Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

MASALAH KESEHATAN MULUT DAN GIGI

Disusun Oleh :
Nama : Aryanti Ekaningtyas
NIP : 19820824200604 2 014

UPTD PUSKESMAS MAJENANG I


Tahun 2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………………………………..………3
Bab I   Pendahulua……..................................................................................................4
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan
Bab II Pembahasan........................................................................................................7
2.1 Mulut dan Bagian - Bagiannya
2.2 Karies
2.3 Gingivitis
2.4 Memelihara Kesehatan Gigi
2.5 Diet Makanan
2.6 Menyikat Gigi
2.7 Penambalan Gigi
2.8 Pencabutan Gigi
2.9 Kontrol Enam Bulan Sekali
Bab III Penutup...........................................................................................................37
3.1 Kesimpulan

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh
keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk
mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut.
Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut adalah gigi berlubang, penyakit atau
radang gusi dan gigi berjejal. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan
penyakit gigi dan jaringan pendukung gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak
sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara -
negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut  adalah penyakit
jaringan keras gigi (caries dentin). Hal ini karena prevalensi karies di Indonesia
mencapai 80%. Usaha untuk mengatasinya belum memberikan hasil yang nyata bila
diukur dengan indikator kesehatan gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi
serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya mungkin dipengaruhi oleh faktor -
faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan
kesehatan gigi yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia.
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke
dentin dan merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor. Ada
empat faktor utama yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies yaitu faktor host
yang meliputi gigi dan saliva, faktor ke dua ialah mikroorganisme, ke tiga adalah
substrat dan ke empat adalah waktu.
Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut, terdapat faktor-faktor tidak
langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor
penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin,
keadaan penduduk dan lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang

4
berhubungan dengan kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis makanan
dan minuman yang menyebabkan karies.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies sangat berbeda antara
kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet dipertimbangkan sebagai perbedaan utama
antara kelompok-kelompok bangsa meskipun ada juga faktor genetik. Telah dibuktikan
dari berbagai  penelitian bahwa gula dalam diet merupakan penyebab utama karies.
Suku bangsa yang mengkonsumsi gula lebih tinggi, kariesnya lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang mengkonsumsi gula lebih rendah.
Peningkatan keadaan sosial ekonomi dan pola hidup masyarakat juga sangat
berpengaruh pada peningkatan penyakit gigi dan mulut. Hal ini antara lain disebabkan
karena adanya perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan dalam menyediakan
makanan yang bersifat kariogenik seperti gula, permen dan coklat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah


dalam penelitian ini adalah :
a.       Bagaimanakah anatomi mulut dan bagian – bagian mulut?
b.      Apakah yang dimaksud dengan karies gigi?
c.       Apakah yang dimaksud dengan gingvitis?
d.      Bagaimanakah diet makanan bagi mulut?
e.       Bagaimanakah cara menyikat gigi yang baik?
f.       Bagaimanakah proses penambalan gigi?
g.      Bagaimanakah proses pencabutan gigi?
h.      Bagaimanakah perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)?

5
1.3 Tujuan
a.       Mengetahui anatomi mulut dan bagian – bagian mulut
b.      Mengetahui mengenai karies gigi
c.       Mengetahui mengenai gingvitis
d.      Mengetahui diet makanan yang baik bagi mulut
e.       Mengetahui cara menyikat gigi yang baik
f.       Mengetahui proses penambalan gigi
g.      Mengetahui proses pencabutan gigi
h.      Mengetahui perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Mulut dan Bagian – Bagiannya


Mulut dibentuk oleh 2 rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang ini
terdapat gigi dan gusi. Gigi dan mulut sendiri berfungsi untuk menguyah, berbicara, dan
memberikan bentuk yang harmonis pada muka.
Gigi tersusun atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan pada gigi yakni :
1.      Email                   : lapisan terluar yang keras dan kuat
2.      Dentin                 : lapisan dibawah email yang lebih lunak mudah rusak
3.      Pulpa                   : lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf
4.      Gusi                    : laringan lunak yang ada dalam mulut
5.      Cementum          : lapisan luar akar gigi
6.      Jar. Periodontal   : jaringan yang memegang gigi sehingga melekat pada rahang
7.      Tulang alveolar   : tulang tempat melekatnya gigi

2.2              Karies
1.      Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi
adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai
akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan
oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-
komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat
yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1992).
Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal
dari makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).

7
2.      Penyebab
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri
dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa
makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan
gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah
makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan
terjadilah  karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies
adalah  Streptococcus mutans.
3.      Gejala
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna
coklat atau hitam.

Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah
besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam,
biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena
rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan
dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringansyaraf dan
pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan
yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat
menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke
jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses

8
4.      Proses Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi
kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang
fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-
kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak
secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat dilihat. Pada
karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri
dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus
penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala
degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-
lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular
diserang), lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi
tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke atas dan
ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun, hampir tiga tahun.
Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena banyak
pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan:
a.    Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi
setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung
terutama 1 tahun setelah erupsi.
b.    Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan
fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil)

9
c.    Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak
memadai
d.    Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat
jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik
yang lebih besar di dalam mulut.

5.      Klasifikasi Karies Gigi


a.    Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
 Karies Superfisialis di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum
terkena.

 Karies Media di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.

10
 Karies Profunda di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

b.   Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya


 Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan
seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada
permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan
memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai
lapisan email (iritasi pulpa).
 Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal
dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin
(hiperemi pulpa).
 Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya
bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun
pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior
sudah meluas ke bagian pulpa.

11
6.      Faktor Etiologi
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor
penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada
permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung
mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja
seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi
selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris
and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya
beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama
yang memegang peranan yaitu 1) faktor host atau tuan rumah, 2) agen atau
mikroorganisme, 3) substrat atau diet dan, 4) faktor waktu. Untuk terjadinya karies,
maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang
rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
1)      Faktor Host Atau Tuan Rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,
faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap
karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan
fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak
mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan
tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat,
karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami
mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit
karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan
enamel.Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin
padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies
daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih
banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi
tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap.
Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-
anak.

12
2)      Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram
positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans,
Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa
strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus
pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar
104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab
utama karies oleh karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten
terhadap asam).
3)      Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.
Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif
yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang
banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan
pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan
protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting
untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya
karies.
4)      Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan.

13
7.      Epidemiologi Karies Gigi

a.    Distribusi Frekuensi
Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi dan
Mulut Tahun 1999):
 Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin :
Laki-laki (90,05%)
Perempuan(91,67%)
 Prevalensi karies berdasarkan daerah :
Urban (91,06%)
Rural (90,84%)
 Prevalensi karies berdasarkan pulau :
  Jawa dan Bali (86,59%),
Sumatera (94,41%),
Kalimantan (94,85%),
Sulawesi (99,28%)
 Prevalensi karies berdasarkan umur :
12 tahun (76,62%),
15 tahun (89,38%),
 18 tahun (83,50%),
35-44 tahun (94,56%),
dan 65 tahun ke atas (98,57%)

b.   Determinan
 Umur
1)        Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva
yang mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada
bayi mereka segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya
kerentanan terhadap karies.
2)        Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini
permukaan oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada
masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi)
selesai selama 2 tahun.
3)        Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada
masa ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.
4)        Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi
molar ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula
biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat

14
lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup
tapi juga pada kebiasaan makan dan menjaga kebersihan mulut.

 Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil
bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria.Selama
masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi
daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga
komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit.

 Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok
sosial ekonomi tinggi.
             Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan
pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status
kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.

 Penggunaan Flour
Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif
untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan
satusatunya cara mencegah gigi berlubang.
Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara
konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.Penelitian epidemiologi
Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan
terjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau
coklat akibat kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang
dari 1 ppm.

 Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai
memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang
berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan
bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila
makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.

15
 Kebersihan Mulut
Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Orang
yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih kecil untuk karies dibandingkan
yang tidak rutin menggosok gigi.

 Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang
menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi
pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

 Pengalaman karies
Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman
karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini
hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies
pada gigi permanennya.

 Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis
bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang
paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak,
maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya.
Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini
ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah
banyak.

 Saliva
Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak
tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit.
Tidak hanya umur, beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran
saliva. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan
meningkat secara signifikan.

8.      Diagnosa
a. Detectable explorer “stick”
b. Radiographs
c. Visual
d. Laser caries detector

16
9.      Intervensi
a. Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari setelah
sarapan dan malam hari sebelum tidur.
b. Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan
yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.
c. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman
yang manis seperti soda.
d. Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
e. Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena
pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
f. Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.

2.3       Gingivitis

a. Pengertian
Radang gusi (gingivitis) adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktural
pada gusi. Ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi. Radang
gusi disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan mulut. Jika tidak segera
ditanggulangi akan mengakibatkan enfeksi yang membahayakan anatomi tubuh
lainnya.
Radang gusi disebut juga penyakit gusi atau penyakit periondotal, yang
diakibatkan pertumbuhan bakteri di mulut dan yang lebih parah lagi jika tidak segera
diobati maka gigi akan hilang dikarenakan jaringan mengelilingi gigi. Gusi berdarah bisa
disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang paling sering adalah adanya plak dan
karang gigi (kalkulus) yang menempel pada permukaan gigi. Gigi kita dilapisi oleh
lapisan transparan licin yang disebut pellicle. Pellicle yang dikolonisasi oleh bakteri
disebut plak. Selanjutnya, bila tidak dibersihkan maka plak dapat mengalami
mineralisasi (pengerasan), sehingga membentuk karang gigi yang melekat pada
permukaan gigi. Biasanya karang gigi dijumpai pada leher gigi.
Karang gigi tidak hanya melekat pada permukaan gigi yang tampak (terletak di
atas garis gusi), tapi juga dapat melekat pada permukaan gigi yang tertutup oleh gusi.
Pada permukaan karang gigi biasanya juga terdapat koloni bakteri. Koloni bakteri pada
plak dan karang gigi inilah yang mengakibatkan kerusakan jaringan penyangga gigi,
yang dimulai dari gingiva (bagian gusi yang dapat kita lihat). Keadaan ini disebut
gingivitis (radang gusi). Karena ada peradangan maka gusi menjadi mudah berdarah

17
apabila terkena trauma mekanis, misalnya sikat gigi atau tusuk gigi. Jadi, gusi berdarah
adalah tanda awal adanya kerusakan gusi.
Apabila tidak segera ditangani maka karang gigi dapat terus bertambah sehingga
perlekatan gusi pada permukaaan gigi menjadi lepas dan terbentuk adanya kantung
pada gusi (disebut periodontal pocket). Kondisi ini disertai juga dengan perdarahan gusi
dan kerusakan tulang penyangga gigi. Akibatnya bila tidak segera ditangani gigi
menjadi goyang dan akhirnya tanggal. Keadaan ini disebut periodontitis.

b. Perbedaan Antara Radang Gusi ( Gingivitis) Dan Penyakit Gusi (Periodontitis).


            Radang Gusi (Gingivitis) biasanya lebih dahulu daripada Penyakit Gusi
(Periodontitis). Tetapi belum tentu Radang Gusi menjadi Penyakit Gusi. Radang Gusi
terbentuknya bakteri dalam plak yang menyebabakan gusi menjadi meradang (merah
dan bengkak) dan mudah berdarah di saat gosok gigi. Jika radang gigi tidak segera
diatasi bisa berakibat penyakit gusi. Pada orang yang terkena penyakit gusi, lapisan
bagian dalam gusi dan tulang menjauh dari gigi dan membebtuk kantung. dan ruang –
ruang kecil gigi dapat ditempati oleh bakteri – bakteri. bakteri ini dapat menyebabkan
toksin atau racun dalam plak.

c. Penyebab Gingivitis
Radang gusi (gingivitis) disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya :
1) Adanya karang gigi,
2) Bakteri,
3) Sisa makanan (plak) pada gigi,
4) Cara menyikat gigi yang salah,
5) Bernafas melalui mulut. Karena bernafas melalui mulut membuat gigi menjadi
kering  dan gusi mudah teriritasi.
6) Stress, sering merokok, pubertas, haid tidak teratur, kehamilan dan faktor lain
yaitu Diabetes Melitus (DM).

18
d. Tanda dan Gejala Gingivitis
1) Biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa nyeri, hanya
kadang terasa gatal.
2) Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah
berdarah pada sondasi.
3) Kebersihan mulut biasanya buruk.
4) Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih berat, yaitu
demam, dan sukar membuka mulut.

e. Cara mencegah timbulnya Gingivitis


1) Rajin memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan obat kumur.
2) Rajin menggosok gigi secara benar dan teratur sesuai anjuran dokter, minimal 2 kali
sehari.
3) Bersihkan rongga mulut setiap 3 atau 6 bulan sekali.
4) Bersihkan karang gigi oleh dokter gigi.
5) Bila sudah terjadi radang gusi dan dengan perbaikan kebersihan tidak sembuh,
obati dengan antibiotic Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari, Anti nyeri dan
anti inflamasi.
6) Banyak mengonsumsi buah-buahan yang mengonsumsi vitamin C karena
berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sumber vitamin
C alami banyak terdapat pada buah-buahan segar seperti jambu biji, jeruk, tomat,
sirsak dan mangga.
7) Menurut penelitian, brokoli dapat mencegah terjadinya infeksi termasuk infeksi
kuman penyebab radang gusi.
8) Hindari rokok karena dapat meningkatkan reiko terkena radang gusi.
9) Banyak minum air putih.

f. Klasifikasi Gingivitis
1) Berdasarkan lamanya peradangan gingival
 Akut : Peradangan gingival dengan durasi singkat, setelah perawatan dari pasien
sendiri dapat mengembalikan status sehat. 
 Kronis : Gingivitis durasi lama, terjadi sampai bertahun-tahun periodontitis.

2) Berdasarkan perluasan peradangan
 Terlokalisasi : membatasi peradangan jaringan gingiva pada gigi atau sebagian.
 General : peradangan jaringan gingiva pada seluruh mulut.

3) Berdasarkan Distribusi Inflamasi
 Papila : inflamasi jaringan pada seluruh mulut.
 Marginal : inflamasi pada margin dan papila.
 Diffuse : inflamai pada margin gingiva.

19
g. Tipe Gingivitis
   Gingivitis dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
a. Disebabkan oleh bakteri yang berakumulasi dalam sulkus
gingiva   dan  permukaan gigi.
b. Disertai dengan nekrosis.
c. Tidak ada hubungannya dengan plak dan tidak dimulai dari marginal.
           Gingivitis yang ada hubungannya dengan plak bakteri dimulai dari gingiva paling
koronal sebab di sana tempat lokasi bakteri penyebab. Penyebaran penyakit lebih ke
apikal hanya terjadi bila penyakit menjadi lebih parah. Hanya pada keadaan yang
sangat parah atau bila diperparah oleh kondisi sistemik, gingivitis yang disebabkan oleh
plak ini akan menyebar dari marginal gingiva ke mucogingival junction. Gingivitis yang
tidak ada hubungannya dengan plak biasanya mengenai seluruh mulut oleh karena
penyebabnya faktor sistemik atau distribusinya tidak ada hubungannya dengan sulkus
gingiva atau margin gingiva.

h. Gingivitis yang Ada Kaitannya dengan Plak Bakteri


1) Gingivitis - Plak Bakteri - Tidak Berkembang

              Gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri adalah bentuk penyakit


periodontal yang paling umum/sering terjadi dan dengan prevalensi yang paling tinggi.
Walaupun gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri mempunyai komposisi bakteri
berbeda dengan gingiva sehat, komposisi floranya tidaklah sangat spesifik. Dengan
demikian diagnosa bakteriologis bukan metoda yang menjadi pilihan. Lebih tepat bila
diagnosa dilakukan secara klinis.
              Secara klinis gingivitis menunjukkan perubahan pada kontur dan kekerasan
normal gingiva menjadi membengkak dalam berbagai derajat edema atau fibrosis pada
kebanyakan kasus dan pada kasus tertentu dimodifikasi oleh kondisi sistemik.
              Pada mereka dengan warna kulit yang lebih muda, warna merah muda gingiva
menjadi merah atau merah kebiruan. Pada mereka dengan warna kulit gelap,
perubahan warna gingiva tidak begitu jelas, tergantung intensitas pigmentasi normal,
mungkin berwarna merah kebiruan dengan edema.

20
2) Gingivitis - Plak Bakteri - Diperparah Keadaan Sistemik.
              Kondisi sistemik belum tentu sebagai bagian penyebab terjadinya gingivitis. Di
lain pihak penampakan klinis gingivitis dapat menunjukkan adanya faktor sistemik.
Beberapa kondisi sistemik mempunyai peranan dalam berkembangnya gingivitis
menjadi periodontitis, sedang beberapa kondisi sistemik lainnya mengubah penampilan
gingivitis tanpa mengurangi kemampuan respon host untuk tidak berkembang ke
periodontitis.
              Termasuk kondisi sistemik yang disebut pertama adalah gangguan darah
seperti neutropenia dan yang disebut belakangan adalah hormon sex, obat-obatan
tertentu dan penyakit sistemik lainnya. Resiko terjadinya periodontitis meningkat
semata-mata disebabkan oleh bertambahnya akumulasi plak pada gingiva yang
membesar sehingga sukar dibersihkan.

i. Gingivitis yang berhubungan dengan hormon sex.

Kehamilan dapat dikaitkan dengan gingivitis dan kadang-kadang terjadi


ploriferasi lokal yang dikenal sebagai pregnancy tumor. Kelainan tersebut di atas
bukan neoplasma, tetapi keradangan dengan pembesaran gingiva.
Pembesaran gingiva yang terjadi dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan
hormon pada kehamilan. Fenomena yang sama terlihat pada pemakaian pil
kontrasepsi oral. Gingivitis pada kehamilan lebih parah daripada gingivitis pada
keadaan tidak hamil.

j. Gingivitis yang ada kaitannya dengan obat-obatan.

Penampakan klinis gingivitis dapat termodifikasi oleh obat-obatan yang


digunakan secara sistemik terutama obat anti konvulsi, obat kardiovascular dan
immonosupresi tertentu. Terjadi hipertrofi elemen jaringan ikat (terutama kolagen)
sehingga terlihat gingiva membesar.
Keradangan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi plak bakteri. Prototipe
dan hipertrofi gingiva dari obat untuk sistem syaraf pusat tersebut di atas adalah
phenytoin (diphenylhydantoin). Sekitar 50% pemakai phenytoin dalam jangka waktu
panjang mengalami  pertumbuhan gingiva.

21
Hipertrofi hasil obat kardiovascular terutama adalah golongan calcium
channel blockers seperti infedipine dan oxodipine. Beberapa calcium channel
blockers lainnya juga mempunyai kaitan dengan pertumbuhan berlebihan gingiva.
Cyclosporin sebagai immosupresi adalah golongan obat yang berperan besar
terhadap terjadinya hipertrofi gingiva. Dengan kontrol plak yang baik dapat
mengurangi keparahannya.

k. Gingivitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.


Modifikasi kondisi pada gingiva selain yang tersebut di atas dapat dihasilkan
dari beberapa penyakit sistemik. Hal ini terlihat pada keradangan gingiva yang parah
terutama pada anak-anak, yang keparahannya tidak sebanding dengan plak gigi yang
ditemukan. Kondisi di atas mungkin dipengaruhi oleh adanya gangguan darah seperti
leucemia dan granulositosis. Demikian pula dengan efek lanjut dari kekurangan Vitamin
C terutama bertambahnya perdarahan gingiva.

l. Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)


Terjadi ulserasi pada margin gingiva dan papila, interdental menjadi cekung,
beradang dan sakit. Terdapat limfadenopati, suhu meningkat, bau mulut tidak enak dan
pseudomembrane rapuh di atas daerah yang terkena penyakit. Pada permulaan
ditemukannya, dilaporkan NUG ada kaitannya dengan bakteri fusospiroheta kompleks.
Pada akhir-akhir ini dilaporkan bahwa spireheta masuk ke dalam jaringan nekrosis dan
berada dalam NUG. Studi kultur terhadap plak penyebab ditemukan spesies trepomena
dan selenomonus bersama dengan Bacteroides, Eusobakterium Sp dan lain-lain.
Tidaklah jelas bedanya dengan komposisi bakteri yang terdapat pada bentuk gingivitis
lainnya atau periodontitis. NUG sepertinya merupakan manifestasi infeksi berbagai
bakteri yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik penentu (determinant) tertentu.

1) Necrotizing Ulcerative Gingivitis, Faktor Sistemik Tidak Diketahui.


NUG secara tradisional dikaitkan dengan stres mental dan fisik. Hubungan yang
tepat dan mekanisme bagaimana stres menghasilkan nekrosis masih perlu
dibuktikan.
2) Necrotizing Ulcerative Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan HIV.
Lesi ulserasi pada gingiva seperti NUG dapat ditemukan pada beberapa kasus
AIDS. Infeksi HIV perlu diwaspadai bila terlihat tanda-tanda NUG.

22
m. Gingivitis, Tanpa Plak Gigi
Dua keadaan yang memberi kesan bahwa keradangan gingiva yang terjadi
bukan oleh karena plak bakteri adalah tidak terjadi penyembuhan pada gingivitis
dengan kontrol plak secara mekanis dan kemis yang dilakukan dengan sangat baik.
Gingivitis yang disebabkan faktor bukan plak tidak menunjukkan bahwa kelainan
berasal dari margin gingiva.
1) Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan Penyakit Kulit
Gingiva dapat beradang, disebabkan oleh penyakit pada kulit. Mungkin saja yang
tersangkut pertama dalam kasus ini adalah gingiva, tetapi umumnya merupakan
manifestasi penyakit pada permukaan tubuh yang manapun. Penyakit yang
termasuk keadaan tersebut di atas adalah lichens planus, mucous membrane
pemphingoid, pemphingus dan gangguan vesicolobullous lain, termasuk
manifestasi oral epidermolysis bullosa dan ectodermal displasia. Gingiva
mengalami desquamasi atau lesi dengan keradangan oleh perubahan hormon
pada menopause atau gangguan keseimbangan dari hormon ovarium lainnya.
2) Gingivitis Alergi
Gingivitis diffuse, tampak lunak meluas dari marginal ke mucogingival junction.
Dapat terjadi oleh karena bahan pembuat chewing gum atau bahan yang terdapat
dalam pasta gigi atau bahan makanan.
3) Gingivitis Infeksi
Hampir semua bahan infeksi dari luar dapat menjadikan gingiva sarang infeksi.
Bila virus, lesi vascular. Yang lebih sering menyerang adalah herpes virus. Bakteri
dan fungsi yang bukan merupakan flora dalam mulut dapat menimbulkan kelainan
seperti misalnya candida albicans.

n. Pengobatan
Pada gingivitis kronis, menyikat gigi dengan pasta-gigi berfluoride akan
memperlambat perkembangan penyakit dan bisa membantu penyembuhan.
Kebanyakan sikat-gigi elektrik memiliki manfaat tambahan dibanding sikat-gigi
manual. Menyela-menyela gigi setiap hari dapat mengurangi plak dan jumlah
bakteri. Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa menyikat gigi yang diikuti
dengan pencucian dengan chlorhexidine atau larutan lain bisa memberikan hasil
yang lebih baik ketimbang menyikat dan menyela-nyela gigi saja (Lorenz, 2006;
Zimmer, 2006). Obat-obatan spesifik perawatan gusi sudah banyak tersedia
(Trinata, 2002). Obat-obatan anti-inflammatory nonsteroidal (NSAID) telah terbukti
dapat mempercepat penyembuhan inflamasi apabila gigi dibersihkan dan dikerak
untuk menghilangkan plak (Taiyeb, 1993; Johnson, 1990).

23
Pada pasien yang menderita ANUG (Gingivitis ulceratice nekrosis akut),
perawatan melibatkan antibiotic, NSAID, dan Xylocaine topical untuk meredakan
nyeri. Pencuci mulut dengan larutan garam bisa membantu dalam mempercepat
penyembuhan, dan pencucian mulit dengan larutan hydrogen peroksida 3% juga
bisa memberikan manfaat.
Kategori Obat : Antibiotik – Agen-agen ini digunakan untuk membasmi infeksi
bakteri yang merupakan karakteristik utama dari ANUG. Di masa mendatang,
antibiotic juga bisa digunakan untuk mengobati gingivitis kronis sederhana, tapi
belum ada bukti yang mendukung untuk mempertimbangkan praktek ini, perawatan
gingivitis bisa dijamin jika bedah mulut direncanakan. 

o. Komplikasi

a. Gingivitis bukan sebuah ancaman signifikan langsung terhadap kesehatan


seseorang yang sehat, tapi bisa memberikan kontribusi bagi penyakit dan
menyebabkan komplikasi lokal dan sistemik.
b. ANUG yang berkembang menjadi noma terkait dengan tingkat mortalitas setinggi
70% tanpa antibiotic yang baik dan debridement.
c. Komplikasi yang paling umum dari gingivitis adalah berkembangnya menjadi
penyakit periodontal dan kehilangan gigi. Daerah-daerah gingivitis kronis bisa
merentankan seseorang terhadap perkembangan abscess odontogenik dengan
membiarkan sebuah rute invasi bakteri ke dalam ruang periodontal mulai dari poket
gingival. ANUG bisa merusak secara lokal dan bisa menyebabkan penyebaran
infeksi lokal ke dalam jaringan di sekitarnya (Vincent angina dan noma [cancrum
oris]). Juga ada potensi untuk penyebaran infeksi sistemik.
d. Osteomyelitis tulang alveolar bisa terjadi meski tidak umum.

24
e. Setiap prosedur gigi yang melibatkan manipulasi yang bisa menyebabkan
perdarahan bisa menyebabkan endocarditis. Keberadaan gingivitis dapat
meningkatkan risiko ini dengan menjadikan gingival lebih mungkin untuk berdarah
dengan manipulasi sederhana (misalnya, scaling gigi). Akumulasi plak yang
mengandung bakteri dalam poket-poket gingival sangat berdekatan dengan daerah-
daerah gingival yang rusak, sehingga meningkatkan kemungkinan keluarnya bakteri
ke sirkulasi umum.

2.3        Memelihara Kesehatan Gigi


Ada banyak manfaat mulut bersih, seperti membuat napas menjadi segar, mulut
terlindung dari bakteri mulut, dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya diri.
Dengan napas yang segar kita pun merasa nyaman saat berada di dekat orang lain,
tanpa perlu was-was orang tersebut akan mencium bau mulut Anda.
Kesehatan Mulut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kesehatan
rongga mulut. Ini termasuk gigi, gusi dan lidah. Kesehatan mulut yang buruk dapat
disebabkan oleh luka, infeksi jamur, sariawan, sindrom mulut kering dan kanker mulut.
Namun, terkadang penyebab utama dari kesehatan mulut yang buruk bukanlah
penyakit berat tetapi hanya pola kebersihan mulut yang buruk, dan kebersihan mulut
yang buruk ini pada gilirannya menyebabkan kesehatan mulut yang buruk pula.
Nutrisi yang baik tidak hanya membuat kita sehat dan karenanya mencerminkan
kesehatan mulut kita, tetapi juga menghasilkan kesehatan mulut yang baik. 
Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan gusi bengkak, gusi berdarah dan penyakit
gusi lainnya.  Kalsium dan Vitamin D membantu menjaga kesehatan gigi yang kuat
juga. Kalsium dan Vitamin D akan diserap pada gigi dan karenanya memberikan
kekuatan pada gigi. Tembaga, Seng, Besi, Yodium dan Kalium juga merupakan mineral
penting yang baik bagi kesehatan mulut. Ini bekerja dengan kalsium dan fosfor dan
mencegah kerusakan gigi juga.

25
1) Makanan Yang Boleh Dimakan Dan Yang Harus Dihindari
Apa yang Anda masukkan ke dalam mulut Anda pasti memberi efek pada gigi
Anda. Ada berbagai cara di mana nutrisi mempengaruhi mulut dan gigi. Makanan kaya
kalsium dan fosfor baik untuk gigi Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam lemak juga
akan membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut Anda. Makanan dan minuman
yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut Anda. Air liur bekerja
secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan gigi dan pembusukan.
Selain itu juga membantu membersihkan partikel makanan kecil yang menempel di gigi
Anda. Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk kesehatan mulut yang baik
serta mencegah produksi asam dan kerusakan makanan dan pembusukan.
Makanan yang manis dan lengket seperti permen, es, caramel, minuman
bersoda dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi.
Perbanyaklah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan
berair yang baik untuk kesehatan tulang dan gigi karena didalamnya mengandung
vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Contohnya adalah brokoli,
semangka, jeruk, apel dan sebagainya. Selain itu perlu juga menghindari makanan-
makanan yang terlalu panas atau dingin, makanan yang dapat menimbulkan bau mulut
serta hindari rokok.
2) Stres dan Kesehatan Mulut

Mulut kering, kebiasaan kertak atau mengeretak gigi (tooth grinding/bruxism)


sering dikaitkan dengan stres. pengabaian kesehatan mulut, dari mulai menghindari
pemeriksaan gigi, sampai melewatkan kegiatan menjaga kebersihan mulut yang
sederhana seperti flossing dan menyikat gigi dpat dipicu oleh stress. Stres dapat
mengubah sikap kita terhadap kesehatan gigi. Stres berarti pola makan yang buruk.
Stres dan dampaknya pada kesehatan mulut dan kesehatan secara umum bisa menjadi
serius dan mengancam jiwa, karenanya penting untuk mencoba tips-tips sederhana
tentang bagaimana menjaga kesehatan mulut dan gigi Anda.

26
2.5       Diet Makanan
Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut :

1. Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan dengan


kebutuhan kalori dengan menjaga agar kalori yang berasal dari karbohidrat tidak
lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi tidak kurang dari
30%.
2. Dalam konsumsi karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk yang
dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-sayuran hijau atau
kuning, karena merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi yang
rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya stimulasi aliran
saliva.
3. Mengurangi makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue, permen, dan
coklat.
4. Batasi jumlah makan menjadi 3 kali sehari dengan menekan keinginan untuk
makan diantara jam-jam makan.
5. Menambah masukan dari makanan seperti daging, ikan yang kaya akan protein
dan fosfat karena dapat menambah sifat basa dari saliva.

2.4        Menyikat Gigi
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak
secara mekanis. Tujuan menyikat gigi adalah untuk menyingkirkan dan mencegah
terbentuknya plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein, merangsang
jaringan gingiva, dan melapisi permukaan gigi dengan fluor.
 Kontrol Plak
Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut.
Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat dideteksi
dengan disclosing material. Disclosing material ini berguna untuk menilai serta mendidik
kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk menerangkan bagian-bagian yang
masih perlu untuk dibersihkan lagi. Bahan pewarna (disclosing material) yang biasa
digunakan adalah iodine, mercurochrome, bahan pewarna makanan seperti gincu kue

27
berwarna merah dan bismarck brown. Ada juga larutan fuschin dan eritrosin, tapi tidak
dianjurkan lagi karena terbukti bersifat karsinogenik. Bahan perwarana ada yang
berbentuk cairan dan tablet. Cara penggunaan bahan pewarna plak tersebut :
a. Bahan pewarna cairan
Cairan pewarna diteteskan beberapa tetes ke kapas yang dibulatkan, lalu
dioleskan pada seluruh permukaan gigi, kemudian kumur dengan air atau cairan
pewarna dibiarkan di dalam mulut selama 15-30 detik baru dibuang.
b. Bahan pewarna tablet
Tablet dikunyah dan kemudian biarkan bercampur dengan saliva dan biarkan
saliva di dalam mulut sekitar 30 detik baru dibuang. Setelah mengetahui bagian-bagian
yang masih terdapat plak gigi, kita melakukan pembersihan secara mekanis seperti
menyikat gigi. Tindakan ini merupakan kontrol plak.
 Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1. Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi harinya
setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko penumpukan
plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang sehingga akan
mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.
2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya
kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut. Tetapi
dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar
sebelum pergi beraktifitas.
3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan
gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas tersenyum,
bicara dan tertawa.
 Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1. Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi harinya
setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko penumpukan
plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang sehingga akan
mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.

28
2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya
kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut. Tetapi
dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar
sebelum pergi beraktifitas.
3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan
gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas tersenyum,
bicara dan tertawa.

 Manfaat menyikat gigi sebelum tidur


Menurut informasi kesehatan yang dikutip dari, dikatakan bahwa kuman akan
semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang tidur, dimana mulut tidak
melakukan aktifitas. Aktifitas kuman dimalam hari biasanya akan meningkat 2x lipat
dibandingkan pada siang hari, karena saat tidur di mana mulut tidak melakukan aktifitas
seperti makan, minum atau ngobrol, air liur yang memang berfungsi sebagai antiseptik
alami dalam mulut kita akan berkurang, makanya kemampuan saliva yang berfungsi
untuk menetralisir kuman-kuman dalam mulut juga berkurang. Sehingga apabila
menyikat gigi sebelum tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat dipastikan tidak
akan terjadi karies atau peradangan pada gusi yang yang mengakibatkan terjadinya
pembentukan karang gigi karena plak yang tidak dibersihkan.

 Cara menyikat gigi yang baik dan benar


1. Pemilihan sikat gigi yang benar

29
2. Gosok gigi secara benar dan teratur 2x sehari
Gosok gigi yang baik dan benar → sisa makanan dan plak dapat dibersihkan
a. Pilih sikat gigi yang benar: gagang lurus, kepala sikat sesuai dengan mulut, bulu
sikat lembut karena yang keras dapat membuat gusi terluka dan menimbulkan
abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi
dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras
pelindung enamel gigi telah terkikis. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak dan
simpan di tempat yang kering sehingga dapat mengering setelah dipakai. Jangan
pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain karena sikat gigi mengandung
bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain meski sikat
sudah dibersihkan.
b.  Gosok seluruh permukaan gigi serta lidah (untuk menyingkirkan bakteri dan agar
napas lebih segar).

c. Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya.

d. Posisi sikat gigi 45° di daerah perbatasan antara gigi dan gusi. Agar sisa makanan
yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan. Gunakan gerakan yang sama
untuk menyikat bagian  dalam permukaan gigi.

30
e. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan
hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan tekanan ringan
sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-
celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
f. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak dan
gerakkan perlahan keatas dan bawah melewati garis gusi. Gunakan odol
secukupnya + fluor, Pasta gigi adalah bahan yang digunakan bersama-sama sikat
gigi untuk membersihkan dan memoles seluruh permukaan gigi. Fungsi utama pasta
gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari
pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan, fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi
dan mepertinggi kesehatan gingiva serta mengurangi bau mulut. Umumnya pasta
gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%, pelembab 20-40%, detergen 1-
2%, bahan pengikat 2%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ±2%, bahan
terapeutik ±5%, dan pewarna <1%.4,28 Pasta gigi terapeutik dibagi dalam 2
kelompok yaitu :
1) )      Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor seperti pasta
gigi yang mengandung klorofil, antibiotik, ammonium dan enzim
inhibitor.
2) Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah
terjadinya karies gigi seperti : sodium fluoride 0,22%, stannous
fluoride 0,4% dan sodium monofluorophosphate 0,76%.
Anak prasekolah sudah dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang mengandung
fluor karena kemampuan refleks penelanan anak sudah lebih baik, sehingga anak
sudah dapat berkumur dan meludahkan cairan yang terdapat dalam mulutnya.8 Jumlah
pasta gigi yang dioleskan hanya sebesar biji kacang polong kecil sehingga kadar fluor
yang masuk kedalam tubuh anak masih dalam batas yang normal walaupun anak
menelan pasta giginya serta untuk mencegah terjadinya fluorosis.

31
 Waktu dan frekuensi menyikat gigi
Menurut American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasien harus
menyikat gigi, secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan
malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi sekali sehari pada
anak, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah terbentuknya
karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari sangat penting, bertujuan untuk
mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan) yang melekat di permukaan gigi setiap
malam.27 Lamanya penyikatan tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3
menit.

 Cara Membersihkan Gigi

2.7              Penambalan Gigi
Penambalan gigi adalah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan
suatu bahan tambal pada lubang gigi yang telah dibersihkan. Bahan tambalan yang
biasanya digunakan bermacam-macam tergantung letak dan fungsi dari pada gigi
tersebut. Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan sedini
mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih berat lagi. Apabila penambalan dilakukan
sedini mungkin, kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali
datang bisa langsung dilakukan penambalan langsung. Apabila kelainannya sudah
lebih berat, maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga
memerlukan kunjungan yang lebih banyak. Pada sekarang ini jenis bahan tambal sudah

32
lebih baik lagi, baik dari segi kekuatan atau pun kemiripan bahan tambal dengan warna
gigi, sehingga gigi yang sudah ditambal tidak terlihat telah di tambal.
Secara garis besar, ada dua tipe bahan restorasi gigi :
1. Restorasi langsung (direct restoration).
Proses penambalan dilakukan dengan satu kali kunjungan. Yang termasuk
dalam bahan restorasi ini antara lain: amalgam gigi, semen ionomer kaca (SIK),
resin ionomer, dan beberapa golongan resin komposit.
2. Restorasi tidak langsung (indirect restoration).
Umumnya dilakukan kunjungan minimal dua kali atau bahkan lebih, tergantung
jenis perawatannya. Yang termasuk restorasi ini antara lain: inlays, onlays, veneers
(pelapisan gigi), mahkota dan jembatan yang dibuat dengan emas, bahan dasar
metal alloys, keramik atau komposit. Restorasi ini biasanya juga melibatkan
pekerjaan laboratoris. Dokter gigi akan melakukan prosedur pencetakan pada
pasien untuk memperoleh model gigi dan rongga mulut pasien.
3. Veneer (pelapisan gigi) adalah perawatan gigi yang dilakukan pada gigi yang tidak
beraturan ringan dan gigi dengan bentuk tidak normal
4. Crown (selubung gigi) dilakukan pada gigi yang patah, kerusakan yang luas, dan
gigi yang tidak bisa ditambal. Gigi yang patah dibuatkan selubung gigi, sedangkan
bridge merupakan cara perawatan untuk mengisi celah dari satu atau lebih gigi yang
hilang. Perawatan ini dilakukan karena kehilangan satu gigi dan adanya masalah
gigitan dan sendi rahang yang ditimbulkan dari gigi yang sudah bergeser.

33
2.8              Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dipertahankan
dan apabila gigi tersebut menjadi penyebab dari infeksi di dalam ronggan mulut dan
dapat menyebabkan kelinan ke organ yang lainnya. Sebagai salah satu contoh gigi
yang harus dicabut ialah gigi rahang bawah yang paling ujung dan tertanam dan
menyebabkan sakit dan bengkak, bahkan dapat menyebabkan kesulitan buka mulut.
Karena terjadi peradangan disekitar gigi tersebut dan mempengaruhi jaringan otot
disekitarnya sehingga ototnya menjadi tegang dan sulit untuk membuka mulut,
pencabutan gigi ini termasuk ke dalam operasi karena tingkat kesulitannya
dibandingkan pencabutan gigi yang biasa.

2.9       Kontrol Enam Bulan Sekali


Meskipun mungkin tidak terdapat keluhan apapun dari rongga mulut, tetapi
pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali. Hal tersebut berguna untuk
mencegah perkembangan penyakit gigi dan gusi lebih lanjut. Pemeriksaan gigi yang
dilakukan 6 bulan sekali setidaknya sekaligus untuk dilakukan pembersihan karang gigi
atau yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi. Mengunjungi dokter gigi untuk
melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui jika ada kelainan
yang berkembang di rongga mulut. Namun juga dapat untuk mengetahui jika ada
perkembangan penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut. Jika dokter gigi
mendapati kondisi demikian, biasanya akan merujuk pada dokter yang berkompeten.
Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-anak maupun
dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan memengaruhi kualitas
hidup. Karena itulah, untuk mencegahnya, minimal periksakan kondisi gigi ke dokter
gigi minimal 6 bulan sekali.
Menurut Drg Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc, Professional Relationship
Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk, permasalahan gigi akan menyebabkan
seseorang mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, cacat, infeksi akut dan kronis,
gangguan makan dan tidur serta memiliki risiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit.
Akibatnya, akan membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan berkurangnya waktu
belajar di sekolah.

34
Dicontohkan, di Indonesia, sakit gigi bisa berakibat seseorang kehilangan waktu 
kerja atau  sekolah rata-rata 4 hari setiap bulannya dan hal ini juga terjadi di negara
maju seperti Amerika Serikat dimana lebih dari 51 juta jam sekolah hilang setiap
tahunnya dikarenakan penyakit gigi dan mulut. "Untuk itulah, dianjurkan perlunya
mengunjungi dokter gigi setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mencegah, mendeteksi
secara dini bila ada kelainan dan mendapatkan perawatan gigi segera sebelum
keadaan menjadi parah. Disebutkan, data global juga menunjukkan bahwa penyakit gigi
dan mulut menjadi masalah dunia yang dapat mempengaruhi kesehatan secara umum
dan kualitas Kesehatan.
Seperti general check up kesehatan tubuh dari mata, telinga, denyut jantung,
tekanan darah, hingga urine dan tinja, pemeriksaan gigi bermaksud untuk pencegahan
penyakit gigi dan mulut akan meneropong kondisi rongga mulut secara menyeluruh,
meliputi kondisi gusi, ludah, bau mulut, gigi, termasuk email gigi. Berdasarkan kondisi
inilah bisa dilakukan penanggulangan.
Kondisi gusi diperiksa untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau radang
gusi (gingivitis) dengan alat yang disebut WHO probe. Gusi di tiap gigi ditekan ringan.
Kalau tak sehat, dengan tekanan ringan saja gusi akan berdarah. Kalau terjadi radang
gusi, karena terjadi di jaringan penyangga gigi, risiko gigi tanggal mencapai 1 – 6 kali.
Karena masuknya kuman dapat menyebabkan radang gusi, terutama dari jenis
anaerob. Masuknya kuman itu bisa terjadi jika kebersihan kurang terjaga. Gejala radang
gusi yang mudah dirasakan adalah saat sikat gigi, gusi berdarah, dan linu saat minum
dingin atau asam.
Jika masih ringan, penanganannya bisa dilakukan dengan menyikat gigi secara
benar. Sebaliknya, bila sudah terjadi kelainan, misalnya terbentuk kantung gusi karena
gingivitis, tindakan medis mesti dilakukan. Bila ukuran kantung gusinya berkisar 3 – 5
mm, dilakukan pembersihan dengan dikuret. Bila kantung gusi telah lebih dari 6 mm,
tenpaksa dilakukan operasi gusi.
Sedangkan kondisi ludah yang diperhatikan adalah jumlah, kekentalan, kadar
keasaman, dan protein. PH ludah normal adalah 6 – 7. Makin cair makin bagus. Kalau
terlalu kental, mulut akan kering karena kekurangan enzim pengendali jumlah kuman.
Dengan bertambahnya usia, bisa terjadi syorgan syndrome, berkurangnya produk si

35
ludah. Keadaan ini bisa ditanggulangi dengan pemberian obat. Juga dibantu dengan
perilaku sehat, yaitu banyak berkumur dan minum.
Kalau ada yang berlubang, ya ditambal. Kalau sudah ada yang ompong,
meskipun terletak di bagian dalam yang tak terlihat bila tersenyum, sebaiknya dipasangi
gigi palsu. Ini penting, karena gigi selalu mencari kontak baru. Kalau ada lawannya, ia
akan berhenti bergerak. Gigi palsu itu bukan sekadar untuk tampil cantik, tapi untuk
membantu memperbaiki dan mempertahankan struktur.
Jika gigi berlubang dan ompong dibiarkan, kita akan cenderung mengunyah di
sisi gigi yang tak berlubang dan ompong. Padahal, posisi mengunyah yang ideal harus
seimbang. Sisi yang tak dipakai mengunyah akan membuat makanan di sana tak
hancur, lama-lama karang gigi menutup permukaan gigi. Jika dibiarkan, akan
berpengaruh ke otot leher hingga timbul keluhan pusing. Rahang sendi pun bisa
berkelainan, karena fungsi gigitan tak seimbang. Akhirnya, bisa mengganggu fungsi
pendengaran.

36
BAB III
KESIMPULAN

Gigi yang sehat adalah gigi yangrapih, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi
yang sehat, yaitu gusi yang kencang dan bewarna merah muda. Untuk mencapai
kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara
berkala, sehingga didapatkan kondisi gigi dan jaringan rongga mulut yang sehat. Hal
tersebut dapat dicapai dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi
setiap enam bulan sekali dan bukan hanya apabila terdapat keluhan saja.

37

Anda mungkin juga menyukai