KARIES GIGI
(ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI)
HALAMAN SAM
PUL
Disusun Oleh :
Elma Tiana Nur (006010152021)
Magister Kesehatan
Universitas Muslim Indonesia
2021
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Pengantar 1
BAB II PEMBAHASAN 4
2.3 Penyebab 7
2.4 Pencegahan 9
2.5 Perawatan 10
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
penyakit jaringan keras gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi. Karies
merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum
yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
“keadaan terbebas dari sakit mulut dan wajah kronis, kanker mulut dan
tenggorokan, infeksi dan luka mulut, penyakit periodontal (gusi), kerusakan gigi,
kehilangan gigi, serta penyakit dan gangguan lain yang membatasi kapasitas
1
individu dalam menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan
psikososial.(2)
Penyakit kesehatan gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari 10 besar
daftar penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Persepsi dan
perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk.
Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia
yang cenderung meningkat.1,2 Karies gigi masih jadi masalah kesehatan anak.
pada anak 60% -90%.3 Di Indonesia, prevalensi karies gigi menurut kelompok
usianya, usia 3 tahun 60%, usia 4 tahun 85% dan usia 5 tahun 86,4%. hal ini
menunjukkan bahwa prevalensi karies anak usia prasekolah masih cukup tinggi 4
merupakan salah satu dari tiga provinsi yang mempunyai kesehatan gigi dan
penduduk yang bermasalah dalam kesehatan gigi dan mulut sebanyak 38,2% dan
pada anak-anak usia 5-9 tahun sebanyak 28,6% mengalami masalah gigi dan
mulut.(3)
email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang
kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang
secara kolektif disebut Streptoccocus mutans. Karies gigi banyak terjadi pada
2
bisa menyebabkan terjadinya karies gigi.6,7 Pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut sangat erat kaitannya dengan kontrol plak. Kontrol plak yang paling
sederhana yang dapat kita lakukan di rumah adalah dengan cara menyikat gigi. (3)
gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir
dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa) (WHO, Fahrion, A
2019). Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 bahwa sebesar
25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, untuk
provinsi Sulawesi Utara lebih tinggi dari angka nasional dengan angka 31,6%.
untuk provinsi Sulawesi Utara juga mengalami peningkatan dari 31,6% menjadi
66,5%.(2)
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melihat penyakit karies
3
BAB II
PEMBAHASAN
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau
oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam latat dan asetat) sehingga terjadi
kejadianya.(4)
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya
Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi struktur gigi oleh asam
dapat sembuh sendiri, dan akhirnya dapat menyebabkan kehilangan gigi ila tidak
4
dilakukan perawatan. Plak adalah massa yang bersifat gelatin, dan merupakan
awal penting pembentukan karies. Bakteri yang berkembang biak pada plak
menghasilkan asam yang mampu melarutkan gigi. Metabolit bakteri pda plak
demineralisasi oleh asam hasil produksi bakteri dan merupakan penyebab utama
gigi dan mulut.2 Dalam beberapa dekade terakhir prevalensi karies gigi dan
tahun dan 29% penduduk berumur >65 tahun kehilangan seluruh gigi.
negara berkembang lain. Tingginya prevalensi karies gigi menjadi bukti bahwa
gigi. Secara klinis ada tiga perbedaan mendasar lokasi karies yaitu, permukaan
oklusal (pits and fissures), permukaan halus gigi, dan permukaan akar gigi.5 Bila
5
kavitas sudah terbentuk, maka kerusakan yang terjadi tidak dapat kembali
sisi, namun disisi lain pasien juga harus menyadari pentingnya pencegahan
karies. Agar dapat menangani dan melakukan pencegahan karies dengan baik
Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut
sulung tidak perlu dirawat karena akan diganti dengan gigi tetap(1). Mereka
kurang paham bahwa jika gigi sulung tidak dipelihara dengan baik, maka akan
berlubang. Adapun upaya untuk menunjang kesehatan yang optimal maka upaya
penyakit gusi dan 71,2% mengalami karies gigi, sedangkan kelompok usia 12
Indonesia jauh diatas target yang akan dicapai tahun 2020 yaitu 54,6%. Lima
6
provinsi dengan DMF-T tertinggi adalah: (1) Bangka Belitung 8,5%, (2)
Kalimantan Selatan 7,2%, (3) Kalimantan Barat 6,2%, (4) Sulawesi Selatan
6,6%, (5) Daerah Istimewa Yogyakarta 5,9%. Lima provinsi dengan pervalensi
karies tertinggi adalah: (1) Bangka Belitung 88,1%, (2) Kalimantan Selatan
86,9%, (3) Sulawesi Selatan 83,3%, (4) Kalimantan Barat 81,7%, (5) Sulawesi
gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir
dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa) (WHO, Fahrion, A
2019). Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 bahwa sebesar
25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, untuk
provinsi Sulawesi Utara lebih tinggi dari angka nasional dengan angka 31,6%.
untuk provinsi Sulawesi Utara juga mengalami peningkatan dari 31,6% menjadi
66,5%.Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut
2.3 Penyebab
1. Gigi dan air ludah Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang
7
2. Adanya bakteri penyebab karies Bakteri penyebab karies adalah dari jenis
3. Makanan yang kita konsumsi Makanan yang mudah lengket dan menempel
a. Plak
maka akan ditutupi oleh lapisan organic yang amorf yang disebut pelikel.
Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva
kariogeniknya.
8
c. Kerentanan Permukaan Gigi
merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi
2.4 Pencegahan
dengan membuang struktur gigi yang sudah rusak pada seluruh gigi dengan
karies aktif dan membuat restorasi. Salah satu bahan yang efektif untuk
Pertama, sealents akan mengisi pits dan fissures dengan resin yang tahan
terhadap asam. Kedua, karena pits dan fissures sudah diisi dengan sealents, maka
bakteri kehilangan habitat. Ketiga, sealents yang menutupi pits dan fissures
permukaan gigi lebih tahan terhadap serangan asam dan pada kondisi tertentu
9
fluoridasi, fungsi sistem imun dan kelenjar liur merupakan faktor penting
Pasien sebenarnya dapat mengatur faktor risiko lainnya seperti pola makan,
2.5 Perawatan
1. Pemberian pit and fissure sealant untuk karies yang masih sebatas fissure
empiris dalam topik ini. Yakni adanya kejadian karis gigi yang terjadi merupakan
ditelaah dan diuji oleh panca indera kita, karena memang sesuatu hal itu baru
bisa dikatakan ilmu jika sudah bisa di buktikan secara metodologis dan empiris.
Kejadian karies gigi ini tentunya objek material pada tahapan ontologis dalam
fenomena ini. Objek formalnya adalaha asimsi dan hipotesa mengapa kejadian
karies gigi ini terjadi dan penyebab serta efeknya. Pada tataran ontologi ini hal
10
mendasar adalah untuk apa topik karies gigi ini diangkat menjadi sebuah
selanjutnya dari ontologis agar fenomena ini bisa dijadikan sebuah pengetahuan
dan ilmu baru. Pengetahuan yang sudah didapatkan dari tahapan ontologis
sangatlah menentukan suatu fenomena bisa saja benar dan bisa saja salah. Untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan dasr dan pondasi bukan
hanya sekedar berpikir secara rasional dan berfikir secara empirik saja.
Fenomena karies gigi yang saya angkat sudah didahului beberap kajian dan
kejadian ini memang punya urgensi khusus untuk diteliti dan kemudian dicari
penyelesaiannya. Tentunya hal dan data yang disajikan diawal tadi sudah diuji
koherensinya. Data-data yang disajikan pada awal diatas adalah berupa data-data
yang sebelumnnya telah didahului oleh badan kesehatan dunia sehingga hal itu
yang menjadi dasar dan penguat fenomena ini. Kemudian fokus saya pada
asumsi bahwasannya ada segi sosial yang menjadi faktor tak langsung dari
kejadian karies gigi. Oleh karenanya saya fokus untuk mencaritahu hubunga-
11
hubungan itu apakah memang faktor-faktor sosial tersebut mempengaruhinya.
dari fenomena ini diangkat dan dijadiakn fokus masalah penelitian. Fenomena ini
semakin kuat untuk bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dan dalam
membagi 2 kelompok ilmu yaitu ilmu bebas nilai dan ilmu tentang nilai. Oleh
karenanya topik ini setelah dijadikan ilmu pengetahuan tinggal setiap manusia
kedepannya atau malah menjadi pengetahuan yang sia-sia belaka tanpa makna.
karies gigi ini dan adanya faktor-faktor lain terutama faktor kebiasaan serte efek
dari kejadian karies gigi ini untuk kedepannya diharapkan pihak-pihak yang
berwenang bisa melakuakn preventif dan juga khususnya bagi masyarakat umum
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu yang sesuatu yang
memiliki manfaat dan telah melalui proses penelitian dan penelahan dengan
beberapa sumber merupakan ilmu yang bisa dipercaya dan bisa diterapkan dimna
jika dilhat dari segi ontologinya makalh ini sudah bisa dikatakan sebagai ilmu
dan dari segi epistemologiny materi dalam makalah ini merupakan materi yang
memiliki manfaat dan dapat dijadikan sebagai ilmu baru dan dari segi aksiologi
3.2 Saran
Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna sebagaimana tidak ada
gading yang tak retak untuk itu kritik dan saran sayangat saya harapkan sebagai
penulis.
13
DAFTAR PUSTAKA
14