Anda di halaman 1dari 99

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TIMBULNYA

KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS 4-6 DI SDN


CIPUTAT 6 TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2013

Disusun oleh :
SITI ALIMAH SARI
NIM : 108104000009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 2014

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: Siti Alimah Sari

NIM

: 108104000009

Program Studi

: Ilmu keperawatan

Tahun Akademik

: 2008

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas kedokteran dan ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2014

Siti Alimah Sari

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES


THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES
Undergraduated Thesis, January 2014
Siti Alimah Sari, NIM : 108104000009
RELATIONSHIP BETWEEN TOOTH BRUSHING HABIT WITH THE
INCIDENCE OF DENTAL CARIES IN SCHOOL AGE CHILDREN GRADES 4-6 AT
SDN 6 CIPUTAT TANGERANG 2013
xiv + 69 Pages + 9 Tables + 2 Charts + 5 Appendices

ABSTRACT

The main health problems in the childs mouth cavity is dental caries. The prevalence of
dental caries tends to increase 60%-80%. The purpose of this study was to determine whether
tooth brushing habit, how to brush, time to brush, frequency to brush the SDN Ciputat 6
Tangerang in Banten Provinsi. Using method of quantitative with cross sectional approach.
Using proportionate random sampling technique in children 9-12 years old or grades 4-6.
Atotal of 81 childrent. The instrumen used in the children, form of quetionnaries, observation
of caries examination. The results of the analysis used chi square at < 0,05. Results showed
analysis there is not significant corelation between the independent variable its a toot
brushing habit of children with dependent variable is dental caries, having p value = 0,346.
This study is expected tobe referency for further research.

Keywords

: School-Age Children, Tooth Brushing, Dental Caries

Reference

: 54 (1986-2010)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Januari 2014
Siti Alimah Sari, NIM : 108104000009
Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies Gigi pada Anak Usia
Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013.
xiv + 69 Halaman + 9 Tabel + 2 Bagan + 5 Lampiran

ABSTRAK
Masalah kesehatan utama mulut dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Prevalensi
karies gigi di Indonesia cenderung meningkat 60%-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi, cara menggosok gigi, waktu menggosok
gigi, frekuensi menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan
Provinsi Banten. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan teknik
Proportionate random sampling pada anak usia 9-12 tahun atau kelas 4-6 sebanyak 81
responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan observasi pemeriksaan gigi.
Analisis data menggunakan uji Chi Square pada < 0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen yaitu kebiasaan menggosok
gigi dengan variabel dependen yaitu karies gigi, yang memiliki p value = 0,346. Peneliti ini
diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor
yang dominan.

Kata kunci
Daftar bacaan

: Anak Usia Sekolah, Menggosok Gigi, Karies Gigi


: 54 (1986-2010)

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Siti Alimah Sari

Tempat Tanggal Lahir

: Cirebon, 24 Juli 1989

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Jl. Pejompongan Rt/Rw 004/006 kelurahan bendungan hilir


kecamatan tanah abang - jakarta pusat

E-mail

: alimahsari24@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SDN III JAPURAKIDUL

(1996-2002)

2. SMP MUHAMMADIYAH 6

(2002-2005)

3. MA NEGERI CIREBON

(2005-2008)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian dengan
judul: hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak
usia sekolah kelas 4-6 di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten Tahun 2013
Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan sahabat
beliau, figure yang senantiasa memberikan inspirasi tentang berbagai hal dalam menyikapi
kehidupan menuju Ridho-Nya.
Selama proses pendidikan dan menyusun skripsi ini, penulis sangat banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih banyak kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.
2. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk Waras Budi Utomo S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
4. Ibu Eni Nuraini,S.kep.M.Sc selaku wakil Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.
5. Ibu Maulina Handayani S.Kp, M.Sc dan Ibu Yenita, M.Kp, Sp.Mat,Ph.D selaku dosen
pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk beliau atas peluang yang

diberikan, waktu, sumbangan fikiran dan motivasi yang sangat berarti guna lebih
baiknya penyusunan skripsi ini.
6. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan
pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK
UIN Jakarta).
8. Ayahanda Bapak Abdullah dan Ibu Qoriyah yang selalu memberikan nasehat,
motivasi serta doa yang tiada henti-hentinya serta kakak tercinta Fatonah, Firman
yang selalu memberikan warna dalam hidup.
9. Sahabat-sahabat ku (reni,rere,tika,ikhwan,monic) yang selalu memberikan semangat.
10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, doa dan
semangat dalam menyusun proposal penelitian.
Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT
dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2014

Siti Alimah Sari

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN

SURAT PERNYATAAN .........................................................................................

ABSTRAK ................................................................................................................

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ .

iv

PANITIA SIDANG ..................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................

vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................

viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................

DAFTAR TABEL ....................................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................

xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................

B. Rumusan Masalah .............................................................

C. Tujuan Penelitian ...............................................................

D. Manfaat Penelitian .............................................................

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................

TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi ....................................................................................

B. Perkembangan Anak Usia Sekolah ...................................

11

C. Perkembangan Kognitif Anak .......................................

14

BAB III

BAB 1V

D. Tahap Pertumbuhan Gigi ..................................................

16

E. Kebiasaan Menggosok Gigi ..............................................

17

F. Karies Gigi ........................................................................

22

G. Etiologi Karies ...................................................................

25

H. Pencegahan Karies ............................................................

25

I.

Faktor-Faktor Penyebab Karies .........................................

29

J.

Penelitian Terkait ..............................................................

32

K. Kerangka Teori ..................................................................

35

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep ......

36

B. Hipotesa .

36

C. Definisi Operasional ..

37

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...............

38

B. Waktu penelitian ...............................................................

38

C. Lokasi Penelitian ...............................................................

38

D. Populasi dan sampel ..........................................................

39

1.

Populasi .........................................................................

49

2.

Sampel ...........................................................................

49

E. Teknik Pengambilan Sampel .............................................

41

F. Metode Pengumpulan Data ...............................................

42

1.

Instrumen Penelitian .....................................................

42

2.

Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................

43

xi

BAB V

BAB VI

BAB VII

G. Tahap Pengambilan Data ..................................................

44

H. Teknik Analisis Data .........................................................

45

1. Pengolahan Data ...........................................................

45

2. Analisa Data ..................................................................

46

I.

Alat Pengumpulan Data ....................................................

47

J.

Etika Penelitian .................................................................

48

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................

50

B. Hasil Analisis Univariat ......................................................

50

C Hasil Analisis Bivariat ..........................................................

53

PEMBAHASAN
A. Pembahasan Analisis univariat ............................................

56

B. Pembahasan Analisis Bivariat .............................................

61

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN ....................................................................

64

B. SARAN .................................................................................

65

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................

66

LAMPIR

Nomor Tabel

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1

Definisi Operasional .................................................................

37

Tabel 4.1

Proporsi Jumlah Sampel Penelitian ..........................................

42

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ................

50

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...

51

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan


Menggosok Gigi .......................................................................

51

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Cara Menggosok Gigi .............................

52

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karies Gigi .............

53

Tabel 5.6

Hasil Analisis Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan


Timbulnya Karies Gigi .............................................................

Tabel 5.7

53

Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Karies Gigi pada


Usia Sekolah .....................................................................

xiii

54

Nomor Bagan

Daftar Bagan

Hal

Bagan 2.1

Kerangka Teori .........................................................................

35

Bagan 3.1

Kerangka Konsep ......................................................................

36

Teringat lantunan doa-doa mu


Dalam hening kau tadahkan tanganmu
Tetes piluh dan airmatamu
Menyertai tiap titik perjuanganku
Demi masa depanku
Kau relakan kebahagiaanmu
Duhai mimi dan bapak tercinta
Terimalah buah dari perjuanganku ini
Sebagai persembahku untukmu
Ananda
Siti Alimah Sari

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya sangat luas
sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat, kebiasaan menggosok gigi
merupakan hal yang terpenting, berdasarkan data waktu menyikat gigi menunjukkan
bahwa perilaku pelihara diri masyarakat Indonesia dalam kesehatan mulut masih sangat
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa 91,1% penduduk Indonesia sudah menyikat
gigi, namun hanya 7,3% yang berperilaku benar dalam menyikat gigi (Depkes, 2007).
Gambaran rendahnya persentase kebiasaan menggosok gigi di Indonesia juga di
Provinsi Banten dan Kota Tangerang digambarkan dengan kebiasaan menggosok gigi
masih kurang baik. Sebanyak 94,8% anak sekolah mempunyai kebiasaan menggosok
gigi setiap hari dengan persentase yang menggosok gigi setelah makan pagi sebesar
95,7% dan sebelum tidur malam hanya 26,6%. Sementara itu, persentase masyarakat
Kota Tangerang yang menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum tidur
adalah 6,4%. Meskipun sebagian besar penduduk Banten sudah rajin menggosok gigi
setiap hari namun ternyata persentase penduduk yang berperilaku benar dalam
menggosok gigi masih sangat rendah yaitu hanya 4,8%. Berperilaku benar dalam
menggosok gigi adalah bila seseorang mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari
dengan cara dan pada waktu yang benar, yaitu dilakukan pada saat sesudah makan dan
sebelum tidur (Listiono, 2012). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang dalam menggosok gigi masih
sangat kurang.
Kebiasaan menggosok gigi yang masih sangat kurang dapat menyebabkan
gangguan gigi dan mulut karena menurut (Potter & Perry, 2005). Menggosok gigi setelah
makan di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel
setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
makanan yang menempel setelah makan malam. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk
dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya berbagai penyakit dirongga
mulut seperti penyakit karies gigi. Di Indonesia penyakit gigi dan mulut terutama karies
masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun dewasa. Data Kementrian Kesehatan
RI tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 60%80%.
Hasil RISKESDAS tahun 2007 mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi
aktif di provinsi Banten sebesar 37,3% dan di Kota Tangerang adalah 43,3%, karies gigi
menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah. Penduduk usia 10
tahun keatas yang berperilaku benar menggosok gigi (menyikat gigi setiap hari sesudah
makan pagi dan sebelum tidur) masih sangat rendah. persentase yang menggosok gigi
setiap hari sesudah makan pagi hanya 12,6% dan sebelum tidur malam hanya 28,7%
(Listiono, 2012). Di Indonesia, prevalensi karies gigi mencapai 85% pada anak usia
sekolah (Lukihardianti, 2011).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penduduk Indonesia
pada usia 10 tahun ke atas, sebanyak 46% mengalami penyakit gusi dan 71,2%
mengalami karies gigi, sedangkan kelompok umur 12 tahun, sebanyak 76,2% mengalami
karies atau gigi berlubang. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko penyakit
lain (Depkes, 2007).

Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun


dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan
kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi/pergantian dari gigi
susu ke gigi permanen (Wong, 2003).
Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi,
penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan
menyebabkan nyeri, gangguan tidur, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya
dan bahkan kematian. Penyebab penyakit tersebut karena konsumsi makanan yang manis
dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian kesehatan gigi
dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa kesehatan gigi (Listiono,
2012).
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia
dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik
seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi. Kemampuan menggosok gigi
secara baik dan benar merupakan faktor cukup penting untuk pemeliharaan gigi dan
mulut (Riyanti, 2005).
Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke arah kemajuan, oleh
karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi mulut secara lebih
rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri
(Riyanti, 2005). Salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut adalah
dengan metode pendidikan kesehatan. Menurut Angel (2005) keterampilan menggosok
gigi harus diajarkan dan diterapkan pada anak disegala umur terutama usia anak sekolah
karena usia itu mudah menerima dan menanamkan nilai-nilai dasar. Anak sekolah
memerlukan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menggosok gigi.

Pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah melakukan upaya untuk


menanggulangi prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Pemerintah
Indonesia telah bekerja sama dengan pihak swasta dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI) dalam program gerakan pemeriksaan gigi gratis dan edukasi tentang kebersihan
gigi kepada anak-anak dan orang tua yang diselenggarakan pada Bulan Kesehatan Gigi
Nasional (Lukihar dianti, 2011). Melalui program tersebut, masyarakat lebih mudah
memeriksa gigi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan gigi.
Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat
perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap.
Orang tua menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila
tidak dilakukan perawatan untuk mencegah karies sejak dini pada anak. Peran orang tua
sangat diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan anak khususnya kebersihan gigi dan
mulut karena anak masih bergantung pada orang tua. Disamping itu perawat perlu
menjalankan tugan dan perannya dalam meningkatkan kebiasaan menggosok gigi yang
baik dan menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi pada anak usia sekolah.
Perawat dapat memberikan promosi kesehatan di lingkungan keluarga dan sekolah.
Perawat dapat menyelenggarakan promosi kesehatan tentang kesehatan gigi melalui
kerja sama dengan pihak sekolah (Potter & Perry, 2005). Selain itu perawat dapat
memberikan promosi kesehatan kepada orang tua agar dapat mengajarkan dan
menerapkan kebiasaan kesehatan yang baik kepada anak.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di 3 SDN yang melibatkan siswa
kelas 4-6 SDN. SDN yang terlibat antara lain SDN Legoso, SDN 5 Ciputat dan SDN
Ciputat 6 pada siswa kelas 4-6 SDN masing-masing sebanyak 20 siswa di masingmasing SDN tersebut didapat data SDN Legoso terdapat 20 % anak yang mengalami

karies gigi, SDN 5 Ciputat terdapat 40 % anak yang mengalami karies gigi, dan SDN
Ciputat 6 terdapat 55% anak yang mengalami karies gigi. Data yang di dapat adalah
dengan melakukan pemeriksaan langsung pada gigi anak dan peneliti juga menanyakan
kebiasaan menggosok gigi. Dengan data tersebut, maka peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian di SDN Ciputat 6 karena prevalensinya lebih tinggi dibandingkan dengan dua
SDN lainnya.

B. Rumusan masalah
Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun
dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan
kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi/pergantian dari gigi
susu ke gigi permanen. Karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu
mikroorganisme, saliva, dan substrat, sebagai faktor tambahan yaitu waktu
Penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi dan karies gigi pada anak usia
sekolah di Kota Tangerang perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan prevalensi karies gigi
yang tinggi dan hanya 4,8% masyarakat Kota Tangerang yang menerapkan menggosok
gigi. Karies gigi banyak dialami oleh anak usia sekolah. Prevalensi karies gigi yang
tinggi sangat mengkhawatirkan karena karies gigi menimbulkan dampak negative bagi
penderitanya. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya tentang karies gigi belum
banyak dilakukan pada anak usia Sekolah Dasar di Kota Tangerang. Oleh karena itu,
penelitian tertarik untuk mengetahui tentang hubungan
dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah.

kebiasaan menggosok gigi

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya
karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan provinsi
Banten Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui kebiasaan menggosok gigi (frekuensi, waktu, cara) pada anak usia
sekolah kelas 4-6 di SDN 6 Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Tahun 2013.
b. Diketahui adanya karies gigi pada anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6
Kota Tangerang Selatan Provinsi BantenTahun 2013.
c. Diketahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada
anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi
Banten Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian
1.

Bagi Profesi Keperawatan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi
keperawatan dalam pengembangan perencanaan keperawatan anak di komunitas,
tentang pelaksanaan kebersihan gigi dan mulut salah satunya kebiasaan menggosok
gigi yang bertujuan untuk dapat mencegah karies gigi.

2. Bagi Sekolah (UKS)


Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut
pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Tahun 2013.

3. Bagi siswa
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa
mengenai frekuensi menggosok gigi, cara menggosok gigi dan waktu menggosok gigi
baik dalam kebersihan gigi dan mulut.
4. Bagi puskesmas
Menjadi masukan bagi puskesmas Ciputat dalam upaya mewujudkan
kesehatan anak usia sekolah khususnya dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
5. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi dasar untuk
penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kesehatan gigi terutama kebiasaan
menggosok gigi serta masalah karies gigi.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggambarkan kebiasaan menggosok gigi pada anak sekolah
terhadap karies gigi. Penelitian ini dilakukan di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan pada
tahun 2013. Populasi penelitian ini adalah anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6.
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan kuantitatif,
sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu dengan
meneliti variabel terikat dan variabel bebas. Sebagai sampel penelitian dipilih siswa kelas
4-6 atau usia sekolah karena pada usia sekolah gigi mulai digantikan dari gigi susu ke
gigi permanen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi
1. Pengertian Gigi
Gigi merupakan salah satu aksesoris dalam mulut dan memiliki struktur
bervariasi dan banyak fungsi. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan
mengunyah makanan (Muttaqin dkk, 2010). Gigi normal terdiri dari tiga bagian;
kepala, leher, dan akar. Gigi yang sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjarjar
rapi (Potter & Perry, 2005).
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibandingkan yang lainnya
strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di
dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang
memperkokoh gigi (Rahmadhan, 2010).
2. Fungsi Gigi
Fungsi gigi menurut Rhamadhan, 2010
a. Pengunyahan
Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan
serta meringankan kerja proses pencernaan.
b. Berbicara
Gigi sangan diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf
tertentu seperti huruf T, V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak
terasa sempurna.
c. Estetik

Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi yang rapih
dan bersih.
3. Bagian-Bagian Gigi
Bagian-Bagian Gigi menurut Leeson, (1996) antara lain :
a. Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling keras dari
seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Bangunan kristalin yang
kompleks dan padat ini mengandung mineral kalsium, fosfat dan flourida. Email
meliputi seluruh mahkota gigi. Fungsi email melindungi gigi dari zat yang sangat
keras dan melindungi gigi saat menggigit dan mengunyah.
b. Dentin adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin lebih lunak
dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat, darah dan limfe.
c. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh
darah, fungsinya adalah berespon tehadap stimulus (panas dan dingin).
Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin dengan nyeri yang ringan
yang terjadi selama kurang dari 10 detik.
d. Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbatasan langsung
dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh.
4. Bentuk dan fungsi gigi
Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto dkk, 2009
a. Gigi seri, jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas dan empat
buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan menggunting makanan.
b. Gigi taring, jumlahnya ada empat buah, di atas dua dan di bawah dua. Gigi taring
terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing, berfungsi untuk mencabik
makanan. Akar gigi taring ini hanya satu.

10

c. Gigi geraham kecil, jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas dan empat
buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan pengganti gigi geraham sulung.
Letaknya di belakang gigi taring, akar gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali
yang atas depan, memiliki dua akar. Gigi geraham kecil berfungsi untuk
menghaluskan makanan.
d. Gigi geraham besar, jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas dan enam
buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil,
masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebar dan bertonjol-tonjol, gigi ini
yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi geraham terakhir, sering kali
akarnya bersatu menjadi satu dan berfungsi untuk menggiling makanan.

B. Perkembangan Anak Usia Sekolah


Usia sekolah adalah rentang usia 6 sampai 12 tahun sering disebut sebagai masamasa yang rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi
permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). Dengan adanya variasi gigi susu dan
gigi permanen bersama-sama didalam mulut, menandai masa gigi campuran pada anak.
Gigi yang baru tumbuh belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan (Potter &
Perry, 2005). Anak usia 6 sampai 7 tahun belum mampu menggosok gigi secara mandiri.
Usia mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi terhadap daya tangkap
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya. Keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan lebih baik dari
pada laki-laki. Anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis,
khususnya dalam tugas motorik halus dibandingkan dengan anak laki-laki (Sekar dkk,
2012).

11

Keterampilan menggosok gigi berkaitan dengan perkembangan motorik halus


anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti mengamati sesuatu,
menulis, dan sebagainya (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2006).
Keterampilan motorik halus pada usia 6 sampai 7 tahun dalam menggosok gigi
adalah anak masih membutuhkan bantuan untuk menggosok gigi dengan seksama dan
perlu diajarkan cara melakukan perawatan gigi secara mandiri (Potter & Perry, 2005).
Oleh sebab itu, anak belum mampu menggosok gigi secara seksama dan mandiri pada
usia 6 sampai 7 tahun. Peran orang tua sangat diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan
anak. Khususnya kebersihan gigi dan mulut karena anak masih bergantung pada orang
tua. Orang tua mempunyai kewajiban dalam menjaga kesehatan anak.
Anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada saat usia 8
sampai 10 tahun. Hal ini dikarenakan, anak mengalami peningkatan keterampilan
motorik halus yang membuat anak mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri
pada usia 8 sampai 10 tahun (Potter & Perry, 2005). Anak usia 10-12 tahun adalah usia
yang dianjurkan WHO untuk dilakukan penelitian kesehatan gigi karena perilaku
kesehatan gigi pada usia 10-12 tahun lebih kooperatif dari pada kelompok umur yang
lebih muda dan juga dianggap sudah mandiri dalam kegiatan menggosok gigi gigi (Netty
E, 2004). Usia 10-12 tahun juga merupakan periode kritis dalam pemeliharaan dan
peningkatan gaya hidup seseorang. Pada tahap ini terjadi peningkatan proses
metabolisme yang mengakibatkan kebutuhan energi meningkat, meningkatnya
kebutuhan energi menyebabkan perilaku mengkonsumsi makanan atau mengemil pada
anak juga meningkat dan pola makan yang tidak teratur dibandingkan usia anak lainnya
(Santrok, 2007).

12

Anak usia 6 - 12 tahun, periode yang kadang-kadang yang disebut sebagai masa
anak-anak pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif
untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak
usia sekolah untuk mengevaluasi teman-temannya. Sebagai akibatnya, penghargaan diri
menjadi masalah sentral. Tidak seperti bayi dan anak pra-sekolah, anak-anak usia
sekolah dinilai menurut kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang bernilai social,
seperti nilai-nilai atau pekerjaan yang baik. Karenanya, Erikson mengidentifikasi
masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai masa krisis antara keaktifan dan
inferioritas (Behrman, dkk. 1999).
Keseimbangan antara sifat ketergantungan dan sifat mampu berdiri sendiri
dilakukan secara baik oleh seorang anak usia 7 - 11 tahun, anak usia 7 - 11 tahun akan
menganggap kurang pantas bila memperlihatkan sifat bergantung pada orang tuanya.
Seorang anak usia 7 - 11 tahun yang secara terang-terangan memperlihatkan sifat
bergantung kepada orang tuanya, menunjukan bahwa perkembangannya tidak wajar,
sebab pada umur ini anak seharusnya sudah mulai memperhatikan corak kelakuan orang
tuanya. Anak wajib mengembangkan kemampuan berdiri sendiri, rasa tanggung jawab
dan merasa mempunyai kewajiban. Pada usia 7 - 11 tahun yang diperlukan anak adalah
disiplin guna mengatasi kesukaran yang tidak dapat di selesaikan sendiri (Latif dkk,
1985).
Kemampuan meningkatkan motorik halus pada anak dalam pertengahan masa
kanak-kanak membuat mereka sangat mandiri untuk mandi, berpakaian dan merawat
kebutuhan personal lain. Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat yang
dalam prosesnya kebutuhan ini akan terpenuhi (Potter & Perry, 2005). Pada masa ini
keterampilan menggunakan anggota badan, kepandaian berfikir merupakan hal yang
penting (Latif dkk, 1985).

13

C. Perkembangan Kognitif Anak


a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi baru lahir
sampai sekitar 2 tahun, tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget (Piaget &
Inhelder, 1969; Piaget, 1981). Pada tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan
pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba,
menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain. Bayi memperoleh pengetahuan
tentang

dunia

dari

tindakan-tindakan

yang

mereka

lakukan

bayi

mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan


fisik (Santrock, 2007). Pada tahap ini anak belum dapat berbicara dengan bahasa.
Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu
benda yang tidak berada didekatnya (Suparno, 2001).
b. Tahap Praoperasi (Usia 2-7 tahun)
Menurut piaget (1981), pemikiran anak pada umur 4 sampai 7 tahun berkembang
pesat secara bertahap ke arah konseptualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis
dan prakonseptual ke permulaan operasional. Tetapi, perkembangan itu belum
penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu
bentuk pemikiran semi-simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam
hal ini seorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan
intuitif yang masih mirip dengan tahap sensorimotor.
c. Tahap Operasi Konkret (usia 8-11 tahun)
Tahap ini dicirikan dengan pemikiran anak yang sudah berdasarkan logika tertentu
dengan sifat reversibelitas dan kekekalan. Anak ini sudah dapat berfikir lebih
menyeluruh dengan melihat banyak unsur dalam waktu yang sama. Pemikiran
anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berfikir

14

seriasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara


probabilitas. Konsep akan bilangan, waktu, dan ruang sudah semakin lengkap
terbentuk. Ini semua membuat anak sudah tidak lagi egosentris dalam pemikiran.
Meskipun demikian, pemikiran yang logis dengan segala unsurnya diatas masih
terbatas diterapkan pada benda-benda yang konkret, pemikiran itu belum
diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak. Maka, anak pada tahap ini
masih tetap kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai segi dan
variabel terlalu banyak. Ia juga masih belum dapat memecahkan persoalan yang
abstrak. Itulah sebabnya, ilmu aljabar atau persamaan tersamar pasti akan sulit
baginya (Suparno, 2001). Pemikiran operasional konkret melibatkan operasi,
konservasi, klasifikasi, seriasi, dan transitivity. Pemikiran tidak seabstrak pada
perkembangan berikutnya (Santrock, 2011).

D. Tahap Pertumbuhan Gigi


a. Masa usia bayi (0-12 bulan)
Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Makanan yang padat dapat
diterima mulut pada usia 5-6 bulan. Mengunyah dimulai usia 6-8 bulan dan
pertumbuhan gigi pertama pada bayi muncul sekitar usia 6-8 bulan (Potter & Perry,
2005).
b. Masa usia balita (1-3 tahun)
Dua puluh gigi susu telah ada, usia 2 tahun anak mulai menggosok gigi dan
belajar praktik higienis dari orang tua. Pada usia 6 tahun, gigi balita mulai tanggal dan
diganti gigi permanen (Potter & Perry, 2005). Anak mulai menginginkan menggosok
gigi secara mandiri pada usia 2 tahun, akan tetapi anak tetap membutuhkan
pengawasan orang tua. Tujuan membersihkan gigi pada masa ini adalah mengangkat

15

plak yaitu deposit bakteri yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi.
Salah satu metode yang paling efektif untuk mengangkat plak adalah menggosok gigi
dengan sikat gigi yang kecil, berbulu pendek dan halus (Wong, 2003).
c. Masa usia prasekolah (3-5 tahun)
Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah lengkap.
Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk memelihara gigi primer. Kontrol
motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi anak masih membutuhkan
bantuan dan pengawasan orang tua dalam menggosok gigi (Potter & Perry, 2005).
d. Masa usia sekolah (6-12 tahun)
Gigi susu diganti dengan gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali
geraham kedua dan ketiga. Karies dan ketidakteraturan gigi dalam jarak gigi adalah
masalah kesehatan yang penting (Potter & Perry, 2005).
E. Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari
sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan
pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat
untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena
itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan
gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus menerus.
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry, 2005).
Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari pada waktu
yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari senelum tidur serta
perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat mempengaruhi terjadinya karies
gigi (Kidd, 1992).

16

Menggosok gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta
dengan tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak, yaitu di tepi gusi
(perbatasan gigi dan gusi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure atau celahcelah yang sangat kecil dan sikat gigi yang paling belakang (Rahmadhan, 2010).
Menggosok gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan memiliki bulu yang cukup
kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Menggosok gigi harus diganti setiap 3
bulan. Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi,
gerakan vertical, dan bergerak lembut (Wong 2003). Potter dan Perry (2005)
menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus disikat
dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan karena dapat
merusak email dan gusi dan akan menyebabkan perkembangan lubang karena vibrasi.
Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara untuk
menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik dan benar serta
teratur, setelah mengonsumsi makanan, terutama makanan yang terbuat dari karbohidrat
yang telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi. Ketika menggosok
gigi, sangat penting menyikat semua permukaan gigi, yang mana akan memakan waktu
kurang lebih 2-3 menit.
1.

Pembersihan Sendiri Gigi-Geligi


Sering dinyatakan bahwa mengunyah makanan yang berserat seperti buahbuahan, wortel sayuran dan sebagainya dan mengunyah permen karet mengakibatkan
pembersihan sendiri gigi geligi. Dikatakan bahwa terjadinya pembersihan sendiri lewat
ludah, pipi, lidah dan bibir. Tetapi ini semua tidak cukup. Oleh karena itu mengunyah
apel atau permen karet bebas sakaros tidak menggantikan menggosok gigi (Houwink,
1993).

17

2.

Cara/Metode menyikat gigi


Banyak teknik atau metode menggosok gigi yang bisa digunakan, akan tetapi
untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan teknik menyikat gigi, teknik
menggosok gigi tidak hanya satu teknik saja melainkan harus kombinasikan dengan
sesuai dengan urutan gigi agar saat menggosok gigi semua bagian permukaan gigi dapat
dibersihkan dan tidak merusak lapisan gigi (Houwink, 1993). Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Ihsan (1999) yang berjudul faktor-faktor lingkungan yang
berhubungan dengan status karies gigi pada anak usia sekolah dasar kelas 6 di kecamatan
Idi Rayuek Kabupaten Aceh Timur tahun 1999 dengan uju statistik (0,033) terdapat
hubungan yang bermakna antara cara menggosok gigi yang benar dengan karies gigi.
Berbagai metode menggosok gigi yang dikenal kedokteran gigi, dibedakan
berdasarkan gerakan yang dibuat sikat. Pada prinsipnya terdapat enam pola dasar :
1. Metode Vertikal
Sikat gigi diletakkan dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal untuk
permukaan lingual dan palatina sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Metode ini
ditulis oleh Hirschfeld (1945), pada umumnya metode ini tidak dianjurkan, karena
hasilnya kurang baik (Houwink, 1993).
2. Metode Horizontal
Pada metode ini bagian depan dan belakang gigi digosok dengan sikat yang digerakan
maju-mundur/kedepan dan kebelakang, dengan bulu-bulunya tegak lurus pada
permukaan yang dibersihkan. metode ini juga disebut metode menggosok (Houwink,
1993).
3. Metode Berputar
Metode berputar merupakan varian (bentuk yang dirubah) metode vertical. Disini
dengan bulu-bulunya ke arah apical ditempatkan setinggi mungkin pada gingival,

18

kemudian dengan gerakan berputar tangkai singkat. Disarankan untuk membersihkan


tiap daerah dengan gerakan horizontal (Houwink, 1993).
4. Metode Vibrasi/Bergetar
Pada metode Charters bulu-bulu sikat diletakkan pada sudut 450 terhadap poros
elemen-elemen dan agak tegak pada ruang aproksimal. Kemudian dibuat tiga sampai
empat gerakan bergetar dengan sikat. Kemudian sikan diangkat dari permukaan gigi
untuk mengulangi tiga sampai empat kali gerakan yang sama bagi tiap daerah yang
dapat dicapai oleh ujung sikat. Metode bergetar dimaksudkan untuk orang dewasa dan
terutama ditujukan pada pembersihan gusi selama ini dimungkinkan dengan sikat gigi
(Houwink, 1993).
5.

Metode Sirkular
Disini dengan gerakan memutar permukaan elemen-elemen dibersihkan. Pada metode
Fones (1934) lengkungan gigi-geligi dalam oklusi dan permukaan bukal dibersihkan
dengan melekat sikat tegak lurus dan membuat gerakan memutar. Gerakannya juga
meluas sampai ke gusi. Dan permukaan lingual dibersihkan dengan gerakan sirkular
kecil dan permukaan oklusal dengan gerakan menggosok. Metode ini hampir tidak
diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang evaluasinya (Houwink, 1993).

6.

Metode Fisiologis
Metode ini diintroduksi oleh Smith (1940) dan beranjak dari pendirian bahwa
gerakannya pada waktu menyikat harus mempunyai arah yang sama seperti arah
makanan. Dengan sikat lunak elemen-elemen dibersihkan dengan gerakan menyapu
dari mahkota ke gusi. Disamping itu pada daerah molar dianjurkan beberapa gerakan
horizontal untuk membersihkan ulkus. Mengenai efektivitas cara ini tidak banyak
dikenal. Mengenai hal ini harus diperhatikan dengan benar pada waktu melakukan
evaluasi tanpa memperdulikan metode yang dipakai (Houwink, 1993).

19

3.

Frekuensi dan Waktu Menyikat gigi


Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan
mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi
juga angka karies dan penyakit penyangga gigi. Frekuensi menggosok gigi juga
mempengaruhi kebersihan gigi mulut anak-anak. Ini dikuatkan dengan penelitian Silvia
dkk, 2005 bahwa sekitar 46,9% anak yang menggosok gigi kurang dari 2 kali sehari
memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang kurang. Pengalaman mendapatkan
pendidikan kesehatan juga mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut hal ini ditunjukan
dalam penelitian Riyanti (2005) bahwa dilakukan 4 kali pendidikan kesehatan lalu diukur
tingkat kebersihan gigi mulutnya disetiap pertemuan.
Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari etiologi, dengan plak sebagai faktor
bersama pada terjadinya karies dan periodonsium. Penting disadari bahwa plak pada
dasarnya dibentuk terus menerus. Dengan susah payah gigi-geligi dan gusi dibersihkan
dari plak dan waktu setengah jam bakteri berkolonisasi diatasnya. Oleh karena itu sama
sekali bebas plak secara maksimal hanyalah dalam waktu sangat pendek (Houwink,
1993).

F. Karies Gigi
Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh mata. Plak ini akan
bergabung dengan air ludah yang mengandung kalsium, membentuk endapan garam
mineral yang keras. Plak muncul sebagai substansi yang lembut dan liat/lengket yang
melekat pada gigi hampir seperti selai melekat di sendok. Pertumbuhan plak dipercepat
dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasinya bakteri dan sisa
makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk mineral yang disebut
dengan karang gigi yang meningkatkan resiko karies gigi (Muttaqin dkk, 2010).

20

Karies gigi merupakan proses multifactor, yang terjadi melalui interaksi antara
gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal di dalam mulut, serta makanan terutama
karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi asam melalui proses glikolisis. Bakteri
yang berperan dalam glikolisis adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus
acidophilus, sedangkan asam organic yang terbentuk antara lain asam piruvat dan asam
laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH plak dan pH cairan sekitar gigi sehingga
terjadi demineralisasi gigi (Kidd & Bechal, 1992).
Streptococcus mutans adalah organisme yang paling sering diisolasi dari lesi
karies manusia. Bila kavitasi terjadi, laktobasili menjadi organisme yang menonjol
(Alpers, 2006). Mineralisasi plak (pengerasan struktur plak karena pembentukan kristal
kalsium, dan mineral-mineral lain dari saliva yang terkumpul dalam plak) terjadi setelah
24 jam, dan menjadi sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi karang gigi (calculus)
antara 12-20 hari. Setelah itu, plak baru akan terbentuk diatas kalkulus yang telah ada
dan membentuk lapisan kalkulus yang baru. Oleh karena itu, kalkulus biasanya
ditemukan berlapis-lapis (Muttaqin dkk, 2010).
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor utama yang saling
mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau diet, sebagai
faktor tambahan yaitu waktu. Faktor sekunder lain yang penting adalah praktik hygiene
oral, aliran saliva (Alpers, 2006). Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang
merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani,
penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus
berbahaya, dan bahkan kematian (Muttaqin dkk, 2010).
Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi,
penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan
menyababkan nyeri, gangguan tidur, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus

21

berbahaya, dan bahkan kematian. Penyebab penyakit tersebut karna konsumsi makanan
yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian
kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa kesehatan gigi
(Listiono, 2012).
Menekankan pentingnya memasukkan aspek kualitas hidup dalam menilai hasilhasil program pelayanan kesehatan gigi dan mulut, penelitian yang dilakukan oleh
Situmorang yang melakukan penelitian tentang dampak karies gigi dan penyakit
periodontal yaitu keterbatasan fungsi, rasa sakit, dan ketidaknyamanan psikis. Buruknya
gambaran perilaku kesehatan gigi penduduk dapat dilihat dari tingginya presentasi
penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi (79,16 %), karies gigi
sembuh tanpa perawatan dokter (24,44%), perawatan gigi menimbulkan rasa sakit
(31,94), demikian juga dalam hal kebiasaan menyikat gigi presentase penduduk yang
menyikat gigi pada waktu yang tepat yaitu sesudah makan sangat rendah (27,50%)
(Situmorang, 2005).

G. Etiologi Karies
Mulut kita penuh akan bakteri yang terdapat pada gigi dalam bentuk plak,
yang berasal dari saliva, maupun berasal dari sisa-sisa makanan. Disini, bakteribakteri tersebut memakan sisa-sisa makanan tang tertinggal pada gigi, kemudian
bakteri tersebut menghasilkan atau memproduksi asam. Asam yang dihasilkan oleh
bakteri inilah yang memakan lapisan email gigi sehingga terbentuk suatu kavitas.
Normalnya, ketika asam menggerogoti email, tidak terasa sakit. Tetapi karena tidak
dirawat, asam yang menimbulkan kavitas tersebut menembus ke lapisan dentin dan
sampai ke rongga pulpa dari gigi, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit. Kavitas

22

yang tidak dirawat, lambat dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta dapat
mematikan syaraf dari gigi tersebut.
H. Pencegahan karies
Pencegahan karies didasarkan pada upaya penambahan resistensi gigi,
mengurangi jumlah organisme dalam mulut, mengubah diet dan kebiasaan makan.
Resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan menggunakan optimal flourida dan menutup
oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai dengan pembuangan menyeluruh
plak setiap hari dengan menyikat dan membilas. Menggosok gigi harus mulai sesegera
mungkin pada gigi pertama erupsi. Benang sutera (floss) gigi digunakan untuk
membersihkan daerah tempat gigi berkontak langsung dan tidak dapat disikat.
Penyikatan dapat dipermudah dengan menggunakan pegangan (Houwink, 1993).
Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara, yaitu silen dan
penggunaan flour dan klorheksidin (Angela, 2005).
a.

Klorheksidin
Klorheksidin merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta
gigi, permen karet.

b.

Silen
Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang beresiko karies tinggi
prioritas diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6-8 tahun, molar
kedua permanen di antara usia 11-12 tahun. Bahan silen yang digunakan dapat
berupa resin. Silen resin digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna.

c.

Penggunaan flour
Flour telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan flour dapat
dilakukan dengan flourida air minum, pasta gigi dan obat kumur yang mengandung
flour, pemberian tablet flour. Flour air minum merupakan cara yang paling efektif

23

untuk menurunkan masalah karies pada anak secara umum. Penyikatan gigi dua kali
sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour terbukti dapat
menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung flour dapat menurunkan karies
sebanyak 20-5-% (angela, 2005).
Menggunakan pasta gigi yang berflourida bisa menguatkan gigi dengan cara
memasuki struktur gigi dan mengganti mineral-mineral yang hilang akibat pengaruh
asam, proses ini disebut remineralisasi. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan
bahwa pemberian flour dalam air minum telah memainkan peran besar dalam
mencegah karies

gigi. Namun,

semakin banyak menelan flourida akan

mengakibatkan perubahan warna pada email gigi.


Pasta gigi pada umumnya berwarna putih. Sebagai bahan pemolis biasanya
digunakan kalsium fosfat, kalsium karbonat atau alumunium hidroksida, maksudnya
adalah agar dapat menghilangkan lebih baik endapan berwarna pada gigi. Juga
bahan pengaktif permukaan dimaksudkan untuk meningkatkan pembersihan. Pasta
gigi digunakan dalam menggosok gigi karena berbagai alasan, pertama
menyenangkan menyikat gigi karena rasanya dan dengan demikian menaikkan
kebersihan mulut (Houwink, 1993).
d. Diet makanan
Untuk mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengubah kebiasaan makan,
mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan.
Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan
gigi. Setelah memakan yang manis, seseorang harus menggosok gigi dalam waktu
30 menit untuk mengurangi aksi plak. Makanan buah yang menganduk asam (mis.
Apel dan makanan berserat seperti sayuran segar) juga mengurangi plak (Potter &
Perry, 2005).

24

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di


anatara jam makan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang
besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah
fermentasi, konsumsi dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung) dari karbohidrat yang
dikonsumsi, retensi dimulut, frekuensi makan dan snacks serta lamanya interval
waktu makan. Anak yang beresiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan
minuman manis di antara makan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyuti,
terdapat 50 % yang suka makanan manis dan lengket (Suyuti, 2010).
Tindakan pencegahan karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan
konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat yang
dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang
dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buahbuahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan merangsang
sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi
jumlah makanan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di
antara jam makan.
Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan,
berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan
sukrosa. Xylitol dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, permen karet,
minuman ringan, farmasi dan lain-lain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek
menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans (Angela,
2005).

25

I.

Faktor-Faktor Penyebab Karies gigi


Menurut Alpers, (2006) karies gigi merupakan multifaktor dengan 4 faktor utama
yang saling mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau
diet, sebagai faktor tambahan yaitu waktu.
F.1. Faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies gigi, antara lain :
a. Host (saliva)
Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies karena fungsi saliva
bukan saja sebagai pelumas yang membantu proses mengunyah makanan tetapi
juga untuk melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva ini berguna
sebagai pembersih mulut dari sisa-sisa makanan termasuk karbohidrat yang
mudah difermentasi oleh mikroorganisme mulut. Saliva juga bermanfaat untuk
membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses glikolisis karbohidrat
oleh mikroorganisme (Kidd & Bechal, 1992)
b. Substrat (sukrosa)
Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang merupakan media untuk
pertumbuhan bakteri dan dapat meningkatkan koloni bakteri Streptococci mutans.
Kandungan sukrosa dalam makanan seperti permen, coklat, makanan dengan
manis merupakan faktor pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan
meningkatkan proses terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal, 1992).
c. Mikroorganisme
Type dari mikroorganisme yang berkoloni pada plak gigi. Dalam hal ini
bakteri yang paling penting dan kariogenik adalah streptococcus mutans dan
laktobacillus acidophilus (Fitrohpiyah, 2009). Bakteri memetabolisir sukrosa
sehingga menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan pH, jika pH turun

26

dibawah 5,5 akan menyebabkan demineralisasi enamel yang akan berlanjut akan
menghasilkan karies (Kidd & Bechal, 1992).
d. Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh sebab itu saliva ada
dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan
hari atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian dapat
dilihat ada kesempatan untuk menghentikan terjadinya karies gigi (Kidd &
Bechal, 1992).
F.2. Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan
secara tidak langsung dengan proses terjadinya karies, antara lain :
a. jenis kelamin
jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase karies pada
jenis laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan
sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sekar dkk tahun 2012 keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan
lebih baik dari pada anak laki-laki.
b. Usia
Usia sekolah adalah usia 6-12 tahun yng sering disebut sebagai masamasa yang rawan, karena pada masa ini gigi susu mulai tanggal satu persatu dan
gigi permanen pertama mulai tumbuh (Potter & Perry, 2005). Usia
mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan
bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya (Sekar dkk, 2012).

27

c. Pengetahuan Anak
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahun yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan
diantaranya yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang
berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia
sekolah di sekolah dasar negeri kampung sawah III kota tangerang selatan tahun
2009 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 anak yang mempunyai
pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 68 (76,4%) anak
yang memiliki karies gigi, sedangkan dari 2 anak yang mempunyai pengetahuan
yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 1 (50,0%) anak yang memiliki
karies gigi, dan dari 5 anak dengan pengetahuan yang kurang baik tentang
karies gigi sebanyak 4 (80,0%) anak memiliki karies gigi. Kesimpulan anak
yang memiliki pengetahuan baik tentang karies gigi cenderung memiliki karies
gigi.
d. Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter & Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan
gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi
adalah membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menyggosok
gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan
tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi
(Rahmadhan, 2010).

28

J.

Penelitian terkait
Penelitian tesis yang dilakukan oleh Warni (2009), melakukan penelitian yang
berjudul Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun
2009. Penelitian yang dilakukan meliputi status karies gigi, pengetahuan kesehatan gigi,
kegunaan gigi, penyebab gigi berlubang, gigi berlubang dapat dicegah, waktu
menggosok gigi, menggosok gigi yang baik dan benar, bahan pasta gigi, tindakan gigi
berlubang, menyikat gigi selesai makan, menyikat gigi sebelum tidur malam, menggosok
gigi sesudah memakan makanan manis, pemeriksaan gigi secara rutin, gigi berlubang
karena malas menyikat gigi, mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi dengan
teratur dan benar, menyikat gigi yang baik dan benar pada semua permukaan gigi, gigi
sakit dan berlubang harus ditambal, gigi sehat lebih baik dipertahankan dari pada
dicabut, berobat gigi lebih baik ke dokter gigi/puskesmas daripada ke dukun, jajanan
manis dan melekat, frekuensi makan makanan jajanan dalam sehari, sumber informasi
dengan status karies gigi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.
Hasil penelitian ini menunjukan sudah cukup baik dengan hasil status karies gigi
rendah sebanyak 71 orang (74,0%). Kemudian setelah dilakukan analisis bivariat dengan
=0,05 diperoleh yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan sumber informasi dengan status karies
gigi. Tindakan merupakan hasil analisa yang dapat berhubungan dengan status karies
gigi.
Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor yang
berhubungan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Kampong Sawah III
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2009 berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah anak-anak yang menjadi responden umumnya memiliki karies

29

gigi, dimana sebanyak (76%) memiliki karies gigi, dan sebanyak (24%) tidak memiliki
karies gigi. Anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi yang baik cenderung lebih
banyak yaitu sebanyak (86,5%), anak yang memiliki cara menggosok gigi baik
cenderung lebih banyak yaitu sebanyak (82,3%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) yang berjudul
kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan karies gigi, bahwa terdapat siswa yang
mengalami karies gigi yaitu sebesar 50,8%. Sedangkan yang tidak mengalami karies gigi
ya itu sebesar 49,2%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2011) mengenai
hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SD
Negeri 04 Pasa Gadang di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan
tahun 2012 maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (64,9%) memiliki
kebiasaan menggosok gigi dalam kategori tidak baik, dan sebagian besar responden
(63,6%) menderita karies gigi. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna
antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan p value 0,010
(<0,05).
K. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian teori tentang kebiasaan menggosok gigi yang berhubungan
dengan karies gigi menyebutkan bahwa karies gigi disebabkan oleh multifaktor dimana
terjadi interaksi dari tiga faktor utama yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan faktor
tambahan waktu.

30

Tumbuh
kembang anak

Pertumbuhan
dan
perkembangan
gigi

Kebiasaan
menggosok gigi
- Frekuensi
- Cara
- Waktu

Gigi sehat

Karies gigi

Sumber : Potter & Perry, 2005; Wong 2003; Latif dkk, 1985.

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep


Berdasarkan kerangka teori maka dibuat kerangka konsep dimana pada penelitian
ini karies gigi merupakan variable dependent sedangkan kebiasaan menggosok gigi
merupakan variable independent.

Kebiasaan menggosok gigi


-

Frekuensi menggosok
gigi

Cara menggosok gigi

Waktu menggosok gigi

Karies gigi

Bagan 3.2 : Hubungan menggosok gigi dengan karies gigi

Keterangan :

Diteliti

3.2 HIPOTESIS PENELITIAN


Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep
maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian yaitu Ada hubungan antara kebiasaan
menggosok gigi dengan karies gigi pada anak kelas 4 6 di SD 6 Ciputat
Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2013

31

kota

32

A. Definisi Operasional
No
1.

Variabel
Kebiasaan

Definisi Operasional
Merupakan

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

tingkah Wawancara

kuesioner

0.kurang

menggosok laku
gigi

dalam

membersihkan
dari

baik,

gigi

Ordinal

jika

jumlah
skor nilai

sisa-sisa

makanan

yang

median

dilakukan

terus

(38,00)

menerus. Menggosok

1.Baik, jika

gigi minimal 3 kali

jumlah

sehari pada pagi hari

skor > nilai

dan

tidur

median

merupakan program

(38,00).

sebelum

Skala

hygiene mulut yang


efektif.

Cara

menggosok gigi yang


baik

adalah

membersihkan
seluruh bagian gigi,
gerakan vertical, dan
gerakan lembut.
2.

Karies gigi

Karies gigi di tandai Pemeriksaan Lembar

0.karies

dengan

gigi

adanya Fisik

Observasi

lubang pada jaringan

1.tidak

karies

karies gigi

gigi,

dapat

berwarna coklat atau


hitam.

Ordinal

BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian analitik dan
desain cross sectional (potong lintang), yakni melakukan penelitian pada waktu yang
bersamaan untuk menghubungkan antara variabel independen (bebas) dengan variabel
dependen (terikat) yang diteliti terhadap sampel dalam populasi yang ditentukan.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan menggosok gigi dan variabel
dependent dalam penelitian ini adalah karies gigi.Tujuannya untuk mengetahui hubungan
kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi.Variabel dalam penelitian ini adalah
bivariat yaitu kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2013
C. Lokasi Penelitian
tempat penelitian di SDN Ciputat 6 karena berdasarkan studi pendahuluan di SDN 6
terdapat anak usia sekolah yang memiliki karies yang cukup tinggi sebesar 55%.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2008). Populasi dalam

33

34

penelitian ini adalah SDN Ciputat 6 kota Tangerang usia sekolah baik laki-laki
maupun perempuan. Jumlah seluruhnya adalah 556 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, atau sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang diambil untuk
diketahui karakteristiknya (Hidayat, 2007). Adapun rumus yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah rumus estimasi :

n=

N. Z21-a/2 . P(1-P)
(N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P)

Keterangan :
n

= besar sampel minimum

Z21-a/2 = nilai distribusi normal baku ( tabel Z) pada tertentu


P

= harga proporsi di populasi

= kesalahan (absolut) yang dapat di toleransi

= besar populasi

n=

N. Z21-a/2 . P(1-P)
(N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P)

n =

964 . 0,9750 . 0,72 (1-0,72)


(964-1) . (0,05)2 + 0,9750 . 0,72 (1-0,72)

n =

939,9 . 0,2016
963 . 0,0025 + 0,19656

n =

194,1408

35

2,4075 + 0,19656
n =

194,1408
2,60406

n = 74,55
= 74 anak
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan
maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal.
n2 = n1 + 10% . n1
= 74 + 7,4
= 81
Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu
81 responden. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
yaitu:
1. Siswa kelas 4-6 SDN yang bersekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang
Selatan tahun 2013.
2. Siswa kelas 4-6 yang bersedia menjadi responden.
3. Siswa kelas 4-6 yang tidak menggunakan aksesoris atau alat bantu (kawat
gigi dan gigi palsu).
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proportionate random
sampling yaitu membagi sampel yang diambil berdasarkan proporsi jumlah siswa
perkelas yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dengan menggunakan teknik

36

proportional random sampling di dapatkan jumlah sampel sebanyak 81 anak di SDN


Ciputat 6. Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kelas
dengan menggunakan rumus Sugiyono (2007) :

= jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

= jumlah seluruh populasi anak kelas 1-6 SDN 6 Ciputat

N1

= sampel

= jumlah populasi pada setiap strata.

Tabel 4.2
Proporsi Jumlah Sampel Penelitian
kelas
Jumlah Populasi Jumlah Sampel
4
165
24
5
173
25
6
218
32
Jumlah
556
81

F. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2011).
Pengumpulan data dilakukan secara langsung memberikan kuesioner yang berisi
pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai Hubungan kebiasaan menggosok gigi
dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Tengerang
Selatan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau
angket. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006). Penelitian menggunakan

37

lembar kuesioner yang disusun secara struktur berdasarkan teori dan berisikan
pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Bagian (A) berisi variabel nama, umur, jenis kelamin. Dengan mengisi pada kolom
atau lembar yang tersedia.
b. Bagian (B) kuesioner untuk kebiasaan menggosok gigi berisi 11 pertanyaan
tertutup dengan menggunakan skala Likert.
c. Bagian (C) lembar observasi karies gigi
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner A, B dan C
sebagai alat ukur penelitian selesai disusun untuk mengukur tentang kebiasaan
menggosok gigi kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas.
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Uji validitas
dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan
menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya
(Hidayat, 2007).
Rumus Pearson Product Moment :
N (xy) (xy)

rxy =

[ Nx2 - (x)2 ][ Ny2 (y)2]


Keterangan :
r = koefisien korelasi setiap item dengan skor total
x = skor pertanyaan
y = skor total
N = jumlah subjek

38

Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai product


moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata signifikan (p value >
5%) atau r hitung lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut valid dan
dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan (p value < 5%) atau r hitung
lebih kecil dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak valid.
Sebelum penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel, terlebih dahulu
dilakukan uji instrumen. Uji ini bertujuan untuk mengetaahui validitas dan
reliabilitas instrumen agar dapat diperoleh data yang diperoleh akurat. Uji
instrumen ini akan dilakukan kepada 30 responden ditempat yang memiliki
karakteristik populasi yang sama dengan subjek penelitian yaitu SDN 02
Bendungan Hilir pada tanggal 25 November 2013. Hasil uji kuesioner
memperlihatkan bahwa ada beberapa pertanyaan dengan nilai r hasil kurang dari r
tabel (r 0,346). Pertanyaan dengan r hasil kurang dari r tabel dikeluarkan dari
kuesioner, karena di anggap tidak valid. Beberapa yang tidak valid namun
dianggap penting, tetap dimasukkan dalam kuesioner setelah diperbaiki redaksi.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002).
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan (Nursalam, 2009).

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan rumus alpha Cronbach, instrument dikatakan reliabel bila nilai


alpha mendekati angka 1.

39

G. Tahapan Pengambilan Data


Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tahapan, yaitu :
1. Peneliti melakukan penelitian dengan mendatangi SDN Ciputat 6 dengan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian dengan meminta persetujuan kepada responden apakah
berkenan mengisi kuesioner.
2. Peneliti mulai membagikan kuesioner kepada responden yang bersedia diteliti dan
memberikan penjelasan tentang cara pengisian.
3. Pada saat pengisian kuesioner berlangsung peneliti mendampingi dan memberikan
penjelasan jika responden tidak memahami tentang pertanyaan yang diajukan.
4. Responden yang tidak dapat mengisi kuesiner akan dibantu oleh peneliti dalam
pengisian kuesioner.
5. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh sampel dan meneliti kembali apakah
seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh sampel penelitian.
6. Persetujuan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pengisian seluruh pertanyaan
yang disediakan dalam kuesioner penelitian dan penandatanganan lembar penelitian
(informed consent).
7. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data.
H. Teknik Analisis Data
Analisia yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah proses pengecekan kembali lembar observasi yang telah diisi,
pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan, relevansi serta
konsistensi jawaban responden. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data,

40

sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan pada pengisian data


dapat dilengkapi dengan segera.
b. Coding
Coding merupakan suatu metode untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
c. Processing/Entry
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan pengkodean, maka
langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.
Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program
komputer.
d. Cleaning data
Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data-data yang telah
dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean
yang dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
2. Analisa Data
a. Analisis univariat
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel
bebas (kebiasaan menggosok gigi) dan variabel terikat (karies gigi) dalam bentuk
distribusi dan prosentase.
b. Analisis bivariat
Analisa ini digunakan untuk mendapatkan hubungan bebas (kebiasaan menggosok
gigi) dan variabel terikat (karies gigi). Dalam analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji statistik dengan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%.
Uji Chi-Square yaitu membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan

41

frekuensi harapan (ekspektasi) untuk melihat kemaknaan perhitungan sistem dengan


membandingkan p value < (0.05) maka ada hubungan yang bermakna antara
variabel dependen dan independen. Sebaliknya jika p value > (0.05) maka tidak
ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen.
I.

Alat pengumpulan data


Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah menggunakan kuesioner dan lembar observasi karies gigi, dimana responden
mengisi kuesioner sendiri atau dibantu. Kuesioner ini dilakukan dengan cara
membagikan daftar pertanyaan berupa formulir yang ditujukan secara tertulis kepada
objek untuk mendapatkan jawaban. (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pertanyaan diatas
alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen ini terdiri dari 3
bagian yaitu bagian A berisi data responden yaitu mencangkup nama, umur dan jenis
kelamin responden. Bagian B berisi kuesioner tentang kebiasaan menggosok gigi yang
berisi 11 pertanyaan positif dan pertanyaan tertutup, dengan menggunakan skala Likert
yang terdiri dari lima kategori yaitu : S (sering) : menggosok gigi 7-5 hari dalam 1
minggu, KK (kadang-kadang) : 4-3 hari dalam 1 minggu, J (jarang) : 2-1 hari dalam 1
minggu, TD (tidak pernah) : responden tidak menggosok gigi sama sekali. responden
diminta untuk membubuhkan tanda check list ( ) pada kolom tersebut yang berisi 11
item. Pada penelitian ini, hasil ukur yang digunakan adalah nilai median karena data
yang didapatkan tidak berdistribusi normal maka peneliti memakai nilai median (38,00).

J.

Etika penelitan
Masalah Etika Penelitian
a) Informed consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

42

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar


persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika
subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat,
2007).
b) Anonimity (tanpa nama)
Anonimity merupakan masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan (Hidayat, 2007).
c) Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua infomasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,
2007).

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


SD Negeri Ciputat 6 mulai didirikan pada tahun 1983 dan mulai dipakai tahun
1983. Sekolah yang berada di Jl.KH. Dewantoro No 6 Ciputat ini memiliki jumlah siswa
pada tahun 2006/2007 1053 siswa, 2007/2008 1112 siswa, 2008/2009 1171 siswa, dan
2009/2010 1194 siswa. Dan pada tahun 2013 sekolah ini memiliki jumlah keseluruhan
sebanyak 556 siswa.

B. Hasil Analisis Univariat


Analisis univariat ini meliputi karakteristik responden, aspek perilaku (umur, jenis
kelamin, kebiasaan menggosok gigi, dan cara menggosok gigi).
1. Umur
Berdasarkan tabel 5.1 umur anak pada penelitian ini antara 9-12 tahun. Hasil analisis
univariat terhadap umur anak menunjukkan bahwa presentase anak terendah adalah
kelompok 12 tahun (11,1% ) dan presentase anak tertinggi adalah pada kelompok 10
tahun (33,3%). Variasi umur anak dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut umur
di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
Umur (tahun)
Jumlah
Presentase (%)
9
20
24,7
10
27
33,3
11
25
30,9
12
9
11,1
Total
81
100

43

44

2. Jenis kelamin
Berdasarkan gambar 5.2 tentang frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
didapatkan hasil presentase jenis kelamin anak, diperoleh presentase terbesar sampel
adalah anak perempuan, yaitu sebesar 44 siswa atau (54,3%) dan jumlah laki-laki
sebesar 37 siswa atau (45,7%). Jumlah keduanya keduanya cukup seimbang antara
anak laki-laki dan perempuan. Variasi jenis kelamin sampel dapat dilihat tabel berikut
:
Gambar 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase (%)
Laki-Laki
37
45,7
Perempuan
44
54,3
Total
81
100

3. Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi


Distribusi frekuensi menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6
diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Kebiasaan Menggosok Gigi di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
Kebiasaan
menggosok gigi
Baik
Kurang baik
Total

Frekuensi

Presentase (%)

43
38
81

53,1
46,9
100

4. Cara Menggosok Gigi


Tabel 5.4

menunjukan distribusi frekuensi cara menggosok gigi pada anak usia

sekolah kelas 4-6 banyak anak yang sering melakukan menggosok gigi baik cara
memutar, horizontal ataupun vertikal.

45

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Cara Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SDN
Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
No

1
2

3
4
5
6

10

Frekuensi menggosok
gigi
Waktu menggosok gigi
- Sebelum tidur
- Setelah makan
pagi
Menggosok gigi
dengan bulu halus
Menggosok gigi
menggunakan odol
Menggosok gigi atas
bagian dalam
Menggosok gigi depan
dengan gerakan
memutar
Menggosok gigi depan
dengan gerakan majumundur
Menggosok gigi
samping dengan
gerakan maju-mundur
Menggosok gigi depan
dengan gerakan
memutar
Menggosok gigi
samping dengan
gerakan memutar

Sering
(%)

Kadangkadang (%)

Jarang
(%)

66,7

25,9

7,4

Tidak
pernah
(%)
-

29,6
35,8

43,2
30,9

18,5
21,0

8,6
12,3

73,3

19,8

1,2

3,7

95,1

3,7

1,2

66,7

25,9

4,9

2,5

65,4

17,3

7,4

2,5

65,4

17,3

12,3

4,9

70,4

18,5

6,2

3,7

43,2

38,3

11,1

7,4

42,0

33,3

14,8

7,4

5. Karies Gigi
Berdasarkan hasil analisis univariat terkait dengan karies gigi diperoleh
presentase karies gigi yang dialami oleh anak usia sekolah sebesar 33,3%, sedangkan
anak yang tidak memiliki karies gigi memiliki presentase sebesar 66,7%. Terlihat
pada tabel berikut ini :

46

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karies Gigi
di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013.
Karies Gigi
Ya
Tidak
Total

Frekuensi
27
54
81

Presentase (%)
33,3
66,7
100

C. Hasil Analisi Bivariat


Analisis bivariat, peneliti ini akan menghubungkan antara variabel bebas dan variabel
terikat, tanpa memperhitungkan adanya pengaruh dari variabel lain maka dilakukan uji
Chi Square, jika dinyatakan ada hubungan maka penentuan arah dan besarnya hubungan
variabel bebas dalam memperkirakan terjadinya variabel terikat diperhitungkan dengan
Odd Ratio (OR), sedangkan untuk mengetahui tingkat kemaknaan (signifikan) dilakukan
perhitungan nilai prevalensi pada batas kemaknaan 95%. Variabel dalam penelitian ini
adalah kebiasaan menggosok gigi, cara menggosok gigi, jenis kelamin dan karies gigi.
1. Hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi
Tabel 5.6
Hasil Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Menggosok Gigi dengan
Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri Ciputat
Tangerang Selatan Tahun 2013
Kebiasaan Menggosok
Gigi
Baik
Kurang baik
Total

Karies Gigi
Tidak
%
N
%
39,5%
23
60,5%
27,9%
31
72,1%
33.3%
54
66,7%

Total

Value

Ya
n
15
12
27

n
43
38
81

%
100%
100%
100%

0,346

Berdasarkan tabel 5.6 terhadap hubungan antara kebiasaan menggosok gigi


dan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah, hasil tersebut menunjukan
presentase adalah anak dengan kebiasaan menggosok gigi baik cenderung memiliki
gigi yang baik sebesar 60,5 %, anak dengan kebiasaan menggosok gigi baik
cenderung memiliki gigi buruk (karies) sebesar 39,5%. Sedangkan anak dengan

47

kebiasaan menggosok gigi buruk dan memiliki karies 27,9%. Dan anak dengan
kebiasaan menggosok gigi yang buruk cenderung tidak memiliki karies gigi sebesar
72,1%. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value 0,346 > (0,05) sehingga tidak ada
hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak
usia sekolah.
2. Hubungan antara jenis kelamin dengan karies gigi pada anak usia sekolah
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Karies Gigi Pada Anak Usia
Sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013
Jenis kelamin

Karies Gigi
Tidak

Laki-laki
perempuan
Total

N
14
13
27

Total

Value

Ya
%
37,8
29,5
33.3

N
23
31
54

%
62,2
70,5
66,7

N
37
44
81

%
100
100
100

0,483

Berdasarkan tabel 5.7 Hubungan jenis kelamin dan karies gigi menunjukkan
bahwa dari 37 siswa laki-laki, sebanyak 23 (62,2%) yang memiliki karies gigi. Dan
dari 44 siswa perempuan sebanyak 31 (70,5%) memiliki karies gigi. Siswa dengan
jenis kelamin perempuan cenderung memiliki karies yang lebih besar dari anak lakilaki. Hasil uji chi square didapatkan p value 0,483, yang artinya pada = 5% dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan timbulnya karies
gigi.hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrohpiyah
tahun 2009, yang menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
timbulnya karies gigi. Sampel yang diteliti berjumlah 96 siswa dengan nilai p value
0,433.

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
1. Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi
Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri,
dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang
tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan
gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Pada usia anak sekolah (6-12
tahun) menurut Potter & Perry, (2005) sering disebut sebagai masa-masa laten yang
rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi
permanen pertama mulai tumbuh. Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi
permanen bersama-sama di dalam mulut, menandai masa gigi campuran pada anak.
Gigi yang baru tumbuh belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan. Fungsi
menyikat gigi yaitu untuk menghilangkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela
dan di permukaan gigi. Sisa makanan bila tidak dibersihkan akan mengalami
pembusukan

oleh

bakteri

Streptococcus

mutan.

Hasil

pembusukan

akan

menghasilkan asam dari fermentasi karbohidrat yang mungkin mampu menyebabkan


karies (Kidd, 1992).
a. Frekuensi menggosok gigi
Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Silvia

dkk,

2005

mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi menyikat gigi


dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut, dimana siswa yang menyikat gigi
dengan frekuensi 4 kali dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut baik

48

49

perrsentasenya lebih tinggi (25%) responden dibandingkan dengan frekuensi


menyikat gigi 1 - 2 kali (22%) responden.
Menggosok gigi setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur malam) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter
& Perry, 2005). Berdasarkan hasil univariat, diperoleh persentase frekuensi
menggosok gigi sering (66,7%), kadang-kadang (25,9%), jarang (7,4 %) pada
anak. Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan
mempengaruhi

buruknya

kebersihan

gigi

dan

mulut,

dimana

akan

mempengaruhi juga angka karies dan pengyakit penyangga gigi. Maka frekuensi
menggosok gigi di SDN tersebut masih sering. Yang berarti kebiasaan
menggosok gigi di SDN tersebut masih baik.
b. Waktu
Berdasarkan

penelitian

yang dilakukan

oleh

Setiyawan

(2012)

mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi


sebelum tidur malam hari dengan karies gigi dengan p value 0,039. Waktu yang
paling tepat menggosok gigi yaitu setelah makan dan malam hari sebelum tidur.
sedangkan berdasarkan teori Menggosok gigi setidaknya empat kali sehari
(setelah makan dan sebelum tidur malam) adalah dasar program hygiene mulut
yang efektif (Potter & Perry, 2005).
Persentase waktu menggosok gigi pada malam hari yaitu sering (29,6%),
kadang-kadang (43,2%), jarang (18,5%), dan tidak pernah (8,6%). Dan waktu
menggosok gigi setelah makan pagi yaitu sering (35,8%), kadang-kadang (30,9),
jarang (21,0%). Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan siswa yang bersekolah di SDN Ciputat 6 menggosok gigi masih
jarang yaitu (43,2%). Hal ini sebanding dengan persentase frekuensi anak dalam

50

menggosok gigi yang kemungkinan mereka menggosok gigi pada saat mandi
pagi dan sore hari, kebanyakan dari mereka tidak menggosok gigi pada malam
hari karena kemungkinan mereka malas, mengantuk dan ketiduran sehingga
mereka lupa menggosok gigi. Hal ini tidak sesuai dengan teori Potter & Perry
(2005).
c. Cara Menggosok Gigi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2012)
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara cara menggosok gigi dengan
karies gigi dengan p value = 0,001. Menggosok gigi adalah membersihkan gigi
dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak (Potter & Perry, 2005). Dalam
memberihkan gigi harus memberhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dan cara
menggosok gigi yang benar. Cara menggosok gigi yang baik dan benar adalah
membersihkan seluruh bagian gigi, gerakan vertikal dan gerakan lembut. Banyak
cara dalam menggosok gigi yaitu gerakan vertikal, horizontal, gerakan memutar
dan gerakan vibrasi/bergetar (Wong, 2003). Berdasarkan hasil penelitian siswa
yang melakukan gerakan tersebut di atas (40%-60%). Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kepedulian atau sensitifitas
anak terhadap cara menggosok gigi yang benar masih kurang. Kebanyakan dari
mereka mengetahui cara menggosok gigi dengan gerakan horizontal dan vertikal
saja. Selain itu pengetahuan tentang cara ata praktek menggosok gigi yang benar
yang diajarkan oleh orang tua masih kurang.
2. Gambaran Karies Gigi
Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh mata. Plak ini akan
bergabung dengan air ludah yang mengandung kalsium, membentuk endapan garam
mineral yang keras. Karies gigi merupakan proses multifactor, yang terjadi melalui

51

interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal di dalam mulut, serta
makanan terutama karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi asam melalui
proses glikolisis.
Bakteri yang berperan dalam glikolisis adalah Streptococcus mutans dan
Lactobacillus acidophilus, sedangkan asam organic yang terbentuk antara lain asam
piruvat dan asam laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH plak dan pH cairan
sekitar gigi sehingga terjadi demineralisasi gigi (Kidd & Bechal, 1992). Mineralisasi
plak (pengerasan struktur plak karena pembentukan kristal kalsium, dan mineralmineral lain dari saliva yang terkumpul dalam plak) terjadi setelah 24 jam, dan
menjadi sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi karang gigi (calculus) antara 1220 hari. Setelah itu, plak baru akan terbentuk diatas kalkulus yang telah ada dan
membentuk lapisan kalkulus yang baru. Oleh karena itu, kalkulus biasanya
ditemukan berlapis-lapis (Muttaqin dkk, 2010).
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor utama yang
saling mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau
diet, sebagai faktor tambahan yaitu waktu. Faktor sekunder lain yang penting adalah
praktik hygiene oral, aliran saliva (Alpers, 2006). Penyebab penyakit tersebut karna
konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi,
kurangnya perhatian kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali
memeriksa kesehatan gigi (Listiono, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami karies gigi
sebesar 27 siswa (33,3%), sedangkan siswa yang tidak memiliki karies gigi sebesar
54 siswa (66,3%). Angka siswa yang memiliki karies gigi cukup tinggi. Besarnya
persentasi siswa yang mengalami karies gigi yang disebabkan oleh mengkonsumsi
makanan manis, tetapi juga kondisi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

52

adalah kebiasaan menggosok gigi dan cara menggosok gigi yang tepat dan benar.
Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan
gerakan vertical dan gerakan lembut (Wong, 2003). Seluruh permukaan gigi dalam,
luar dan pengunyah harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat
tenaga tidak dianjurkan karena dapat merusak email gigi karena vibrasi (Potter &
Perry, 2005).
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Karies Gigi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitrohpiyah, (2009) menunjukan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan p value 0,778 yaitu antara kebiasaan
menggosok gigi anak dengan karies gigi. Namun penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi pada malam hari dengan
karies gigi.
Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak
pada gigi. Plak timbul dari sisa-sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi
kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut, seperti
Streptococcus mutan. Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh
mata. Plak akan bergabung dengan air liur yang mengandung kalsium,
membentuk endapan garam mineral yang keras. Pertumbuhan plak dipercepat
dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasinya bakteri
dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk mineral
yang disebut dengan karang gigi yang meningkatkan resiko karies gigi (Muttaqin
dkk, 2010).

53

Hasil uji chi square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
p value 0,346. Hal ini dikemungkinkan kebanyakan dari mereka terbiasa atau rajin
mengkonsumsi buah dan sayur selain itu mereka terbiasa memeriksa kesehatan
gigi dan mulut.

2. Hubungan antara cara menggosok gigi dengan karies gigi


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2012)
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara cara menggosok gigi dengan
karies gigi dengan p-value = 0,001. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ihsan
(1999) yang berjudul faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan status
karies gigi pada anak usia sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayuek
Kabupaten Aceh Timur tahun 1999 dengan uji statistik p value 0,033 terdapat
hubungan yang bermakna antara cara menggosok gigi yang benar dengan karies
gigi. Berbeda dengan penelitian Noviani (2010) dan Fitrohpiyah (2009),
ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara cara menggosok gigi dengan karies
gigi.
Menggosok gigi secara umum digunakan untuk membersihkan gigi dari
sisa-sisa makanan yang menempel di gigi. Banyak teknik atau metode
menggosok gigi yang bisa digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang
baik maka diperlukan teknik menyikat gigi, teknik menggosok gigi tidak hanya
satu teknik saja melainkan harus kombinasikan dengan sesuai dengan urutan gigi
agar saat menggosok gigi semua bagian permukaan gigi dapat dibersihkan dan
tidak merusak lapisan gigi (Houwink, 1993).
Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi
dengan gerakan vertical dan bergerak lembut (Wong, 2003). Potter & Perry

54

(2005) menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah
harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak
dianjurkan karena dapat merusak email dan gusi dan akan menyebabkan
perkembangan lubang karena vibrasi. Permukaan kunyah gigi dimana terdapat
fissura atau celah-celah yang sangat kecil dan menyikatsikat gigi yang paling
belakang (Rahmadhan, 2010).
Hasil uji chi square cara menggosok gigi depan dengan gerakan majumundur p value 0,017 dan menggosok gigi samping dengan gerakan memutar p
value 0,047 terdapat hubungan yang signifikan antara cara menggosok gigi
dengan karies gigi. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari mereka menggosok gigi
hanya dengan gerakan horizontal dan gerakan vertikal saja. Ini tidak sesuai
dengan teori houwink (1993).
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi :
1. Instrumen mengenai kebiasaan menggosok gigi yang digunakan merupakan hasil
pengembangan sendiri yang berlandasan dari teori, dan pertanyaan yang ada dalam
instrumen merupakan pertanyaan tertutup, sehingga bisa jadi pertanyaan dalam
instrumen ini belum mewakili apa yang dialami oleh responden.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di SDN
Ciputat 6 Kota Tangerang Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Karakteristik usia di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang sebagian besar adalah
berjenis kelamin perempuan sebanyak (54,3%) responden dan berjenis kelamin lakilaki (45,7%) responden. Pada penelitian ini, usia responden dalam rentang 9-12 tahun
dengan responden paling banyak berusia 10 tahun (33,3%)dan paling sedikit berusia
12 tahun (11,1%). Responden yang memiliki kebiasaan menggosok gigi yang kurang
baik lebih kecil (46,9%) dibandingkan menggosok gigi yang baik (53,1%).
Responden memiliki karies gigi lebih sedikit (33,3%) dibandingkan yang tidak
memiliki karies gigi (66,7%).
Hasil penelitian ini menggambarkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara variabel independen yaitu kebiasaan menggosok gigi anak dengan variabel
dependen yaitu karies gigi, p value ( 0,346). Penelitian diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengetahui hubungan kebiasaan
menggosok gigi dengan karies gigi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain :
1. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence based bagi pengembangan
ilmu keperawatan, khususnya mengenai pentingnya perawatan kesehatan gigi dan
mulut pada anak usia sekolah.

55

56

2. Bagi Sekolah SDN Ciputat 6


Meningkatkan minat guru dalam upaya promosi kesehatan pada murid kelas 4-6
dalam upaya meningkatkan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk meneliti faktor lain tentang
kebiasaan menggosok gigi pada anak usia sekolah. Dalam penelitian
sebaiknya subjek yang digunakan memiliki jumlah responden yang homogen.
b. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian yang sama
tetapi dengan menggunakan metode yang berbeda seperti experiment atau
kualitatif.

Daftar Pustaka

Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolph, edisi 20 volume 2. Jakarta : EGC. 2006.
Angela, A.Primary prevention in children with high caries risk.2005.
Anwar, F. D. Hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada
siswa SD Negeri 04 pasa gadang di wilayah kerja puskesmas pemancungan padang
selatan tahun 2011. 2011. pemancungan.pdf. (diakses pada tanggal 2 sept 2013 jam
11.51).
Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2006.
Behrman, R. E. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (Vol.2) (edisi 5). Jakarta : EGC. 1999.
Braunstein, n. S. Diet, food insecurity and dental caries prevalence and severity in children
ages 2-11. Boston University. Proquest database. 2008.
Behrman dkk, 1999. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi 15. Jakarta : EGC
Dep Kes, RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Direktorat Jendral
Pelayanan Medik. 2008
Dep Kes, RI. Pedoman Upaya kesehatan Gigi Masyarakat. Jakarta. Cetakan ketiga.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2007.
Fitrohpiyah, I. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Pada Anak Usia
Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kampung sawah III Kota Tangerang Selatan
Provensi Banten Tahun 2009. 2009
Hadnyanawati, H. Pengaruh Pola Jajan di Sekolah Terhadap Karies Gigi Pada Siswa
Sekolah Dasar di Kabupaten Jember. Journal of Dentistry-University of Indonesia
Vol.9/No.3/2002.
Houwink, dkk.Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Indonesia. 1993
Hidayat, Aziz A.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika. 2008
Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika. 2007.
Ihsani, V. Status kebersihan mulut anak usia sekolah dasar menurut kebiasaan menyikat gigi
sebelum tidur malam hari. Universitas Indonesia, Ilmu kesehatan Gigi Masyarakat dan
57

58

Kedokteran
Gigi
pencegahan.
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp/id=127455&lokasi=lokal.

2007

Jayanti, F. Hubungan antara perawatan gigi dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6
tahun di TK At-Taubah dan TK Persisti Jakarta. Laporan Penelitian. Depok :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2009.
Kidd, EAM. dan Bechal, SJ. Dasar - Dasar Karies : Penyakit dan Penanggulanggannya.
Jakarta. EGC. 1992.
Listiono , B. Kesehatan gigi dan mulut. Diakses pada tanggal 13 maret, 2013 jam 15.49. 2012
http://www.litbang.tangerangkota.go.id/index.PHP/detail_kesehatan_gigi_mulut
Lukihardianti, A. 85% Anak Usia Sekolah Menderita Karies Gigi. Maret 17,
2013.http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/09/12/Irevhf-sekitar85-persen-anak-usia-sekolah-mederita-karies-gigi. 2012
Leeson, C. Roland. Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta : EGC. 1996
Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian: Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan,
Kedokteran. Jakarta: Fitramaya 2008.
Muttaqin, Arief dkk. Gangguan Gastrointestinal. Banjarmasin. 2010
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineke Cipta. 2005.
Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2011.
Netty E. Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta 2004.
Nita, Noviani. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi (DMFT) santri
pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor. 2010.
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4
volume 2. Jakarta ; EGC. 2005.
Rhamadhan. Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune. 2010
Riyanti, E. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut
siswa-siswi sekolah dasar islam terpadu (SDIT) imam bukhori. Skripsi Universitas
Padjadjaran
Bandung.
Tidak
dipublikasikan.2005.
http://repository.unpad.ac.id/123456789/896, diakse 24 September 2013.
Santrock, John W. Perkembangan Anak. Edisi 11, jilid 1. Jakarta : Erlangga. 2007.
Santrock, John W. Perkembangan Anak, Children. Edisi 11, jilid 2. Jakarta : Salemba
Humanika. 2011.

59

Sekar dkk. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Menggosok Gigi Teknik
Modifikasi Bass dengan Keterampilan dan Kbersihan Gigi Mulut pada Anak MI AtTaufiq Kelas V. 2012
Setiyawan R. Hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi
pada anak usia sekolah di madrasa ibtidaiyah al-istiqomah tangerang. skripsi FIK
UI 2012
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007
Silvia dkk. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut
Siswa Skolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kota Madya Samarinda Profinsi
Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.) 2005.
Suparno, P. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius. 2001.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. 2007
Suyuti, M. Pengaruh makanan serba manis dan lengket terhadap terjadinya karies gigi
pada anak usia 9-10 tahun di SD Negeri monginsidi II makasar 2010.
Situmorang, N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup 2005
Siagian, A. Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies
Gigi pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu AIR II Simpang G Udang Kota Medan.
Info Kesehatan Masyarakat. 2008.
Tarwoto dkk. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : CV Trans
Info Media. 2009
Tarigan, R. Kesehatan Gigi dan Mulut. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1992.
Varvara, J. Risk/prevention indicator for the prevalence of dental caries in school children:
result from the italian OHSAR survey. Jurnal of caries. 2005.
Wahyu Ihsan. Faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan status karies gigi pada
anak sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Tesis.
FKM, Unifersitas Indonesia. 1999.
Warni, L. hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karies gigi diwilayah kecamatan delitua kabupaten deli serdang
skripsi FKM UI 2009.
Wong, D.L.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC. 2003

60

LAMPIRAN

61

62

KUESIONER
HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TIMBULNYA KARIES
GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS 4-6 DI SDN 6 CIPUTAT TANGERANG
SELATAN TAHUN 2013

Tujuan :
Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi Hubungan kebiasaan menggosok gigi
dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN 6 ciputat tangerang selatan
Petunjuk :
1. Dalam penelitian ini siswa/siswi boleh tidak mencantumkan nama atau dengan inisial
saja.
2. Untuk menjamin validasi dan akurasi data, saya mohon siswa/siswi menjawab dengan
jujur sesuai dengan kenyataan.
3. Pilih yang paling sesuai dengan memberikan tanda ().

63

A. DATA RESPONDEN

Petunjuk pengisian : Isilah lembar biodata responden dengan lengkap dan beri
tanda () pada kolom yang tersedia.

1. No. Responden

2. Nama / Kelas

3. Umur

tahun

4. Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

64

B. KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI

Petunjuk pengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling
tepat berikan tanda checklist ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Keterangan : S
K

: sering : apabila banyak dilakukan dari pada tidak dilakukan


: kadang-kadang :
apabila seimbang antara yang dilakukan dan yang tidak
dilakukan

: jarang :
apabila lebih sering tidak dilakukan dari pada yang dilakukan

TP

: tidak pernah :
apabila hal yang ditanyakan tidak pernah dilakukan

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PERTANYAAN
Saya menggosok gigi 2-3 kali sehari
Saya menggosok gigi sebelum tidur dimalam hari atau
setelah makan malam
Saya menggosok gigi setelah makan pagi
Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu halus
Saya menggosok gigi menggunakan odol
Saya menggosok gigi atas bagian dalam

7.

Saya menggosok gigi depan dengan cara memutar

TP

65

8.
9.
10.

11.

Saya menggosok gigi depan dengan gerakan maju-mundur


saya menggosok gigi bagian samping dengan gerakan
maju-mundur
Saya menggosok gigi depan dengan gerakan memutar

Saya menggosok gigi bagian samping dengan gerakan


memutar

66

LEMBAR OBSERVASI KARIES GIGI


PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 6 CIPUTAT TANGERANG
SELATAN

RESPONDEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.

ADA

TIDAK
ADA

67

42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.

68

Reliability
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
a

Excluded
Total

30

96.8

3.2

31

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items
.886

14

Item Statistics
Mean

Std. Deviation

P1

2.2333

1.16511

30

P2

2.9000

.88474

30

P3

1.3000

.83666

30

P4

2.6000

1.06997

30

P5

2.4333

1.00630

30

P6

2.6333

.99943

30

P7

2.5333

1.00801

30

P8

3.6000

.85501

30

P9

3.5667

.72793

30

P10

2.2333

1.19434

30

P11

2.9000

1.02889

30

P12

2.7000

.98786

30

P13

2.5000

.97379

30

P14

1.9000

1.21343

30

69

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted

Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted

Total Correlation

Alpha if Item
Deleted

P1

33.8000

66.993

.605

.876

P2

33.1333

73.982

.337

.888

P3

34.7333

75.720

.239

.891

P4

33.4333

71.151

.421

.885

P5

33.6000

69.490

.560

.878

P6

33.4000

65.903

.801

.867

P7

33.5000

64.879

.862

.864

P8

32.4333

74.599

.309

.888

P9

32.4667

74.189

.413

.884

P10

33.8000

67.890

.538

.880

P11

33.1333

66.189

.756

.869

P12

33.3333

67.471

.705

.872

P13

33.5333

67.637

.706

.872

P14

34.1333

66.809

.585

.878

Scale Statistics
Mean
36.0333

Variance
79.895

Std. Deviation
8.93842

N of Items
14

70

Lampiran

Hasil Analisis Univariat


P1
Frequency Percent
Valid jarang

Valid
Percent

Cumulative
Percent

7.4

7.4

7.4

kadang-kadang

21

25.9

25.9

33.3

sering

54

66.7

66.7

100.0

Total

81

100.0

100.0

P2
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

8.6

8.6

8.6

jarang

15

18.5

18.5

27.2

kadang-kadang

35

43.2

43.2

70.4

sering

24

29.6

29.6

100.0

Total

81

100.0

100.0

P3
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

10

12.3

12.3

12.3

jarang

17

21.0

21.0

33.3

kadang-kadang

25

30.9

30.9

64.2

sering

29

35.8

35.8

100.0

Total

81

100.0

100.0

71

P4
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

3.7

3.7

3.7

jarang

1.2

1.2

4.9

kadang-kadang

16

19.8

19.8

24.7

sering

61

75.3

75.3

100.0

Total

81

100.0

100.0

P5
Frequency Percent
Valid jarang

Valid
Percent

Cumulative
Percent

1.2

1.2

1.2

3.7

3.7

4.9

sering

77

95.1

95.1

100.0

Total

81

100.0

100.0

kadang-kadang

P6
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

2.5

2.5

2.5

jarang

4.9

4.9

7.4

kadang-kadang

21

25.9

25.9

33.3

sering

54

66.7

66.7

100.0

Total

81

100.0

100.0

P7
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

2.5

2.5

2.5

jarang

7.4

7.4

9.9

kadang-kadang

20

24.7

24.7

34.6

sering

53

65.4

65.4

100.0

Total

81

100.0

100.0

72

P8
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

4.9

4.9

4.9

jarang

10

12.3

12.3

17.3

kadang-kadang

14

17.3

17.3

34.6

sering

53

65.4

65.4

100.0

Total

81

100.0

100.0

P9
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

3.7

3.7

3.7

jarang

6.2

6.2

9.9

kadang-kadang

15

18.5

18.5

28.4

sering

57

70.4

70.4

98.8

1.2

1.2

100.0

81

100.0

100.0

41
Total

P10
Frequency Percent
Valid tidak penah

Valid
Percent

Cumulative
Percent

7.4

7.4

7.4

11.1

11.1

18.5

kadang-kadang

31

38.3

38.3

56.8

sering

35

43.2

43.2

100.0

Total

81

100.0

100.0

jarang

P11
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid tidak pernah

9.9

9.9

9.9

jarang

12

14.8

14.8

24.7

kadang-kadang

27

33.3

33.3

58.0

sering

34

42.0

42.0

100.0

Total

81

100.0

100.0

73

ANALISIS BIVARIAT

1.
kebiasaan_menggosokgigi * Karies_gigi Crosstabulation
Karies_gigi
ya
kebiasaan_menggosokgigi

buruk

Count
% within
kebiasaan_menggosokgigi

baik

Count
% within
kebiasaan_menggosokgigi

Total

Count
% within
kebiasaan_menggosokgigi

tidak

Total

12

31

43

27.9%

72.1%

100.0%

15

23

38

39.5%

60.5%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

df

Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.270

.750

.387

1.215

.270

1.215
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

.346
1.200

.273

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,67.
b. Computed only for a 2x2 table

.193

74

2.
Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

Jenis_kelamin * Karies_gigi

81

100.0%

.0%

81

100.0%

frekuensi * Karies_gigi

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

81

100.0%

.0%

81

100.0%

waktumalamhari *
Karies_gigi
waktupagihari * Karies_gigi
sikatgigiberbuluhalus *
Karies_gigi
menggunakanodol *
Karies_gigi
gigiatasdalam * Karies_gigi
gigidepanmemutar *
Karies_gigi
gigidepanmajumundur *
Karies_gigi
gigidepanmutar * Karies_gigi
gigisampingmemutar *
Karies_gigi
gigisampingmajumundur3 *
Karies_gigi

3.
Crosstab
Karies_gigi
ya
Jenis_kelamin

ya

Count
% within Jenis_kelamin

tidak

Count
% within Jenis_kelamin

Total

Count
% within Jenis_kelamin

tidak

Total

14

23

37

37.8%

62.2%

100.0%

13

31

44

29.5%

70.5%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

75

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.430

.305

.581

.621

.431

.622
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.483

Linear-by-Linear Association

.614

N of Valid Cases

.290

.433

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,33.
b. Computed only for a 2x2 table

4.
Crosstab
Karies_gigi
ya
frekuensi

Count
% within frekuensi

18

27

33.3%

66.7%

100.0%

18

36

54

33.3%

66.7%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Count
% within frekuensi

Total

Count
% within frekuensi

Total

tidak

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

df

Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

1.000

.000

1.000

.000

1.000

.000
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

1.000
.000
81

1.000

.602

76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table

5.
Crosstab
Karies_gigi
ya
waktumalamhari

Count
% within waktumalamhari

Total

40

57

29.8%

70.2%

100.0%

10

14

24

41.7%

58.3%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Count
% within waktumalamhari

Total

17

Count
% within waktumalamhari

tidak

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.302

.600

.439

1.046

.306

1.066
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.315

Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

1.053

.218

.305

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00.
b. Computed only for a 2x2 table

6.
Crosstab
Karies_gigi
ya
waktupagihari

Count
% within waktupagihari

tidak

Total

17

35

52

32.7%

67.3%

100.0%

77

Count
% within waktupagihari

Total

10

19

29

34.5%

65.5%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Count
% within waktupagihari

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.870

.000

1.000

.027

.870

.027
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

1.000

Linear-by-Linear Association

.027

N of Valid Cases

.529

.871

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,67.
b. Computed only for a 2x2 table

7.
Crosstab
Karies_gigi
ya
sikatgigiberbuluhalus

Count
% within
sikatgigiberbuluhalus

Count
% within
sikatgigiberbuluhalus

Total

Count
% within
sikatgigiberbuluhalus

tidak

Total

16

20

20.0%

80.0%

100.0%

23

38

61

37.7%

62.3%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

78

Pearson Chi-Square
Continuity Correction

.145

1.403

.236

2.262

.133

2.125
b

Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test

.179

Linear-by-Linear Association

2.098

N of Valid Cases

.117

.147

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,67.
b. Computed only for a 2x2 table

8.
Crosstab
Karies_gigi
ya
menggunakanodol

Count
% within menggunakanodol

Total

25.0%

75.0%

100.0%

26

51

77

33.8%

66.2%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Count
% within menggunakanodol

Total

Count
% within menggunakanodol

tidak

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

df

Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.717

.000

1.000

.138

.710

.131
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

1.000
.130

.719

81

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
b. Computed only for a 2x2 table

.593

79

9.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigiatasdalam

Count
% within gigiatasdalam

19

27

29.6%

70.4%

100.0%

19

35

54

35.2%

64.8%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Count
% within gigiatasdalam

Total

Count
% within gigiatasdalam

Total

tidak

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.617

.062

.803

.253

.615

.250
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.803

Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

.247

.405

.619

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table

10.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigidepanmemutar

Count
% within gigidepanmemutar

Count
% within gigidepanmemutar

Total

Count
% within gigidepanmemutar

tidak

Total

23

28

17.9%

82.1%

100.0%

22

31

53

41.5%

58.5%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

80

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.032

3.609

.057

4.901

.027

4.612
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.047

Linear-by-Linear Association

4.555

N of Valid Cases

.027

.033

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table

11.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigidepanmajumundur

Count
% within
gigidepanmajumundur

Count
% within
gigidepanmajumundur

Total

Count
% within
gigidepanmajumundur

tidak

Total

24

28

14.3%

85.7%

100.0%

23

30

53

43.4%

56.6%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

df

Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.008

5.738

.017

7.602

.006

6.987
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

.012
6.900
81

.009

.007

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table

12.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigidepanmutar

Count
% within gigidepanmutar

Total

32

46

30.4%

69.6%

100.0%

13

22

35

37.1%

62.9%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Count
% within gigidepanmutar

Total

14

Count
% within gigidepanmutar

tidak

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.526

.157

.692

.401

.526

.402
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.635

Linear-by-Linear Association

.398

N of Valid Cases

.345

.528

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,67.
b. Computed only for a 2x2 table

13.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigisampingmemutar

Count
% within
gigisampingmemutar

Count

tidak

Total

11

36

47

23.4%

76.6%

100.0%

16

18

34

82

% within
gigisampingmemutar
Total

47.1%

52.9%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Count
% within
gigisampingmemutar

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.026

3.960

.047

4.952

.026

4.967
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.033

Linear-by-Linear Association

4.906

N of Valid Cases

.023

.027

81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,33.
b. Computed only for a 2x2 table

14.
Crosstab
Karies_gigi
ya
gigisampingmajumundur3

Count
% within
gigisampingmajumundur3

Count
% within
gigisampingmajumundur3

Total

Count
% within
gigisampingmajumundur3

tidak

Total

14

23

39.1%

60.9%

100.0%

18

40

58

31.0%

69.0%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

83

Jenis_kelamin * karies_gigi Crosstabulation


karies_gigi
tidak
Jenis_kelamin

laki-laki

Count
% within Jenis_kelamin

perempuan

Count
% within Jenis_kelamin

Total

Count
% within Jenis_kelamin

ya

Total

14

23

37

37.8%

62.2%

100.0%

13

31

44

29.5%

70.5%

100.0%

27

54

81

33.3%

66.7%

100.0%

Anda mungkin juga menyukai