RAHMADANI PENRE
2111111220031
Penyakit gigi terbanyak adalah karies dan rusaknya jaringan periodontal gigi.
Salah satu penyebab karies gigi adalah plak. Plak adalah lapisan lembut yang
terbentuk dari campuran antara makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik,
matriks esktraseluler, epitel rongga mulut sisa-sisa makanan serta bakteri yang
melekat dipermukaan gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan
plak gigi adalah bakteri streptococcus mutans yang ditemukan dalam jumlah besar
pada penderita karies.
(Listrianah. 2017. Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum dan Sekresi
Saliva pada Anak di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017. JPP (Jurnal
Kesehatan Palembang). 12(2): 136-148)
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email
dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik.
Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies yang tinggi,
karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman
sesuai keinginannya. Kebiasaan ini merupakan salah satu faktor penyebab yang
multifactorial. Faktor multifaktorial artinya, karies dapat terjadi bila ada faktor
penyebab yang saling berhubungan dan mendukung, yaitu host (saliva dan gigi),
mikroorganisme, substrat dan waktu.
(Mardiati E, et al. 2017. Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi pada Siswa SD
Sambiroto 02 Semarang. Jurnal Kesehatan Gigi. 4(1): 25-32)
Menurut Brauer, karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissure, dan daerah
interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang
dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke
bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa.
(Agung AAG, Dewi NKEP. 2018. Hubungan Perilaku Menyikat Gigi dan Karies
Gigi Molar Pertama Permanen pada Siswa Kelas V Di SDN 4 Pendem Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 5-8)
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Penyakit ini ditandai dengan terjadinya
demineralisasi pada jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri
(Gambar 1). Penyakit karies bersifat progresif dan kumulatif, bila dibiarkan tanpa
disertai perawatan dalam kurun waktu tertentu kemungkinan akan bertambah
parah. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi pada
stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan
(Listrianah, et al. 2018. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen pada
Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP (Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang). 13(2): 136-149)
2. Menjelaskan klasifikasi karies.
Karies Berdasarkan Stadium (Kedalaman)
I. Karies Superfisialis (KME)
Karies Superfisialis merupakan karies yang baru mengenai atau mencapai
bagian terluar gigi (Enamel) dan belum mengenai dentin.
II. Karies Media (KMD)
Karies media merupakan karies yang telah mengenai atau mencapai dentin
tetapi belum mengenai setengah dentin.
III. Karies Profunda (KMP)
Karies Profunda merupakan karies yang telah mengenai atau mencapai
setengah dentin bahkan hingga kepulpa
(Ratih IADK, Dewi NLPSI. 2019. Hubungan Perilaku Makan Permen dengan
Karies pada Siswa SDN 1 Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Gigi (Dental Health Journal). 6(2): 1-4)
(Listrianah. 2017. Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum dan Sekresi
Saliva pada Anak di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017. JPP (Jurnal
Kesehatan Palembang). 12(2): 136-148)
Remineralisasi yang alami terjadi dengan adanya re-uptake ion kalsium dan fosfat
of calcium and phosphate ions from saliva didukung dengan adanya fluoride.
Bentuk yang paling banyak digunakan adalah stannous fluoride, sodium fluoride,
and sodium monofluorophosphate. Pemakaian dalam bentuk pasata gigi, gel, foam
(<5,000 ppm), obat kumur (233 ppm - 920 ppm), dan varnish (22,600 ppm).
Aplikasi fluoride dapat digunakan dalam bentuk kombinasi dengan sodium, tin,
titanium. Titanium fluoride (TiF) sebagai bahan kombinasi terbaru menunjukkan
peningkatan uptake kalsium yang hilag selama demineralisasi.
Casein Phosphopeptides (CPP)
Casein phosphopeptides adalah agen remineralisasi yang terbaru digunakan dalam
preventive dentistry. Agen ini dapat digunakan sebagai CPP-ACP (casein
phophopeptides with amorphous calcium phosphate) atau CPP-ACFP (casein
phophopeptides with amorphous calcium fluoride phosphate). CPP-ACP
menunjukkan penuruna demineralisasi dan peningkatan remineralisasi pada
permukaan lesi karies dini. Peran utama dari casein phosphopeptides adalah
memodulasi bioavailability level calcium phosphate dengan memelihara
supersaturasi ion P dan Ca untuk meningkatkan remineralisasi. ACP juga
mengontrol presipitasi CPP dengan ion Ca dan P. Keuntungan CPP-ACFP adalah
available terhadap ion Ca, P dan F pada proses remineralisasi karies enamel.
CPP juga terdeteksi memiliki efek antibakterial dan sebagai buffer terhadap plak
dan menghambt pertumbuhan serta perlekatan Streptococcus mutans dan
Streptococcus sorbinus. Bila dikombinasikan dengan fluoride, CPP-ACP
mempunyai efek lebih terhadap aktivitas karies. Penggunaan CPP-ACP
bersamaan dengan fluoride pada pasta gigi terbuksi dapat mengurangi
demineralisasi disekitar orthodontic brackets dan meremineralisasi white spots.
Glass Ionomers
Glass ionomer melepaskan fluor dari bahan restorasi disekitar 1 mm daerah
margin. Glass ionomer juga berinteraksi dengan bakteri untuk kemudian
menghambat pembentukan asam.. Resin-modified glass ionomers dilaporkan lebih
resisten terhadap degradasi permukaan dibandingkan conventional glass ionomer.
Pit-and-Fissure Sealants
Pit-and-fissure sealants merupakan material yang sering digunakan dalam
preventive dentistry, karena mempunyai mechanical barrier melawan bakteri yang
berkembang didaerah pits dan fissures. Bahan sealants bisa berbahan dasar resin
maupun glass ionomer. Namun bahan resin tidak melepas fluoride, sehingga
bahan GI lebih efektif terhadap pencegahan karies. Penambahan agen
remineralisasi seperti fluorides dan CCP-ACP dapat meningkatkan remineralisasi.
Fluoride yang lepas melalui hydrolysis difusi external dand internal. ACP- yang
terkandung dalam sealant mempunyai kapasitas remineralisasi yang lebih besar
dalam meremineralisasi permukaan lesi karies.
(Rahayu YC. 2018. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini.
Stomatogantic (J. K. G Unej). 10(1): 25-30)
(Seow, W.K. (2018). Early Childhood Caries. Elsevier Pediatric Clinic N Am.
941-954)
(Anil, S., and Anand, P.S. (2017). Early Childhood Caries: Prevalence, Risk
Factors, and
Prevention. Journal Frontiers in Pediatrics 5:517)