam hal kebiasaan menyikat gigi presentase penduduk yang
menyikat gigi pada waktu yang tepat yaitu sesudah makan sangat rendah (27,50%)
(Situmorang, 2005).
G. Etiologi Karies
Mulut kita penuh akan bakteri yang terdapat pada gigi dalam bentuk plak,
yang berasal dari saliva, maupun berasal dari sisa-sisa makanan. Disini, bakteribakteri tersebut memakan sisa-sisa makanan tang tertinggal pada gigi, kemudian
bakteri tersebut menghasilkan atau memproduksi asam. Asam yang dihasilkan oleh
bakteri inilah yang memakan lapisan email gigi sehingga terbentuk suatu kavitas.
Normalnya, ketika asam menggerogoti email, tidak terasa sakit. Tetapi karena tidak
dirawat, asam yang menimbulkan kavitas tersebut menembus ke lapisan dentin dan
sampai ke rongga pulpa dari gigi, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit. Kavitas
22
yang tidak dirawat, lambat dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta dapat
mematikan syaraf dari gigi tersebut.
H. Pencegahan karies
Pencegahan karies didasarkan pada upaya penambahan resistensi gigi,
mengurangi jumlah organisme dalam mulut, mengubah diet dan kebiasaan makan.
Resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan menggunakan optimal flourida dan menutup
oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai dengan pembuangan menyeluruh
plak setiap hari dengan menyikat dan membilas. Menggosok gigi harus mulai sesegera
mungkin pada gigi pertama erupsi. Benang sutera (floss) gigi digunakan untuk
membersihkan daerah tempat gigi berkontak langsung dan tidak dapat disikat.
Penyikatan dapat dipermudah dengan menggunakan pegangan (Houwink, 1993).
Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara, yaitu silen dan
penggunaan flour dan klorheksidin (Angela, 2005).
a.
Klorheksidin
Klorheksidin merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta
gigi, permen karet.
b.
Silen
Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang beresiko karies tinggi
prioritas diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6-8 tahun, molar
kedua permanen di antara usia 11-12 tahun. Bahan silen yang digunakan dapat
berupa resin. Silen resin digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna.
c.
Penggunaan flour
Flour telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan flour dapat
dilakukan dengan flourida air minum, pasta gigi dan obat kumur yang mengandung
flour, pemberian tablet flour. Flour air minum merupakan cara yang paling efektif
23
untuk menurunkan masalah karies pada anak secara umum. Penyikatan gigi dua kali
sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour terbukti dapat
menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung flour dapat menurunkan karies
sebanyak 20-5-% (angela, 2005).
Menggunakan pasta gigi yang berflourida bisa menguatkan gigi dengan cara
memasuki struktur gigi dan mengganti mineral-mineral yang hilang akibat pengaruh
asam, proses ini disebut remineralisasi. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan
bahwa pemberian flour dalam air minum telah memainkan peran besar dalam
mencegah karies
gigi. Namun,
24
25
I.
26
dibawah 5,5 akan menyebabkan demineralisasi enamel yang akan berlanjut akan
menghasilkan karies (Kidd & Bechal, 1992).
d. Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh sebab itu saliva ada
dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan
hari atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian dapat
dilihat ada kesempatan untuk menghentikan terjadinya karies gigi (Kidd &
Bechal, 1992).
F.2. Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan
secara tidak langsung dengan proses terjadinya karies, antara lain :
a. jenis kelamin
jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase karies pada
jenis laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan
sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sekar dkk tahun 2012 keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan
lebih baik dari pada anak laki-laki.
b. Usia
Usia sekolah adalah usia 6-12 tahun yng sering disebut sebagai masamasa yang rawan, karena pada masa ini gigi susu mulai tanggal satu persatu dan
gigi permanen pertama mulai tumbuh (Potter & Perry, 2005). Usia
mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan
bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya (Sekar dkk, 2012).
27
c. Pengetahuan Anak
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahun yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan
diantaranya yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang
berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia
sekolah di sekolah dasar negeri kampung sawah III kota tangerang selatan tahun
2009 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 anak yang mempunyai
pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 68 (76,4%) anak
yang memiliki karies gigi, sedangkan dari 2 anak yang mempunyai pengetahuan
yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 1 (50,0%) anak yang memiliki
karies gigi, dan dari 5 anak dengan pengetahuan yang kurang baik tentang
karies gigi sebanyak 4 (80,0%) anak memiliki karies gigi. Kesimpulan anak
yang memiliki pengetahuan baik tentang karies gigi cenderung memiliki karies
gigi.
d. Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter & Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan
gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi
adalah membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menyggosok
gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan
tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi
(Rahmadhan, 2010).
28
J.
Penelitian terkait
Penelitian tesis yang dilakukan oleh Warni (2009), melakukan penelitian yang
berjudul Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun
2009. Penelitian yang dilakukan meliputi status karies gigi, pengetahuan kesehatan gigi,
kegunaan gigi, penyebab gigi berlubang, gigi berlubang dapat dicegah, waktu
menggosok gigi, menggosok gigi yang baik dan benar, bahan pasta gigi, tindakan gigi
berlubang, menyikat gigi selesai makan, menyikat gigi sebelum tidur malam, menggosok
gigi sesudah memakan makanan manis, pemeriksaan gigi secara rutin, gigi berlubang
karena malas menyikat gigi, mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi dengan
teratur dan benar, menyikat gigi yang baik dan benar pada semua permukaan gigi, gigi
sakit dan berlubang harus ditambal, gigi sehat lebih baik dipertahankan dari pada
dicabut, berobat gigi lebih baik ke dokter gigi/puskesmas daripada ke dukun, jajanan
manis dan melekat, frekuensi makan makanan jajanan dalam sehari, sumber informasi
dengan status karies gigi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.
Hasil penelitian ini menunjukan sudah cukup baik dengan hasil status karies gigi
rendah sebanyak 71 orang (74,0%). Kemudian setelah dilakukan analisis bivariat dengan
=0,05 diperoleh yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan sumber informasi dengan status karies
gigi. Tindakan merupakan hasil analisa yang dapat berhubungan dengan status karies
gigi.
Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor yang
berhubungan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Kampong Sawah III
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2009 berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah anak-anak yang menjadi responden umumnya memiliki karies
29
gigi, dimana sebanyak (76%) memiliki karies gigi, dan sebanyak (24%) tidak memiliki
karies gigi. Anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi yang baik cenderung lebih
banyak yaitu sebanyak (86,5%), anak yang memiliki cara menggosok gigi baik
cenderung lebih banyak yaitu sebanyak (82,3%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) yang berjudul
kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan karies gigi, bahwa terdapat siswa yang
mengalami karies gigi yaitu sebesar 50,8%. Sedangkan yang tidak mengalami karies gigi
ya itu sebesar 49,2%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2011) mengenai
hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SD
Negeri 04 Pasa Gadang di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan
tahun 2012 maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (64,9%) memiliki
kebiasaan menggosok gigi dalam kategori tidak baik, dan sebagian besar responden
(63,6%) menderita karies gigi. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna
antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan p value 0,010
(<0,05).
K. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian teori tentang kebiasaan menggosok gigi yang berhubungan
dengan karies gigi menyebutkan bahwa karies gigi disebabkan oleh multifaktor dimana
terjadi interaksi dari tiga faktor utama yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan faktor
tambahan waktu.
30
Tumbuh
kembang anak
Pertumbuhan
dan
perkembangan
gigi
Kebiasaan
menggosok gigi
- Frekuensi
- Cara
- Waktu
Gigi sehat
Karies gigi
Sumber : Potter & Perry, 2005; Wong 2003; Latif dkk, 1985.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
Frekuensi menggosok
gigi
Karies gigi
Keterangan :
Diteliti
31
kota
32
A. Definisi Operasional
No
1.
Variabel
Kebiasaan
Definisi Operasional
Merupakan
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
tingkah Wawancara
kuesioner
0.kurang
menggosok laku
gigi
dalam
membersihkan
dari
baik,
gigi
Ordinal
jika
jumlah
skor nilai
sisa-sisa
makanan
yang
median
dilakukan
terus
(38,00)
menerus. Menggosok
1.Baik, jika
jumlah
dan
tidur
median
merupakan program
(38,00).
sebelum
Skala
Cara
adalah
membersihkan
seluruh bagian gigi,
gerakan vertical, dan
gerakan lembut.
2.
Karies gigi
0.karies
dengan
gigi
adanya Fisik
Observasi
1.tidak
karies
karies gigi
gigi,
dapat
Ordinal
BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian analitik dan
desain cross sectional (potong lintang), yakni melakukan penelitian pada waktu yang
bersamaan untuk menghubungkan antara variabel independen (bebas) dengan variabel
dependen (terikat) yang diteliti terhadap sampel dalam populasi yang ditentukan.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan menggosok gigi dan variabel
dependent dalam penelitian ini adalah karies gigi.Tujuannya untuk mengetahui hubungan
kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi.Variabel dalam penelitian ini adalah
bivariat yaitu kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2013
C. Lokasi Penelitian
tempat penelitian di SDN Ciputat 6 karena berdasarkan studi pendahuluan di SDN 6
terdapat anak usia sekolah yang memiliki karies yang cukup tinggi sebesar 55%.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2008). Populasi dalam
33
34
penelitian ini adalah SDN Ciputat 6 kota Tangerang usia sekolah baik laki-laki
maupun perempuan. Jumlah seluruhnya adalah 556 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, atau sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang diambil untuk
diketahui karakteristiknya (Hidayat, 2007). Adapun rumus yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah rumus estimasi :
n=
N. Z21-a/2 . P(1-P)
(N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P)
Keterangan :
n
= besar populasi
n=
N. Z21-a/2 . P(1-P)
(N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P)
n =
n =
939,9 . 0,2016
963 . 0,0025 + 0,19656
n =
194,1408
35
2,4075 + 0,19656
n =
194,1408
2,60406
n = 74,55
= 74 anak
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan
maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal.
n2 = n1 + 10% . n1
= 74 + 7,4
= 81
Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu
81 responden. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
yaitu:
1. Siswa kelas 4-6 SDN yang bersekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang
Selatan tahun 2013.
2. Siswa kelas 4-6 yang bersedia menjadi responden.
3. Siswa kelas 4-6 yang tidak menggunakan aksesoris atau alat bantu (kawat
gigi dan gigi palsu).
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proportionate random
sampling yaitu membagi sampel yang diambil berdasarkan proporsi jumlah siswa
perkelas yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dengan menggunakan teknik
36
N1
= sampel
Tabel 4.2
Proporsi Jumlah Sampel Penelitian
kelas
Jumlah Populasi Jumlah Sampel
4
165
24
5
173
25
6
218
32
Jumlah
556
81
37
lembar kuesioner yang disusun secara struktur berdasarkan teori dan berisikan
pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Bagian (A) berisi variabel nama, umur, jenis kelamin. Dengan mengisi pada kolom
atau lembar yang tersedia.
b. Bagian (B) kuesioner untuk kebiasaan menggosok gigi berisi 11 pertanyaan
tertutup dengan menggunakan skala Likert.
c. Bagian (C) lembar observasi karies gigi
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner A, B dan C
sebagai alat ukur penelitian selesai disusun untuk mengukur tentang kebiasaan
menggosok gigi kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas.
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Uji validitas
dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan
menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya
(Hidayat, 2007).
Rumus Pearson Product Moment :
N (xy) (xy)
rxy =
38
39
40
41
J.
Etika penelitan
Masalah Etika Penelitian
a) Informed consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
43
44
2. Jenis kelamin
Berdasarkan gambar 5.2 tentang frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
didapatkan hasil presentase jenis kelamin anak, diperoleh presentase terbesar sampel
adalah anak perempuan, yaitu sebesar 44 siswa atau (54,3%) dan jumlah laki-laki
sebesar 37 siswa atau (45,7%). Jumlah keduanya keduanya cukup seimbang antara
anak laki-laki dan perempuan. Variasi jenis kelamin sampel dapat dilihat tabel berikut
:
Gambar 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase (%)
Laki-Laki
37
45,7
Perempuan
44
54,3
Total
81
100
Frekuensi
Presentase (%)
43
38
81
53,1
46,9
100
sekolah kelas 4-6 banyak anak yang sering melakukan menggosok gigi baik cara
memutar, horizontal ataupun vertikal.
45
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Cara Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SDN
Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
10
Frekuensi menggosok
gigi
Waktu menggosok gigi
- Sebelum tidur
- Setelah makan
pagi
Menggosok gigi
dengan bulu halus
Menggosok gigi
menggunakan odol
Menggosok gigi atas
bagian dalam
Menggosok gigi depan
dengan gerakan
memutar
Menggosok gigi depan
dengan gerakan majumundur
Menggosok gigi
samping dengan
gerakan maju-mundur
Menggosok gigi depan
dengan gerakan
memutar
Menggosok gigi
samping dengan
gerakan memutar
Sering
(%)
Kadangkadang (%)
Jarang
(%)
66,7
25,9
7,4
Tidak
pernah
(%)
-
29,6
35,8
43,2
30,9
18,5
21,0
8,6
12,3
73,3
19,8
1,2
3,7
95,1
3,7
1,2
66,7
25,9
4,9
2,5
65,4
17,3
7,4
2,5
65,4
17,3
12,3
4,9
70,4
18,5
6,2
3,7
43,2
38,3
11,1
7,4
42,0
33,3
14,8
7,4
5. Karies Gigi
Berdasarkan hasil analisis univariat terkait dengan karies gigi diperoleh
presentase karies gigi yang dialami oleh anak usia sekolah sebesar 33,3%, sedangkan
anak yang tidak memiliki karies gigi memiliki presentase sebesar 66,7%. Terlihat
pada tabel berikut ini :
46
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karies Gigi
di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013.
Karies Gigi
Ya
Tidak
Total
Frekuensi
27
54
81
Presentase (%)
33,3
66,7
100
Karies Gigi
Tidak
%
N
%
39,5%
23
60,5%
27,9%
31
72,1%
33.3%
54
66,7%
Total
Value
Ya
n
15
12
27
n
43
38
81
%
100%
100%
100%
0,346
47
kebiasaan menggosok gigi buruk dan memiliki karies 27,9%. Dan anak dengan
kebiasaan menggosok gigi yang buruk cenderung tidak memiliki karies gigi sebesar
72,1%. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value 0,346 > (0,05) sehingga tidak ada
hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak
usia sekolah.
2. Hubungan antara jenis kelamin dengan karies gigi pada anak usia sekolah
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Karies Gigi Pada Anak Usia
Sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
Jenis kelamin
Karies Gigi
Tidak
Laki-laki
perempuan
Total
N
14
13
27
Total
Value
Ya
%
37,8
29,5
33.3
N
23
31
54
%
62,2
70,5
66,7
N
37
44
81
%
100
100
100
0,483
Berdasarkan tabel 5.7 Hubungan jenis kelamin dan karies gigi menunjukkan
bahwa dari 37 siswa laki-laki, sebanyak 23 (62,2%) yang memiliki karies gigi. Dan
dari 44 siswa perempuan sebanyak 31 (70,5%) memiliki karies gigi. Siswa dengan
jenis kelamin perempuan cenderung memiliki karies yang lebih besar dari anak lakilaki. Hasil uji chi square didapatkan p value 0,483, yang artinya pada = 5% dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan timbulnya karies
gigi.hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrohpiyah
tahun 2009, yang menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
timbulnya karies gigi. Sampel yang diteliti berjumlah 96 siswa dengan nilai p value
0,433.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi
Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri,
dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang
tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan
gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Pada usia anak sekolah (6-12
tahun) menurut Potter & Perry, (2005) sering disebut sebagai masa-masa laten yang
rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi
permanen pertama mulai tumbuh. Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi
permanen bersama-sama di dalam mulut, menandai masa gigi campuran pada anak.
Gigi yang baru tumbuh belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan. Fungsi
menyikat gigi yaitu untuk menghilangkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela
dan di permukaan gigi. Sisa makanan bila tidak dibersihkan akan mengalami
pembusukan
oleh
bakteri
Streptococcus
mutan.
Hasil
pembusukan
akan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Silvia
dkk,
2005
48
49
buruknya
kebersihan
gigi
dan
mulut,
dimana
akan
mempengaruhi juga angka karies dan pengyakit penyangga gigi. Maka frekuensi
menggosok gigi di SDN tersebut masih sering. Yang berarti kebiasaan
menggosok gigi di SDN tersebut masih baik.
b. Waktu
Berdasarkan
penelitian
yang dilakukan
oleh
Setiyawan
(2012)
50
menggosok gigi yang kemungkinan mereka menggosok gigi pada saat mandi
pagi dan sore hari, kebanyakan dari mereka tidak menggosok gigi pada malam
hari karena kemungkinan mereka malas, mengantuk dan ketiduran sehingga
mereka lupa menggosok gigi. Hal ini tidak sesuai dengan teori Potter & Perry
(2005).
c. Cara Menggosok Gigi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2012)
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara cara menggosok gigi dengan
karies gigi dengan p value = 0,001. Menggosok gigi adalah membersihkan gigi
dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak (Potter & Perry, 2005). Dalam
memberihkan gigi harus memberhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dan cara
menggosok gigi yang benar. Cara menggosok gigi yang baik dan benar adalah
membersihkan seluruh bagian gigi, gerakan vertikal dan gerakan lembut. Banyak
cara dalam menggosok gigi yaitu gerakan vertikal, horizontal, gerakan memutar
dan gerakan vibrasi/bergetar (Wong, 2003). Berdasarkan hasil penelitian siswa
yang melakukan gerakan tersebut di atas (40%-60%). Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kepedulian atau sensitifitas
anak terhadap cara menggosok gigi yang benar masih kurang. Kebanyakan dari
mereka mengetahui cara menggosok gigi dengan gerakan horizontal dan vertikal
saja. Selain itu pengetahuan tentang cara ata praktek menggosok gigi yang benar
yang diajarkan oleh orang tua masih kurang.
2. Gambaran Karies Gigi
Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh mata. Plak ini akan
bergabung dengan air ludah yang mengandung kalsium, membentuk endapan garam
mineral yang keras. Karies gigi merupakan proses multifactor, yang terjadi melalui
51
interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal di dalam mulut, serta
makanan terutama karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi asam melalui
proses glikolisis.
Bakteri yang berperan dalam glikolisis adalah Streptococcus mutans dan
Lactobacillus acidophilus, sedangkan asam organic yang terbentuk antara lain asam
piruvat dan asam laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH plak dan pH cairan
sekitar gigi sehingga terjadi demineralisasi gigi (Kidd & Bechal, 1992). Mineralisasi
plak (pengerasan struktur plak karena pembentukan kristal kalsium, dan mineralmineral lain dari saliva yang terkumpul dalam plak) terjadi setelah 24 jam, dan
menjadi sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi karang gigi (calculus) antara 1220 hari. Setelah itu, plak baru akan terbentuk diatas kalkulus yang telah ada dan
membentuk lapisan kalkulus yang baru. Oleh karena itu, kalkulus biasanya
ditemukan berlapis-lapis (Muttaqin dkk, 2010).
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor utama yang
saling mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau
diet, sebagai faktor tambahan yaitu waktu. Faktor sekunder lain yang penting adalah
praktik hygiene oral, aliran saliva (Alpers, 2006). Penyebab penyakit tersebut karna
konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi,
kurangnya perhatian kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali
memeriksa kesehatan gigi (Listiono, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami karies gigi
sebesar 27 siswa (33,3%), sedangkan siswa yang tidak memiliki karies gigi sebesar
54 siswa (66,3%). Angka siswa yang memiliki karies gigi cukup tinggi. Besarnya
persentasi siswa yang mengalami karies gigi yang disebabkan oleh mengkonsumsi
makanan manis, tetapi juga kondisi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
52
adalah kebiasaan menggosok gigi dan cara menggosok gigi yang tepat dan benar.
Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan
gerakan vertical dan gerakan lembut (Wong, 2003). Seluruh permukaan gigi dalam,
luar dan pengunyah harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat
tenaga tidak dianjurkan karena dapat merusak email gigi karena vibrasi (Potter &
Perry, 2005).
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Karies Gigi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitrohpiyah, (2009) menunjukan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan p value 0,778 yaitu antara kebiasaan
menggosok gigi anak dengan karies gigi. Namun penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi pada malam hari dengan
karies gigi.
Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak
pada gigi. Plak timbul dari sisa-sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi
kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut, seperti
Streptococcus mutan. Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh
mata. Plak akan bergabung dengan air liur yang mengandung kalsium,
membentuk endapan garam mineral yang keras. Pertumbuhan plak dipercepat
dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasinya bakteri
dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk mineral
yang disebut dengan karang gigi yang meningkatkan resiko karies gigi (Muttaqin
dkk, 2010).
53
Hasil uji chi square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
p value 0,346. Hal ini dikemungkinkan kebanyakan dari mereka terbiasa atau rajin
mengkonsumsi buah dan sayur selain itu mereka terbiasa memeriksa kesehatan
gigi dan mulut.
54
(2005) menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah
harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak
dianjurkan karena dapat merusak email dan gusi dan akan menyebabkan
perkembangan lubang karena vibrasi. Permukaan kunyah gigi dimana terdapat
fissura atau celah-celah yang sangat kecil dan menyikatsikat gigi yang paling
belakang (Rahmadhan, 2010).
Hasil uji chi square cara menggosok gigi depan dengan gerakan majumundur p value 0,017 dan menggosok gigi samping dengan gerakan memutar p
value 0,047 terdapat hubungan yang signifikan antara cara menggosok gigi
dengan karies gigi. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari mereka menggosok gigi
hanya dengan gerakan horizontal dan gerakan vertikal saja. Ini tidak sesuai
dengan teori houwink (1993).
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi :
1. Instrumen mengenai kebiasaan menggosok gigi yang digunakan merupakan hasil
pengembangan sendiri yang berlandasan dari teori, dan pertanyaan yang ada dalam
instrumen merupakan pertanyaan tertutup, sehingga bisa jadi pertanyaan dalam
instrumen ini belum mewakili apa yang dialami oleh responden.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di SDN
Ciputat 6 Kota Tangerang Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Karakteristik usia di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang sebagian besar adalah
berjenis kelamin perempuan sebanyak (54,3%) responden dan berjenis kelamin lakilaki (45,7%) responden. Pada penelitian ini, usia responden dalam rentang 9-12 tahun
dengan responden paling banyak berusia 10 tahun (33,3%)dan paling sedikit berusia
12 tahun (11,1%). Responden yang memiliki kebiasaan menggosok gigi yang kurang
baik lebih kecil (46,9%) dibandingkan menggosok gigi yang baik (53,1%).
Responden memiliki karies gigi lebih sedikit (33,3%) dibandingkan yang tidak
memiliki karies gigi (66,7%).
Hasil penelitian ini menggambarkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara variabel independen yaitu kebiasaan menggosok gigi anak dengan variabel
dependen yaitu karies gigi, p value ( 0,346). Penelitian diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengetahui hubungan kebiasaan
menggosok gigi dengan karies gigi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain :
1. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence based bagi pengembangan
ilmu keperawatan, khususnya mengenai pentingnya perawatan kesehatan gigi dan
mulut pada anak usia sekolah.
55
56
Daftar Pustaka
Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolph, edisi 20 volume 2. Jakarta : EGC. 2006.
Angela, A.Primary prevention in children with high caries risk.2005.
Anwar, F. D. Hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada
siswa SD Negeri 04 pasa gadang di wilayah kerja puskesmas pemancungan padang
selatan tahun 2011. 2011. pemancungan.pdf. (diakses pada tanggal 2 sept 2013 jam
11.51).
Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2006.
Behrman, R. E. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (Vol.2) (edisi 5). Jakarta : EGC. 1999.
Braunstein, n. S. Diet, food insecurity and dental caries prevalence and severity in children
ages 2-11. Boston University. Proquest database. 2008.
Behrman dkk, 1999. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi 15. Jakarta : EGC
Dep Kes, RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Direktorat Jendral
Pelayanan Medik. 2008
Dep Kes, RI. Pedoman Upaya kesehatan Gigi Masyarakat. Jakarta. Cetakan ketiga.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2007.
Fitrohpiyah, I. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Pada Anak Usia
Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kampung sawah III Kota Tangerang Selatan
Provensi Banten Tahun 2009. 2009
Hadnyanawati, H. Pengaruh Pola Jajan di Sekolah Terhadap Karies Gigi Pada Siswa
Sekolah Dasar di Kabupaten Jember. Journal of Dentistry-University of Indonesia
Vol.9/No.3/2002.
Houwink, dkk.Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Indonesia. 1993
Hidayat, Aziz A.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika. 2008
Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika. 2007.
Ihsani, V. Status kebersihan mulut anak usia sekolah dasar menurut kebiasaan menyikat gigi
sebelum tidur malam hari. Universitas Indonesia, Ilmu kesehatan Gigi Masyarakat dan
57
58
Kedokteran
Gigi
pencegahan.
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp/id=127455&lokasi=lokal.
2007
Jayanti, F. Hubungan antara perawatan gigi dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6
tahun di TK At-Taubah dan TK Persisti Jakarta. Laporan Penelitian. Depok :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2009.
Kidd, EAM. dan Bechal, SJ. Dasar - Dasar Karies : Penyakit dan Penanggulanggannya.
Jakarta. EGC. 1992.
Listiono , B. Kesehatan gigi dan mulut. Diakses pada tanggal 13 maret, 2013 jam 15.49. 2012
http://www.litbang.tangerangkota.go.id/index.PHP/detail_kesehatan_gigi_mulut
Lukihardianti, A. 85% Anak Usia Sekolah Menderita Karies Gigi. Maret 17,
2013.http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/09/12/Irevhf-sekitar85-persen-anak-usia-sekolah-mederita-karies-gigi. 2012
Leeson, C. Roland. Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta : EGC. 1996
Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian: Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan,
Kedokteran. Jakarta: Fitramaya 2008.
Muttaqin, Arief dkk. Gangguan Gastrointestinal. Banjarmasin. 2010
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineke Cipta. 2005.
Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2011.
Netty E. Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta 2004.
Nita, Noviani. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi (DMFT) santri
pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor. 2010.
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4
volume 2. Jakarta ; EGC. 2005.
Rhamadhan. Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune. 2010
Riyanti, E. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut
siswa-siswi sekolah dasar islam terpadu (SDIT) imam bukhori. Skripsi Universitas
Padjadjaran
Bandung.
Tidak
dipublikasikan.2005.
http://repository.unpad.ac.id/123456789/896, diakse 24 September 2013.
Santrock, John W. Perkembangan Anak. Edisi 11, jilid 1. Jakarta : Erlangga. 2007.
Santrock, John W. Perkembangan Anak, Children. Edisi 11, jilid 2. Jakarta : Salemba
Humanika. 2011.
59
Sekar dkk. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Menggosok Gigi Teknik
Modifikasi Bass dengan Keterampilan dan Kbersihan Gigi Mulut pada Anak MI AtTaufiq Kelas V. 2012
Setiyawan R. Hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi
pada anak usia sekolah di madrasa ibtidaiyah al-istiqomah tangerang. skripsi FIK
UI 2012
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007
Silvia dkk. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut
Siswa Skolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kota Madya Samarinda Profinsi
Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.) 2005.
Suparno, P. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius. 2001.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. 2007
Suyuti, M. Pengaruh makanan serba manis dan lengket terhadap terjadinya karies gigi
pada anak usia 9-10 tahun di SD Negeri monginsidi II makasar 2010.
Situmorang, N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup 2005
Siagian, A. Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies
Gigi pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu AIR II Simpang G Udang Kota Medan.
Info Kesehatan Masyarakat. 2008.
Tarwoto dkk. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : CV Trans
Info Media. 2009
Tarigan, R. Kesehatan Gigi dan Mulut. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1992.
Varvara, J. Risk/prevention indicator for the prevalence of dental caries in school children:
result from the italian OHSAR survey. Jurnal of caries. 2005.
Wahyu Ihsan. Faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan status karies gigi pada
anak sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Tesis.
FKM, Unifersitas Indonesia. 1999.
Warni, L. hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karies gigi diwilayah kecamatan delitua kabupaten deli serdang
skripsi FKM UI 2009.
Wong, D.L.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC. 2003
60
LAMPIRAN
61
62
KUESIONER
HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TIMBULNYA KARIES
GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS 4-6 DI SDN 6 CIPUTAT TANGERANG
SELATAN TAHUN 2013
Tujuan :
Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi Hubungan kebiasaan menggosok gigi
dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN 6 ciputat tangerang selatan
Petunjuk :
1. Dalam penelitian ini siswa/siswi boleh tidak mencantumkan nama atau dengan inisial
saja.
2. Untuk menjamin validasi dan akurasi data, saya mohon siswa/siswi menjawab dengan
jujur sesuai dengan kenyataan.
3. Pilih yang paling sesuai dengan memberikan tanda ().
63
A. DATA RESPONDEN
Petunjuk pengisian : Isilah lembar biodata responden dengan lengkap dan beri
tanda () pada kolom yang tersedia.
1. No. Responden
2. Nama / Kelas
3. Umur
tahun
4. Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
64
Petunjuk pengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling
tepat berikan tanda checklist ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan.
Keterangan : S
K
: jarang :
apabila lebih sering tidak dilakukan dari pada yang dilakukan
TP
: tidak pernah :
apabila hal yang ditanyakan tidak pernah dilakukan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PERTANYAAN
Saya menggosok gigi 2-3 kali sehari
Saya menggosok gigi sebelum tidur dimalam hari atau
setelah makan malam
Saya menggosok gigi setelah makan pagi
Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu halus
Saya menggosok gigi menggunakan odol
Saya menggosok gigi atas bagian dalam
7.
TP
65
8.
9.
10.
11.
66
RESPONDEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
ADA
TIDAK
ADA
67
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
68
Reliability
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
30
96.8
3.2
31
100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.886
14
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
P1
2.2333
1.16511
30
P2
2.9000
.88474
30
P3
1.3000
.83666
30
P4
2.6000
1.06997
30
P5
2.4333
1.00630
30
P6
2.6333
.99943
30
P7
2.5333
1.00801
30
P8
3.6000
.85501
30
P9
3.5667
.72793
30
P10
2.2333
1.19434
30
P11
2.9000
1.02889
30
P12
2.7000
.98786
30
P13
2.5000
.97379
30
P14
1.9000
1.21343
30
69
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
P1
33.8000
66.993
.605
.876
P2
33.1333
73.982
.337
.888
P3
34.7333
75.720
.239
.891
P4
33.4333
71.151
.421
.885
P5
33.6000
69.490
.560
.878
P6
33.4000
65.903
.801
.867
P7
33.5000
64.879
.862
.864
P8
32.4333
74.599
.309
.888
P9
32.4667
74.189
.413
.884
P10
33.8000
67.890
.538
.880
P11
33.1333
66.189
.756
.869
P12
33.3333
67.471
.705
.872
P13
33.5333
67.637
.706
.872
P14
34.1333
66.809
.585
.878
Scale Statistics
Mean
36.0333
Variance
79.895
Std. Deviation
8.93842
N of Items
14
70
Lampiran
Valid
Percent
Cumulative
Percent
7.4
7.4
7.4
kadang-kadang
21
25.9
25.9
33.3
sering
54
66.7
66.7
100.0
Total
81
100.0
100.0
P2
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
8.6
8.6
8.6
jarang
15
18.5
18.5
27.2
kadang-kadang
35
43.2
43.2
70.4
sering
24
29.6
29.6
100.0
Total
81
100.0
100.0
P3
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
10
12.3
12.3
12.3
jarang
17
21.0
21.0
33.3
kadang-kadang
25
30.9
30.9
64.2
sering
29
35.8
35.8
100.0
Total
81
100.0
100.0
71
P4
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
3.7
3.7
3.7
jarang
1.2
1.2
4.9
kadang-kadang
16
19.8
19.8
24.7
sering
61
75.3
75.3
100.0
Total
81
100.0
100.0
P5
Frequency Percent
Valid jarang
Valid
Percent
Cumulative
Percent
1.2
1.2
1.2
3.7
3.7
4.9
sering
77
95.1
95.1
100.0
Total
81
100.0
100.0
kadang-kadang
P6
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
2.5
2.5
2.5
jarang
4.9
4.9
7.4
kadang-kadang
21
25.9
25.9
33.3
sering
54
66.7
66.7
100.0
Total
81
100.0
100.0
P7
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
2.5
2.5
2.5
jarang
7.4
7.4
9.9
kadang-kadang
20
24.7
24.7
34.6
sering
53
65.4
65.4
100.0
Total
81
100.0
100.0
72
P8
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
4.9
4.9
4.9
jarang
10
12.3
12.3
17.3
kadang-kadang
14
17.3
17.3
34.6
sering
53
65.4
65.4
100.0
Total
81
100.0
100.0
P9
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
3.7
3.7
3.7
jarang
6.2
6.2
9.9
kadang-kadang
15
18.5
18.5
28.4
sering
57
70.4
70.4
98.8
1.2
1.2
100.0
81
100.0
100.0
41
Total
P10
Frequency Percent
Valid tidak penah
Valid
Percent
Cumulative
Percent
7.4
7.4
7.4
11.1
11.1
18.5
kadang-kadang
31
38.3
38.3
56.8
sering
35
43.2
43.2
100.0
Total
81
100.0
100.0
jarang
P11
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
9.9
9.9
9.9
jarang
12
14.8
14.8
24.7
kadang-kadang
27
33.3
33.3
58.0
sering
34
42.0
42.0
100.0
Total
81
100.0
100.0
73
ANALISIS BIVARIAT
1.
kebiasaan_menggosokgigi * Karies_gigi Crosstabulation
Karies_gigi
ya
kebiasaan_menggosokgigi
buruk
Count
% within
kebiasaan_menggosokgigi
baik
Count
% within
kebiasaan_menggosokgigi
Total
Count
% within
kebiasaan_menggosokgigi
tidak
Total
12
31
43
27.9%
72.1%
100.0%
15
23
38
39.5%
60.5%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.270
.750
.387
1.215
.270
1.215
b
N of Valid Cases
.346
1.200
.273
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,67.
b. Computed only for a 2x2 table
.193
74
2.
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
Total
Percent
Percent
Jenis_kelamin * Karies_gigi
81
100.0%
.0%
81
100.0%
frekuensi * Karies_gigi
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
81
100.0%
.0%
81
100.0%
waktumalamhari *
Karies_gigi
waktupagihari * Karies_gigi
sikatgigiberbuluhalus *
Karies_gigi
menggunakanodol *
Karies_gigi
gigiatasdalam * Karies_gigi
gigidepanmemutar *
Karies_gigi
gigidepanmajumundur *
Karies_gigi
gigidepanmutar * Karies_gigi
gigisampingmemutar *
Karies_gigi
gigisampingmajumundur3 *
Karies_gigi
3.
Crosstab
Karies_gigi
ya
Jenis_kelamin
ya
Count
% within Jenis_kelamin
tidak
Count
% within Jenis_kelamin
Total
Count
% within Jenis_kelamin
tidak
Total
14
23
37
37.8%
62.2%
100.0%
13
31
44
29.5%
70.5%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
75
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.430
.305
.581
.621
.431
.622
b
.483
Linear-by-Linear Association
.614
N of Valid Cases
.290
.433
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,33.
b. Computed only for a 2x2 table
4.
Crosstab
Karies_gigi
ya
frekuensi
Count
% within frekuensi
18
27
33.3%
66.7%
100.0%
18
36
54
33.3%
66.7%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Count
% within frekuensi
Total
Count
% within frekuensi
Total
tidak
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
1.000
.000
1.000
.000
1.000
.000
b
N of Valid Cases
1.000
.000
81
1.000
.602
76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
5.
Crosstab
Karies_gigi
ya
waktumalamhari
Count
% within waktumalamhari
Total
40
57
29.8%
70.2%
100.0%
10
14
24
41.7%
58.3%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Count
% within waktumalamhari
Total
17
Count
% within waktumalamhari
tidak
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.302
.600
.439
1.046
.306
1.066
b
.315
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
1.053
.218
.305
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00.
b. Computed only for a 2x2 table
6.
Crosstab
Karies_gigi
ya
waktupagihari
Count
% within waktupagihari
tidak
Total
17
35
52
32.7%
67.3%
100.0%
77
Count
% within waktupagihari
Total
10
19
29
34.5%
65.5%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Count
% within waktupagihari
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.870
.000
1.000
.027
.870
.027
b
1.000
Linear-by-Linear Association
.027
N of Valid Cases
.529
.871
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,67.
b. Computed only for a 2x2 table
7.
Crosstab
Karies_gigi
ya
sikatgigiberbuluhalus
Count
% within
sikatgigiberbuluhalus
Count
% within
sikatgigiberbuluhalus
Total
Count
% within
sikatgigiberbuluhalus
tidak
Total
16
20
20.0%
80.0%
100.0%
23
38
61
37.7%
62.3%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
78
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.145
1.403
.236
2.262
.133
2.125
b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
.179
Linear-by-Linear Association
2.098
N of Valid Cases
.117
.147
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,67.
b. Computed only for a 2x2 table
8.
Crosstab
Karies_gigi
ya
menggunakanodol
Count
% within menggunakanodol
Total
25.0%
75.0%
100.0%
26
51
77
33.8%
66.2%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Count
% within menggunakanodol
Total
Count
% within menggunakanodol
tidak
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.717
.000
1.000
.138
.710
.131
b
N of Valid Cases
1.000
.130
.719
81
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
b. Computed only for a 2x2 table
.593
79
9.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigiatasdalam
Count
% within gigiatasdalam
19
27
29.6%
70.4%
100.0%
19
35
54
35.2%
64.8%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Count
% within gigiatasdalam
Total
Count
% within gigiatasdalam
Total
tidak
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.617
.062
.803
.253
.615
.250
b
.803
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
.247
.405
.619
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
10.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigidepanmemutar
Count
% within gigidepanmemutar
Count
% within gigidepanmemutar
Total
Count
% within gigidepanmemutar
tidak
Total
23
28
17.9%
82.1%
100.0%
22
31
53
41.5%
58.5%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
80
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.032
3.609
.057
4.901
.027
4.612
b
.047
Linear-by-Linear Association
4.555
N of Valid Cases
.027
.033
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table
11.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigidepanmajumundur
Count
% within
gigidepanmajumundur
Count
% within
gigidepanmajumundur
Total
Count
% within
gigidepanmajumundur
tidak
Total
24
28
14.3%
85.7%
100.0%
23
30
53
43.4%
56.6%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.008
5.738
.017
7.602
.006
6.987
b
N of Valid Cases
.012
6.900
81
.009
.007
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table
12.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigidepanmutar
Count
% within gigidepanmutar
Total
32
46
30.4%
69.6%
100.0%
13
22
35
37.1%
62.9%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Count
% within gigidepanmutar
Total
14
Count
% within gigidepanmutar
tidak
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.526
.157
.692
.401
.526
.402
b
.635
Linear-by-Linear Association
.398
N of Valid Cases
.345
.528
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,67.
b. Computed only for a 2x2 table
13.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigisampingmemutar
Count
% within
gigisampingmemutar
Count
tidak
Total
11
36
47
23.4%
76.6%
100.0%
16
18
34
82
% within
gigisampingmemutar
Total
47.1%
52.9%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
Count
% within
gigisampingmemutar
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.026
3.960
.047
4.952
.026
4.967
b
.033
Linear-by-Linear Association
4.906
N of Valid Cases
.023
.027
81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,33.
b. Computed only for a 2x2 table
14.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigisampingmajumundur3
Count
% within
gigisampingmajumundur3
Count
% within
gigisampingmajumundur3
Total
Count
% within
gigisampingmajumundur3
tidak
Total
14
23
39.1%
60.9%
100.0%
18
40
58
31.0%
69.0%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%
83
laki-laki
Count
% within Jenis_kelamin
perempuan
Count
% within Jenis_kelamin
Total
Count
% within Jenis_kelamin
ya
Total
14
23
37
37.8%
62.2%
100.0%
13
31
44
29.5%
70.5%
100.0%
27
54
81
33.3%
66.7%
100.0%