Anda di halaman 1dari 16

SASARAN BELAJAR SKENARIO 2 BLOK 6

RAHMADANI PENRE
2111111220031

1. Menjelaskan definisi karies.


Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat
dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih,
serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya email ke dentin
atau ke pulpa.
(Ratih IADK, Dewi NLPSI. 2019. Hubungan Perilaku Makan Permen dengan
Karies pada Siswa SDN 1 Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 1-4)

Penyakit gigi terbanyak adalah karies dan rusaknya jaringan periodontal gigi.
Salah satu penyebab karies gigi adalah plak. Plak adalah lapisan lembut yang
terbentuk dari campuran antara makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik,
matriks esktraseluler, epitel rongga mulut sisa-sisa makanan serta bakteri yang
melekat dipermukaan gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan
plak gigi adalah bakteri streptococcus mutans yang ditemukan dalam jumlah besar
pada penderita karies.
(Listrianah. 2017. Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum dan Sekresi
Saliva pada Anak di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017. JPP (Jurnal
Kesehatan Palembang). 12(2): 136-148)

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email
dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik.
Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies yang tinggi,
karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman
sesuai keinginannya. Kebiasaan ini merupakan salah satu faktor penyebab yang
multifactorial. Faktor multifaktorial artinya, karies dapat terjadi bila ada faktor
penyebab yang saling berhubungan dan mendukung, yaitu host (saliva dan gigi),
mikroorganisme, substrat dan waktu.
(Mardiati E, et al. 2017. Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi pada Siswa SD
Sambiroto 02 Semarang. Jurnal Kesehatan Gigi. 4(1): 25-32)

Menurut Brauer, karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissure, dan daerah
interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang
dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke
bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa.
(Agung AAG, Dewi NKEP. 2018. Hubungan Perilaku Menyikat Gigi dan Karies
Gigi Molar Pertama Permanen pada Siswa Kelas V Di SDN 4 Pendem Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 5-8)

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Penyakit ini ditandai dengan terjadinya
demineralisasi pada jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri
(Gambar 1). Penyakit karies bersifat progresif dan kumulatif, bila dibiarkan tanpa
disertai perawatan dalam kurun waktu tertentu kemungkinan akan bertambah
parah. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi pada
stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan

(Listrianah, et al. 2018. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen pada
Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP (Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang). 13(2): 136-149)
2. Menjelaskan klasifikasi karies.
Karies Berdasarkan Stadium (Kedalaman)
I. Karies Superfisialis (KME)
Karies Superfisialis merupakan karies yang baru mengenai atau mencapai
bagian terluar gigi (Enamel) dan belum mengenai dentin.
II. Karies Media (KMD)
Karies media merupakan karies yang telah mengenai atau mencapai dentin
tetapi belum mengenai setengah dentin.
III. Karies Profunda (KMP)
Karies Profunda merupakan karies yang telah mengenai atau mencapai
setengah dentin bahkan hingga kepulpa
(Ratih IADK, Dewi NLPSI. 2019. Hubungan Perilaku Makan Permen dengan
Karies pada Siswa SDN 1 Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 1-4)

Berdasarkan kedalaman karies terbagi menjadi 3 yaitu:


1) Karies superfisialis.
Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.
2) Karies Media.
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin
3) Karies Profunda.
Karies sudah mengani lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa karies. Profunda ini dapat kita bagi lagi menjadi:
a) Karies profunda stadium I.
Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa
belum dijumpai.
b) Karies profunda stadium II.
Masih dijumpai lapisan tipi s yang membatasi karies dengan pulpa.
Biasanya di sini telah terjadi radang pulpa.
c) Karies profunda stadium III.
Pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam-macam radang pulpa
Berdasarkan lama Jalannya Karies terbagi menjadi 3 yaitu:
1) Karies akut
Proses karies berjalan cepat sehingga badan tidak sempat membuat
perlawanan. Karies terus berjalan sampai ke ruang pulpa.
2) Karies kronis
Proses karies terlambat, badan masih sempat membuat pertahanan dengan
adanya daerah berwarna kehitam – hitaman dan keras Karena adanya endapan
kapur .
3) Senile caries
Terdapat pada orang tua, sering pada bagian servikal gigi karena atrofi (
fisiologis) gusi sehingga akar terlihat mudah terjadi karies gigi.
4) Rampant caries
Proses karies ini tidak dapat dikontrol karena jalannya sangat cepat.
(Listrianah, et al. 2018. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen pada
Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP (Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang). 13(2): 136-149)
3. Menjelaskan faktor penyebab karies.
Menurut Blum untuk terjadinya suatu penyakit dan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal ada empat faktor yang mempengaruhi, seperti faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.7
Karies gigi juga terjadi karena pengaruh dari keempat faktor tersebut. Beberapa
hal yang mempunyai hubungan erat dengan karies gigi, baik secara langsung
maupun tidak langsung antara lain: kebersihan mulut, kebiasaan mengkonsumsi
makanan kariogenik, kedalaman fissure gigi, derajat keasaman (pH) saliva, serta
keteraturan menyikat gigi.
Menurut Kempt dan Walters, makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak-
anak akan berdampak pada kesehatan giginya. Makanan manis yang mengandung
gula membantu dalam pembentukan asam memicu terjadinya karies gigi. Menurut
Uji Kawuryan permen adalah sejenis makanan yang banyak disukai, terutama oleh
anak-anak karena anak-anak pada umumnya cenderung lebih menyukai makanan
yang manis-manis.
(Ratih IADK, Dewi NLPSI. 2019. Hubungan Perilaku Makan Permen dengan
Karies pada Siswa SDN 1 Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 1-4)

4. Mengetahui mekanisme terjadinya karies.


Mengkonsumsi makanan dan minuman yang mudah melekat di permukaan gigi
yang berhubungan dengan insiden karies gigi. Semakin sering gula dikonsumsi
diantara waktu makan, tendensi terjadinya karies gigi semakin meningkat karena
sisa makanan membentuk plak yang kemudian menghasilkan asam dengan (pH)
di bawah 5,5 maka terjadilah kerusakan email gigi sebagai tahap awal munculnya
lesi karies. Proses terjadinya karies gigi sebagai berikut:

Besford mengatakan bahwa sepotong makanan manis dalam 12 menit dapat


menyebabkan kerusakan gigi. Konsentrasi gula yang lebih banyak pada makanan
manis tersebut akan menciptakan suasana yang lebih asam sehingga dapat
memperburuk kerusakan gigi yang yang terjadi namun tidak mungkin memastikan
batas aman konsentrasi gula bagi kesehatan gigi. Variasi seperti durasi makanan
manis yang ditelan, serta adanya rangsangan air liur, berpengaruh pada adanya
penyusunan batas aman konsentrasi gula tersebut.
(Ratih IADK, Dewi NLPSI. 2019. Hubungan Perilaku Makan Permen dengan
Karies pada Siswa SDN 1 Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 1-4)
Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva danberpotensi cukup
besar untuk menimbulkan penyakit pada jaringan keras gigi. Keadaan ini
disebabkan karna plak mengandung berbagai macam bakteri dengan berbagai
macam hasil metabolisme nya. Bakteri stroptococusdan lactobacillus yang
terdapat dalam plak yang melekat pada gigi akan memetabolisme sisa makanan
yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis karbohidrat yang dapat
difermentasi, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa. Gula ini mempunyai
molekul yang kecil dan berat sehingga mudah meresap dan di metabolisme oleh
bakteri.
Asam yang terbentuk dari metabolisme ini dapat merusak gigi, juga dipergunakan
oleh bakteri untuk mendapat energi. Asam ini akan dipertahankan oleh plakdi
permukaan email dan mengakibatkan turunya pH Di dalam plak. Plak akan tetap
bersifat asam selama beberapa waktu dan untuk kembali ke pH normal dibutuhkan
waktu 30 sampai 60 menit. Oleh karena itu, jika seseorang sering dan terus
menerus mengkonsumsi gula, pHnya akan tetap dibawah pH normal dan
mengakibatkan terjadinya demineralisasi dari permukaan email yang rentan, yaitu
terjadinya pelarutan dari kalsium yang menyebabkan terjadinya kerusakan email
sehingga terjadi karies.

(Listrianah. 2017. Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum dan Sekresi
Saliva pada Anak di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017. JPP (Jurnal
Kesehatan Palembang). 12(2): 136-148)

5. Mengetahui cara pencegahan karies.


Beberapa studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara menyikat gigi dengan
perkembangan karies gigi. kontrol plak dengan menyikat gigi sangat penting
sebelum menyarankan hal-hal lain kepada pasien. Agar berhasil, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah:
a) Pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya
b) Cara menyikat gigi yang baik
c) Frekuensi dan lamanya penyikatan d) Penggunaan pasta fluor
e) Pemakaian bahan disclosing
f) Penggunaan fluor
(Ratih IADK, Dewi NLPSI. 2019. Hubungan Perilaku Makan Permen dengan
Karies pada Siswa SDN 1 Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 1-4)

6. Mengetahui cara perawatan karies.


Adapun usaha-usaha yang dilakukan antara lain adalah meningkatkan kandungan
fluor dalam diet, menggunakan fluor dalam air minum, pengaplikasian secara
langsung pada permukaan gigi (topikal aplikasi), atau ditambahkan pada pasta
gigi.
(Ratih IADK, Dewi NLPSI. 2019. Hubungan Perilaku Makan Permen dengan
Karies pada Siswa SDN 1 Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 1-4)

Remineralisasi yang alami terjadi dengan adanya re-uptake ion kalsium dan fosfat
of calcium and phosphate ions from saliva didukung dengan adanya fluoride.
Bentuk yang paling banyak digunakan adalah stannous fluoride, sodium fluoride,
and sodium monofluorophosphate. Pemakaian dalam bentuk pasata gigi, gel, foam
(<5,000 ppm), obat kumur (233 ppm - 920 ppm), dan varnish (22,600 ppm).
Aplikasi fluoride dapat digunakan dalam bentuk kombinasi dengan sodium, tin,
titanium. Titanium fluoride (TiF) sebagai bahan kombinasi terbaru menunjukkan
peningkatan uptake kalsium yang hilag selama demineralisasi.
Casein Phosphopeptides (CPP)
Casein phosphopeptides adalah agen remineralisasi yang terbaru digunakan dalam
preventive dentistry. Agen ini dapat digunakan sebagai CPP-ACP (casein
phophopeptides with amorphous calcium phosphate) atau CPP-ACFP (casein
phophopeptides with amorphous calcium fluoride phosphate). CPP-ACP
menunjukkan penuruna demineralisasi dan peningkatan remineralisasi pada
permukaan lesi karies dini. Peran utama dari casein phosphopeptides adalah
memodulasi bioavailability level calcium phosphate dengan memelihara
supersaturasi ion P dan Ca untuk meningkatkan remineralisasi. ACP juga
mengontrol presipitasi CPP dengan ion Ca dan P. Keuntungan CPP-ACFP adalah
available terhadap ion Ca, P dan F pada proses remineralisasi karies enamel.
CPP juga terdeteksi memiliki efek antibakterial dan sebagai buffer terhadap plak
dan menghambt pertumbuhan serta perlekatan Streptococcus mutans dan
Streptococcus sorbinus. Bila dikombinasikan dengan fluoride, CPP-ACP
mempunyai efek lebih terhadap aktivitas karies. Penggunaan CPP-ACP
bersamaan dengan fluoride pada pasta gigi terbuksi dapat mengurangi
demineralisasi disekitar orthodontic brackets dan meremineralisasi white spots.
Glass Ionomers
Glass ionomer melepaskan fluor dari bahan restorasi disekitar 1 mm daerah
margin. Glass ionomer juga berinteraksi dengan bakteri untuk kemudian
menghambat pembentukan asam.. Resin-modified glass ionomers dilaporkan lebih
resisten terhadap degradasi permukaan dibandingkan conventional glass ionomer.
Pit-and-Fissure Sealants
Pit-and-fissure sealants merupakan material yang sering digunakan dalam
preventive dentistry, karena mempunyai mechanical barrier melawan bakteri yang
berkembang didaerah pits dan fissures. Bahan sealants bisa berbahan dasar resin
maupun glass ionomer. Namun bahan resin tidak melepas fluoride, sehingga
bahan GI lebih efektif terhadap pencegahan karies. Penambahan agen
remineralisasi seperti fluorides dan CCP-ACP dapat meningkatkan remineralisasi.
Fluoride yang lepas melalui hydrolysis difusi external dand internal. ACP- yang
terkandung dalam sealant mempunyai kapasitas remineralisasi yang lebih besar
dalam meremineralisasi permukaan lesi karies.
(Rahayu YC. 2018. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini.
Stomatogantic (J. K. G Unej). 10(1): 25-30)

7. Mengetahui mekanisme dari caries balance.


Konsep “Caries Balance”
Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai
faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah
pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva dan pola
makan. Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak
secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya
secara efektif. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan
alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara
teratur.
Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan
pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi. Pemberian fluor yang
teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting
diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan
remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan
makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan
fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.
Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak
tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan
sedikit. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan
meningkat secara signifikan. Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya
lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi
makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut
akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung
selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja
menetraliser asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan
dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan
mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna
sehingga terjadi karies.

Gambar. Remineralisasi terjadi tanpa adanya sukrosa, akan memperbaiki struktur


enamel dengan hydroxy apatite and fluorapatite
Gambar. Berdasarkan teori caries balance theory, karies tidak terjadi karena faktor
tunggal, namun akibat interaksi kompleks antara faktor patologi dan faktor
protektif.
(Rahayu YC. 2018. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini.
Stomatogantic (J. K. G Unej). 10(1): 25-30)

8. Mengetahui penilaian risiko karies beserta toolsnya.


Penilaian risiko karies berdasarkan toolsnya yaitu:
1. Cariogram
Kariogram pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh Dr. Bratthal untuk
memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang karies sebagai penyakit
multi-faktorial. Kariogram merupakan sebuah program perangkat lunak
komputer yang bertujuan untuk menunjukkan latar belakang multifaktorial
karies gigi dengan menggambarkan interaksi yang berhubungan dengan
sepuluh faktor karies. Faktor risiko karies yang terdapat pada kariogram:
1. Pengalaman karies, dihitung menggunakan indeks DMF-T
2. Penyakit/ kondisi yang berhubungan dengan karies gigi, yaitu penyakit
mulut kering dan penyakit gula.
3. Kandungan makanan yang mengandung karbohidrat yang dibedakan atas
tingkat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
4. Frekuensi makan, untuk mengetahui frekuensi makan per hari.
5. Skor plak, untuk mengetahui kebersihan gigi dengan menggunakan Indeks
Plak.
6. Streptokokus mutans, untuk mengetahui banyaknya jumlah bakteri
Streptokokus mutans pada permukaan gigi.
7. Program fluor, untuk mengetahui frekuensi dan bentuk pemakaian fluoride.
8. Sekresi saliva, untuk mengetahui rata-rata jumlah sekresi saliva yang
dikeluarkan dalam jangka waktu 1 menit tanpa stimulasi, dibedakan atas
tingkat normal, rendah, lebih rendah, dan sangat rendah.
9. Kapasitas buffer, untuk mengetahui asam, basa dan netralnya saliva dalam
rongga mulut yang diukur dengan universal pH indicator paper lalu
dibandingkan dengan indikator warna pada indicator universal.
10. Penilaian klinik, merupakan penilaian dalam memprediksi karies secara
langsung oleh peneliti.
Kariogram memiliki beberapa tujuan, yaitu menggambarkan hubungan karies
dengan beberapa faktor, mengilustrasikan pencegahan karies, menunjukkan
grafik risiko karies, merekomendasikan upaya pencegahan, sehingga dapat
digunakan di klinik, dan dimasukkan sebagai program pendidikan. Bentuk
kariogram ialah sebuah diagram lingkaran yang dibagi menjadi lima bagian
dalam beberapa warna yang beerbeda, yaitu merah, biru muda, kuning, hijau,
biru tua yang mengindikasikan kelompok faktor yang berbeda-beda yang
berhubungan dengan karies gigi.
Untuk membuat sebuah kariogram diawali dengan mengisi identitas yang
meliputi nama, nomor, tanggal, dan pemeriksa. Informasi rincian data pasien
yang telah dimasukkan akan muncul di sudut kiri layar. Kemudian mengatur
pengaturan untuk “Negara/Daerah”, faktor resiko karies pada setiap negara
berbeda-beda, tergantung pada latar belakang negara tersebut. Terdapat
beberapa
pilihan, yaitu standar, resiko rendah, dan resiko tinggi. Selanjutnya mengatur
pengaturan “Kelompok”, hal ini karena seseorang mungkin dikategorikan
dalam kelompok resiko yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh: pasien
lanjut usia dengan permukaan akar gigi yang terbuka. Langkah berikutnya
yaitu memberi skor (0-3) sesuai dengan kriteria pasien pada kotak kosong
dengan mengklik tanda panah ke atas atau ke bawah, sedikitnya tujuh dari
sepuluh parameter
yang ada.

Gambar. Pemberian skor pada parameter

Perangkat lunak kariogram dapat memberikan interpretasi umum dan


beberapa tindakan yang perlu dilakukan dengan memilih ikon “Rekomendasi
secara umum” setelah hasil kariogram dari datadata yang dimasukkan
muncul. Rekomendasi yang ditampilkan tergantung pada skor yang dihasilkan
dari skor kategori kariogram.
Kategori resiko karies berdasarkan hasil kariogram:
1. Resiko karies rendah : area berwarna hijau (peluang untuk menghindari
karies baru) > 80%
2. Resiko karies sedang : area berwarna hijau (peluang untuk menghindari
karies baru) 20% - 80%
3. Resiko karies tinggi : area berwarna hijau (peluang untuk menghindari
karies baru) < 20%
2. Cambra
Pengukuran faktor risiko karies dengan metode CAMBRA merupakan salah
satu
metodologi yang digunakan oleh klinisi untuk mengidentifikasi penyebab
karies dengan melihat faktor risiko per individu. Berdasarkan adanya faktor
risiko, klinisi dapat merekomendasikan perawatan yang spesifik dan tepat yang
mencakup kebiasaan, komponen kimia, dan dengan prosedur minimal invasif.
Terdapat dua form CAMBRA, yaitu untuk usia enam tahun ke atas dan untuk
bayi berusia 0-5 tahun. Pada form untuk bayi berusia 0-5 tahun, yang nantinya
akan dikategorikan risiko rendah, sedang, tinggi, dan ekstrim yang berisi klinis:
a. Caries disease indicator, berisi observasi yang mengidentifikasikan ada
atau tidaknya gejala atau lingkungan yang menandakan anak akan terkena
karies, misalnya, restorasi, status sosial ekonomi dengan cara
mewawancarai ibu.
b. Caries risk factor (biologis), mencakup frekuensi mengonsumsi makanan
manis, kebiasaan tidur, obat-obatan yang dapat mengurangi laju alir saliva,
dan penggunaan botol susu dengan cara mewawancarai ibu.
c. Protective factor (nonbiologis), prosedur kontrol plak anak dengan melihat
apakah rutin menyikat gigi dengan pasta gigi fluor, atau pengaplikasian
fluor secara berkala, xylitol, dan kalsium fosfat dengan cara mewawancarai
ibu
d. Caries disease indicators and clinical examination, pemeriksaan klinis
untuk mengobservasi adanya white spot atau dekalsifikasi, kuantitas plak,
pendarahan gingiva, mulut kering, atau perawatan ortodonti
Penggunaan CAMBRA sebagai metode pengukuran tingkat risiko karies pada
anak usia 12-13 tahun mendapat hasil bahwa 19,44% diklasifikasikan risiko
rendah, 22,22% berisiko sedang, dan 58,33% berisiko tinggi. CAMBRA
memiliki hasil yang valid dan dapat memprediksi risiko karies pada 72 anak
yang digunakan sebagai sampel
3. ADA
Pengukuran faktor risiko karies berdasarkan form yang diterbitkan oleh ADA
untuk
anak usia 0-6 tahun menilai tiga kondisi, yaitu kondisi yang mengkontribusi,
kondisi kesehatan umum pasien, dan kondisi klinis:
a. Kondisi yang berkontribusi (contributing conditions), menilai program
fluoride, jenis diet (mencakup jus, soft drink) baik yang tidak berkarbonat
maupun berkarbonat, program pemerintah, pengalaman karies ibu atau
pengasuh bayi, riwayat pasien ke dokter gigi. Pengambilan data diperoleh
dengan proses wawancara.
b. Kondisi kesehatan umum, meliputi kondisi fisik, mental yang dapat
menghambat proses pemeliharaan oral hygiene pasien atau ibu, dilakukan
dengan proses wawancara.
c. Kondisi klinis, meliputi pemeriksaan visual atau radiografi mengenai ada
atau tidaknya restorasi dan lesi kavitas, lesi non-kavitas, kehilangan gigi
akibat karies, plak yang terlihat, perawatan ortodonti, dan laju alir saliva.
Risiko karies akan dikategorikan menjadi risiko rendah, sedang, dan tinggi.
Penetapan kategori sesuai dengan form. Pemberian instruksi ke pada ibu
atau pengasuh bayi dilakukan setelah analisis klinis
4. AAPD
AAPD telah menetapkan pengukuran risiko karies yang dapat digunakan oleh
klinisi untuk dapat menetapkan rencana perawatan sesuai dengan tingkat risiko
karies anak peiindividu. Penilaian faktor risiko karies pada anak menurut AAPD
berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies, yaitu
1. Kondisi Klinis
Ada 3 indikator penting yang dijadikan patokan yaitu sebagai berikut:
a. Pengalaman karies
Mikroorganisme yang paling umum yang terkait dengan early childhood
caries adalah sekelompok bakteri yang sangat acidogenic dan aciduric
yang dikenal sebagai mutans streptococci, yang termasuk spesies
Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus.
b. Kontrol plak
Plak yang menempel erat di permukaan gigi dapat dipakai sebagai
indikator kebersihan mulut. Indikator kebersihan mulut pada anak yang
lebih sederhana dapat digunakan oral hygiene index simplified (OHIS)
dari Green dan Vermillon. Anak yang berisiko karies tinggi mempunyai
oral hygiene yang buruk ditandai dengan adanya plak pada gigi anterior
disebabkan jarang melakukan kontrol plak (Seow, 2018).
c. Saliva
Fungsi saliva adalah sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, anti
pelarut dan antibakteri. Faktor yang ada dalam saliva yang berhubungan
dengan karies antara lai adalah aksi penyangga dari saliva, komposisi
kimiawi, aliran (flow), viskositas dan faktor anti bakteri. Anak yang
berisiko karies tinggi memiliki aliran saliva yang rendah.
2. Karakteristik Lingkungan
Ada 3 indikator penting yang menjadi patokan yaitu sebagai berikut:
a. Penggunaan fluor
Faktor protektif antara lain adanya perawatan gigi di rumah, minum air
berfluorida atau menerima suplemen fluoride, dua kali sehari menyikat
gigi dengan pasta berfluoridasi, dan menerima fluoride topikal (Seow,
2018). Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari
karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak
yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil
apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Paparan fluoride sebelum dan
sesudah erupsi memaksimalkan efek pencegahan karies.
b. Riwayat sosial
Beberapa faktor resiko yang bertindak melalui ibu memiliki peran
penting untuk mencegah early childhood caries, karena mereka
memberikan perawatan mulut untuk anak-anak mereka. Kesehatan ibu
dan keyakinan kesehatan dikaitkan dengan status sosial budaya dan
dapat bertindak sebagai hambatan untuk mendapatkan perawatan gigi
untuk anak-anak mereka.
c. Kebiasaan makan
Praktek diet juga memainkan peran penting dalam pengembangan early
childhood caries terutama jika mengandung karbohidrat berkadar tinggi;
anak berisiko lebih tinggi mengalami karies gigi
3. Kesehatan umum
Kondisi kesehatan pada anak sangat berpengaruh pada risiko karies. Anak
dengan ketidakmampuan mental atau cacat fisik terutama cacat tangan
memerlukan perhatian khusus secara terus menerus disebabkan anak ini
mempunyai keterbatasan untuk melaksanakan prosedur membersihkan
mulutnya dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Ketergantungan anak
pada orang lain meningkatkan faktor predisposisi terjadi karies tinggi. Pada
anak yang mempunyai penyakit sistemik yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan perubahan pada rongga mulut dan kondisi saliva baik dari
segi komposisi maupun aliran saliva. Hal ini akan mengakibatkan tingkat
karies anak menjadi lebih tinggi.
(Nagaraj A, Vishnani P. 2014. Cariogram – A Multi-factorial Risk Assessment
Software for Risk Prediction of Dental Caries. International Journal of
Scientific Study. 1(4): 58-62.)

(Seow, W.K. (2018). Early Childhood Caries. Elsevier Pediatric Clinic N Am.
941-954)

(Anil, S., and Anand, P.S. (2017). Early Childhood Caries: Prevalence, Risk
Factors, and
Prevention. Journal Frontiers in Pediatrics 5:517)

Anda mungkin juga menyukai