Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

A. Teori-Teori

1. Pengertian Karies Gigi

a. Pengertian karies

Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali

dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi

(pit, fissure, dan daerah inter proksimal), kemudian meluas kearah pulpa.

Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan juga dapat timbul pada

satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas kebagian yang lebih

dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke dentin atau ke pulpa. Terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi, diantaranya

adalah karbohidrat, mikroorganisme dan saliva, permukaan dan anatomi

gigi ( Tarigan, 2015).

Karies gigi adalah proses patologis yang terjadi karena adanya

interaksi faktor-faktor didalam mulut (Suwelo, I, 1992).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies

Karies terjadi karena adanya interaksi faktor-faktor di dalam mulut.

Faktor-faktor tersebut terdiri dari gigi dan saliva, mikroorganisme dan sisa

makanan/substat sebagai faktor utama serta faktor tambahan yaitu waktu

(Suwelo, I, 1992).

6
7

Selain faktor-faktor dalam mulut, ada beberapa faktor luar yaitu

faktor pendukung dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar

antara lain usia, jenis kelamin, tingkat Pendidikan, tingkat ekonomi,

lingkungan, sikap dan kebiasaan (perilaku) yang berhubungan dengan

kesehatan gigi. Faktor luar tersebut tidak berbeda baik terhadap gigi tetap

maupun gigi sulung anak usia prasekolah. Biasanya anka tergantung pada

orang tuanya dalam masalah kesehatan gigi yaitu yang berkaitan dengan

pengetahuan dan perilaku tentang cara membersihkan gigi, jenis makanan

dan minuman yang menguntungkan keshatan gigi (Suwelo, I, 1992).

1. Faktor dalam

Faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang langsung

berhubungan dengan karies. Ada beberapa faktor yang berinteraksi

a) Gigi

Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya

karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan

plak gigi yang sangat memungkinkan diserang karies adalah :

1. Pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar.

2. Permukaan halus dibawah leher gigi sedikit diatas tepi gingival.

3. Permukaan akar yang terbuka yang merupakan daerah tempat

melekatnya plak dengan retensi gingival karena penyakit

periodontium.

4. Tepi tumpatan yang kurang.


8

5. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruandan jembatan

(Kidd dan Joyston, 1992)

b) Saliva

Di dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan

gigi. Saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak ahli

menyatakan, saliva merupakan pertahanan pertama tehadap karies.

Merka juga menyatakan bahwa fungsi saliva sebagai pelican,

pelindung, pembersih, anti pelarut dan anti bakteri. Namun

demikian saliva juga memegang peran penting lain yaitu dalam

proses terbentuknya plak gigi, saliva juga merupakan media yang

baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan

dengan karies gigi.

b). Mikroorganisme

walaupun banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana

dan mikroorganisme mana sebagai penyebab karies namun semua

ahli berpendapat bahwa karies gigi tidak akan terjadi tanpa

mikroorganisme. Meskipun begitu tidak semua mikroorganisme di

dalam mulut penting dalam hubungann ini. Ternyata banyak

mikoorganisme asidogenik di dalam mulut tidak menyebabkan

karies. Selain itu beberapa individu yang mempunyai banyak

mikroorganisme di dalam mulut ternyata tidak menderita karies


9

(Volker dan Russel, 1973; Summich, 1977; Newburn, 1978;

Miller, 1981).

Banyak yang telah membuktikan bahwa mikroorganisme di

dalam mulut yang berhubungan dengan karies antara lain

bermacam strain streptococcus, lactobacillus, actinomices dan

lain-lain. Mikroorganisme ini menempel di gigi Bersama dengan

plak atau debris. Plak gigi adalah media lunak no mineral yang

menempel erat di gigi. Plak terdiri dari mikroorganisme (70%) dan

bahan antar sel (30%). (Newburn, 1978). Lebih jauh Van Houte et

al. (1981) mengemukakan bahwa 50% mikrooorganisme yang ada

di plak adalah lactobacillus kendati tidak selalu terdapat di dalam

jaringan karies dan keadaannya sama di permukaan gigi yang tidak

atau yang sudah diberi fluor.

c). Substrat

substrat adalah campuran makanan halus dan minuman

yang di makan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi.

Substtrat ini berpengaruh terhadap karies secara local di dalam

mulut (Newburn, 1978,Konig dan Hoogendoorn,, 1982). Substrat

yang menempel di permukaann gigi berbeda dengan makanan

yang masuk ke dalam tubuh yang di perlukan untuk mendapatkan

energi dan membangun tubuh.

d). Waktu
10

pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies

serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi

(Newburn, 1978; Konig dan Hoogendoorn, 1982). Faktor waktu

menonjol setelah Vipeholm tahun 1954 (Neburn 1978) melakukan

penlitian untuk mengetahui hubungan antara waktu dengan

frekuensi diet makanan dan minumaan kariogenik. Ternyata

memang ada hubungan di antara keduannya. Faktor ini juga

tampak jelas pada percobaan binatang.

Karies gigi merupakan penyakit kronis, kerusakan berjalan

dalam periode bulan atau tahun. Rata-rata kecepatan karies gigi

tetap yang di amati di klinik adalah 18-6 bulan. Kecepatan karies

anak-anak lebih tinggi sedangkan kecepatan kerusakan gigi

penderita xerostamia lebihh pendek (2 bulan) (Newburn, 1978).

Faktor waktu ini jelas terlihat pada anak yang diberi minum

susu atau cairan manis lainnya melalui botol. Ketika anak tidur

dengan dot kater di botol masih berada di mulutnya, cairan dari

botool akan tergenang di mulut dalam dalam waktu lama.

Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlihat dengan timbulnya

karies menyeluruh dalam waktu singkat (terjadi karies botol)

(Finn, 1973; Miller, 1981; Jonsen, 1984). Selain itu keadaan yang

dapat menyebabkan substrat lama berada dalam mulut ialah


11

kebiasaan anak menahan makanan di dalam mulut dimana

makanan tidak cepat-cepat ditelan.

2. Faktor Luar

a). Usia

Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies

pun juga akan bertabah. Hal ini jelas karena faktor risiko terjadinya

karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang

pengaruh faktor risiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan

jumlah karies lebih besar dibanding yang kuat pengaruhnya.

b). Jenis kelamin

Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi

karies gigi tetap wanita lebih tinggi di bandingkan pria. Demikian

juga dengan anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak

perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal ini

disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak perempuan lebih

cepat di banding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan

berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan

akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya

karies.

c). Tingkat pendiidikan

Tingkat Pendidikan orang tua akan berpengaruh pada pola

piker dan orientasi pendidikan anak. Semakin tinggi Pendidikan


12

orang tua akan melengkapi pola pkir dalam mendidik anaknya.

Permasalahan penelitian adalah apakah ada hubungan dari tingkat

Pendidikan orangtua terhadap pola asuh anak dan seberapa besar

hubungan tingkat Pendidikan orangtua terhadap pola asuh anak.

Tujuan penelitiann untuk mengetahui hubungan tngkat Pendidikan

orangtua dan mengetahui besar hubungan tingkat Pendidikan

orangtua terhadap pola asuh anak. Pendekatan penelitian

kuantitatif jenis korelasional.

d). Tngkat ekonomi

pembangunan ekonomi ialah suatu proses perubahan yang

meliputi kehidupan suatu bangsa seluruhnnya. Pembangunan

ekonomi berarti mempercepat desintegrasi susunan masyarakat

yang lama dan mempercepat juga keharusan untuk mencapai

reintegrasi masyarakat itu. Pembangunan ekonomi akan membawa

kita melalui suatu taraf perkembangan yang amat sukar, oleh sebab

runtuhnya kepastian-kepastian hidup yang lama dengan meghadapi

keharusan untuk membentuk kepastian-kepastian serta nilai-nilai

yang baru.

e). Lingkungan

Lingkungan adalah segala suatu yang ada di sekitar kita yang

tentunya berkaitan dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita

sehari-hari.
13

f). Pengetahuan (Kesadaran, Sikap dan Perilaku)

Kesadaran, Sikap dan Perilaku dalam hal promosi kesehatan

yang berperan untuk menggugah kesasaran, memberikan atau

meningkatkan pengetahua masyarakat tentanng pemeliharaan

kesehata yang baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun

masyarakat (Suwelo, 1992).

Fase perkembangan anak usia di bawah 5 tahun masih

sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa

dan pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya.

Peran ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan

perkembagan anak. Demikian juga keadaan kesehatan gigi dan

mulut anak usia prasekolah masih sangat di tentukan oleh

kesadaran, sikap dan perilaku serta pendidikan ibunya.

2. Pengertian Pit dan Fissure

Pengertian fissure adalah celah yang dangkal, tajam, dan memanjang

yang terdapat pada permukaan oklusal, sedangkan pit adalah titik pertemuan

dari fissure. Macam pit dan fisura bervariasi bentuk dan kedalamannya, dapat

berupa tipe U (terbuka cukup lebar); tipe V (terbuka, namun sempit); tipe I

(bentuk seperti leher botol) (Russel C.Wheeler, 1974).

Pit dan fissure merupakan anatomi gigi yang rentan karies di area

sekitar oklusal umumnya sempit dan tidak teratur. Kedalaman fissure (40-

1220 μm) dan karakteristik morfologi (bentuk fissure U,V dan Y)


14

menguntungkan bakteri dan sisa makanan untuk menjadi awal masuknya

karies (Doli et al, 2010)

Fit dan fissure yang dalam pada gigi geligi adalah suatu kondisi gigi

geligi yang memperlihatkan adanya cekukan dan lekukan terutama pada

permukaan kunyah gigi premolar dan molar (graham) yang berada di bagian

belakang dalam mulut yang berfungsi dalam proses pengunyahan. Adanya

cekungan tersebut cekungan berakibat pada akumulasi dari plak dan partikel

makanan didalamnya. Tindakan untuk menjaga kebersihan mulut seperti

menyikat gigi dan flossing (menggunakan benang gigi) juga tidak dapat

membersihkan sampai dasar daripada fit dan fissure tersebut. Selain itu, bulu

sikat gigi tidak cukup panjang dan tidak cukup tebal untuk mencapai celah-

celah tersebut. Untungnya, kondisi ini dapat dicegah apabila di deteksi sejak

dini dan ditutup dengan bahan pelapis fit dan fissure untuk menghalangi plak

dan sisa-sisa makanan. Bentuk pit dan fissure yang kompleks, tidak teratur

dan tak terduga menjadi awal pembentukan karies (del Urquía et al, 2011).

Fit dan fissure merupakan tempat tumbuhnya plak yang tersembunyi,

oleh karena itu bakteri mudah berkolonisasi dan menyebabkan karies (depkes

RI, 1997)

Suatu metode yang digunakan untuk mencegah karies adalah menutup

(menumpat/memperkuat) elemen gigi geligi, khususnya pada fissure dan

cekungan-cekungan, secepat mungkin setelah munculnya elemen-elemen gigi.


15

Metode ini berstandar pada pengetsaan email sehingga terjadi permukaan

tidak rata yang microskopik (Houwink B, 1993)

Pencegahan preventif dengan metode menggunakan kontrol diet dan

terapi flour pada karies gigi tidaklah memuaskan dengan tidak mengurangi

celah pit dan fissure meskipun demikian pada penelitian di masyarakat yang

menggunakan flouridasi air minum dapat menurunkan jumlah karies oklusal

yang siginifikan. Fissure Sealant sebagai upaya pencegahan karies dalam

kedokteran gigi preventif saat ini banyak digunakan oleh klinisi dalam upaya

mempromosikan kesehatan gigi. Teknik pit dan repository.unimus.ac.id 2

fissure sealant pertama kali menggunakan bahan zinc phospate cement (Doli

et al, 2010).

Tujuan sealent pada fit dan fissure adalah agar sealent berpenetrasi

dan menutup semua celah, fit dan fissure pada permukaan oklusal baik gigi

sulung maupun permanen. Area tersebut diduga menjadi tempat awal

terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara mekanis. (Robert G.

Craig, 1979)

3. Pertumbuhan Gigi Molar I Permanen

Gigi permanen yang muncul pertama kali dalam mulut (erupsi)

adalah gigi molar I yang letaknya sebelah distal dari gigi molar 2, pada usia 6

tahun dan sering disebut six year molar. Gigi ini adalah terbesar diantara gigi

geligi susu dan gigi ini baru erupsi setelah pertumbuhan dan perkembangan

rahang sudah cukup memberi tempat untuknya (Suwelo I.S., 1992).


16

Gigi molar I merupakan gigi yang paling sering terkena karies, gigi

molar I permanen paling pertama erupsi pada usia 6 tahun sering disebut six

year molar dan banyak terdapat groove, pit, fissure (lekukan-lekukan)

permukaan oklusal gigi molar I permanen lebih mudah terkena karies

dibanding permukaan lain karena bentuknya yang khas sehingga sukar

dibersihkan (Suwelo I.S., 1992)

Gambar 2.1 pit dan fissure pada gigi molar satu permanen

Menurut Newbrurn 1989 ada beberapa tipe fissure yakni :

a. Bentuk V, luas di atas tetapi menyempit kebawah

b. Bentuk U, daerah atas dan bawah hampir sama luasnya

c. Bentuk I, dari atas kebawah sangat sempit

d. Bentuk IK, seperti gelas-waktu (hourglass), memiliki celah sempit yang

berhubungan dengan rogga lebih besar di bawahnya


17

e. Bentuk Y terbalik, daerah bawah memiliki 2 cabang seperti huruf Y

terbalik

Gambar 2.2 bentuk fissure

4. Indikasi dan kontra indikasi fissure sealent

Indikasi pemberian sealent pada fit dan fissure adalah sebagai berikut :

a. Dalam, fit dan fissure retentif.

b. Fit dan fissure dengan dekalsifikasi minimal

c. Karies pada fit dan fissure atau restorasi pada gigi sulung atau permanen

lainnya.

d. Tidak adanya karies interproximal.

e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva.

f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun

Kontra indikasi pemberian sealent pada fit dan fissure adalah :


18

a. Self cleansing yang baik pada fit dan fissure terdapat tanda klinis maupun

radiografis adanya karies interproksimal yang memerlukan perawatan.

b. Terdapat tanda klinis maupun radiografi adanya karies interproksimal

yang memerlukan perawatan.

c. Banyaknya karies interproksimal dan restorasi .

d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari

kontaminasi saliva.

e. Umue reopsi gigi lebih dari 4 tahun ( J.R pinkham, 1994)

5. Bahan Yang Digunakan Sebagai Penutup Fissure Sealent

Dari kata klinis yang diproleh oleh berbagai ahli, didapatkan dari bahan-

bahan sealent diatas, yang paling berhasil adalah sealent yang bahan dasarnya

dari resin Bis-GMA dan semen glass ionomer.

Tabel 2.1 Perbedaan Glass Ionomer dan resis Bis-GMA

Glass Ionomer Resis Bis-GMA


a. Digunakan untuk gigi sulung a. Digunakan pada gigi permanen
b. Kekuatan kunyah tidak besar b. Kekuatan kunyah besar
c. Pada insiden karies tinggi c. Insidensi karies relaitf rendah
d. Gigi yang belum erupsi d. Gigi sudah erupsi sempurna
sempurna e. Area bebas kontaminasi atau
e. Ares yang kontaminasi sulit mudah dikontrol
dihindari f. Pasien kooperatif, karena banyak
f. Pasien kurang kooperatif tahap dan membutuhkan waktu
lama

Sealent pada gigi telah terbukti memiliki keefektifan dalam

pencegahan karies dalam bahan sealent didasarkan penutupan sehingga


19

mikroflora dalam pit dan fissure tidak dapat menjangkau nutrisi yang

dibutuhkan. Retensi kuat sealent diperlukan untuk menutupi permukaan gigi

terutama pada area yang dalam, pit dan fissure yang tidak teratur, dan

aplikasinya dilakukan pada daerah yang bersih dan kering saat prosedur

dilakukan. Sealent berbasis resin memiliki kemampuan retensi yang lebih

baik daripada glass ionomer. Bahan sealent berbasis resin digunakan pada

gigi dengan beban kunyah besar dan mahkota gigi telah erupsi sempurna.

Bahan sealent semem ionomer kaca digunakan pada gigi dengan beban

kunyah ringan, dan mahkota gigi belum erupsi sempurna pada gigi permanen

sebaiknya digunakan bahan sealent berbasis resin karena mampu menahan

beban kunyah yang besar pada gigi permanen. Aplikasi nahan ini

membutuhkan waktu yang lama sehingga sabiknya dilakukan pada pasien

yang kooperatif. Pada anak-anak dengan kemampuan memlihara oral

hygiene rendah sebaiknya digunakan bahan sealent semen ionomer kaca.

Bahan ini memiliki kemampuan melepaskan fluor sehingga memiliki sifat

anti karies. Untuk mengetahui apakah kita membutuhkan sealent untuk

geraham kita dan bahan sealent apa yang cocok untuk kita, dapa kita

diskusikan dengan dokter gigi kita (Ford. Pitt T. R, 1993).

a. Bahan Resin

Bahan dasar resin modern kebanyakannya adalah resin bowen.

Tersedia 2 macam bahan kimia. Kebaikan resin yang pengerasannya

dengan sinar adalah operator dapat mengendalikan pengerasannya,


20

sedangkan keburukannya adalah perlunya biaya tambahan untuk membeli

sumber cahaya dan pemeliharaannya. Polinerisasi resin ini pada umumnya

menggunakan sinar ultra violet, pada tahun belakangan ini resin yang di

polinerisasikan dengan sinar biasa sudah dapat berpenetrasi lebih dalam

dan lebih aman bagi operatornya.

Adanya temuan bahwa mata operator dalam jangka panjang

terhadap sinar ultraviolet dan juga sinar biasa akan membahayakan.

Dengan demikian, bijaksana sekali menggunakan kacamata gelap atau

menghindari menatap langsung sinarnya.

Resin yang terdahulu merupakan resin tanpa partiken pengisi.

Resin yang dibuat sekarang ini diberi partikel pengisi kaca sehingga

menyerupai resin komposin yang juga berbahan dasar resin bowen

namun dengan bahan partikel pengisi yang lebih banyak. Resin penutup

fissure berpatikel pengisi yang modern mengandung partikel pengisi

kurng lebih 50 %. Bahan ini lebih tahan terhadap anrasi ketimbang bahan

serupa yang tanpa parikel pengisi. Karena keuasan akhirnya akan

menyebabkan lepasnya resin, maka resin yang berpartikel pengisi

menjadi lebih disukai (Kidd, A. M, 1991).

b. Fuji VII

GC Fuji VII adalah revolusioner ionomer kaca sealent dan

berfungsi sebagai permukaan pelindung. Hal ini terbukti menjaga gigi

yang baru erupsi. Tidak ada isolasi atau bonding agent yang diperlukan.
21

Ia bekerja dalam bidang lembab. Dengan produk ini, tidak perlu takut

tentang penegelan atas enamel dewasa atau lesi non-berlubang. Fluride

tinggi melepasan GC Fuji VII menciptakan lapisan yang kuat, lapisan

yang tahan dengan asam. Melindungi enamel gigi, mempunyai

kandungan fluride enam kali lebih banyak dari pada sealent lainnya,

fluoridenya melindungi sampa 24 bulan untuk membantu mencegah

kerusakan asam dari bakteri. Fuji VII terdiri dari 2 macam,.

1. Fuji VII Putih adalah untuk gigi permenen/ gigi yang sudah erupsi.

2. Fuji VII Pink adalah untuk gigi sulung/ gigi yang belum erupsi.

(gcindiadental.com)

5. Faktor-faktor Kerusakan Fissure Sealent

a. Instrumen yang digunakan terbatas

b. Bahan yang digunakan terbatas.

c. Tempat yang digunakan terbatas.

d. Cara pengadukannya tidak sesuai (terlalu encer/keras).

e. Cara pengaplikasiannya kurang tepat.

f. Instruksi dari operator kurang jelas atau tidak dipahami oleh pasien

g. Faktor dari pasien itu sendiri

6. Upaya Pencegahan Penyakit Gigi (Preventif)

Bentuk kegiatan ini antara lain :

a. Sikat gigi masal


22

Adalah kegiatan menyikat gigi yang dilakukan bersama-sama

dibawah bimbingan instruktur seperti guru, petugas kesehatan dan kader.

Dengan tujuan melatih sasaran agar dapat melakukan sikat gigi dengan

cara yang baik dan benar serta meningkatkan kebersihan gigi dan mulut

(Depkes RI, 1995)

b. Scalling supra gingival

Kegiatan pembersihan atau pembuangan gigi yang terletak pada

permukaan gigi diatas gusi (Depkes RI, 1995)

c. Pencegahan karies dengan flour

Berkumur dengan larutan flour (NaF 0,2 %) atau bisa juga dengan

pengolesan flour pada gigi geligi tujuannya adalah untuk mencegah

karies dan menghentikan proses penjalaran karies yang masih dini

(Depkes RI, 1995)

b. Pit dan Fissure Sealent

Tindakan ini dilakukan untuk menutupi pit dan fissure yang dalam

dengan bahan pengisi, tindakan ini juga untuk mencegah karies dini

(Depkes RI, 1995)


23

B. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Dalam :
Gigi Molar Satu Permanen
-
- Saliva
- Mikroorganisme
- Substrat
Pit dan Fissure
- Waktu

Karies Gigi

Faktor Luar :

- Usia
- Jenis Kelamin
- Tingkat Pendidikan
- Tingkat Ekonomi
- Lingkungan
- Pengetahuan

Gambar 2.3

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai