PENDAHULUAN
dengan kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut adalah investasi
kesehatan seumur hidup karena merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
kesehatan secara umum. Hal ini terlihat jelas bahwa faktor-faktor penyebab dan
dkk, 2016).
Penyakit gigi dan mulut yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia
Filled Teeth) sebesar 4,6%, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk
Status gizi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam
menilai kualitas sumber daya manusia. Penyebab dari kekurangan gizi yaitu
kurangnya asupan energi dan protein dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal
ini biasanya dikaitkan dengan faktor penyakit, seperti karies. Kehilangan struktur
gigi seperti karies menyebabkan berkurangnya jumlah luas dataran oklusal dan
tidak larut dengan baik. Seseorang dengan kekuatan kunyah yang kurang baik
1
2
akan berusaha memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyah yang dimilikinya
(Setiawan, 2003).
Karies juga dapat menyebabkan rasa sakit pada anak, seperti rasa sakit
spontan atau adanya rangsangan mekanis dari makanan. Rangsangan yang sensitif
mampu memperoleh berbagai jenis makanan yang kaya akan sumber gizi
(Ghofar, 2012).
Anak usia 8-11 tahun sedang dalam periode gigi bercampur atau mix dentition.
Dari segi perilaku, anak pada usia tersebut sudah mampu menentukan pesan mana
yang layak mendapat perhatian dan tidak. Pada umumnya mereka sudah memiliki
kemampuan yang cukup untuk menyikat gigi sendiri namun tidak memiliki
ini frekuensi makanan kariogenik yang dikonsumsi anak sangat tinggi. Hal ini
Kabupaten Klungkung masuk dalam 3 besar Kabupaten dengan masalah gigi dan
buruh pasir dan petani. Desa Gunaksa merupakan daerah yang kering karena
meningkat dan tubuh kekurangan cairan. Jika tubuh kekurangan air, kelenjar
saliva akan mengurangi sekresi untuk mempertahankan jumlah air dalam tubuh
sehingga produksi saliva berkurang. Produksi saliva yang rendah berdampak pada
kondisi rongga mulut menjadi lebih asam dan rentan terhadap karies
(Kasuma, 2015).
Masalah gigi dan mulut tidak hanya dialami oleh masyarakat perkotaan
tahun 2013 menyatakan indeks DMF-T di daerah pedesaan lebih tinggi 4,8%
karies yang tinggi yaitu def-t sebesar 4,6 dan DMF-T sebesar 4,7.
mengenai hubungan angka kejadian karies terhadap status gizi pada anak
Bagaimanakah hubungan angka kejadian karies terhadap status gizi pada anak
Untuk mengetahui hubungan angka kejadian karies terhadap status gizi pada
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bidang Kedokteran Gigi Anak dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi merupakan suatu proses yang mungkin terjadi pada setiap
permukaan gigi di rongga mulut. Hal ini terjadi akibat dari plak gigi yang
Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang ditandai
substrat yang sesuai dan harus ada dalam waktu yang cukup lama
(Shafer, 2012). Selain itu terdapat faktor lainnya yang berkaitan dengan
5
6
terjadinya karies yaitu status sosial dan ekonomi, pendidikan, gaya hidup,
terhadap asam, mengandung lebih sedikit air, dan material anorganik lebih
usia. Perubahan ini merupakan bagian dari proses maturasi, dimana gigi
karies. Adanya celah yang dalam, fissure di bagian oklusal yang sempit
ataupun pit yang dalam dapat menjebak makanan, debris dan bakteri. Gigi
yang paling rentan mengalami karies adalah gigi permanen molar pertama
Posisi gigi juga menjadi faktor yang penting dalam etiologi karies. Gigi
b. Mikroorganisme
dibawah 5,5. Dan dalam keadaan asam akan terjadi proses demineralisasi
c. Substrat
d. Waktu
Ketika keadaan asam terjadi secara terus menerus, hal ini akan
pada komposisi dan jumlah plak, konsumsi gula, paparan fluoride, aliran
dan kualitas saliva, kualitas email, dan respon imun (Cameron, 2008).
2.1.3 Patofisiologi
sampingan berupa asam organik. Asam organik ini, jika terdapat pada
biofilm dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menurunkan pH hingga
mencapai dibawah normal (5,5 untuk emaill dan 6,2 untuk dentin). pH yang
rendah akan menyebabkan kalsium dan fosfat terlarut dari gigi menuju
9
gigi.
fosfat relatif jenuh, maka mineral dapat kembali pada email yang
jaringan keras gigi larut dan hancur. Hal ini dapat dilihat dengan adanya lesi
Kondisi klinis yang pertama kali tampak pada gigi yang mengalami
karies adalah "white spot" atau gambaran putih opak. Hal ini terjadi akibat
(Fejerskov, 2008).
10
tampak tidak teratur, berwarna kuning kecoklatan, lunak dan dapat dikerok
Grade 4 Grade 5
Gambar 2.2 Gambaran Klinis Karies pada Bagian Labial (Koch, 2009)
a. Grade 1 : tampak “white spot” pada email tanpa adanya kavitas secara
klinis.
c. Grade 3 : tampak kavitas yang berukuran sedang pada email dan dentin
d. Grade 4 : terdapat kavitas yang besar pada email dan sedang pada dentin.
e. Grade 5 : terdapat kavitas yang sangat besar pada email dan terjadi
Gambar 2.3 Gambaran Klinis Karies pada Bagian Oklusal (Koch, 2009)
Gambar 2.5 Gambaran Klinis Karies pada Bagian Akar (Fejerskov, 2008)
12
(Mount, 2005).
Site 1 : karies yang terletak pada pit dan fissure dibagian oklusal dari gigi
Site 2 : karies yang terletak pada bagian proksimal (area titik kontak gigi)
Site 3 : karies yang terletak pada sepertiga mahkota gigi, yaitu pada
bagian servikal gigi atau disertai dengan resesi gingiva atau akar terbuka.
Size 0 : tahap awal dari proses demineralisasi, yaitu adanya lesi awal
dentin.
Terdapat sisa struktur email dan dentin yang masih baik dan cukup kuat
Size 3 : terdapat kavitas dengan ukuran yang cukup besar. Sisa struktur
gigi lemah dan cusp atau permukaan insisal sudah rusak sehingga tidak
Size 4 : terdapat kavitas dengan ukuran luas dan kehilangan struktur gigi
yang banyak.
DMF-T pada gigi permanen dan def-t pada gigi sulung. Indeks DMF-T
pada gigi sulung. Indeks karies ini dapat digunakan untuk menilai prevalensi
b. Missing (M) : gigi yang hilang atau dicabut karena karies, gigi yang
untuk dicabut.
3. gigi yang tidak erupsi karena kelainan kongenital atau gigi berlebih
(supernumerary teeth).
4. Gigi yang dicabut untuk alasan lain selain karies, seperti untuk
5. Gigi yang direstorasi dengan alasan selain karies gigi, seperti gigi
kebutuhan estetik.
dihitung.
DMF = D + M + F
(Marya, 2011) :
1. Gigi sulung yang tidak ada atau tidak erupsi karena adanya
kelainan kongenital.
def = d + e + f
permanen penggantinya.
lateral.
terjadinya karies.
akibat karies.
Tabel 0.1 Kriteria Rata-rata Nilai DMF-T dan def-t (Fitriana, 2013)
Nilai DMF-T/def-t Kriteria
0,0 – 1,1 Sangat rendah
1,2 – 2,6 Rendah
2,7 – 4,4 Sedang
4,5 – 6,6 Tinggi
>6,6 Sangat tinggi
dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Baik buruknya status
gizi dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh
seseorang atau infeksi. Dalam ilmu gizi, status gizi kurang maupun status gizi
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan tubuh. Setiap individu dapat dinilai
dan diukur status gizinya, sehingga dapat diketahui apakah individu tersebut
faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yaitu asupan
makanan dan penyakit infeksi, faktor tidak langsung yaitu pendapatan dan
a. Faktor langsung
1. Asupan makanan
gizi buruk. Hal ini dikarenakan makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi seimbang. Syarat gizi seimbang yaitu
2. Penyakit infeksi
1. Pendapatan
2. Tingkat pengetahuan
Dalam ilmu gizi, terdapat dua metode penilaian status gizi yang kita
ketahui, yaitu :
biofisik.
yaitu berdasarkan tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang
peralatan yang ada, waktu, tenaga, dan dana yang tersedia (Mardalena, 2017).
20
1. Antropometri
aman, bisa digunakan untuk jumlah sampel yang besar, akurat, bisa
1) Umur : bulan penuh untuk anak 0-2 tahun dan tahun penuh untuk
3) Tinggi badan : diukur dengan posisi lurus dengan teknik yang tepat.
5) Lingkar kepala
6) Lingkar dada
ukuran tunggal belum bisa digunakan untuk menilai status gizi, maka
harus dikombinasikan.
21
perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Oleh karena itu, pada
2. Pemeriksaan Klinis
3. Biokimia
yang bersifat langsung, yaitu dengan menilai kandungan zat besi, vitamin,
protein, dan mineral. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi
penduduk yang jauh dari sarana kesehatan. Contoh sampel yang digunakan
4. Biofisik
sikap. Sedangkan tes perubahan struktur dapat diamati secara klinis seperti
pertumbuhan rambut atau pengerasan kuku dan non klinis seperti hasil
radiologi. Pemeriksaan biofisik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu uji
dan bahan makanan pada individu, rumah tangga dan kelompok beserta
2. Statistik Vital
3. Faktor Ekologi
Menurut Arisman dalam bukunya yang berjudul Gizi Dalam Daur Kehidupan
Terdapat hubungan bermakna antara karies gigi dan status gizi. Semakin
rendah karies gigi, maka keadaan status gizi menjadi lebih baik. Kondisi tersebut
dikarenakan kesehatan gigi yang baik atau karies gigi yang rendah akan
mempermudah proses mastikasi. Peran gigi geligi dalam proses mastikasi sangat
penting, sehingga asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi sesuai dengan
1. BAB III
Tinggi Badan
Mikroorganisme
Lingkar kepala
lingkar dada
Lipatan kulit
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
25
26
Karies
Usia 8-11 Tahun
IMT (BB/TB22)
Umur
Status Gizi
Keterangan :
= Variabel bebas
= Variabel antara
= Variabel terikat
3.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara angka kejadian karies dengan status gizi pada
METODE PENELITIAN
cross sectional. Cross sectional adalah penelitian yang melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Tiap responden hanya diobservasi
(Sastroasmoro, 2014).
27
28
penelitian.
penelitian berlangsung
ini adalah total sampling pada anak usia 8 - 11 tahun yang memenuhi
Keterangan :
n = sampel
Zα = 1,96
Zβ = 0,84
P = (P1 + P2) / 2
Q =1–P
Q1 = 1- P1
Q2 = 1- P2
adalah 57 anak, sehingga total sampel dalam penelitian ini sebanyak 114
anak.
1. Karies
2. Usia
3. Status gizi
4. Berat badan
5. Tinggi badan
30
1. Karies
dengan adanya white spot, dark spot atau kavitas (Widayati, 2014).
Komponen D/d adalah gigi karies, karies sekunder pada tumpatan, dan
hilang atau dicabut karena karies, gigi karies yang tidak dapat ditumpat
2. Usia
Data usia didapatkan dari data pribadi setiap siswa dari sekolah. Hasil
3. Status gizi
31
kebutuhan (Sutomo, 2010 ). Hasil dari status gizi didapatkan dari IMT
4. Berat badan
5. Tinggi Badan
kepala menghadap lurus kedepan. Diukur dari telapak kaki sampai ujung
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang di
dapat dari hasil skrining pada sampel penelitian dan hasilnya dicatat pada
lembar observasi.
Alat penelitian :
7. Alat tulis
Bahan penelitian :
1. Kapas
Analisis data
data pervariabel dan analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara angka
kejadian karies dan status gizi, dengan melihat nilai p value. Jika p value < 0,05
Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square karena data akhir berupa
data kategorikal dengan jumlah sampel > 40 anak. Data diolah menggunakan
software pengolahan data SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi
16.0 for Window dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, MB., 2008, Gizi dalam Daur Kehidupan, Edisi 2., Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Burt, B.A., Baelum, V., and Fejerskov, O., 2008, The epidemiology of dental
caries, in Fejerskov, O., and Kidd, E., (ed.): Dental Caries: The Disease
and its Clinical Management, 2nd ed., Blackwell Munksgaard, United
Kingdom, hal. 8, 11.
Chadwick, B.L., and Hosey, M.T., 2003, Child Taming : How to Manage
Children in Dental Practice, Quintessence Publishing, London, hal. 4-5.
Fitriana, A., dan Kusuma, N., 2013, Gambaran Tingkat Kesehatan Gigi Anak
Usia Dini Berdasarkan Indeks def-t pada Siswa Paud Kelurahan Jati Kota
Padang, Andalas Dental Jurnal, 1(1), hal. 29-38.
Ghofar, A., dan Firmansyah, A., 2012, Hubungan Gigi Karies Terhadap Status
Gizi Anak TK, Jurnal Edu Health., 2(2), hal. 8-9.
Hume, W.R., and Mount, G.J., 2005, Preservation and Restoration of Tooth
Structure, 2nd ed., Knowledge Books and Software, Australia, hal. 245-
248.
Junaidi., Julia, M., dan Hendratini, J., 2007, Hubungan Keparahan Karies Gigi
dengan Konsumsi Zat Gizi dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar, Jurnal Gizi Klinik
Indonesia., 4(2), hal. 94-95.
Kasuma, N., 2015, Fisiologi dan Patologi Saliva, Andalas University Press,
Padang, hal. 19.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Penilaian Status Gizi. Jakarta :
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Edisi Tahun 2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Provinsi Bali 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, N0.
1995/Menkes/SK/XII/2010. Jakarta : Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak.
35
36
Kidd, E.A.M., 2005, Essentials of Dental Caries, 3rd ed., Oxford University, New
York, hal. 2.
Koch, G., and Poulsen, S., and Twetman, S., 2009, Caries Prevention, in Koch,
G., and Poulsen, S., (ed.): Pediatric Dentistry A Clinical Approach, 2nd
ed., Wiley-Blackwell, United Kingdom, hal. 112.
Manton, D., Drummond, B.K., and Kilpatrick, N., 2008, Dental Caries, in
Cameron, A., and Widmer. R.P., (ed.): Handbook of Pediatric Dentistry,
3rd ed., Elsevier, Canberra, hal. 39-41.
Mardalena, I., 2017, Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan, Pustaka baru
Press, Yogyakarta, hal. 147-149, 155.
Marya, C.M., 2011, Dental indices, in Marya, C.M., (ed.): A textbook of public
health dentistry, Jaypee brothers medical publisher, New Delhi, hal. 204-
207.
Nurhayati, I., Mahdiah., dan Marthias, E., 2013, Hubungan Pola Makan dengan
Karies Gigi dan Pengaruhnya Terhadap Status Gizi Anak Sekolah Dasar
di SD Azizi Kota Medan Tahun 2013, Jurnal Risbin Poltekkes Medan.
Nurlaila A.M., Djoharnas, H., dan Darwita, R.R., 2005, Hubungan Antara Status
Gizi dengan Karies Gigi Pada Murid-Murid Di Sekolah Dasar
Kecamatan Karangantu, Indonesian Journal of Dentistry., 12 (1), hal. 7.
Oktavia, S., Widajanti, L., dan Aruben, R., 2017. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Buruk Pada Balita Di Kota Semarang
Tahun 2017, Jurnal Kesehatan masyarakat (e-Journal), 5(3), hal. 187.
Patel, A., Chaudhary, A.R., Dudhia, B., Soni, N., Barot, A., 2011. Clinical Report
Amelogenesis Impefecta, The Journal of Ahmedabad Dental College and
Hospital, hal. 40.
Prasetya, R.C., 2008, Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Saliva pada Anak-
Anak Karies dan Non Karies Setelah mengkonsumsi Minuman
Berkarbonasi, Indonesian Journal of Dentistry, 15(1), hal. 65-70.
Ramadhan, A., Cholil., dan Sukmana, B.I., 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Angka Karies Gigi di SMPN 1
Marahaban, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 1(2), hal. 174.
Ritter, A.V., Eidson, R.S., and Donovan, T.E., 2013, Dental Caries: etiology,
clinical characteristics, risk assessment, and management, in Heymann,
H.O., Swift, E.J., and Ritter, A.V., (ed.): Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry, 6th ed., Elsevier., United States of America, hal. 41.
37
Santika, I.G.P.N.A., 2015. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Umur
Terhadap Daya Tahan Umum (Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra
Semester II Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP
PGRI Bali Tahun 2014, Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, hal. 44.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2014, Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis, Sagung Seto, Jakarta, hal. 112.
Setiawan, B., 2003, Pengaruh Sudut Tonjol Gigi Artifisial posterior Terhadap
Perubahan Partikel Makanan, Tesis, Program Sarjana Fakultas
Kedokteran Gigi UGM, Yogyakarta.
Sivapathasundharam, B., and Raghu, A.R., 2012, Dental caries, in Shafer, W.G.,
Hine, M.K., and Levy, B.M., (ed.): Shafer’s textbook of oral pathology,
7th ed., Elsevier., India, hal. 419-420, 431-432.
Suhardjo., 2003, Perencanaan Pangan dan Gizi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., dan Fajar, I., 2002, Penilaian Status Gizi, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Susanti, I., Pambayun, R., dan Febry, F., 2012, Gambaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Status Gizi Anak Umur 2-5 Tahun Pada Keluarga Petani
di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku Selatan, Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat, 3(2), hal. 103.
Sutomo, B., dan Anggraini, D.Y., 2010, Menu Sehat Alami Untuk Batita dan
Balita, Penyakit Yang Sering Menyerang Batita dan Balita, Demedia,
Jakarta, hal. 271.
Widayati, N., 2014, Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak
Usia 4-6 Tahun, Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(2), hal. 200.