Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Gigi
1. Pengertian Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi atau sering disebut dengan kesehatan rongga mulut adalah keadaan
rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya bebas dari penyakit
dan rasa sakit, berfungsi secara optimal, yang akan menjadikan percaya diri serta hubungan
interpersonal dalam tingkatan paling tinggi (Sriyono, 2009).

Gambar 2.1 Gambar Gigi Sehat

Kesehatan gigi merupakan salah satu aspek dari seluruh kesehatan yang merupakan
hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental, dan sosial. Aspek fisik yaitu keadaan
kebersihan gigi dan mulut, bentuk gigi, dan air liur yang dapat mempengaruhi kesehatan
gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan gigi geligi yang berada di dalam
rongga mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain yang berada di atas
permukaan gigi seperti debris, karang gigi, dan sisa makanan (Setyaningsih, 2007).

2. Pemeliharaan Kesehatan Gigi


Upaya memelihara kesehatan gigi yang utama harus ditujukan untuk
mengendalikan pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut karena pertumbuhan bakteri
mulut yang tidak terkontrol merupakan penyebab utama terjadinya permasalahan gigi dan
mulut (Maitra,2012).
Lapisan pada gigi yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak dalam
suatu matrik, disebut dengan lapisan plak. Lapisan plak akan terbentuk dan melekat erat
pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan kebersihan giginya (Be, 1987). Menurut
Tarigan (1989), beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan plak
adalah sebagai berikut:
a. Menggosok gigi minimal dua kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung
fluoride, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
B Sikat gigi dengan baik dan benar, yaitu dengan menjangkau ke seluruh
permukaan gigi dengan arah dari gusi ke gigi.
c. Mempergunakan benang gigi untuk membersihkan sisa makanan di sela-sela
gigi.
d. Berkumur setelah makan atau setelah menyikat gigi dengan obat kumur yang
tidak mengiritasi.
d. Kurangi mengonsumsi makanan yang mengandung gula seperti permen, atau
makanan bertepung karena sisa makanan tersebut dapat melekat pada gigi.
e. Perbanyak konsumsi buah dan sayur yang dapat membersihkan gigi seperti
apel, wortel, dan seledri

3. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Yang Tidak Tepat


Pemeliharaan kesehatan gigi khususnya pencegahan pertumbuhan plak yang tidak
tepat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit gigi dan jaringan pendukungnya (Be,
1987). Plak pada gigi yang tidak dihilangkan secara cermat akan mengalami pengapuran
dan menjadi keras, sehingga terbentuk karang gigi (Boedihardjo, 1985). Menurut Forrest
(1995), plak gigi juga berdampak pada patogenitas dari karies dan penyakit periodontal.

B. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah kondisi ketika lapisan struktur gigi mengalami kerusakan secara
bertahap. Kondisi ini terjadi ketika bakteri dan kuman-kuman Streptpcpcus viridaris dan
Staphylococcus aureus yang melekat di gigi, terutama Streptococcus mutans, menghasilkan
asam dari sisa-sisa makanan seperti karbohidrat. Asam tersebut bisa merusak jaringan
keras gigi,dimulai dari lapisan terluar atau enamel gigi, alu lapisan tengah atau dentin dan
pada akhirnya merusak akar gigi. Karies gigi dan gigi berlubang adalah dua kondisi yang
saling berkaitan. Jadi, meskipun sama-sama menyebabkan lubang pada gigi, keduanya
merupakan kondisi yang berbeda. Karies merupakan tahap awal kondisi gigi berlubang.
Artinya, bila karies gigi dibiarkan saja tanpa perawatan, lama kelamaan kerusakan gigi akan
bertambah parah dan menyebabkan gigi berlubang.

Gambar 2.2 Karies Gigi


2. Tanda dan Gejala Pada Gigi Karies
Tanda-tanda pada karies gigi jika anda lihat sendiri di depan cermin, adalah adanya
suatu keretakan pada email atau kavitas pada gigi, dentin di dalam kavitas lebih lunak dari
pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu daerah pada email yang mempunyai
warna yang berbeda dengan email sekelilingnya.
Jika karies berkembang dengan cepat, maka akan berwarna terang, sedangkan
karies yang berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan
pada email gigi dan fisur (bentuk lekukan email gifi pada gigi molar dan premolar) kadang-
kadang berwarna tua, bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa
makanan.
Salah satu penyebabnya adalah adanya karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut
dan mikroorganisme. Penyebab tidak langsungnya adalah permukaan dan bentuk gigi
tersebut. Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan
bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan
menimbulkan karies
Gejala gigi berlubang umumnya adalah :
a. Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum manis, asam, panas, atau
dingin

b. Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi

c Bau mulut (Halitosis)

3. Faktor Penyebab Karies Gigi

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Secara umum, ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu: factor host atau
tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Keempat
factor ini saling berkaitan satu sama lain karena berhubungan dengan perilaku manusia itu
sendiri. Adapun keempat factor itu adalah sebagai berikut:

a. Faktor Agent

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal
pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai
seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis. Streptococcus mitis, Streptococcus
salivarus, serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa
beberapa spesies Actinomyces.
b. Faktor Diet

Pada umumnya, orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa


cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki karies gigi.
Hal ini dikarenakan adanya pembentukan ekstra seluler matriks yang dihasilkan karbohidrat
dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan
Streptococcus mutans membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan
bakteri pada enamel gigi. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan
menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan
demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu.

c. Faktor Host

Hal yang berkaitan dengan gigi sebagai host/ tuan rumah terhadap karies gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva.
Daerah-daerah dalam mulut yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada
permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak
yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Kepadatan kristal enamel
sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka
kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.

d. Faktor Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk
mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa
proses karies tersebut terdiri atas perusakandan perbaikan yang silih berganti. Adanya
saliva di daerah gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari
atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies
untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

4. Faktor Tambahan Penyebab Karies Pada Gigi

Selain beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas, masih ada faktor lain yang
menyebabkan karies pada gigi Anda. Ada pun berbagai factor itu adalah sebagai berikut :

a. Kebiasaan Makan

Pada zaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat
manis, lunak dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biscuit dan lain-lain. Di
mana biasanya makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Makanan ini karena sifatnya
yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila
tidak segera dibersihkan maka akan terjadi proses kimia bersama dengan bakteri dan air
ludah yang dapat merusak email gigi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli
dalam bidangnya yang dilakukan di Inggris, mengatakan bahwa makanan yang berbentuk
lunak dan lengket dapat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Ada
hubungan antara zat gizi seperti vitamin dan mineral, protein.

b. Usia

Karies gigi tidak mengenal usia, semua orang pasti akan mengalaminya jika tidak
memperhatikan kebersihan mulutnya Berdasarkan berbagai hasil penelitian, menunjukkan
bahwa ini karies dimulai lebih sering pada umur yang spesifik. Hal berlaku terutama sekali
pada umur anak-anak namun juga pada orang dewasa.

c. Pola Makan

Ketika kita mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,


maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam,
sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 30-40
menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan
membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan berkarbonat terlalu sering
dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan
remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.

d. Kebersihan Mulut

Kebersihan mulut merupakan bagian terpenting ketika seseorang menjaga


kesehatan giginya. Mengenai hal ini akan dijelaskan pada bagian lain tulisan ini.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah
plak. Jika tidak memperhatikan kebersihannya, maka plak yang ada di pinggir-pinggri gigi
akan mengeras dan lama kelamaan akan membuat gigi Anda rusak. Maka, setiap kali Anda
makan maka jangan lupa selalu menyikat gigi. Hal ini berutjuan supaya tidak ada sisa-sisa
makan yang tersisa diantara sela gigi.

e. Merokok

Bagi orang muda, merokok merupakan suatu seni tersendiri. Ada yang merokok
supaya terlihat lebih lelaki, ada yang memang perokok, sampai tercandu oleh rokok ite
sendiri. Namun, kandungan yang terdapat dalam rokok dapat membuat kesehatan
terganggu, khususnya kesehatan mulut dan gigi. Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau
dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat.
Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok.

5. Tindakan Pencegahan Terhadap Karies Gigi


Gigi merupakan organ terpenting dalam tubuh maka tindakan pencegahan
berkaitan dengan kesehatan gigi adalah sebagai berikut :

a. Pencegahan Tahap Awal

Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi
pada umumnya. Seperti kita ketahui yangmempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin
D) dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga dibutuhkan. Pada ibu-ibu
yang sedang mengandung, sebaiknya diberikan kalsium yang diberikan dalam bentuk
tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh terhadap
pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan.

b. Pencegahan Tahap Pertama

Hal-hal yang harus Anda lakukan pada tahap pertama ini adalah :

1) Meningkatkan kesehatan.

Galilah berbagai pengetahuan mengenai karise gigi, terutama mengenai plak pada
gigi Anda. Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara
menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang
mengandung fluor dan menggunakan benang gigi.

2) Memberikan perlindungan khusus.

Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan
fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.

c. Pencegahan Tahap Kedua

Pada tahap ini Anda diminta untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak
berkembang atau kambuh lagi. Hal yang harus Anda lakukan adalah melakukan diagnosa
dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh melakukan penambalan pada gigi dengan
lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.

1) Diagnosa dini.

Mendiagnosa lebih awal kesehatan gigi akan lebih baik, sebab Anda bisa
mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan gigi Anda. Hal ini akan terjadi jika
Anda sungguh-sungguh memperhatikan gigi Anda sendiri. Diagnosis karies gigi
memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek/gigi yang kering dan bersih. Jika
terdapat banyak plak, maka harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba
menegakkan diagnosis dengan tepat.
2) Tindakan yang harus dilakukan saat terjadi karies :

a) Penambalan Gigi

Material restorasi kedokteran gigi seharusnya memiliki kemampuan adaptasi


yang baik antara restorasi tersebut terhadap dinding kavitas sehingga dapat
menutup kavitas tersebut dengan baik, selain itu harus mempunyai sifat
melindungi kavitas dari adanya karies sekunder.

b) Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar gigi bertujuan untuk mengangkat pulpa yang


terinfeksi bakteri, mencegah terjadinya infeksi berulang, dan menghindari
perlunya cabut gigi. Perlu diingat bahwa saluran akar gigi adalah rongga yang
terdapat pada bagian tengah gigi. Di mana rongga ini berisi pembuluh darah
dan saraf. Urat saraf yang terdapat pada rongga gigi tidak memiliki fungsi
lain selain fungsi sensorik, yaitu untuk merasakan suhu panas atau dingin
pada makanan.

c) Pencabutan Gigi

Apabila gigi Anda sudah sangat rusak, dan bagian yang tersisa hanya sedikit
saja akibat karies, maka gigi Anda harus dicabut. Sebab jika melakukan
penambalan maka akan menambah rasa sakit. Dalam proses pencabutan,
pasien akan dibius, dimana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya
pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah
rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat
pencabutan dilakukan

d. Pencegahan Tahap Ketiga

Tahap ini merupakan tahap akhir pemeliharaan gigi Anda. Namun bukan berarti
Anda tidak menjaga dan merawat kesehatan gigi Anda. Adalah pelayanan yang ditujukan
terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dilakukan untuk mencegah kehilangan
fungsi, yang meliputi:

1) Disability Limitation: pembatasan cacat.

Tindakan pengobatan yang parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf
(perawatan saluran akar), pencabutan gigi dan sebagainya.

2) Rehabilitation: rehabilitasi.

Upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya,
misalnya pembuatan gigi tiruan (protesa).
C. Cara Menyikat Gigi Yan Baik Dan Benar

Berdasarkan pernyataan Ikatan Dokter Gigi Indonesia (IDGI), menyikat dan


membersihkan gigi sebaiknya dilakukan minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan
sebelum tidur malam. Untuk menunjang sikat yang benar dan sehat, maka Anda harus
memilih pasta gigi yang mengandung flouride karena flouride dapat membuat gigi lebih
kuat. Atau jika Anda memiliki gigi sensitif, pilih jenis pasta gigi khusus untuk gigi sensitif.
Pilihlah sikat yang berbulu lembut sehingga tidak akan menggores gusi Anda dan
menyebabkan pendarahan gusi. Gantilah sikat gigi setiap tiga bulan sekali atau jika bulu
sikat sudah mulai mekar.

Gambar 2.3 Cara Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar

1. Teknik Menyikat Gigi


Menyikat gigi tidak terpatok pada seberapa lama Anda menyikat gigi dan seberapa
sering Anda menyikat gigi setiap harinya. Hal yang menjadi perhatian pokoknya adalah
bagaimana cara yang benar dan sehat sehingga gigi tetap sehat dan putih. Maka dari itu,
dibawah ini akan menjelaskan keterangan gambar di atas. Perhatikanlah petunjuk berikut:
a. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengarahkan sikat gigi Anda pada
posisi 45 derajat hingga posisi bulu sikat berada di antara gigi dan gusi. Pada lapisan
inilah sisa makanan dan kuman biasa bersarang. Dengan demikian, kuman-kuman
itu tidak akan membentuk karang pada gigi Anda. Sebab jika tidak dibersihkan,
maka mereka akan membentuk karang pada gigi. Ingat bahwa apabila karang gigi
itu menumpuk, maka gigi Anda akan berlubang.
b. Setelah itu, sikatlah gigi Anda mulai dari permukaan luar gigi dan gusi Anda. Gosok
bagian ini dengan gerakan memutar, naik-turun, maju-mundur dimulai dari bagian
depan gigi seri Anda, baik yang atas maupun yang bawah.
c. Jangan menyikat atau menekan sikat gigi pada gigi terlalu keras. Sebab jika terlalu
keras, dan bulu sikat Anda juga keras, maka akan merusak gusi gigi Anda. Lakukan
dengan lembut, namun dapat mencapai sudut- sudut pada gigi dan gusi.
d. Setelah itu, lanjutkan menyikat gigi ke gigi taring, geraham depan, dan kemudian
geraham belakang. Lakukan juga pada sisi yang satunya.
e. Tindakan berikutnya adalah lakukan hal yang sama pada permukaan dalam gigi dan
gusi Anda. Atur posisi sikat gigi Anda hingga membentuk sudut yang optimal.
f. Gigi dan gusi sudah bersih, maka tindakan selanjutnya adalah membersihkan ujung
gigi. Ujung gigi adalah permukaan gigi yang digunakan untuk menggigit dan
mengunyah. Gosok bagian ini dengan gerakan maju- mundur dan lakukan dengan
lembut.
g. Setelah semua gigi dan gusi berasih, tindakan terakhir adalah gosoklah lidah Anda
dari belakang ke depan. Tahap ini seringkali dilewati oleh orang-orang. Padahal,
lidah adalah tempat bersarangnya bakteri penyebab bau mulut. Dengan menggosok
lidah Anda, nafas Anda akan menjadi segar.
h. Setelah semuanya selesai, kumurlah mulut Anda sampai bersih. Pastikan seluruh
bagian mulut sudah terbilas dengan air kumur. Jika mungkin, setelah Anda
membersihkan mulut dengan air biasa, Anda juga bisa membersihkannya dengan
cairan antiseptic. Cairan antiseptic ini banyak jual di toko-toko terdekat Anda. Cairan
ini bisa membantu lebih maksimal mengusir semua kuman yang tertinggal dalam
mulut, yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi Anda.
2. Pasta Gigi
Berbicara mengenai pasta gigi tidak terlepas kaitannya dengan sikat gigi. Kedua
bahan ini saling terkait. Tidak mungkin Anda menyikat gigi tanpa menggunakan pasta gigi.
Di Indonesia, pasta gigi sering disebut odol. Oleh karena itu, dibawah ini akan dibagikan
mengenai tips memilih pasta gigi atau odol yang baik untuk kesehatan gigi.
a. Pilih dan gunakan pasta gigi yang mengandung cukup fluoride. Salah satu fungsi
Fluoride berfungsi adalah menjaga gigi agar tidak berlubang. Perlu diperhatikan,
anak-anak yang berusia di bawah 3 tahun, tidak boleh menggunakan pasta gigi,
sebab jika memakainya, maka gigi akan rapuh. Apalagi pada usia itu, gigi anak masih
dalam proses pertumbuhan.
b. Jangan memilih pasta gigi atau odol yang busanya banyak. Pilihlah yang busanya
sedikit. Sebab pasta gigi yang busanya, mengandung deterjen yang banyak juga.
c. Jangan menyikat gigi langsung setelah Anda makan. Sebab, kadar asam mulut akan
turun dan fluoride pun hilang, sehingga kuman akan masuk lagi. Dianjurkan
menyikat gigi setelah 1 atau 2 jam setelah Anda makan.
d. Untuk menjaga kesehatan lebih lanjutnya, buatlah jadwal untuk melakukan
pemeriksaan ke dokter. Biasanya sekali dalam enam bulan.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut tidak hanya dengan cara menggosok gigi saja.
Beberapa bagian gigi dan mulut yang tidak terjangkau oleh sikat gigi akan menjadi sarang
kuman dan bakteri sehingga memicu lubang pada gigi dan penyakit lainnya. Obat kumur
bisa menjadi solusinya karena mengandung antiseptik yang berguna untuk melindungi
kesehatan gigi. Berikut langkah-langkah cara menggunakan obat kumur :
a. Berkumur dengan takaran yang direkomendasikan oleh produsen obat kumur, atau
sekitar 15 mL.
b. Berkumur dan memastikan bahwa obat kumur mengenai setiap bagian gigi.
c. Berkumur setidaknya sekitar 30 hingga 60 detik sehingga obat kumur bisa mengenai
bagian belakang lidah.
d. Meludahkan obat kumur dan tidak berkumur lagi dengan air agar kandungan
fluoride bisa bekerja dengan baik.

D. Definisi Pendidikan Kesehatan


1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan sadaruntuk
menciptakanpeluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajarmemperbaiki
kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya (life skills) demi
kepentingan kesehatannya (Nursalam,2008). Pendidikan kesehatan merupakan suatu
proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau memprngaruhi
perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan (Suliha, 2002).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah suatu perubahan sikap dan tingkahlaku
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara
perilaku hidup sehat juga berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal (Nursalam dkk, 2009). Menurut Suliha (2002), secara umum tujuan dari pendidikan
kesehatan adalah mengubah perilaku.
3. Faktor Yang Mempengarui Metode
Menurut Suliha (2002), metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan
pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk menyampaikan pesan kepada
sasaran pendidikan kesehatan yaitu individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat. Metode
pembelajaran dapat berupa metode pendidikan individu, kelompok/ keluarga dan metode
pendidikan massa. Menurut Notoadmodjo (2010), metode dan teknik pendidikan
kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau
media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan
sasarannya, metode dan teknik pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Metode pendidikan kesehatan individual
Metode ini digunakan apabila antara promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya
dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sarana
komunikasi lainnya, misal telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan
dengan klien dapat saling berdialog, saling merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam
menjelaskan masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat
bantu atau peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik pendidikan
kesehatan yang individual ini yang terkenal adalah “councelling”.
b. Metode pendidikan kesehatan kelompok
Teknik dan metode pendidikan kesehatan kelompok ini digunakan untuk sasaran
kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2 yaitu: kelompok kecil kalau kelompok
sasaran terdiri antara 6-15 orang dan kelompok besar, jika sasaran tersebut diatas 15
sampai dengan 50 orang. Oleh karena itu metode pendidikan kesehatan kelompok juga
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya diskusi
kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain
peran (role play), metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya.
Untuk mengefektifkan metode ini perlu dibantu dengan alat bantu atau media,
misalnya lembar balik (flip chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.
2) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok besar, misalnya metode
ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan tanya jawab, seminar, loka karya,
dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat
bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film, sound system, dan
sebagainya.
3) Metode pendidikan kesehatan massa, apabila sasaran pendidikan kesehatan misal
atau publik, maka metode-metode dan teknik pendidikan kesehatan tersebut tidak
akan efektif, karena itu harus digunakan metode pendidikan kesehatan massa.
Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan
adalah:
a) Ceramah umum, misalnya dilapangan terbuka dan tempat-tempat
umum
b) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise.
Penyampaian pesan melalui radio atau TV ini dapat dirancang
dengan berbagai bentuk, misalnya talk show, dialog interaktif,
simulasi, dan sebagainya.
c) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet,
selebaran poster, dan sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak
ini juga bermacam-macam, antara lain artikel tanya jawab, komik,
dan sebagainya.
d) Penggunaan media di luar ruang, misalnya billboard, spanduk,
umbul-umbul, dan sebagainya.

E. DMF-T (Decay,Missing,Filling – Tooth)


Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Studi
epidemiologis tentang karies gigi yang menggunakan indeks angka DMF-T.
D= Decay (gigi karies yang masih dapat ditambal)
M= Missing (gigi karies yang sudah hilang atau seharusnya dicabut)
F= Filling (gigi karies yang sudah ditumpat)
T= Tooth (gigi permanen)

1. DMFT
Indeks DMF-T yang dikeluarkan oleh WHO bertujuan untuk menggambarkan
pengalaman karies seseorang atau dalam populasi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar
tiga karena biasaanya gigi tersebut sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi.
Indeks ini dibedakan atas indeks DMF-T (decayed missing filled teeth) yang digunakan
untuk gigi permanen (E dan Artini, 2002).
Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam
hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang
buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri.
DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled Teeth (E dan Artini, 2002). Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam DMF-T adalah:
a. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.
b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumptan permanen dimasukan ke
dalam kategori D.
c. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukan dalam kategori D.
d. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukan dalam kategori M.
e. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan
orthodonti tidak dimasukan dalam kategori M.
f. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan kedalam kategori F.
g. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukan dalam kategori F
h. Pencabutan normal selama inasa pergantian gigi geligi tidak dimasukan dalam
kategori M.
Indeks DMF-T menurut Hansen dkk (2013), sebagai berikut:
a. Decayed (D) adalah gigi dengan karies yang masih dapat ditambal termasuk gigi
dengan sekunder karies. Decay ini diperiksa dengan menggunakan sonde yang dan
tersangkut pada permukaan gigi.
b. Missing (M) yaitu kehilangan gigi atau gigi dengan indikasi pencabutan, baik yang
disebabkan oleh karies maupun penyakit periodontal.
c. Filling (F) merupakan tambalan yang dilakukan pada gigi yang mengalami karies
tanpa disertai sekunder karies. Dalam hal ini gigi yang sudah ditambal tetap dan
baik atau gigi dengan restorasi mahkota akibat karies (Hansen et al. 2013).
Kriteria penilaian dalam DMF-T didasarkan pada rentang nilai yaitu sangat rendah,
sedang, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria Indeks DMF-T

Nilai DMF-T Kriteria


0,0 – 1,1 Sangat Rendah
1,2 – 2,6 Rendah
2,7 – 4,4 Sedang
4,5 – 6,6 Tinggi
>6,6 Sagat Tinggi
Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun
yang dinyatakan dengan indeks DMF-T yaitu < 3 yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi
yang berlubang (D) dicabut karena karies gigi (M) dan gigi dengan tumpatan yang baik (F),
tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak (Amaniah, 2009)
Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T
DMF-T = D + M + F
DMF-T rata-rata = Jumlah D+M+F
Jumlah Orang Yang Diperiksa

2. RTI
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi literature. Penelitian studi literature
dengan menggunakan sumber literatur yang dengan menganalisis dan menyimpulkan
berdasarkan penelitin yang sudah ada. Dari hasil yang dihimpun didapati jumlah sampel
sebanyak 2.797 anak sekolah dasar dari 8 penelitian. Sedangkan, indeks DMF-T sebesar 2,9
kriteria skor penilainnya sedang. Nilai RTI tinggi yaitu >50% dilihat dari tingginya angka
karies gigi yang dibiarkan, lalu nilai PTI yaitu motivasi seseorang untuk menumpat giginya
masih sangat rendah dilihat dari jumlah filling yang sedikit. Perawatan yang paling banyak
dibutuhkan pertama adalah scalling, lalu restorasi, fissure sealent, pencabutan gigi, dan
pendidikan kesehatan gigi (DHE). Hal ini menunjukan bahwa keadaan kesehatan gigi dan
mulut pada anak sekolah dasar adalah buruk.
Required Treatment Index (RTI) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap
yang karies terhadap angka DMF-T. RTI menggambarkan besarnya kerusakan yang belum
ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan (Pratiwi, dkk, 2010). Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan kemampuan dan kemauan penduduk Indonesia untuk
memeriksakan gigi atau merawat giginya masih rendah. Persentase nasional kebutuhan
perawatan pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 79,9% dan proporsi tindakan untuk
mengatasi masalah gigi berupa penambalan gigi sebesar 4,3%. Hasil penelitian Putong, dkk
(2013) di Kelurahan Papusungan dengan sampel masyarakat yang berusia 17 tahun ke atas
dengan jumlah sampel 106 orang menyatakan bahwa kebutuhan perawatan tertinggi
adalah kebutuhan akan restorasi satu permukaan 60,96%, kemudian diikuti restorasi dua
permukaan 23,91% dan yang terendah yaitu restorasi tiga atau lebih permukaan 15,13%.
Penelitian Ganda (2017) pada laki-laki dewasa di lapak pemulung Lebak Bulus
menunjukkan persentase RTI sebesar 82%, yang artinya angka tersebut menunjukkan
bahwa status kesehatan gigi laki-laki dewasa di lapak pemulung Lebak Bulus masih terlihat
buruk.
RTI adalah suatu indikator yang digunakan dalam menggambarkan besarnya
kerusakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan atau pencabutan.
Berdasarkan target nasional untuk kriteria RTI dinyatakan sebagai berikut:
Kurang dari 50% : Baik
Lebih dari sama dengan 50% : Kurang baik (menurut setiawan)

Rumus RTI:

3. PTI (Performance Treatment Index)


Performance Treatment Index (PTI) merupakan angka presentase dari jumlah gigi
tetap yang ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang
untuk menambalkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap.
Prevalensi Performance Treatment Index di Indonesia Rata-rata penduduk Indonesia
memiliki angka PTI sangat rendah, yaitu hanya sebesar 1.9%. Nilai Performance Treatment
Index di Provinsi Kalimantan Selatan sangat buruk yaitu 1,5% (Kemenkes, 2013). Apabila
kita perhatikan data tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan gigi ditangani
pada kondisi penyakit yang sudah lanjut. Bila kembali pada data yang diambil dari
Kemenkes 2013 mengenai indeks PTI (Performance Treatment Index) yang dapat diartikan
sebagai upaya penduduk untuk menambalkan giginya dalam upaya mempertahankan gigi
tetap, ternyata hanya 1,9%. Dan untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12
tahun sekitar 24,5%. Secara tersirat PTI 1,9% mengindikasikan kurangnya kesadaran
masyarakat akan kesehatan giginya. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk
menumpatkan giginya yang berlubang atau yang mengalami karies dalam upaya
mempertahankan gigi tetapnya sehingga peran dan fungsi gigi bisa terbentuk seperti
anatomis gigi.
PTI dirumuskan:
4. Prevalensi
Prevalensi adalah proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dan
dalam jangka waktu tertentu dibagi jumlah populasi yang beresiko misalnya suatu
penduduk yang mempunyai resiko penyakit gigi dan mulut dengan jumlah 20 orang terdiri
dari laki laki 8 orang. Maka jumlah prevalensi terhadap penyakit adalah 40%.

Rumus prevalensi :

Anda mungkin juga menyukai