TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Gigi
1. Pengertian Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi atau sering disebut dengan kesehatan rongga mulut adalah keadaan
rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya bebas dari penyakit
dan rasa sakit, berfungsi secara optimal, yang akan menjadikan percaya diri serta hubungan
interpersonal dalam tingkatan paling tinggi (Sriyono, 2009).
Kesehatan gigi merupakan salah satu aspek dari seluruh kesehatan yang merupakan
hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental, dan sosial. Aspek fisik yaitu keadaan
kebersihan gigi dan mulut, bentuk gigi, dan air liur yang dapat mempengaruhi kesehatan
gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan gigi geligi yang berada di dalam
rongga mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain yang berada di atas
permukaan gigi seperti debris, karang gigi, dan sisa makanan (Setyaningsih, 2007).
B. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah kondisi ketika lapisan struktur gigi mengalami kerusakan secara
bertahap. Kondisi ini terjadi ketika bakteri dan kuman-kuman Streptpcpcus viridaris dan
Staphylococcus aureus yang melekat di gigi, terutama Streptococcus mutans, menghasilkan
asam dari sisa-sisa makanan seperti karbohidrat. Asam tersebut bisa merusak jaringan
keras gigi,dimulai dari lapisan terluar atau enamel gigi, alu lapisan tengah atau dentin dan
pada akhirnya merusak akar gigi. Karies gigi dan gigi berlubang adalah dua kondisi yang
saling berkaitan. Jadi, meskipun sama-sama menyebabkan lubang pada gigi, keduanya
merupakan kondisi yang berbeda. Karies merupakan tahap awal kondisi gigi berlubang.
Artinya, bila karies gigi dibiarkan saja tanpa perawatan, lama kelamaan kerusakan gigi akan
bertambah parah dan menyebabkan gigi berlubang.
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Secara umum, ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu: factor host atau
tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Keempat
factor ini saling berkaitan satu sama lain karena berhubungan dengan perilaku manusia itu
sendiri. Adapun keempat factor itu adalah sebagai berikut:
a. Faktor Agent
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal
pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai
seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis. Streptococcus mitis, Streptococcus
salivarus, serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa
beberapa spesies Actinomyces.
b. Faktor Diet
c. Faktor Host
Hal yang berkaitan dengan gigi sebagai host/ tuan rumah terhadap karies gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva.
Daerah-daerah dalam mulut yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada
permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak
yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Kepadatan kristal enamel
sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka
kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.
d. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk
mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa
proses karies tersebut terdiri atas perusakandan perbaikan yang silih berganti. Adanya
saliva di daerah gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari
atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies
untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
Selain beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas, masih ada faktor lain yang
menyebabkan karies pada gigi Anda. Ada pun berbagai factor itu adalah sebagai berikut :
a. Kebiasaan Makan
Pada zaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat
manis, lunak dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biscuit dan lain-lain. Di
mana biasanya makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Makanan ini karena sifatnya
yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila
tidak segera dibersihkan maka akan terjadi proses kimia bersama dengan bakteri dan air
ludah yang dapat merusak email gigi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli
dalam bidangnya yang dilakukan di Inggris, mengatakan bahwa makanan yang berbentuk
lunak dan lengket dapat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Ada
hubungan antara zat gizi seperti vitamin dan mineral, protein.
b. Usia
Karies gigi tidak mengenal usia, semua orang pasti akan mengalaminya jika tidak
memperhatikan kebersihan mulutnya Berdasarkan berbagai hasil penelitian, menunjukkan
bahwa ini karies dimulai lebih sering pada umur yang spesifik. Hal berlaku terutama sekali
pada umur anak-anak namun juga pada orang dewasa.
c. Pola Makan
d. Kebersihan Mulut
e. Merokok
Bagi orang muda, merokok merupakan suatu seni tersendiri. Ada yang merokok
supaya terlihat lebih lelaki, ada yang memang perokok, sampai tercandu oleh rokok ite
sendiri. Namun, kandungan yang terdapat dalam rokok dapat membuat kesehatan
terganggu, khususnya kesehatan mulut dan gigi. Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau
dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat.
Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok.
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi
pada umumnya. Seperti kita ketahui yangmempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin
D) dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga dibutuhkan. Pada ibu-ibu
yang sedang mengandung, sebaiknya diberikan kalsium yang diberikan dalam bentuk
tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh terhadap
pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan.
Hal-hal yang harus Anda lakukan pada tahap pertama ini adalah :
1) Meningkatkan kesehatan.
Galilah berbagai pengetahuan mengenai karise gigi, terutama mengenai plak pada
gigi Anda. Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara
menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang
mengandung fluor dan menggunakan benang gigi.
Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan
fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.
Pada tahap ini Anda diminta untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak
berkembang atau kambuh lagi. Hal yang harus Anda lakukan adalah melakukan diagnosa
dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh melakukan penambalan pada gigi dengan
lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.
1) Diagnosa dini.
Mendiagnosa lebih awal kesehatan gigi akan lebih baik, sebab Anda bisa
mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan gigi Anda. Hal ini akan terjadi jika
Anda sungguh-sungguh memperhatikan gigi Anda sendiri. Diagnosis karies gigi
memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek/gigi yang kering dan bersih. Jika
terdapat banyak plak, maka harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba
menegakkan diagnosis dengan tepat.
2) Tindakan yang harus dilakukan saat terjadi karies :
a) Penambalan Gigi
c) Pencabutan Gigi
Apabila gigi Anda sudah sangat rusak, dan bagian yang tersisa hanya sedikit
saja akibat karies, maka gigi Anda harus dicabut. Sebab jika melakukan
penambalan maka akan menambah rasa sakit. Dalam proses pencabutan,
pasien akan dibius, dimana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya
pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah
rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat
pencabutan dilakukan
Tahap ini merupakan tahap akhir pemeliharaan gigi Anda. Namun bukan berarti
Anda tidak menjaga dan merawat kesehatan gigi Anda. Adalah pelayanan yang ditujukan
terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dilakukan untuk mencegah kehilangan
fungsi, yang meliputi:
Tindakan pengobatan yang parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf
(perawatan saluran akar), pencabutan gigi dan sebagainya.
2) Rehabilitation: rehabilitasi.
Upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya,
misalnya pembuatan gigi tiruan (protesa).
C. Cara Menyikat Gigi Yan Baik Dan Benar
1. DMFT
Indeks DMF-T yang dikeluarkan oleh WHO bertujuan untuk menggambarkan
pengalaman karies seseorang atau dalam populasi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar
tiga karena biasaanya gigi tersebut sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi.
Indeks ini dibedakan atas indeks DMF-T (decayed missing filled teeth) yang digunakan
untuk gigi permanen (E dan Artini, 2002).
Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam
hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang
buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri.
DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled Teeth (E dan Artini, 2002). Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam DMF-T adalah:
a. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.
b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumptan permanen dimasukan ke
dalam kategori D.
c. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukan dalam kategori D.
d. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukan dalam kategori M.
e. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan
orthodonti tidak dimasukan dalam kategori M.
f. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan kedalam kategori F.
g. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukan dalam kategori F
h. Pencabutan normal selama inasa pergantian gigi geligi tidak dimasukan dalam
kategori M.
Indeks DMF-T menurut Hansen dkk (2013), sebagai berikut:
a. Decayed (D) adalah gigi dengan karies yang masih dapat ditambal termasuk gigi
dengan sekunder karies. Decay ini diperiksa dengan menggunakan sonde yang dan
tersangkut pada permukaan gigi.
b. Missing (M) yaitu kehilangan gigi atau gigi dengan indikasi pencabutan, baik yang
disebabkan oleh karies maupun penyakit periodontal.
c. Filling (F) merupakan tambalan yang dilakukan pada gigi yang mengalami karies
tanpa disertai sekunder karies. Dalam hal ini gigi yang sudah ditambal tetap dan
baik atau gigi dengan restorasi mahkota akibat karies (Hansen et al. 2013).
Kriteria penilaian dalam DMF-T didasarkan pada rentang nilai yaitu sangat rendah,
sedang, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria Indeks DMF-T
2. RTI
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi literature. Penelitian studi literature
dengan menggunakan sumber literatur yang dengan menganalisis dan menyimpulkan
berdasarkan penelitin yang sudah ada. Dari hasil yang dihimpun didapati jumlah sampel
sebanyak 2.797 anak sekolah dasar dari 8 penelitian. Sedangkan, indeks DMF-T sebesar 2,9
kriteria skor penilainnya sedang. Nilai RTI tinggi yaitu >50% dilihat dari tingginya angka
karies gigi yang dibiarkan, lalu nilai PTI yaitu motivasi seseorang untuk menumpat giginya
masih sangat rendah dilihat dari jumlah filling yang sedikit. Perawatan yang paling banyak
dibutuhkan pertama adalah scalling, lalu restorasi, fissure sealent, pencabutan gigi, dan
pendidikan kesehatan gigi (DHE). Hal ini menunjukan bahwa keadaan kesehatan gigi dan
mulut pada anak sekolah dasar adalah buruk.
Required Treatment Index (RTI) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap
yang karies terhadap angka DMF-T. RTI menggambarkan besarnya kerusakan yang belum
ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan (Pratiwi, dkk, 2010). Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan kemampuan dan kemauan penduduk Indonesia untuk
memeriksakan gigi atau merawat giginya masih rendah. Persentase nasional kebutuhan
perawatan pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 79,9% dan proporsi tindakan untuk
mengatasi masalah gigi berupa penambalan gigi sebesar 4,3%. Hasil penelitian Putong, dkk
(2013) di Kelurahan Papusungan dengan sampel masyarakat yang berusia 17 tahun ke atas
dengan jumlah sampel 106 orang menyatakan bahwa kebutuhan perawatan tertinggi
adalah kebutuhan akan restorasi satu permukaan 60,96%, kemudian diikuti restorasi dua
permukaan 23,91% dan yang terendah yaitu restorasi tiga atau lebih permukaan 15,13%.
Penelitian Ganda (2017) pada laki-laki dewasa di lapak pemulung Lebak Bulus
menunjukkan persentase RTI sebesar 82%, yang artinya angka tersebut menunjukkan
bahwa status kesehatan gigi laki-laki dewasa di lapak pemulung Lebak Bulus masih terlihat
buruk.
RTI adalah suatu indikator yang digunakan dalam menggambarkan besarnya
kerusakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan atau pencabutan.
Berdasarkan target nasional untuk kriteria RTI dinyatakan sebagai berikut:
Kurang dari 50% : Baik
Lebih dari sama dengan 50% : Kurang baik (menurut setiawan)
Rumus RTI:
Rumus prevalensi :