Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Karies Gigi

Umumnya, penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak


gigi.  Plak timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi
yang kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam
mulut, seperti Streptococcus mutans.  Plak akan melarutkan lapisan
email pada gigi yang lama kelamaan lapisan tersebut menipis. 
Terjadinya plak sangat singkat, yaitu hanya 10-15 menit setelah makan. 
Plak yang menumpuk kemudian membentuk karies gigi yang akhirnya
merusak email hingga melubangi gigi (Besford, 1996).

Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan
demineralisasi (larutnya mineral email) dan  terus berjalan ke bagian
yang lebih dalam dari gigi sehingga terjadi kavitasi (pembentukan lubang)
yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email
dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial
dari substrat (medium makanan bagi bakteri Streptococcus
mutans dan Lactobacillus acidophilus) (Schuurs, 1993).

Karies gigi adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi oleh


mikroorganisme (Pine, 1997).  Karies merupakan suatu penyakit jaringan
keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh
aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan
(Kidd & Bechal,1991).

Newburn dalam Darwita (2004) mendefinisikan karies gigi sebagai


penyakit bakterial yang menyerang gigi dimana bagian organik dari gigi
mengalami destruksi, sedangkan bagian anorganiknya mengalami
dekalsifikasi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


karies gigi adalah suatu proses kronis regresif , dimana prosesnya terjadi
terus berjalan ke bagian  yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk
lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan
oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan
gigi dan waktu.

b.      Proses Terjadinya Karies Gigi


Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil kombinasi
dari 4 faktor utama yaitu inang dan gigi, mikroorganisme di dalam plak,
substrat dan waktu (Pine, 1997).

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan


gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel
pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan
menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan
demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Schuurs, 1993).

Biasanya karies terlihat berwarna cokelat kehitaman atau noda-noda


putih yang bila diraba dengan sonde, email belum tersangkut. Secara
perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui
lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi akan timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Lama-
kelamaan bagian karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan
tertahannya sonde. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang
dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang
menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.  Karies yang
berwarna cokelat kehitaman lebih lama menimbulkan lubang pada gigi
sedangkan noda yang berwarna putih lebih cepat menimbulkan lubang
(Tarigan, 1995).

c.       Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

1)   Mikroorganisme              

Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar.


Bakteri yang sangat dominan dalam karies gigi adalah Streptococcus
mutans. Bakteri ini sangat kariogen karena mampu membuat asam dari
karbohidrat yang dapat diragikan. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu
untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.

Streptococcus mutans berperan dalam proses awal karies yaitu lebih


dulu masuk lapisan luar email. Selanjutnya Lactobacillus
acidophilus mengambil alih peranan pada karies yang lebih merusakkan
gigi.  Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak.  Plak terdiri dari
mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %).  Plak akan tumbuh
bila ada karbihidrat, sedang karies akan terjadi bila ada plak dan
karbohidrat (Suwelo, 1992).
2)   Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi


sehari-hari yang menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi gula akan
menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah Streptococcus
mutans  didalamnya.

Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap


berbahaya. Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi,
maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd &
Bechal,1991).

3)   Inang atau Gigi

Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies,


yaitu :

a)  Bentuk

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap


karies.  Gigi dengan fissure (lekukan) yang dalam lebih mudah terserang
karies. Hal demikian memudahkan masuknya makanan di daerah itu yang
sulit dibersihkan.

b)  Posisi

Gigi yang berjejal dan susunannya tidak teratur lebih sukar dibersihkan. 
Hal ini cenderung meningkatkan penyakit periodontal dan karies. Gigi
geligi berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (over lapping) akan
mendukung terjadinya karies, karena daerah tersebut sulit dibersihkan. 
Gigi yang mempunyai permukaan dan bentuk yang tidak teratur dapat
mengakibatkan sisa-sisa makanan terselip dan bertahan sehingga
produksi asam oleh bakteri berlangsung cepat dan mengakibatkan
terjadinya pembusukan gigi yang memicu timbulnya gigi berlubang.

c)  Struktur

Komposisi gigi sulung terdiri dari email dan dentin.  Dentin adalah
lapisan di bawah email.  Permukaan email lebih banyak mengandung
mineral dan bahan-bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit. 
Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di
bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat.  Struktur email sangat
menentukan dalam proses terjadinya karies (Suwelo, 1992).

Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan
lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991).

4)  Waktu

Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga
faktor sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan
secara klinis terlihat kehancuran dari email lebih dari empat tahun (Pine,
1997).

Saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi.  Banyak ahli


menyatakan, bahwa saliva merupakan pertahanan pertama terhadap
karies, ini terbukti pada penderita Xerostomia (produksi ludah yang
kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu
singkat (Suwelo, 1992).

Sekresi kelenjar anak-anak masih bersifat belum konstan, karena


kelenjarnya masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan.  Saliva
berfungsi sebagai pelicin, pelindung, penyangga, pembersih, pelarut dan
anti bakteri. Sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali
memiliki persentase karies yang tinggi (Suwelo, 1992).

Berikut peranan aliran saliva dalam memelihara kesehatan gigi:

a)      Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut


termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan
makanan.  Dengan kata lain, sebagai pelarut dan pelumas.

b)      Aliran saliva memiliki efek buffer (menjaga supaya suasana


dalam mulut tetap netral), yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman
plak yang disebabkan oleh gula.

c)      Saliva mengandung antibodi dan anti bakteri, sehingga dapat


mengendalikan beberapa bakteri di dalam plak.  Namun jumlah saliva
yang berkurang akan berperan sebagai pemicu timbulnya kerusakan gigi
(Besford, 1996).
Faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung
dengan proses terjadinya karies, antara lain :

a)      Letak geografis

Perbedaan prevalensi karies ditemukan pada penduduk yang geografis


letak kediamannya berbeda seperti lamanya matahari bersinar, suhu,
cuaca, air, keadaan tanah, dan jarak dari laut.  Kandungan flour 1 ppm
dalam air akan berpengaruh terhadap penurunan karies (Suwelo, 1992).

b)      Pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemeliharaan


kesehatan gigi

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang


melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.  Pengetahuan/
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus


atau obyek yang diterimanya. Sikap itu belum merupakan tindakan, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan atau praktek yaitu suatu respon seseorang terhadap


rangsangan dari luar subyek, bisa bersifat positif atau tindakan secara
langsung dan bersifat negatif atau sudah tampak dalam tindakan nyata
(Notoatmodjo, 2003).

d.  Faktor-faktor yang Meningkatkan Karies Gigi

1)      Diabetes Melitus

Diabetes Melitus dapat meningkatkan terjadinya jumlah penderita


karies.  Tetapi bila seorang penderita telah menyadari keadaannya dan
menjalankan diet, keberadaan karies bahkan akan terjadi lebih sedikit
dibandingkan rata-rata.

2)      Xerostomia

Xerostomia  merupakan penyakit kurang produksi ludah.  Hal ini jelas


merupakan faktor predisposisi.
e.       Jenis Karies Gigi Berdasarkan Tempat Terjadinya

1)      Karies Insipiens

Karies Insipiens  merupakan karies yang terjadi pada permukaan email


gigi (lapisan terluar dan terkeras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya
ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

2)      Karies Superfisialis

Karies Superfisialis merupakan karies yang sudah mencapai bagian


dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit.

3)            Karies Media

Karies Media merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin


(tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar
pulpa.  Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin,
makanan asam dan manis.

4)      Karies Profunda

Karies Profunda merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan


telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya
terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun.  Apabila tidak
segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan
selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya
(Schuurs, 1993).

f.       Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan


memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.

Pencegahan karies gigi meliputi :

1)      Konsumsi vitamin dan mineral yang menguatkan gigi

Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur email dan dentin atau
gigi pada umumnya.  Ada beberapa vitamin dan zat mineral yang
mempengaruhi dan menentukan kekuatan dan kekerasan gigi.  Vitamin
dan mineral tersebut adalah vitamin A, C dan D serta mineral Ca, P, F dan
Mg.  Selain usia anak-anak dan dewasa, para ibu hamil pun perlu
diberikan makanan yang mengandung unsur-unsur yang dapat
menguatkan email dan dentin sebelum agar tidak terjadi pengapuran
pada gigi bayinya.

2)      Kebersihan mulut dan gigi yang harus diperhatikan supaya tetap
sehat.

Menggosok gigi merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan untuk
menjaga kebersihan mulut dan gigi dalam rangka tindakan pencegahan
karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi merupakan kegiatan yang
sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya
maupun dalam pelaksanaannya (Besford, 1996).

Melakukan penyikatan gigi yang baik adalah dengan frekuensi dan waktu
sesuai yang disarankan Manson (1995) yaitu dua kali, pagi hari sesudah
makan dan malam hari sebelum tidur atau yang disarankan Be Kien Nio
(1982) yaitu tiga kali sehari setiap kali setelah makan dan malam
sebelum tidur (Chemiawan, 2004).

3)      Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali

Pemeriksaan gigi pada dokter gigi atau pelayanan kesehatan yang ada
perlu dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali untuk mencegah
terjadinya karies gigi.

4)      Pengaturan konsumsi makanan yang mengandung banyak gula

Frekuensi dari konsumsi makanan yang mengandung banyak gula harus


sangat dikurangi khususnya konsumsi makanan kecil yang dilakukan
antara jam-jam makan (waktu senggang).

5)      Penggunaan fluor

Penggunaan fluor  merupakan metode yang paling efektif untuk


menghambat kehidupan bakteri yang ada pada plak dalam mulut sehingga
dapat mencegah terjadinya karies gigi.  Penggunaan fluor dapat
diberikan dalam bentuk fluoridasi air minum, fluoridasi garam dapur,
fluoridasi air susu, tablet hisap fluor, pasta gigi dan larutan fluor untuk
berkumur (Tarigan, 1995).

Anda mungkin juga menyukai